Anda di halaman 1dari 63

LBM 1

“Bingung memilih metode kontrasepsi”

Step 1
- Kontrasepsi : kontra (mencegah atau melawan) dan konsepsi. Upya utk
mencegah pertemuan antra sel telur matang dg sperma. Mencegah
kehamilan (atika)
Bisa sementara / permanen. Dengan mekanis / obat/operasi (hanny)
- Griseofulvin : obat yg berfungsi sbg pembunuh jamur. Untuk indikasi
chlamidiasis. Sangat hepatotoksik, untk pemakaian jangka panjang sangat
diperhatikan. Efeknya thdp kontrasepsi : menguragi efektivitas dari
kontrasepsi. (lana)

STEP 7
1. Jelaskan tentang KB! (definisi, tujuan, manfaat, sejarah KB di indonesia,
dll)
 KB : keluarga berencana. Bertujuan utk supaya tdk terjadi ledakan penduduk di satu
wilayah. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dgn menekan angka kelahiran.
 Diharapkan kualitas dari pendudk terjadi peningkatan. Meningkatkan kualitas hidup,
kualitas kesehatan dan menunjang negaranya. (estika)
 Usia menikah dan hamil harus > 20 th. Mengatur kehamilan. Dengan KB dapat
mnegatur interval kehamilan, program KB juga menentukan jumlah anak maksimal
dalam keluarga
 Dengan program KB diatur waktu kelahiran dengan hubungan suami istri (lana)
o Kebijakan KB : utk menunda kehamilan harus usianya min.20 th.
o Sistem catur warga : ayah ibu 2 orang anak
o Sistem panca warga : ayah, ibu , 3 anak
o Besarnya keluarga hendaknya dicapai saat usia reproduksi sehat
o Utk mengakhiri kesuburan : usia 30-35 th (laily)
o Tujuan KB sekarang mewujudkan keluarga berkualitas : aman, sejahtara, sehat,
maju dan mandiri, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis,
bertakwa kepada TYME (hani)

Sejarah KB di Indonesia
Dasar Pembentukan Organisasi KB
Kasadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai sejak bumi
dihuni oleh ratusan juta manusia.
Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya
direncanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi
keseimbangan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766-1834) pada zaman industri sedang berkembang manusia jangan terlalu
banyak berhayal bahwa dengan kemampuan teknologi mereka akan dapat memenuhi
segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan
pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya berkembang
dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia akan sulit untuk
memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam yang sangat terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekhawatiran terhadap pertumbuhan penduduk
telah muncul ke permukaan di negara besar, seperti Cina, India dan termasuk Indonesia.
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang memusatkan
perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal. Dalam pertemuan
tersebut disepakati untuk menetapkan konsep Primary Health Care yang memberikan
pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya penerimaan
keluarga berencana dan meningkatkan pelayanan rujukan.
Tahun 1984, Population Conference di Mexiko, menekankan arti pentingnya hubungan
antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan dan kehidupan
ibu dan perinatal.
Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat
mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju
peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan
ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di muka bumi
tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi malalui
gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada kemiskinan,
kemelaratan dan kebodohan yang merupakan malapetaka manusia yang paling dahsyat
dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang bermula dari kepeloporan
beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Sejak saat itulah berdirilah
perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan
PKBI (perkumpulan keluarga berencana Indonesia
Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia :
 Pada bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang diikuti
oleh masyarakat luas melalui media massa
 Pada bulan Februari 1967 diadakan kongres PKBI pertama yang mengharapkan agar
keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan
 Pada bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap bahwa sudah
waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta dengan
menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya
 Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki era
peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi pergerakan
dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam karena kepala
Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam orde baru gerakan
keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program pemerintah.
 Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang
sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri
Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah
dalam kebijakan keluarga berencana.
Peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam perkembangan di Negara Indonesia adalah
masuknya program keluarga berencana itu kedalam repelita I. Adanya KUHP pasal
283 yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana sehingga kegiatan
penerangan dan pelayanan masih dilakukan secara terbatas.
Tahap-tahap Program KB Nasional
Adapun tahapan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaran Program KB Nasional di
Indonesia adalah :
a. Tahun 1970 – 1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE
 Pemerintah lebih banyak berinisiatif
 Partisipasi masyarakat rendah sekali
 Terkesan kurang demokratis
 Ada unsur pemaksaan
 Berorientasi pada target
b. Tahun 1989 – 1990 terjadi perubahan pola menjadi MANAGEMENT WITH THE
PEOPLE
 Pemaksaan dikurangi
 Dimulainya Program Safari KB pada awal 1980-an
c. Tahun 1985 – 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru, dengan
kebijakan :
 Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya, meskipun tetap
masih dipilihkan jenis kontrasepsinya
 Dari 5 jenis kontrasepsi, dipilihkan satu setiap jenisnya
d. Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan Program KB
Lingkaran Emas, yaitu :
 Pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta, asal jenis
kontrasepsinya sudah terdaftar di Departemen Kesehatan
 Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya
e. Tahun 1990 terjadi Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan
pendapatan keluarga (income generating)
Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Suharto di Sidoardjo melaksanakan
plesterisasi/lantainisasi rumah-rumah secara gotong royong di seluruh Indonesia
untuk keluarga Pra-Sejahtera
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sejarah Keluarga Berencana


Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta tanggal 23
Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak
secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan
secara sukarela, usaha Keluarga Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato
pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 di mana gerakan Keluarga Berencana
(KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan
Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi
secara diam-diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB (Keluarga
Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga Berencana) diakui dan
dimasukkan dalam program pemerintah. Struktur organisasi program gerakan Keluarga
Berencana (KB) juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN
(Lembaga Keluarga Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada
tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ) yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen
yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB)
di Indonesia, mewujudkan dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera) (Mochtar , Rustam, 1998 : 251).

Pengertian Keluarga Berencana


 Keluarga Berencana (KB) Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 1998 : 155).
 Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee
1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
- Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
- Mengatur interval diantara kehamilan.
- Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri.
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Kontrasepsi
 Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dpaat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen.
 Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.

Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan Keluarga Berencana Nasonal di Indonesia adalah :
a. Tujuan Umum
 Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan kelahiran
Ilmu Kandungan. Prawirohardjo, Sarwono.

 Mikro ? makro KB? Sejarah KB?


Tujuan Mikro : mencegah kematian dan kesakitan ibu, membebaskan wanita pd
kehamilan yg tidak direncanakan, tuntutan sosial (hani)

2. Apa saja Tujuan penggunaan kontrasepsi?


- Menunda kehamilan : utk pasangan suami istri dg istri <20th . ciri2
kontrasepsi : memiliki reversibilitas tinggi
Efektivits relatif tinggi
Pil kb dan AKDR/IUD
- Menjarangkan kehamilan/mengatur kesuburan : pd saat isri 20-30th
Jarak anak pertama dan kedua 3 th
Ciri2 : reversibilitas cukup tinggi, daya guna/efektivitas cukup tinggi
Dpt dipakai 3-4 th utk menjarangkan usia kehamilan, tdk menghambat
produksi asi
Kontrasepsinya : pil kb, iud, suntik, kontrasepsi mantap
- Mengakhiri kesuburan : pd usia >35th
Pd usia ini resiko kehamilan besar
Ciri2: alat kontrasepsinya memiliki efektivitas sangat tinggi, reversibilitas
rendah, dapat dipakai utk jangka panjang, tdk menambah kelaian
Alat kontrasepsi mantap, iud (atika)

Definisi Kontrasepsi :
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi
berasal dari kata “kontra” berarti mencegah dan melawan dan “konsepsi” berarti
pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan
kehamilan, jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma.
Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

a. Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun


dianjurkan menunda kehamilannya
Ciri-ciri konstrasepsi yang diperlukan :
 Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak
 Efektivitas yang relative tinggi, penting karena dapat menyebabkan
kehamilan resiko tinggi
Konstrasepsi yang sesuai : pil, alat kontrasepsi dalam rahim mini, cara
sederhana
Alasan :
 Usia di bawah 20 tahun adalah usia di mana sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu
 Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga akan
mempunyai angka kegagalan yang tinggi
 Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat
dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontra indikasi terhadap pil
oral

b. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia


20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak
kelahiran 3-4 tahun
Ciri-ciri konstrasepsi yang diperlukan :
 Reversibilitas cukup tinggi
 Efektivitas yang cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan
mempunyai anak
 Dapat dipakai 3-4 tahun
 Tidak menghambat produksi air susu ibu
Konstrasepsi yang sesuai : AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk KB,
kontrasepsi mantap
Alasan :
 Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan
melahirkan
 Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan AKDR
sebagai pilihan utama
 Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun tidak /
kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik untuk
mengandung dan melahirkan
c. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30
tahun, dianjurkan untk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak
Ciri-ciri konstrasepsi yang diperlukan :
 Efektivitas sangat tinggi, penting karena kegagalan dapat
menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak
 Reversibilitas rendah
 Dapat dipakai untuk jamgka panjang
 Tidak menambah kelainan yang sudah ada
Konstrasepsi yang sesuai :kontrasepsi mantap (tubektomi/vasektomi), susuk
KB, AKDR, suntikan, pil dan cara sederhana
Alasan :
 Ibu dengan usia di atas 30 tahun
 dianjurkan tidak hamil lagi atau tidak punya anak lagi karena alasan
medis
 Prioritas penggunaan : kontrasepsi mantap
 Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relative lebih baik
dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR
 Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relative tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi
Ilmu Kandungan Yayasan Bbina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Apa saja macam-macam kontrasepsi? Efek samping, kelebihan dan
kekurangan?
Macam-macam metode Kontrasepsi :
a. Metode Sederhana
 Tanpa alat
 KB alamiah
Yaitu : metode kalender (ogino-knaus), metode suhu basal
(termal), metode lendir serviks (billings), metode simpto-
termal
 Coitus interuptus
 Dengan alat
 Mekanis (barrier)
Yaitu : kondom pria, barier intra-vaginal (seperti diafragma,
kap serviks, spon, kondom wanita)
 Kimiawi
Yaitu : Spermisid (seperti vaginal cream, vaginal busa,
vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal foam, vaginal
soluble film)
b. Metode Modern
 Kontrasepsi hormonal
 Per-oral
Yaitu : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning-after pil.
 Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-ET)
 Sub-kutis (implan)
 Kontrasepsi non-hormonal
 Intra uterine devices (IUD, AKDR)
 Kontrasepsi mantap (MOP, MOW)
Macam-macam Metoda Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Sederhana
 Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat
senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu
mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk
wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
 Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat
untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
 KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3
cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
 Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-
8% kehamilan.

 Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina,
krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai
dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
 Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri
dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan
lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk Ke dalam rahim, dan
menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil
kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
 Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian
jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
KB Suntik 3 Bulan, adalah jenis Suntikan KB yang mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dengan volume 150 mg. Alat
kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan atau 12 Minggu. Suntikan pertama
diberikan 7 hari pertama saat periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah
persalinan. Jenis Suntikan KB ini ada yang dikemas dalam cairan 1 ml atau 3 ml.
KB Suntik 1 Bulan, adalah jenis Suntikan KB yang diberikan 1 bulan sekali.
Dengan pemberian suntikan pertama sama dengan suntik 3 bulan, yaitu setelah 7
hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan. Alat
kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon Medroxyprogesterone Acetate
(hormon progestin) dan Estradiol Cypionate (hormon estrogen).
 Implan
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung
levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5
tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya
sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%
 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga
(Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya
berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur
sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi
penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista dan lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
c. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
 Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
 Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya
99%. (Suratun, 2008)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37114/4/Chapter%20II.pdf
Kelebihan dan Kekurangan :

a. Suntikan KB
Kelebihan:
 Mudah digunakan. Hanya sekali suntik setiap tiga bulan dan bisa kembali
subur saat
 ingin dihentikan.
 Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur dan
pembengkakan pinggul.
 Memperkecil kemungkinan kurang darah dan nyeri haid.
 Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
 Bisa digunakan wanita yang sudah punya anak ataupun baru menikah.
 Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.
 Jika digunakan ibu menyusui enam minggu setelah melahirkan, tidak
mempengaruhi ASI.
Kekurangan:
 Awal pemakaian bisa terjadi bercak darah.
 Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
 Setelah setahun menggunakan dan berhenti haid belum teratur.
 Kesuburan lambat kembali, membutuhkan waktu empat bulan atau lebih
b. Pil
Kelebihan:
 Sangat ampuh sebagai alat kontrasepsi apabila digunakan dengan benar
dan tidak terputus.
 Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
 Bisa digunakan wanita segala usia.
 Kesuburan segera kembali setelah dihentikan.
Kekurangan:
 Pada tiga bulan pertama bisa merasakan mual.
 Pendarahan atau bercak darah, terutama jika lupa atau terlambat minum
pil.
 Bisa merasakan sakit kepala ringan.
 Berat badan bisa naik
 Biasanya haid akan terhenti.
 Walau sangat jarang, wanita yang memiliki darah tinggi atau berusia 35
tahun ke atas dan merokok, berisiko terserang stroke, serangan jantung
atau penggumpalan darah.
c. IUD
Kelebihan:
 Pencegahan kehamilan yang ampuh untuk paling tidak 10 tahun.
 Tidak mengganggu hubungan seks dengan pasangan.
 Tidak terpengaruh obat-obatan.
 Bisa subur kembali setelah IUD dikeluarkan,
 Tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI.
 Dapat mencegah kehamilan di luar kandungan.
Kekurangan:
 Terjadi perubahan siklus haid.
 Bisa merasakan pembengkakan di pinggul.
 Pemasangannya membutuhkan prosedur medis.
 Saat memasang dan mengeluarkan IUD, harus dilakukan tenaga kesehatan
terlatih.
 Bisa keluar dari rahim tanpa diketahui, sehingga wanita yang memakai IUD
harus rutin periksa ke tenaga kesehatan.
 Bisa merasakan nyeri setelah 3-5 hari pertama pemasangan.
 Saat haid, darah yang keluar cukup banyak sehingga bisa menyebabkan
kurang darah.

d. Implan
Kelebihan :
 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilepas.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
 Bebas dari pengaruh estrogen.
 Tidak mengganggu hubungan seks.
 Tidak menggaggu ASI
 Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan
 Dapat dilepas sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
 Akan timbul perasaan mual.
 Bisa terjadi peningkatan atau penurunan berat badan.
 Bisa menimbulkan sakit kepala.
 Perubahan perasaan atau kegelisahan.
 Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan pencabutan.

e. Kontrasepsi Mantap
Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan secara permanen.
Kelebihan :
 Sangat efektif dan permanen.
 Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana.
 Tidak ada efek samping.
 Konseling mutlak diperlukan.
 Tidak mempengaruhi proses menyusui.
 Tidak mengganggu hubungan seks dan perubahan dalam fungsi seksual.
Kekurangan:
 Harus dipertimbangkan dengan baik karena bersifat permanen (tidak dapat
dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi.
 Dapat menyesal di kemudian hari saat ingin memiliki anak lagi.
 Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
 Harus dilakukan dokter terlatih atau dokter spesialis.

Vasektomi (MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan okusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

Kelebihan:
 Sangat efektif dan permanen.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.
 Konseling dan persetujuan mutlak diperlukan.

Kekurangan:
Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat tindakan,
akibat reaksi anafilaksi yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi
berlebihan terhadapa anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.

f. Kondom
Kelebihan:
Efektif bila digunakan dengan benar.
 Murah dan dapat dibeli secara umum.
 Tidak perlu pemeriksaan khusus.

Kekurangan:
 Efektifitas tidak terlalu tinggi.
 Penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
 Agak mengganggu hubungan seksual.
 Harus selalu tersedia.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BKBPM)

4. Apa saja faktor pemilihan kontrasepsi dan apa saja syaratnya?


- Faktor :
Dari pasangannya : usia, jml anak yg diinginkan, pengalaman dg
kontrasepsi, gaya hidup
Dari kesehatan : riwayat haid, riwayat penyakit sebelumnya, kondis
fisiknya
Dari metode kontrasepsi : efektivitas tinggi, efek smping min, biaya
murah
Riwayat persalinan : habis melahirkan/tdk, masa nifas, kehamilan
ektopik, masih menyusui/tdk

- Syarat : aman, efek samping minimal, tidak sering kontrol ke dokter,


dapat diterima oleh keduanya (lailatus)
Reversibilitas tinggi  saat metode kontrasepsi dihentikan dpt ke masa
subur
Tdk mengganggu koitus (atika)

Sasaran
1. Pasangan usia subur : Semua Pasangan Usia Subur yang ingin
menunda, menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak.
2. Ibu yang mempunyai banyak anak
Dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor
multiparitas (banyak melahirkan anak).
3. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan
Ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan
jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai
kontrasepsi.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi :


 Dapat dipercaya
 Efek samping yang merugikan atau mengganggu kesehatan tidak
ada
 Lama kerja (daya kerja) dapat diatur menurut kebutuhan
 Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan coitus
 Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang
dokter (mudah pengerjaannya)
 Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
 Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
 Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang terlambat
selama penatalaksanaan
Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Pemilihan Kontrasepsi
 Pasangan dan motivasi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga
yang diinginkan dan pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu.
 Kesehatan : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik
dan panggul.
 Metode kontrasepsi : efektivitas, efek samping dan biaya.

Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan maka semua
kontrasepsi juga menimbulkan risiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
 Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya hospitalisasi,
histerektomi, infeksi dan lain-lain
 Adanya risiko yang berpotensial dalam bentuk ketidaknyamanan (inconvinance),
misalnya senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-
lain.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta : EGC
5. Bagaimana Mekanisme dari masing-masing kontrasepsi?
6. Apa saja jenis kontrasepsi yang tepat untuk ibu menyusui tanpa
komplikasi?
a. Pil : ada estrogen dan progesteron  td dianjurkan
Gunakan pil kb yg progesteron saja
b. Kb suntik : progesteron. Efeknya lebih panjang 2-3 bln
c. Implan : efeknya lebih lama sekitar 5 th
d. AKDR :pilihan pertama. Krn bisa dilakukan setelah akhir nifas, resiko
sedikit
e. Metode kontrasepsi lain : kondom, diafragma,
Pd ibu yg tdk ingin punya anak lagi  mengikat saluran rahim 24 jam stlh
melahirkan (dipotong jg bisa) (laily)
o MAL : membuat seseorang tdk bisa hamil, dengan cara menyusui yg
maksimal (lana)

Pilihan terbaik KB saat menyusui


 Bila sudah tak ingin punya anak lagi, lakukan kontrasepsi mantap
 AKDR
 Suntik KB depoprovera
 KB implant
 Mini pil atau cara sederhana lain
 Pil kombinasi adalah pilihan terakhir, digunakan bila ibu tak lagi menyusui atau anak
sudah diberi makanan padat. Pilihlah yang kandungan estrogennya rendah.

Pil kontrasepsi
Pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron tidaklah
dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengurangi produksi ASI. Jika terpaksa lebih
baik memilih pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil).
Efek kontrasepsi mini pil yang lebih lemah bisa dibantu dengan memberi ASI
eksklusif. Dan bila ibu sudah berhenti menyusui, barulah menggantinya dengan pil
kombinasi.

KB suntik atau implant


Karena hanya mengandung hormon turunan progesteron, KB suntik pada prinsipnya
sama dengan mini pil. KB suntik memiliki efek lebih panjang dan disuntikkan pada
periode tertentu saja (satu bulan atau 2-3 bulan). Konon, saat penyuntikan dengan
dosis tinggi, hormon yang masuk ke ASI akan meningkat, namun menurut studi hal
ini tidak merugikan si bayi.
KB implant merupakan jenis KB hormonal yang bersifat jangka panjang. KB
dilakukan dengan memasukkan sejenis selongsong berisi hormon ke bawah kulit, dan
akan diambil bila ibu menginginkannya atau setelah lima tahun. Efeknya sama dengan
KB suntik.
WHO menyarankan ibu yang menyusui eksklusif mulai memakai kontrasepsi berisi
hormon turunan progesteron ini enam minggu setelah melahirkan.

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)


Sampai saat ini, AKDR menjadi pilihan pertama untuk ibu yang masih menyusui
namun belum ingin kontrasepsi mantap. Selain keluhan yang minimal, AKDR
tidaklah berpengaruh pada ASI karena bekerja secara lokal di dalam rahim.
Pemasangan AKDR tidaklah perlu menunda waktu, bisa dilakukan pada akhir nifas,
biasanya saat satu bulan tujuh hari setelah ibu bersalin. Sebab, bila diberikan lebih
awal, risiko AKDR untuk terlepas (ekspulsi) lebih besar.
 AKDR yang bisa dipakai yang lazim sekarang adalah AKDR yang mengandung
tembaga (Copper T, Copper 7, MLCu) serta AKDR yang mengandung progestin yang
tidak berpengaruh terhadap produksi dan komposisi ASI.
 Progestin yang terkandung dalam IUD akan dilepaskan dalam jumlah yang sangat
sedikit sehingga hanya mempunyai efek lokal saja. Pemasangan AKDR bisa secara
dini, segera setelah melahirkan atau ada kontrol berikutnya pada saat involusi terjadi.
Pada umumnya pemasanganAKDR harus dilakukan dalam waktu 1 bulan 7 hari pasca
persalinan sepanjang tidak ada kontraindikasi pada saat pemasangannya.

