BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?
2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam program KB?
3. Bagaimana gambaran program KB di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian KB
2. Untuk mengetahui peran dari pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan
program KB
3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program KB di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kelebihan KB
Kelebihan dari program KB disini antara lain sebagai berikut :
- Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga serta membantu
pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk atau baby boomer
- Penggunaan kondom akan membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit
menular melalui hubungan seks
- Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab, anggaran keuangan keluarga
akhirnya bisa digunakan untuk membeli makanan yang lebih berkualitas dan bergizi
- Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu kelahiran dan juga
menghindarkan kehamilan dalam waktu yang singkat.
- Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal.
B. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB
1. Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah
keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah
mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program
Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program dalam rangka menekan
laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam program Keluarga Berencana
Nasional adalah menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.
Cara yang digunakan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu
mengatur jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepi (Wiknjosastro,
2005).
Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga berencana adalah
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Badan ini
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43, BKKBN menyelenggarakan fungsi:
- Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
- Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
2. Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB,
pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi
bersentuhan langsung dengan peran serta masyarakat, baik dalam mengikuti program
tersebut ataupun sebagai aktor pendukung program Keluarga Berencana. Untuk itu kita
akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta bagaimana seharusnya kita
berperan dalam mendukung kesuksesan KB juga akan sedikit kita bahas. Pertama,
berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan KB yang ternyata
kenaikannya hanya sedikit bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.
Dalam media massa kompas.com disebutkan bahwa: Dalam lima tahun terakhir,
jumlah peserta keluarga berencana hanya bertambah 0,5 persen, dari 57,4 persen
pasangan usia subur yang ada pada 2007 menjadi 57,9 persen pada tahun 2012.
Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap pasangan usia subur sejak 2002-2012 stagnan
di angka 2,6 per pasangan. Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya jumlah anak
yang dimiliki membuat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan
mencapai 312,4 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya bisa ditekan
menjadi 288,7 juta jiwa. Tingginya jumlah penduduk ini mengancam pemanfaatan
jendela peluang yang bisa dialami Indonesia pada tahun 2030. Jendela peluang adalah
kondisi negara dengan tanggungan penduduk tidak produktif, oleh penduduk produktif
paling sedikit. Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap bangsa. Agar jendela
peluang termanfaatkan, angka ketergantungan penduduk maksimal adalah 44 persen.
Artinya, ada 44 penduduk tidak produktif, baik anak-anak maupun orangtua, yang
Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran dari semua lapisan
kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-kota) hingga masyarakat itu sendiri. Kepedulian
akan tujuan bersama harus ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB yang aman
dengan sosialisasi yang baik dari satu keluarga ke keluarga lain. Penyediaan tempat
untuk informasi dan layanan KB yang baik. Pemberian reward and punishment juga
perlu dijalankan dengan baik, agar peraturan yang ada tidak dilanggar dengan
seenaknya saja. Akan tetapi yang paling penting adalah kesadaran masyarakat itu
sendiri dalam melaksanakan program KB bagi dirinya, keluarga, serta masyarakat.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat mendorong terlaksananya program KB
dengan baik, diantaranya : faktor ideology, penyediaan alat kontrasepsi, faktor ekonomi,
faktor lokasi sosialisasi program KB, dan faktor kebijakan negara.
Pertama, menggunakan partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah pedesaan pada
tahun 1970. Pada tahun tersebut pemerintah merekrut pekerja lapangan sebanyak 40.000
dan 100.000 sukarelawan untuk membawa masyarakat ke tempat pelayanan. Mereka
berada di tingkat desa serta petugas dan kader itu datang mengunjungi rumah ke rumah
untuk membahas metode keluarga berencana, memberikan konseling, dan membuat
rujukan ke puskesmas.
Ketiga menyadari bahwa pemerintah, dalam hal ini tempat-tempat pelayanan pemerintah
tidak mungkin bisa memberikan pelayanan secara optimal akan pemenuhan pelayanan KB.
Di sisi lain, ada potensi lain yang perlu digali, maka sekali lagi dilakukan gotong royong atau
bermitra dengan pihak swasta.
Keempat, sejak pertengahan 1990-an, pola penggarapan KB tidak hanya terfokus pada
kuantitas, tetapi juga sudah diarahkan ke kualitas layanan.
2. Sasaran program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan
Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya
adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera. Ada beberapa sasaran keluarga berencana. Sasaran
program keluarga berencana (KB) nasional lima tahun kedepan seperti tercantum dalam
RPP JM 2004-2009 adalah sebagai berikut:
- Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi satu,
14% per-tahun.
- Menurunkan angka kelahiran total FertililtyRate (TFR) menjadi 2,2 perperempuan.
- Meningkatnya peserta KB Pria menjadi 4,5 %.
- Meningkatnya pengguna metode Kontrasepsi yang efektif dan efisisen
- Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
- Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluaga sejahtera 1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
- Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggraan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi
3. Pelaksanaan Program KB
Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti program
Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang
tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya, KB merupakan salah satu upaya pemerintah yang dikoordinir oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), dengan program untuk
membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta menjadikan keluarga yang
berkualitas. KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang dijalankan
pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957
dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara
silent operation.
2. Fungsi BKKBN adalah
- Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
- Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
- Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
- Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
3. Langkah kunci keberhasilan KB di Indonesia yaitu :
- Pertama, menggunakan partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah pedesaan
pada tahun 1970.
- Kedua, pemerintah meluncurkan sebuah program inovatif yang mendayagunakan
dan mengoptimalkan semua jalur dan saluran komunikasi kampanye KB yang
dirancang untuk membawa perubahan norma sosial dari norma banyak anak
menjadi norma sedikit anak, yang disebut "norma keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera sehingga norma itu melembaga di masyarakat.
- Ketiga menyadari bahwa pemerintah, dalam hal ini tempat-tempat pelayanan
pemerintah tidak mungkin bisa memberikan pelayanan secara optimal akan
pemenuhan pelayanan KB
- Keempat, sejak pertengahan 1990-an, pola penggarapan KB tidak hanya terfokus
pada kuantitas, tetapi juga sudah diarahkan ke kualitas layanan.
Daftar Pustaka
Prihatmiati, Atiek. 2003. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Pemilihan Type Alat
Kontrasepsi Suntik pada Ibu Menyusui
http://nurelfata.blogspot.com/
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/11/03/14564725/
Bengkulu.Terbaik.dalam.Pelaksanaan.KB.
http://rizanurzaman.blogspot.com/2012/11/sejarah-keluarga-berencana.html