Metode kontrasepsi lain


Beberapa ibu memilih untuk mengkombinasi ASI eksklusif dengan metode KB
sederhana seperti kondom, diafragma atau senggama terputus. Kedua metode ini akan
saling melengkapi selama proses menyusui dilakukan dengan benar. Ingatlah untuk
mengganti metode KB bila ibu tak lagi menyusui secara eksklusif karena metode-
metode ini memiliki efektifitas yang rendah.
 Pada ibu yang tak ingin punya anak lagi, kontrasepsi mantap yaitu dengan
mengikat saluran rahim bisa dilakukan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.
Kontrasepsi mantap juga bisa dilakukan pada pasangan dengan mengikat saluran
sperma.
 Haid yang datang adalah haid yang kedua ataupun yang ketiga. Karena bisa jadi haid
kedua tidak akan datang karena wanita sudah hamil lagi.
 Bahkan seorang wanita bisa hamil hanya dalam waktu 21 hari setelah melahirkan. Hal
ini dikarenakan ovulasi atau masa sel telur yang kemudian dilepaskan dari indung
telur bisa saja terjadi 2 minggu sebelum haid pertama saat ibu baru saja bersalin.
Tidak adanya suatu tanda bahwa sel telur ternyata sudah siap untuk dibuahi kembali
ini bisa menyebabkan terjadinya banyak kehamilan yang tidak direncanakan dalam
bulan pertama setelah melakukan persalinan.
 Alat kontrasepsi pasca melahirkan yang dipilih haruslah alat konstrasepsi yang
tidak mengganggu produk ASI. Beberapa kontrasepsi yang bisa dilakukan adalah
kontrapsesi atau alat kb alami. Menyusui bayi dengan ASI merupakan salah satu cara
kontrasepsi alami yang disebut dengan LAM (Lactation Amenorrhoe Methode).
Secara alami, menyusui bisa membantu dalam penghambatan ovulasi sehingga sel
telur yang sudah matang ini tidak akan terbentuk. Efek dari kontrasepsi dari menyusui
ini akan bisa didapatkan jika memberikan ASI secara eksklusif dan intensif.
 Efek menghambat ovulasi dari kontrasepsi pasca melahirkan ini merupakan suatu
efek yang berlawanan dengan pengeluaran ASI. Menyusui ASI ini akan bisa
membatu dalam meningkatkan hormon prolaktin, mempertahankan hormon
progesterone atau juga hormon kehamilan dan bisa membantu menghambat pelepasan
dari hormon estrogen sehingga bisa membantu dalam menghambat terjadinya suatu
ovulasi.
 Disaat menyusui, tubuh wanita tidak bisa menghasilkan sel telur yang matang. Jadi
walau sperma berhasil masuk, namun sel telur tidak ada yang siap untuk dibuahi.
Sebaliknya ada jika menyusui dilakukan dengan tidak intensif, maka pengeluaran dari
hormon estrogen ini tidak akan terhambat. Karena itu, ibu yang jarang menyusui
biasanya akan mendapatkan haid setelah beberapa minggu.
Karkata MK. Keluarga Berencana saat laktasi. Dalam: Soetjiningsih, ed. ASI petunjuk
untuk tenaga kesehatan. EGC, Jakarta. 1997
American Academy of Family physicians. Blenning EC, Paladine H. An approach to the
post partum office visit. Am Fam Physician 2005;72:2491-6, 2497-8.
Combined hormonal versus nonhormonal versus progestin-only contraception in
lactation. Cochrane Database syst rev.2003

Women with Cardiovascular Risk Factors


ACOG addressed the use of combination oral contraceptives and other forms of hormonal
contraception in women with hypertension, dyslipidemia, and diabetes; women who smoke or
are obese; and women older than 35 years.
HYPERTENSION
Studies have shown that the use of oral contraceptives (including newer agents)
increases blood pressure by as much as 8 mm Hg systolic and 6 mm Hg diastolic.
However, depot medroxyprogesterone acetate (DMPA; Depo-Provera) does not
significantly affect blood pressure. Some studies have reported increases in the risk of
vascular events in women taking combination estrogen/progestin contraceptives. Because of
the increased risk of myocardial infarction (MI) and stroke in women with hypertension, and
the likelihood of additional risks associated with hormonal contraceptives, the decision to
use combination hormonal contraceptives in these women should be weighed against
the risk of adverse pregnancy outcomes associated with hypertension.
In women with well-controlled and monitored hypertension who are 35 years or younger,
a trial of combination contraceptives may be appropriate as long as the patient is otherwise
healthy, shows no signs of end-organ vascular disease, and does not smoke. If blood
pressure remains well controlled several months after the trial is started, combination
contraceptives may be continued. Progestin-only contraceptives and the levonorgestrel-
releasing intrauterine system (Mirena) are appropriate options in women with
hypertension.
DYSLIPIDEMIA
The estrogen component of combination oral contraceptives enhances removal of
low-density lipoprotein (LDL) cholesterol and increases levels of high-density
lipoprotein (HDL) cholesterol. Oral estrogen also increases triglyceride levels, but in
women with both increased HDL and decreased LDL levels, this moderate increase in
triglyceride levels does not increase the risk of atherogenesis. The progestin component of
combination oral contraceptives antagonizes these estrogen-induced lipid changes.
Therefore, the choice and dose of progestin in combination oral contraceptives may affect
the overall change in lipid levels; formulas with less androgenic progestins increase HDL
levels more and triglyceride levels less than formulas with more androgenic progestins.
Because the absolute risk of cardiovascular events is low in women with
controlled dyslipidemia, most of these women can use combination oral
contraceptives with 35 mcg or less of estrogen. Fasting serum lipid levels should be
monitored often after combination oral contraceptives are initiated in women with
dyslipidemia; less frequent monitoring is appropriate once lipid parameters have stabilized.
Alternative contraceptives should be considered for women with uncontrolled LDL levels
greater than 160 mg per dL (4.14 mmol per L) or multiple cardiovascular risk factors. The
use of progestin-only contraceptives does not increase the risk of MI.
DIABETES
Studies have shown that the use of combination oral contraceptives does not increase
a woman's risk of developing type 2 diabetes. In women with type 1 diabetes, the use of
combination oral contraceptives does not seem to impair metabolic control or accelerate the
development of vascular disease. However, because of theoretical concerns, ACOG
recommends that the use of combination oral contraceptives be limited to
nonsmoking, otherwise healthy women with diabetes who are younger than 35 years
and show no evidence of hypertension, nephropathy, retinopathy, or other vascular
disease. The levonorgestrel-releasing intrauterine system also is an appropriate option in
women with diabetes.
SMOKING
Epidemiologic and case-control studies from the past 40 years have produced inconsistent
evidence as to whether oral contraceptives increase the risk of MI in women who smoke.
Because of the limited amount of conclusive data, ACOG recommends that physicians
prescribe combination oral contraceptives with caution, if at all, in women older than 35 years
who smoke.
OBESITY
Obesity (i.e., body mass index of at least 30 kg per m2) may impair the effectiveness of
combination oral and transdermal contraceptives. However, the incrementally higher failure
rates in these patients should not exclude the use of these contraceptives in favor of less
effective methods.
Obesity and the use of combination oral contraceptives are independent risk factors
for venous thromboembolism. Thus, consideration should be given to progestin-only
and intrauterine contraceptives when counseling obese women about their options.
Because obese women have an elevated risk of dysfunctional uterine bleeding and
endometrial neoplasia, the use of the levonorgestrel-releasing intrauterine system may be a
beneficial choice in these women.
WOMEN OLDER THAN 35 YEARS
The use of combination oral contraceptives with less than 50 mcg of estrogen is safe
in healthy, nonsmoking women older than 35 years and may have a beneficial effect
on bone mineral density and vasomotor symptoms in perimenopausal women. The
reduced risk of endometrial and ovarian cancers associated with oral contraceptive use is of
particular importance to older women of reproductive age. However, these benefits must be
balanced against the cardiovascular risk factors of obesity and age, particularly as they relate
to the risk of venous thromboembolism. Because of this risk, the use of combination
contraceptives should be individualized in women older than 35 years.
Women Taking Concomitant Medications
Serum progestin levels in women using progestin-only oral contraceptives and implants are
lower than those in women using combination oral contraceptives. Accordingly, low-dose
progestin-only contraceptives should not be used in women taking concomitant liver
enzyme inducers. The levonorgestrel-releasing intrauterine system remains effective
when anticonvulsants and other liver enzyme–inducing medications are taken. The
effectiveness of DMPA in women taking liver enzyme inducers has not been studied.
ANTICONVULSANTS
Anticonvulsants that induce liver enzymes can decrease serum concentrations of either
component of combination oral contraceptives (Table 2). Although reduced serum levels of
oral contraceptive steroids have been noted in women who also were taking anticonvulsants,
ovulation or accidental pregnancy did not occur.
Some physicians prescribe oral contraceptives containing 50 mcg of ethinyl estradiol
to women taking liver enzyme–inducing anticonvulsants and other medications that
reduce serum steroid levels. However, no published data support the enhanced
contraceptive effectiveness of this practice. Although it seems prudent to use 30 to 35 mcg of
estrogen rather than 20 to 25 mcg in women taking medications that reduce serum steroid
levels, no data support this recommendation. The use of condoms in combination with oral
contraceptives or the use of an intrauterine device may be considered in such women.
ANTIBIOTICS
Although there have been many anecdotal reports of oral contraceptive failure in women
taking concomitant antibiotics, rifampin (Rifadin) is the only antibiotic that has been
proven to decrease serum steroid levels (Table 3). Because serum steroid levels are
significantly reduced in women taking rifampin, they should not rely on combination
oral contraceptives, progestin-only contraceptives, or implants for contraception.
ANTIRETROVIRALS
Data from several small studies suggest that serum steroid levels in oral contraceptive users
may be affected by the use of various antiretroviral medications (Table 4). However, no
clinical outcome studies have been performed, so the practical implications of these data are
unknown.
CARRIE ARMSTRONG. ACOG Releases Guidelines on Hormonal Contraceptives in Women
with Coexisting Medical Conditions

7. Hal-hal khusus apa yang harus diperhatikan dalam pemilihan kontrasepsi?


o Hipertensi
Suntik : < 180/110
Pil : > 160/ 90
o DM
Suntik dan pil boleh, harus diawasi. Pil tanpa komplikasi
o Migrain
Pil dan suntik boleh tapi tanpa gejala neurologi fokal yg berhubunha
dg nyeri kepla
o TBC
Penggunaan suntik tidak dianjurkan
Pil dengan kombinasi 50 ug etinilekstradiol
o Anemia bulan sabit
Pil dan suntik tdk boleh diberikan

DM
Kontrasepsi oral yang hanya mengandung estrogen saja, tidak memiliki efek merugikan
pada metabolisme glukosa, tetapi yang mengandung progesteron menunjukkan
antagonisme dengan insulin. Formulasi kontrasepsi oral dengan progesteron dosis tinggi
menunjukkan tes toleransi glukosa yang abnormal pada pemakainya, dengan tingkat
insulin yang meningkat pada rata-rata pasien. Efeknya pada metabolisme karbohidrat,
akan menurunkan toleransi glukosa. Progesteron juga dapat menurunkan kecepatan
absorpsi karbohidrat dari sistem pencernaan makanan. Hal-hal tersebut diatas terkait
dengan potensi androgenik dari progesteron, serta tinggi rendahnya dosis progesteron.
Komponen progestogen yang digunakan sebagai bahan kontrasepsi oral kombinasi,
telah mengalami perubahan-perubahan sejak pertama kali ditemukan. Diakui bahwa
struktur kimia itu dapat memberikan efek yang merugikan maupun yang
menguntungkan. Pemikiran tersebut diatas menarik minat beberapa ahli untuk
melakukan beberapa riset, yang hasilnya ternyata masih menunjukkan adanya beberapa
perbedaan pendapat. Namun, sebagian besar dari hasil riset tersebut menyatakan
bahwa, obat-obat kontrasepsi oral generasi baru sebagian besar tidak menunjukkan
adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat. Walaupun sebagian kecil ada
gangguan, sifatnya hanya ringan saja, tidak sampai menunjukkan adanya kemaknaan
secara klinis. Gejala klinis akan timbul apabila pemakai kontrasepsi oral tersebut
sebelumnya telah memiliki faktor risiko yang mendasari.
Di Amerika Serikat, data yang disampaikan oleh Third National Health and Nutrition
Examination Survey, yang membandingkan efek samping berbagai macam kontrasepsi
oral, menunjukkan bahwa :
 Pemakai kontrasepsi oral pemula, tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar
glukosa darah, HbA1c, insulin, atau Peptida-C.
 Tidak ada hubungan antara umur pemakai, usia ketika pertama kali memakai
kontrasepsi oral, dengan metabolisme karbohidrat.
 Penghentian kontrasepsi oral tidak menyebabkan perubahan pada metabolisme
karbohidrat.
Riset terbaru yang dilakukan oleh Berenson dan kawan-kawan pada tahun 2011,
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral yang mengandung desogestrel, suatu
progesteron generasi ketiga, ternyata tidak menyebabkan peningkatan kadar
glukosa maupun insulin pada pemakainya, dibandingkan dengan pamakaian
kontrasepsi suntik yang mengandung DMPA, yang ternyata meningkatkan kadar glukosa
dan insulin, walaupun hanya sedikit.
Klipping dan Marr melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) macam
kontrasepsi oral yang masing-masing mengandung progesteron jenis terbaru,
yaitu drospirenone dan desogestrel, terhadap metabolisme lipid, karbohidrat dan
parameter hemostatik. Dari hasil Tes Toleransi Glukosa, ternyata tidak menunjukkan
adanya peningkatan yang bermakna, sehingga keua jenis progesteron tersebut
disimpulkan aman untuk dipakai.
Lüdickea dan kawan-kawan melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) jenis
kontrasepsi oral yang masing-masing mengandung gestodene atau desogestrel yang
dikombinasikan dengan ethinilestradiol terhadap profil karbohidrat pemakainya. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar glukosa yang bermakna, namun tidak
ditemukan peningkatan kadar insulin dan peptida-C. Tidak ada perbedaan antara
pengaruh gestodene dan desogestrel terhadap metabolisme karbohidrat. Penelitian
yang dilakukan di Swedia pada pemakai kontrasepsi oral yang berusia antara 36 – 56
tahun menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral
dengan timbulnya gejala prediabetes. Namun, hal tersebut tidak ditemukan pada
pemakai yang memiliki risiko rendah terhadap penyakit kardiovaskuler, memiliki Indeks
Massa Tubuh

Women with Cardiovascular Risk Factors


ACOG addressed the use of combination oral contraceptives and other forms of hormonal
contraception in women with hypertension, dyslipidemia, and diabetes; women who smoke or
are obese; and women older than 35 years.
HYPERTENSION
Studies have shown that the use of oral contraceptives (including newer agents)
increases blood pressure by as much as 8 mm Hg systolic and 6 mm Hg diastolic.
However, depot medroxyprogesterone acetate (DMPA; Depo-Provera) does not
significantly affect blood pressure. Some studies have reported increases in the risk of
vascular events in women taking combination estrogen/progestin contraceptives. Because of
the increased risk of myocardial infarction (MI) and stroke in women with hypertension, and
the likelihood of additional risks associated with hormonal contraceptives, the decision to
use combination hormonal contraceptives in these women should be weighed against
the risk of adverse pregnancy outcomes associated with hypertension.
In women with well-controlled and monitored hypertension who are 35 years or younger,
a trial of combination contraceptives may be appropriate as long as the patient is otherwise
healthy, shows no signs of end-organ vascular disease, and does not smoke. If blood
pressure remains well controlled several months after the trial is started, combination
contraceptives may be continued. Progestin-only contraceptives and the levonorgestrel-
releasing intrauterine system (Mirena) are appropriate options in women with
hypertension.
DYSLIPIDEMIA
The estrogen component of combination oral contraceptives enhances removal of
low-density lipoprotein (LDL) cholesterol and increases levels of high-density
lipoprotein (HDL) cholesterol. Oral estrogen also increases triglyceride levels, but in
women with both increased HDL and decreased LDL levels, this moderate increase in
triglyceride levels does not increase the risk of atherogenesis. The progestin component of
combination oral contraceptives antagonizes these estrogen-induced lipid changes.
Therefore, the choice and dose of progestin in combination oral contraceptives may affect
the overall change in lipid levels; formulas with less androgenic progestins increase HDL
levels more and triglyceride levels less than formulas with more androgenic progestins.
Because the absolute risk of cardiovascular events is low in women with
controlled dyslipidemia, most of these women can use combination oral
contraceptives with 35 mcg or less of estrogen. Fasting serum lipid levels should be
monitored often after combination oral contraceptives are initiated in women with
dyslipidemia; less frequent monitoring is appropriate once lipid parameters have stabilized.
Alternative contraceptives should be considered for women with uncontrolled LDL levels
greater than 160 mg per dL (4.14 mmol per L) or multiple cardiovascular risk factors. The
use of progestin-only contraceptives does not increase the risk of MI.
DIABETES
Studies have shown that the use of combination oral contraceptives does not increase
a woman's risk of developing type 2 diabetes. In women with type 1 diabetes, the use of
combination oral contraceptives does not seem to impair metabolic control or accelerate the
development of vascular disease. However, because of theoretical concerns, ACOG
recommends that the use of combination oral contraceptives be limited to
nonsmoking, otherwise healthy women with diabetes who are younger than 35 years
and show no evidence of hypertension, nephropathy, retinopathy, or other vascular
disease. The levonorgestrel-releasing intrauterine system also is an appropriate option in
women with diabetes.
SMOKING
Epidemiologic and case-control studies from the past 40 years have produced inconsistent
evidence as to whether oral contraceptives increase the risk of MI in women who smoke.
Because of the limited amount of conclusive data, ACOG recommends that physicians
prescribe combination oral contraceptives with caution, if at all, in women older than 35 years
who smoke.
OBESITY
Obesity (i.e., body mass index of at least 30 kg per m2) may impair the effectiveness of
combination oral and transdermal contraceptives. However, the incrementally higher failure
rates in these patients should not exclude the use of these contraceptives in favor of less
effective methods.
Obesity and the use of combination oral contraceptives are independent risk factors
for venous thromboembolism. Thus, consideration should be given to progestin-only
and intrauterine contraceptives when counseling obese women about their options.
Because obese women have an elevated risk of dysfunctional uterine bleeding and
endometrial neoplasia, the use of the levonorgestrel-releasing intrauterine system may be a
beneficial choice in these women.
WOMEN OLDER THAN 35 YEARS
The use of combination oral contraceptives with less than 50 mcg of estrogen is safe
in healthy, nonsmoking women older than 35 years and may have a beneficial effect
on bone mineral density and vasomotor symptoms in perimenopausal women. The
reduced risk of endometrial and ovarian cancers associated with oral contraceptive use is of
particular importance to older women of reproductive age. However, these benefits must be
balanced against the cardiovascular risk factors of obesity and age, particularly as they relate
to the risk of venous thromboembolism. Because of this risk, the use of combination
contraceptives should be individualized in women older than 35 years.
Women Taking Concomitant Medications
Serum progestin levels in women using progestin-only oral contraceptives and implants are
lower than those in women using combination oral contraceptives. Accordingly, low-dose
progestin-only contraceptives should not be used in women taking concomitant liver
enzyme inducers. The levonorgestrel-releasing intrauterine system remains effective
when anticonvulsants and other liver enzyme–inducing medications are taken. The
effectiveness of DMPA in women taking liver enzyme inducers has not been studied.
ANTICONVULSANTS
Anticonvulsants that induce liver enzymes can decrease serum concentrations of either
component of combination oral contraceptives (Table 2). Although reduced serum levels of
oral contraceptive steroids have been noted in women who also were taking anticonvulsants,
ovulation or accidental pregnancy did not occur.
Some physicians prescribe oral contraceptives containing 50 mcg of ethinyl estradiol
to women taking liver enzyme–inducing anticonvulsants and other medications that
reduce serum steroid levels. However, no published data support the enhanced
contraceptive effectiveness of this practice. Although it seems prudent to use 30 to 35 mcg of
estrogen rather than 20 to 25 mcg in women taking medications that reduce serum steroid
levels, no data support this recommendation. The use of condoms in combination with oral
contraceptives or the use of an intrauterine device may be considered in such women.
ANTIBIOTICS
Although there have been many anecdotal reports of oral contraceptive failure in women
taking concomitant antibiotics, rifampin (Rifadin) is the only antibiotic that has been
proven to decrease serum steroid levels (Table 3). Because serum steroid levels are
significantly reduced in women taking rifampin, they should not rely on combination
oral contraceptives, progestin-only contraceptives, or implants for contraception.
ANTIRETROVIRALS
Data from several small studies suggest that serum steroid levels in oral contraceptive users
may be affected by the use of various antiretroviral medications (Table 4). However, no
clinical outcome studies have been performed, so the practical implications of these data are
unknown.
CARRIE ARMSTRONG. ACOG Releases Guidelines on Hormonal Contraceptives in Women
with Coexisting Medical Conditions
Today several effective contraceptive methods are available for women with IDDM.
Contraceptive guidance as part of the pre-pregnancy counselling needs to be more widely
implemented by general practitioners and in non-specialized obstetrical and gynaecological
departments. Women with diabetes are generally well motivated, and thus the barrier methods
may prove both acceptable and reliable contraceptive agents for some of these women. When,
however, a high risk of user failure can be predicted, the IUD or hormonal contraception may be
the only reversible alternative. According to our findings, IUDs can be recommended without
reservation to women with IDDM. In women with previous GDM it seems that low dose oral
contraceptive compounds may be administered without running the risk of inducing
glucose intolerance, but long-term results are still unavailable. Natural oestrogens may be
administered in combination with a progestogen for a limited period as an efficient and acceptable
mode of contraception in women with IDDM without any concomitant adverse effects on diabetic
control. From our investigations it also appears that short-term administration of combined low
dose OCs containing the traditional progestogens (e.g. norethisterone or levonorgestrel) or the
new gonane progestogens (e.g. gestodene) does not alter glycaemic control in women with
IDDM. Similarly, these compounds do not cause any significant changes in lipid/lipoprotein levels
during short-term treatment, although the intake of monophasic ethinyloestradiol/norethisterone
preparations may result in higher triglyceride levels and tends to increase lipid levels more than
triphasic ethinyloestradiol/levonorgestrel compounds.
The results from our clinic have shown that OCs can be safely recommended at pre-
conception counselling so that women with diabetes can obtain both optimal glycaemic
control and efficient spacing of their pregnancies.
Contraception for women with diabetes: an update. Skouby SO, Mølsted-Pedersen
L, Petersen KR.

8. Bagaimana hubungan riwayat penderita chlamidiasis, hepatitis kronik,


riwayat DM 2 tahun yll dengan pemilihan kontrasepsi pasien A?
DM
Kontrasepsi oral yang hanya mengandung estrogen saja, tidak memiliki efek merugikan
pada metabolisme glukosa, tetapi yang mengandung progesteron menunjukkan
antagonisme dengan insulin. Formulasi kontrasepsi oral dengan progesteron dosis tinggi
menunjukkan tes toleransi glukosa yang abnormal pada pemakainya, dengan tingkat
insulin yang meningkat pada rata-rata pasien. Efeknya pada metabolisme karbohidrat,
akan menurunkan toleransi glukosa. Progesteron juga dapat menurunkan kecepatan
absorpsi karbohidrat dari sistem pencernaan makanan. Hal-hal tersebut diatas terkait
dengan potensi androgenik dari progesteron, serta tinggi rendahnya dosis progesteron.
Komponen progestogen yang digunakan sebagai bahan kontrasepsi oral kombinasi,
telah mengalami perubahan-perubahan sejak pertama kali ditemukan. Diakui bahwa
struktur kimia itu dapat memberikan efek yang merugikan maupun yang
menguntungkan. Pemikiran tersebut diatas menarik minat beberapa ahli untuk
melakukan beberapa riset, yang hasilnya ternyata masih menunjukkan adanya beberapa
perbedaan pendapat. Namun, sebagian besar dari hasil riset tersebut menyatakan
bahwa, obat-obat kontrasepsi oral generasi baru sebagian besar tidak menunjukkan
adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat. Walaupun sebagian kecil ada
gangguan, sifatnya hanya ringan saja, tidak sampai menunjukkan adanya kemaknaan
secara klinis. Gejala klinis akan timbul apabila pemakai kontrasepsi oral tersebut
sebelumnya telah memiliki faktor risiko yang mendasari.
Di Amerika Serikat, data yang disampaikan oleh Third National Health and Nutrition
Examination Survey, yang membandingkan efek samping berbagai macam kontrasepsi
oral, menunjukkan bahwa :
 Pemakai kontrasepsi oral pemula, tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar
glukosa darah, HbA1c, insulin, atau Peptida-C.
 Tidak ada hubungan antara umur pemakai, usia ketika pertama kali memakai
kontrasepsi oral, dengan metabolisme karbohidrat.
 Penghentian kontrasepsi oral tidak menyebabkan perubahan pada metabolisme
karbohidrat.
Riset terbaru yang dilakukan oleh Berenson dan kawan-kawan pada tahun 2011,
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral yang mengandung desogestrel, suatu
progesteron generasi ketiga, ternyata tidak menyebabkan peningkatan kadar
glukosa maupun insulin pada pemakainya, dibandingkan dengan pamakaian
kontrasepsi suntik yang mengandung DMPA, yang ternyata meningkatkan kadar glukosa
dan insulin, walaupun hanya sedikit.
Klipping dan Marr melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) macam
kontrasepsi oral yang masing-masing mengandung progesteron jenis terbaru,
yaitu drospirenone dan desogestrel, terhadap metabolisme lipid, karbohidrat dan
parameter hemostatik. Dari hasil Tes Toleransi Glukosa, ternyata tidak menunjukkan
adanya peningkatan yang bermakna, sehingga keua jenis progesteron tersebut
disimpulkan aman untuk dipakai.
Lüdickea dan kawan-kawan melakukan riset dengan membandingkan efek 2 (dua) jenis
kontrasepsi oral yang masing-masing mengandung gestodene atau desogestrel yang
dikombinasikan dengan ethinilestradiol terhadap profil karbohidrat pemakainya. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar glukosa yang bermakna, namun tidak
ditemukan peningkatan kadar insulin dan peptida-C. Tidak ada perbedaan antara
pengaruh gestodene dan desogestrel terhadap metabolisme karbohidrat. Penelitian
yang dilakukan di Swedia pada pemakai kontrasepsi oral yang berusia antara 36 – 56
tahun menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral
dengan timbulnya gejala prediabetes. Namun, hal tersebut tidak ditemukan pada
pemakai yang memiliki risiko rendah terhadap penyakit kardiovaskuler, memiliki Indeks
Massa Tubuh

9. Apakah alat kontrasepsi yang baik untuk pasien B (penderita


fibroadenoma mammae)?
Selain hormon karena hubungan kanker payudara
Oral fam tinggi resikonya
Estrogen dan progesteron meningkatkan proliferasi berlebih kelenjar
hormonal
Sinclair, C. Buku Saku Kebidanan. 2009. Jakarta : EGC

DEFINISI
 Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang paling sering terjadi pada wanita.
Tumor ini terdiri dari gabungan antara kelenjar glandula dan fibrosa.
 Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita
dengan usia di bawah 30 tahun. Yang perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan
dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas.
 Fibroadenoma mammae timbul akibat pengaruh kelebihan hormon estrogen.
 Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 macam:
• Common Fibroadenoma
• Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
• Juvenile fibroadenoma pada remaja.

2. PENYEBAB
 Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
 Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil
karena produksi hormon estrogen meningkat.

3. GEJALA
Pertumbuhan fibroadenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, hanya
ukuran dan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada mammae. Pada saat
disentuh kenyal seperti karet

4. PATOLOGI
Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih keabuan.
Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma
fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).
5. PENEGAKAN DIAGNOSA
Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan
pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada mammae) atau
ultrasound pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan tepat dalam diagnosa
terhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan sample biopsi. Pengambilan
sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau dengan
memasukkan jarum yang kecil dan panjang untuk mengambil sampel sel fibroadenoma
tersebut.
Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis,
ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum. Penilaian klinis
terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:
• Umur:
Karsinoma: umumnya menyerang pada usia menjelang menopause
Fibroadenoma: umumnya menyerang wanita usia di bawah 30 tahun

6. TREATMENT
Karena FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan
pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja.
Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan
psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan
tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.

FAM DGN PEMILIHAN KONTRASEPSI


ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Anatomi fisiologi
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral.
Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak,
berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu.
Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila
/ puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan
oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang,
termasuk sebagai sexually responsive organ.
 Fibroadenoma
terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya ukurannya akan
meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon
estrogen meningkat.
 Estrogen
 adalah hormon yang memainkan peran kunci dalam perkembangan organ
dan sistem reproduksi wanita.
 Estrogen adalah kelompok hormon steroid yang berasal dari kolesterol. Ada
tiga jenis estrogen yaitu estradiol, estrone, dan estriol. Hormon steroid
seperti estrogen dapat berdifusi bebas melalui membran plasma.
 Fungsi Estrogen bertanggung jawab untuk mempercepat pertumbuhan
tubuh wanita, dan kemudian berperan mengembangkan rahim, ovarium, dan
sistem reproduksi lain sehingga tubuh siap untuk mendukung kehamilan.
Estrogen juga berperan membantu perkembangan dan pembesaran
payudara, meningkatkan timbunan lemak di lapisan subkutan, membantu
perkembangan panggul, pertumbuhan rambut ketiak dan kemaluan, serta
berbagai fungsi metabolik lainnya.
 Siklus Menstruasi
Pada awal siklus, follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormon (LH) merangsang folikel dalam ovarium untuk mulai memproduksi
estrogen, yang ujungnya menghambat pelepasan FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis.
Efek Samping Estrogen
 Meskipun estrogen memberikan manfaat positif bagi wanita, bentuk-bentuk
tertentu dari kanker payudara menggunakan estrogen sebagai hormon
pertumbuhan.
 Aksi pada Jaringan Payudara
Unit lobuler saluran terminal dari jaringan payudara wanita-wanita muda sangat
responsif dengan estrogen. Pada jaringan payudara, estrogen menstimulasi
pertumbuhan dan diferensiasi saluran epitelium, menginduksi aktivitas
mitotik saluran sel-sel silindris, dan menstimulasi pertumbuhan jaringan
penyambung. Estrogen juga menghasilkan efek seperti histamin pada
mikrosirkulasi payudara. Densitas reseptor estrogen pada jaringan payudara sangat
tinggi pada fase folikuler dari siklus menstruasi dan menurun setelah ovulasi.
Estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Pada wanita-
wanita postmenopause dengan kanker payudara, konsentrasi estradiol tumor tinggi,
karena aromatisasi in situ, meskipun adanya keonsentrasi estradiol serum yang
rendah

 Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.


 Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil
karena produksi hormon estrogen meningkat.
 Jika ibu tersebut memilih kontrasepsi hormonal pil, berikan kontrasepsi hormonal
pil yang hanya mengandung progesterone. Jika memungkinkan ibu memilih
kontrasepsi nonhormonal, bantu ibu untuk memilih kontrasepsi nonhormonal
seperti metode kalender (ajarkan ibu untuk menggunakan metode kalender),
metode lendir serviks (ajarkan ibu utuk mengetahui metode tersebut), kondom,
koitus interuptus, IUD. Yang tidak memicu pertumbuhan sel kanker.
 Unit lobuler saluran terminal dari jaringan payudara wanita-wanita muda sangat
responsif dengan estrogen.
 Pada jaringan payudara, estrogen menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi saluran
epitelium, menginduksi aktivitas mitotik saluran sel-sel silindris, dan menstimulasi
pertumbuhan jaringan penyambung.
 Estrogen juga menghasilkan efek seperti histamin pada mikrosirkulasi payudara.
Densitas reseptor estrogen pada jaringan payudara sangat tinggi pada fase
folikuler dari siklus menstruasi dan menurun setelah ovulasi. Estrogen
menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Pada wanita-wanita
postmenopause dengan kanker payudara, konsentrasi estradiol tumor tinggi, karena
aromatisasi in situ, meskipun adanya keonsentrasi estradiol serum yang rendah.
Gruber CJ, Tschugguei W, Schneebeger C, Huber JC. Production and action of
estrogens. N Engl J Med 2002; 346: 340-50

BREAST CANCER
Women with fibroadenoma, benign breast disease with epithelial hyperplasia, or a family
history of breast cancer have an increased risk of breast cancer. The risk of benign
breast disease is lower in women who use oral contraceptives compared with
nonusers. Studies have found that a slightly increased risk of breast cancer is
associated with current or recent use of oral contraceptives, but that oral contraceptive
use does not further increase risk in women with a family history of breast cancer or a
personal history of benign breast disease.
The use of oral contraceptives before age 30 and use for more than five years are
associated with an increased risk of breast cancer in women with the BRCA1 gene,
but not in those with the BRCA2 gene. Because oral contraceptive use reduces the
risk of ovarian cancer, these drugs offer significant benefits for women
with BRCA mutations.
CARRIE ARMSTRONG. ACOG Releases Guidelines on Hormonal Contraceptives in Women
with Coexisting Medical Conditions

Bagaimana mekanisme progesteron dan estrogen pada kontrasepsi?


Mekanisme Kerja Pil Kontrasepsi
Efek pil kontrasepsi untuk dapat mencegah kehamilan adalah merupakan kerja aktif dari
komponen-komponen yang ada dalam pil tersebut. Pada pil kombinasi, komponen
estrogen dan komponen progesteron bekerja sama untuk menghambat terjadinya
ovulasi. Aktifitas tersebut terjadi pada tingkat hipotalamus, yaitu dengan menghambat
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), sehingga pelepasan FSH dan LH yang
berasal dari kelenjar hipofisa anterior akan terhambat, dan hal tersebut akan
menimbulkan hambatan pada ovarium secara sekunder.
Dikatakan bahwa estrogen memiliki dominansi untuk menekan FSH, sehingga
maturasi folikel dalam ovarium menjadi tehambat. Karena pengaruh estrogen dari
ovarium tidak ada, maka tidak terdapat pengeluaran LH. Ditengah-tengah daur haid
kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH akan menyebabkan ovulasi
menjadi terganggu. Estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan ovum,
dan hal ini akan mempersulit terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang
sudah dibuahi.
Komponen progesterone lebih banyak menghambat LH dan hanya sedikit
menghambat FSH. Fungsi dari progesterone dalam pil kombinasi adalah untuk lebih
memperkuat khasiat estrogen, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi.
Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat menghambat terjadinya ovulasi,
tetapi tidak pada dosis rendah. Progesteron memiliki khasiat :
 membuat lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermatozoon untuk masuk ke dalam uterus.
 kapasitasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum terganggu
 beberapa jenis progesterone memiliki efek antiestrogenik terhadap endometrium,
sehingga menyulitkan implantasi ovum yang telah dibuahi.

Efek progesterone dan estrogen bersama-sama dapat dilihat pada endometrium, di


mana endometrium menjadi sukar untuk mengalami implantasi dan menjadi lebih
tipis, yang mengakibatkan para pemakai pil kontrasepsi jarang mengalami menstruasi
Dengan banyaknya modifikasi dalam rumus kimia dan dosis dari progesterone dan
estrogen, maka aktifitas biologik dari berbagai jenis pil juga berbeda-beda. Untuk
membandingkan khasiat farmakologi dari pil-pil kombinasi, selain dilihat dosisnya, juga
harus dilihat dari jenis hormon yang terkandung dalam pil tersebut. Sebagai contoh,
noretindron dan noretinodrel memiliki kekuatan yang sama, sedangkan noretindron
asetat dua kali lebih kuat daripada noretindron atau noretinodrel. Etinodiol diasetat 15
kali lebih kuat daripada norgestrel dan kira-kira 30 kali lebih kuat daripada noretindron
atau noretinodrel. Etinil estradiol memiliki kekuatan 1.7 sampai dengan 2 kali lebih kuat
daripada mestranol. Hal ini penting untuk diketahui, apabila akan memberikan pil
kontrasepsi, perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu tentang dosis dan jenis kedua
hormon yang dipakai dalam pil kombinasi tersebut.
CARRIE ARMSTRONG. ACOG Releases Guidelines on Hormonal Contraceptives in Women
with Coexisting Medical Conditions

10.Mengapa pd pasien B dengan kontrasepsi suntik tiap 3 bulan mengeluh


tidak pernah menstruasi dan BB meningkat?
Amenore  estrogen ngaruh ke FSH dan progesteron ke LH  kekacauan
di siklus ini
Lh turun  tdk terjdi ovulasi
Fsh turun  perkembangan sel ovum turun

Bb meningkat  hormon berpengaruh ke metabolisme lipidnya


Estrogen  berdifusi ke membran sel dan subkutan  pd kelenjar
subkutan trjadi penimbunan lemak di subkutan  peningkatan BB
Tidak menstruasi :
Dasar dari suntik KB adalah meniru proses-proses alamiah dengan cara menggantikan
produksi normal estrogen dan progesterone oleh ovarium  akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid normal, sehingga juga menekan releasing-factor di otak
dan akhirnya mencegah ovulasi. Jika menggunakan pil oral, harus diminum setiap hari
agar efektif karena mereka di metabolism dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1-2
tablet, maka akan terjadi peningkatan hormone-hormon alamiah dan akhirnya
menyebabkan ovum jadi matang dan dilepaskan.
Mekanisme kerjanya antara lain menghambat ovulasi, mencegah implantasi,
memperlambat transportasi ovum, mengentalkan lendir serviks :
a. Mekanisme kerja estrogen
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi,
implantasi atau perjalanan ovum.
 Ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH. Penghambatan tersebut tampak dari tidak
adanya estrogen dan puncak FSH-LH dari pertengahan siklus. Ovulasi tidak selalu
dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau
kurang karena estrogen hanya efektif 95-98% menghambat ovulasi.
 Implantasi
Implantasi dari blastocyst yang sedang berkembang terjadi 6 hari setelah
fertilisasi, proses ini dapat dihambat bila lingkungan endometrium tidak dalam
keadaan yang optimal.
Kadar estrogen dan progesteron yang tidak adekuat menyebabkan pola
endometrium yang abnormal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi.
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi
(dietilstilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid.
 Transport gamet/ovum
Transport gamet/ovum dipercepat oleh estrogen dan hal ini disebabkan efek
hormonal pada peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.
Estrogen↑

(-) Hipotalamus

(-) FSH

Tidak terjadi pematangan folikel

Tidak ada ovulasi
b. Mekanisme kerja Progesteron
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat
kontrasepsi, sebagai berikut:
 Lendir serviks yang kental
Dalam waktu 48 jam setelah pemberian progesteron, lendir serviks mengalami
perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma
selanjutnya lebih sulit.
 Ovulasi
Penghambatan ovulasi melalui terganggunya fungsi hipotalamus-hipofisis-
ovarium oleh progesteron.
 Implantasi
Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun
ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang,
sehingga implantasi dihambat.
 Transport gamet/ovum
Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam
tuba akan terhambat.

Efektifitas
Dengan pemakaian yang benar, yaitu mengikuti aturan pakai, maka efektivitas mencapai
mencapai 99%. Yang berarti terdapat 1 dari 100 wanita yang mengkonsumsi pil selama
1 tahun akan mengalami kehamilan. Metode ini juga merupakan metode yang paling
reversible, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan
biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan.
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

11.Hal hal apa saja yang disampaikan ketika konseling kontrasepsi?


Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan
pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan berperan sebagai
konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah ini.
a. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri Anda. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
dan keinginannya pada kunjungan ini.
b. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
diguakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.

Tanyakan status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimilikinya. Perhatikan
persyaratan medis penggunaan metode kontrasepsi tertentu.
c. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu
Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi:
efektivitas, cara kerja, efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-
upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut (termasuk sistem rujukan).
d. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya.
Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apabila ingin
mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau
dirujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
e. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu
Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah mengenai:
 Waktu, tempat, tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi
 Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan
 Cara mengenali efek samping/komplikasi
 Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang
bila diperlukan
 Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi

Bila ibu ingin memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan penapisan
kehamilan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
 Apakah Anda mempunyai bayi yang berumur kurang dari 6 bulan DAN menyusui
secara eksklusif DAN tidak mendapat haid selama 6 bulan tersebut?
 Apakah Anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?
 Apakah Anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?
 Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien ingin
menggunakan AKDR)?
 Apakah Anda mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir
bila klien ingin menggunakan AKDR)?
 Apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan konsisten?
Bila ada jawaban “YA” pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode
kontrasepsi dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab “TIDAK”, ibu harus
melakukan tes kehamilan atau menunggu haid berikutnya.
f. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu
mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu. Berikan
pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan (kunjungan
ulang pasca pemasangan)
WHO : http://www.edukia.org/web/kbibu/9-7-1-panduan-pemilihan-kontrasepsi/
Apa fungsi konseling kontrasepsi bagi akseptor ?

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal :


 Memberikan informasi yang tepat serta objektif mengenai berbagai metode
kotrasepsi sehingga klien mengetahui manfaat bagi diri sendiri dan keluarga.
 Mengidentifikasi dan menampung persaan-perasaan negatif misalnya keraguan-
keraguan maupun ketakutan-ketakutan yang dialami klien sehubungan dengan
pelayanan KB atau metode-metode kontasepsi, sehingga konselor dapat
membantu klien dalam hal penanggulangan.
 Membantu klien untuk memilih kontrasepsi terbaik bagi mereka, terbaik di sini
berarti metode yang aman bagi klien dan yang ingin digunakan klien, dengan
perkataan lain metode yang secara mantap oleh klien
 Membantu klien agar dapat menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih
secara aman dan efektif memberikan informasi tentang cara mendapatkan
bantuan-bantuan dan tempat pelayanan KB. Secara singkat tujuan disini adalah
agar klien mampu membuat pilihan mantap tentang kontrasepsi yang akan
digunakannya, memiliki pemahaman yang tepat dan jelas mengenai praktek dn
penjelasan KB, sehingga mereka tidak ragu-ragu dalam menjalani program
keluarga berencana tersebut puas dengan pilihannya sendiri. Dengan harapan,
keadaan semacam ini akan menyebabkan klien dapat bertindak sebagai model
bagi calon akseptor lainnya dan secara tidak langsung menunjang suksesnya
program Keluarga Berencan Nasional
Radita Kusumaningrum. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Fakultas Kedokteran Undip

Peningkatan BB
 Estrogen bisa menyebabkan retensi cairan dan garam yang bisa memicu pertambahan
berat badan sedangkan progesteron bisa meningkatkan nafsu makan. Tetapi dengan
dosis rendah pil KB modern efek ini jarang terjadi.
 Kenaikan berat badan terjadi karena pasien merasa aman yaitu terlindungi dari
kehamilan sehingga pola makan berubah (nafsu makan meningkat) ataupun oleh
karena faktor keturunan.
 Pendarahan dapat terjadi bila pasien terlupa minum pil lebih dari 12 jam karena
turunnya kadar hormon dalam tubuh yang diartikan oleh tubuh sebagai tanda sudah
boleh menstruasi (ingat bahwa selama minum pil KB menstruasi tidak terjadi)

Efek penambahan berat badan pada kontrasepsi pil disebabkan oleh efek estrogen, yaitu
akibat dari adanya retensi cairan dan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan
subkutan. Untuk kontrasepsi suntik disebabkan oleh efek progestin, diduga bukan karena
adanya retensi cairan. Menurut para ahli, kontrasepsi suntik merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari
biasanya.
Hormon merupakan senyawa kimia dalam darah dengan kadar sangat rendah yang
mempunyai pengaruh pengatur pada metabolisme alat atau jaringan spesifik. Hormon
disekresi langsung ke dalam darah dengan jumlah yang sangat kecil oleh sel khusus yang
sering dikelompokkan bersama dalam struktur anatomik berbeda dan disebut sebagai
kelenjar endokrin. Hormon-hormon diangkut lewat darah ke dalam jaringan spesifik yang
disebut jaringan sasaran di mana mereka melakukan pengaruh pengaturannya.
Kontrasepsi steroid yang mengandung progestin di dalam tubuh dapat berpengaruh
terhadap metabolisme nutrisi, sedangkan estrogen menyebabkan posisi dari sejumlah
besar lemak pada jaringan subkutan dan dapat menyebabkan terjadinya retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, efek ini normalnya ringan dan jarang bermakna. Kontrasepsi
oral berpengaruh terhadap kebutuhan vitamin dan mineral pada wanita. Pertambahan
berat badan disebabkan oleh hormon estrogen dan progesteron yang ada dalam pil dalam
penggunaan jangka waktu tertentu. Progesteron juga dapat menyebabkan pertambahan
berat pada penggunaan yang lama (jangka panjang) akibat terjadinya perubahan anabolik
dan stimulasi nafsu makan.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton and Hall

12.Apakah alat kontrasepsi yang baik dengan pasien A?


13.Bagaimana pengaruhnya terapi griseofulvin terhadap kontrasepsi?
Etinil estradiol adalah estrogen pilihan yang banyak digunakan dalam pil KB dan
merupakan senyawa yang aktif utama pil KB. Dari total zat aktif dalam satu pil, hanya
kira-kira 40-50 %-nya saja yang dapat mencapai peredaran darah sistemik dalam
bentuk tidak berubah, dengan rentang variasi individual berkisar 10 s/d 70%. Sisanya
dimetabolisir selama “first pass metabolisme” melalui saluran pencernaan dan
liver/hati. Etinil estradiol yang telah melalui peredaran darah akan diserap oleh tubuh
dan sisa yang tidak terserap akan mengalami konjugasi dengan senyawa sulfat, terutama
di dinding saluran cerna, lalu ditranspor di pembuluh darah vena ke dalam liver di mana
akan terjadi hidroksilasi dan konjugasi dengan asam glukoronat. Dengan proses
metabolisme ini, etinil estradiol berubah menjadi senyawa yang tidak aktif, yang pada
akhirnya akan dikeluarkan melalui feses/tinja.
Proses hidroksilasi ini dikatalisir oleh suatu enzym spesifik yang disebut sitokrom P450,
yang dipengaruhi oleh sifat genetik, yang berarti tergantung pada sifat gen manusia.
Dengan demikian, hal ini dapat menjelaskan mengapa setiap individu, termasuk dari
etnik yang berbeda, bisa memiliki perbedaan kemampuan untuk memproses
hidroksilasi etinil estradiol dalam tubuh. Estrogen yang tidak terhidroksilasi akan
mengalami konjugasi dengan glukoronat dan kemudian diekskresikan ke dalam empedu,
lalu masuk ke dalam usus dan dikeluarkan melalaui tinja. Tetapi, sebagian dari estrogen
yang melalui usus tadi masih dapat diproses lagi oleh suatu bakteria usus yaitu spesies
Clostridia kembali menjadi bentuk yang aktif/bebas dan dapat mengalami re-sirkulasi
dalam peredaran darah sistemik dan mengalami penyerapan lagi.
Ada beberapa keadaan di mana secara teroritik antimikroba (antibiotika/antijamur)
dapat mempengaruhi penyerapan, metabolisme dan pengeluaran etilen estradiol,
menurunkan potensinya serta dapat menyebabkan pendarahan, bahkan kegagalan KB,
yaitu kehamilan. Rifampisin, suatu antibiotika yang digunakan untuk mengobati TBC,
adalah yang pertama kali dilaporkan menyebabkan berkurangnya efek pil KB pada
sekitar tahun 1971 di Jerman. Di antara 88 wanita yang menggunakan pil KB dan
Rifampisin, 62 orang diantaranya dilaporkan mengalami gangguan menstruasi dan 5
orang gagal berKB atau hamil. Rifampisin adalah induser yang poten terhadap enzym
sitokrom P450, sehingga meningkatkan proses metabolisme etinil estradiol menjadi
senyawa tak aktif, yang pada gilirannya menyebabkan berkurangnya konsentrasi pil
KB tersebut dalam tubuh dan menyebabkan efeknya jadi berkurang.
Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu
mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan
potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti.
Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole dan fluconazole,
dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme
pil KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-
nya. Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk
menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.
Selain dengan cara meningkatkan kerja enzim pemetabolisme tersebut, antibiotika juga
dapat mengurangi efek pil KB dengan cara membunuh bakteria usus yang dibutuhkan
untuk memproses etinil estradiol menjadi senyawa bebas yang bisa dire-sirkulasi dan
dire-absorpsi. Dengan terbunuhnya bakteri usus yang berguna, yaitu Clostridia, maka
proses reabsorpsi obat akan terhambat, kadar zat aktif dalam tubuh jadi berkurang,
yang berarti mengurangi efek pil KB. Antibiotika seperti penisilin dan tetrasiklin
dilaporkan dapat menyebabkan kegagalan pil KB. Di Selandia baru pada tahun 1987, 23%
dari 163 kasus kehamilan yang dilaporkan adalah akibat kegagalan pil KB karena
digunakan bersama dengan antibiotika. Namun sekali lagi, masih terdapat kesulitan
metodologi dalam studi ilmiah tentang interaksi obat ini. Karena penggunaan parameter
yang berbeda, sebagian studi menyatakan tidak ada interaksi yang signifikan antara
obat antimikrobia ini dengan pil KB, sementara studi yang lain menyatakan sebaliknya.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada kelinci, seperti dilaporkan oleh sebuah jurnal
ilmiah Contraception tahun 1997, menunjukkan bahwa antibiotika amoksisilin tidak
memiliki efek signifikan terhadap kadar etinil estradiol dalam darah, yang berarti tidak
mempengaruhi efek pil KB. Hasil penelitian yang serupa juga ditemui pada antibiotika
tetrasiklin. Sebuah studi (tahun 1991) pada 7 orang wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral dan tetrasiklin secara bersama menunjukkan bahwa tetrasiklin tidak
mengurangi secara signifikan kadar etinil estradiol dalam darah. Penelitian lain yang
melibatkan generasi baru antibiotika yaitu roxithromycin dan dirirthromycin juga gagal
menunjukkan efek yang siginifikan pada pemakaian kombinasi dengan pil KB. Namun
demikian, karena penelitian semacam ini pada manusia umumnya hanya melibatkan
sejumlah terbatas wanita, boleh jadi hasilnya tidak bisa menggambarkan hasil yang
mungkin terjadi pada sekelompok wanita yang memiliki respon yang berbeda.
Bagaimana sebaiknya ?
Walaupun menurut beberapa studi di atas, kemungkinan kejadian interaksi ini hanya
terbatas, terutama pada wanita yang memiliki aktivitas enzim pemetabolisme dan
sirkulasi enterohepatik yang berlebihan, namun sampai saat ini tidak ada cara untuk
mengindentifikasi apakah seorang wanita termasuk kelompok tersebut atau tidak.
Karena itu, untuk menghindari kemungkinan kegagalan pil KB adalah lebih bijaksana jika
pasien maupun dokter penulis resep berhati-hati terhadap adanya kombinasi
antibiotika/antijamur dengan pil KB. Bagi wanita yang mengkonsumsi rifampisin dalam
jangka panjang, sebaiknya memilih cara kontrasepsi yang lain, misalnya dengan suntik
KB, spiral, kondom atau lainnya. Wanita yang menggunakan obat jamur griseofulvin
juga perlu waspada terhadap berkurangnya efek pil KB dan sebaiknya tidak
menggantungkan diri pada cara kontrasepsi ini. Cara lain adalah dengan menghindari
kontak seksual selama 7 hari pertama pemakaian antibiotika dan 7 hari berikutnya.
Jadi tegasnya, jika Anda mendapatkan resep antibiotika, sementara Anda sedang
menggunakan pil KB, maka sampaikan pada dokter Anda dan konsultasikan mengenai
kemungkinan interaksi ini. Dan yang penting, gunakan juga cara kontrasepsi lain untuk
mendukung kerja pil KB yang digunakan selama Anda mengkonsumsi
antibiotika/antijamur.

14.Bagaimana pandangan islam terhadap kontrasepsi?


Pengertian Keluarga Berencana
Menurut para ulama yang membolehkan tentang ber-KB, mereka menerangkan bahwa
Keluarga Berencana (KB) yang di bolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara
atas kesepakatan suami-istri karenasituasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara. Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Penggunaan
istilah “keluarga berencana” juga sama artinya dengan istilah yang umum di pakai di
dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang di
gunakan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah
organisasi internasional yang berkedudukan di London.
KB juga dapat berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan
jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi-kondisi masyarakat dan
Negara. Dengan begitu, KB berbeda dengan birth control, yang artinya
pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl). Istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan sterilisasi (pemandulan).

Hukum Ber-KB
Sebenarnya tidak ada ayat Al-Qur’an maupun Hadis Nabi yang secara tegas berbicara
tentang KB. Dengan diamnya kedua sumber ajaran islam ini, mayoritas ulama
berpendapat bahwa hukum KB harus di kembalikan kepada hukum asal sesuai dengan
kaidah fiqih yang berlaku bahwa “pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh
kecuali ada dalil yang menunjukan keharamannya”. Akan tetapi sebagian ulama lain,
seperti Abu A’la Al-maududi, menolak KB karena bertentangan dengan sejumlah
ayat Al-Qur’an dan Hadis. Penolakan tersebut di dasarkan pada beberapa alasan.
a. Pertama, pengendalian jumlah anak yang di dasari oleh motivasi takut
kekurangan rezeki bertentangan dengan keimanan bahwa Allah telah
menentukan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Di samping itu, melakukan KB
dengan motivasi ekonomi idientik dengan praktik pembunuhan anak-anak perempuan
yang dilakukan masyarakat Arab pra-islam. Hal ini jelas bertentangn dengan firman
Allah Swt.:
Artinya:
“… dan janganlah kamu membunuh anak-anakkamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan keji, baik yang nyata maupun yang tersembunyi dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang di haramkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
suatu (sebab) yang benar. Demikian itu di perintahkan oleh tuhan-Mu kepadamu
supaya kamu memahami”.[QS. Al-An’am[6]:151]

Artinya:
“sesungguhnya Tuhan-Mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha Melihat akan
hamba-hambanya. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.[QS. Al-Isra
[17]:30-31].

Artinya:
“… barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari jalan yang tiada di sangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar (ketentuan) bagi setiap
sesuatu”.[QS. Al-Thalaq[65]:2-3]

Artinya:
“dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi/menanggung rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semua itu tertulis dalam kitab yang nyata (lauh
mahfuz)”. [QS. Hud [11]:6]

Pesan yang sama juga dapat ditemukan dalam QS. Al-Taqwir [81]:8-9, QS. Al-Nah
[16]:57-59 dan 72, QS Al-An’am [6]:137 dan 140, dan QS Al-Mumtahanah [60]:13
Ayat-ayat Al-Qur’an yang di jadikan dasar penolakan KB di atas di kritisi oleh
mayoritas ulama dengan argumentasi sebagai berikut :
- ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah telah menentukan rezeki
setiap makhluk-Nya memang sesuatu yang harus di yakini oleh setiap orang
yang beriman. Namun demikian, itu berarti seseorang terlepas begitu saja
tanpa berusaha (QS. Al-Rad [13]: 10) dan perencanaan jauh ke depan (QS. Al-
Qashash [28]:77 dan Al Hasyr [59]:18). Berusaha, menjaga harta dan
merencanakan masa depan bukanlah perbuatan yang dilarang agama dan tidak
pula bertentangan dengan ayat di atas, bahkan di perintahkan oleh agama (QS
Al-Isra [17]:26,27, dan 29). Oleh karena itu, dalam konteks ini KB tidak
bertentangan dengan ayat tersebut.
- larangan Al-Qur’an membunuh anak di tujukan kepada tindakan pembunuhan
anak yang sudah lahir, sebagaimana yang dipraktikan pada masyarakat pra-
islam. Selain itu, sementara KB, dalam arti pencegahan kehamilan, tidaklah
masuk dalam ayat di atas. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah relevan jika ayat-
ayat tersebut di jadikan dasar untuk menharamkan KB.

KB, menurut ulama yang menerimanya, merupakan salah satu bentuk usaha
manusia dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna
menghasilkan generasi yang kuat di masa yang akan datang. KB sesungguhnya
merupakan pemenuhan dari seruan QS Al-nisa [4]:9 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka…”

Ayat ini mengingatkan setiap orang tua untuk tidak meninggalkan keturunannya dalam
keadaan lemah sehingga menjadi beban orang lain. Salah satu cara agar dapat
meninggalkan keturunan yang kuat, orang tua harus memberikan nafkah,
perhatian dan pendidikan yang cukup. Apabila orang tua memiliki anak yang banyak
dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, maka di khawatirkan anak-
anaknya akan terlantar dan menjadi orang lemah. Di samping itu, dalam surat Al-Kahfi
[18]:46 Allah menjelaskan bahwa harta dan anak merupakan perhiasan dunia. Suatu
perhiasan seharusnya terdiri atas yang baik dan terbaik. Apabila perhiasan itu adalah
anak, maka anak tersebut haruslah anak yang baik, bahkan terbaik dan mampu
membangun dirimya, masyarakatnya, agamanya dan negaranya. Oleh karena itu, anak
haruslah mendapat pendidikan, kesehatan, bekal materil maupun spiritual. Untuk
mewujudkan keinginan tersebut seharusnya di sesuaikan antara jumlah anak dan
kemampuan ekonomi orang tua.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa KB secara prinsipil dapat


diterima oleh islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang
berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan
syariat islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga
memiliki sejumlah manfaat yang mencegah timbulnya kemudlaratan. Berdasarkan hasil
penelitian, setiap tahun ada ±500.000 perempuan meninggal dunia akibat berbagai
masalah kehamilan dan persalinan. KB bisa mencegah sebagian besar resiko kematian itu.
KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
 kehamilan terlalu dini : perempuan yang hamil tatkala umurnya bekum mencapai 17
tahun terancam kematian pada waktu melahirkan karena tubuhnya belum matang
untuk melakukan persalinan. Risiko yang sama juga mengancam bayi yang di
kandungnya.
 kehamilan terlalu tua : perempuan yang usianya terlalu tua untuk mengandung dan
melahirkan juga terancam resiko kematian dan dapat menimbulkan problem-problem
kesehatan lainnya.
 kehamilan terlalu berdekatan jaraknya : kehamilan dan persalinan menuntut
banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kehamilan dengan jarak yang
berdekatan dengan kehamilan lainnya mengundang bahaya kematian ibu.
 terlalu sering hamil dan melahirkan : pendarahan hebat dan berbagai macam
problem kesehatan yang mengancam kematian ibu dapat terjadi pada ibu yang terlalu
sering hamil dan melahirkan.
Melihat fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemashlahatan dan mencegah
kemudlaratan, tidak di ragukan lagi kebolehan KB dalam islam. Namun persoalannya
kemudian adalah : sejauh mana ia di bolehkan? Dan apa pula batasannya? Persoalan ini
akan terjawab dalam penjelasan berikut.
Sejauh dengan pengertian yang telah kami utarakan di atas bahwa KB merupakan
pengaturan kehamilan (tanzim al-nasl), bukan pembatasan keturunan (Tahdid al-
nasl) dalam arti pemandulan (ta’qim) dan aborsi (isqot al-haml), KB tidak dilarang.
Pemandulan diharamkan oleh islam karena bertentangan denmgan sabda Rasulullah Saw.:
“tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau
mengebiri dirinya sendiri”. Demikian pula dengan tindakan aborsi, yaitu pengakhiran
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Pemandulan dan aborsi yang diharamkan Islam di sini adalah tindakan
pemandulan atau aborsi yang tidak didasari oleh alasan medis yang yang syar’i.
Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis (abortus artificialis therapicus),
seperti aborsi karena untuk menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisis medis melihat
adanya kelainan dalam kehamilan,dibolehkan, bahkan diharuskan. Begitu pula dengan
pemandulan, jika itu dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti
pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil dan/atau melahirkan, maka
hukumnya mubah.
Dalam pandangan Mahmud Syaltut, ahli fiqih Mesir, KB dalam arti mengatur jarak
interval kehamilan berdasarkan alasan tertentu,seperti kesehatan ibu atau anak, dapat
diterima oleh Islam. Hal itu didasarkan pada pesan QS Al-Baqarah [2]:233 serta Hadis
Rasul yang berbunyi : “Saya pernah menginginkan untuk melarang ghirah (berhubungan
badan ketika istri sedang menyusui), namun setelah itu saya melihat bangsa Persia dan
Romawi melakukannya dan anak-anak mereka tidak mengalami bahaya ghilah tersebut”
(HR. Muslim). Menurut Syaltut, untuk memenuhi anjuran ayat dan Hadis itu, orang tua
harus mengatur jarak kehamilan satu dengan kehamilan lainnya.
Sementara itu,Yusuf Qordlawi, ulama Islam kontemporer, berpendapat bahwa
melaksanakan program KB harus didasarkan pada alasan-alasan tertentu:
 kekhawatiran terhadap terganggunya kehidupan dan kesehatan ibu dan/atau anak
(QS.Al-Baqarah[2]:195 dan an-nissa [4]:29)
 kekhawatiran terhadap bahaya (mudlarat) dalam urusan dunia akan mempersulit
ibadah (QS. Al-baqarah [2]:185
 kekhawatiran akan peringatan Allah kepada manusia bahwa dunia adalah
permainan yang melalaikan atau melengahkan hati dari mengingat Allah. Di
antara permainan dunia adalah harta dan anak. Dunia tidak lain adalah kesenangan
yang menipu. Oleh karena itu kebanggaan kepada anak harus di sesuaikan dengan
kemampuan memeliharanya agar orang tua tidak sampai melalaikan Allah (QS.
Al-Hadid[57]:20 dan Al-Munafiqun [63]:4). Demikian peringatan Allah lainnya
bahwa istri, harta, dan anak merupakan fitnah (cobaan). Oleh karenanya anak-
anak harus dibina, dididik, dan diarahkan. Untuk itu perlu perhatian khusus dari
orang tua harus mamppu memberikan perhatian dan mampu bertahan dari
pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh jumlah anak yang dimiliki (QS. Al-Thalaq
[65]:14-15)
 kekhawatiran terhadap terganggunya kesehatan dan pendidikan anak. Al-Qur’an
mengajarkan kepada manusia agar berdo’a supaya di anugerahi istri dan anak
sebagai penyenang hati (qurrah a’yun). Namun demikian, untuk mewujudkan
keinginan tersebut, di samping berdo’a manusia harus berusaha membina dan
mendidik anak yang dimiliki. Dan untuk membina anak dibutuhkan kemampuan,
baik materil maupun spiritual. (QS. Al-Furqan [25]:74)

Kebolehan KB dalam batas pengertian di atas sudah banyak di fatwakan, baik oleh
individu ulama maupun lembaga-lembaga keislaman tingkat nasional dan internasional,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ini sudah mendekati ijma’. Lembaga fiqih islam
(Majma Al-Fiqih Al-Islami), tempat berhimpunnya para ulama dari Negara-negara
organisasi konferensi islam, dalam surat keputusan No.39(1/5) memfatwakan kebolehan
pembatasan kelahiran sementara dengan maksud memperjarak waktu kehamilan
atau menghentikannya sementara waktu karena ada kebutuhan yang diakui syara’
sesuai dengan waktu yang dikehendaki suami-istri dan atas kesepakatan dan kerelaan
mereka berdua. Fatwa yang sama juga dikeluarkan berbagai lembaga fiqih dan ulama di
berbagai dunia islam lainnya,seperti Dar Al-Ifta Mesir, Majlis Ulama Indonesia
(MUI)juga telah mengeluarkan fatwa serupa dengan musyawarah Nasional Ulama
tentang Kependudukan, Kesehatan, dan Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara
teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al nasl di
atas,secara praktis KB masih memiliki persoalan hukum. Hal itu terkait dengan masalah
metode/alat kontrasepsi yang digunakannya.
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hukum Penggunaan Alat Kontrasepsi
Ada lima persoalan hukum yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
a. Pertama, masalah cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau
menggugurkan kehamilan (isqot al-haml)?
b. Kedua, sifatnya apakah hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat
pemandulan permanent (Ta’qim).
c. Ketiga, masalah pemasangannya, bagaimana dan siapa yang memasang alat
kontrasepsi tersebut? Hal ini berkaitan dengan hukum melihat aurat orang lain.
d. Keempat, implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
e. Kelima, masalah bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man’ual al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang
sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya, tetapi dalam keadaan darurat dibolehkan. Selain itu, bahan pembuatan yang
digunakan harus berasal dari bahan yang halal serta tidak menimbulkan implikasi yang
membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.

Metode/Alat Kontrasepsi
Ada berbagai metode yang dapat dilakukan dalam ber-KB, baik dari tekhnik bersenggama
maupun dengan menggunakan alat kontrasepsi. Hingga kini, paling tidak, ada 5 macam
metode KB yang di jalankan. Berikut ini penjelasan kelima metode kontrasepsi tersebut
dan pandangan ulama fiqih mengenai hukum melakukannya
a. Metode Perintang
Metode perintang bekerja dengan cara menghalangi sperma agar tidak bertemu
dengan sel telur. Metode ini tidak mengubah cara kerja tubuh penggunanya.maupun
pasangannya. Efek sampingnya sangat sedikit dan aman digunakan, terutama bagi ibu
yang sedang menyusui. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah kondom,
diafragma dan spermisida.
Kondom, terutama untuk laki-laki, banyak digunakan di Indonesia. Berbentuk
kantong kecil terbuat dari lateks yang membungkus alat kelamin pria. Cara kerjanya
mencegah kehamilan dan penggunaannya tidak membutuhkan orang lain. Selain itu
tidak adanya ditemukan efek samping bagi penggunaannya, bahkan dapat mencegah
penularan lewat hubungan seksual. Tidak ditemukan pendapat ulama yang
mengharamkannya.
Diafragma berbentuk seperti mangkok ceper yang terbuat dari karet lunak. Alat ini
bekerja dengan cara menutupi mulut rahim sehingga sperma, meski mungkin
masukke vagina, tak bisa meneruskan perjalanannya menuju rahim. Karena cara
kerjanya yang mencegah kehamilan, tidak ada persoalan hukum dalam
penggunaannya.
Spermisida memiliki berbagai macam bentuk, baik busa, tablet, krim ataupun jeli.
Dipakai sebelum berhubungan dengan cara dioleskan kedalam vagina. Cara kerjanya
membunuh sel sperma pria sebelum memasuki rahim. Jika tidak ada efek samping
yang membahayakan yang ditimbulkannya, maka alat kontrasepsi ini dapat
digunakan atas kerelaan istri sebagai penggunanya.
b. Metode Hormonal
Metode hormonal dilakukan dengan cara memakai obat-obatan yang mengandung dua
hormon, yaitu estrogen dan progestin. Di gunakan oleh pihak perempuan dan
kandungan dua hormon tersebut serupa dengan hormon-hormon alamiah yang
dihasilkan tubuh wanita, yaitu estrogen dan progesterone. Ada tiga jenis alat KB yang
biasa di gunakan dengan metode ini, yaitu pil pengendali kehamilan yang harus di
minum setiap hari, suntikan yang diberikan beberapa bulan sekali dan susuk yang
berbentuk enam tabung yang sangat kecil dan lunak yang dimasukan ke bawah
permukaan kulit sebelah dalam lengan. Pada umumnya jenis pil dan beberapa jenis
suntikan mengandung kedua hormon di atas. Namun ada pula pil, beberapa jenis
suntikan yang hanya mengandung hormon progestin.
Berbeda dengan metode perintang, metode hormonal merubah proses kerja tubuh.
Dengan metode hormonal indung telur (ovarium) perempuan dihalangi sehingga tidak
melepas sel telur kedalam rahim. Selain itu, metode ini juga menyebabkan lender di
mulut rahim menjadi sangat kental, sehingga menghalangi sperma untuk dapat masuk.
Dilihat dari cara kerjanya, alat kontrasepsi ini tidak bermasalah karena ini hanya
mencegah kehamilan yang bersifat sementara. Penggunaannya pun mudah dan
dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (tenaga medis) tanpa
melihat aurat besar. Persoalannya terletak pada implikasi kesehatan dan bahan yang
digunakannya. Tidak semua perempuan dapat menggunakan metode hormonal karena
dapat membawa efek samping yang membahayakan, misalnya perempuan yang
mengidap penyakit kanker payudara. Oleh karenanya, ia baru boleh digunakan jika
mendapat rekomendasi dari tenaga medis. Persoalan lain adalah pada bahan
pembuatannya. Pada umumnya obat-obatan yang bersifat hormonal menggunakan
bahan-bahan yang diambil dari unsure hewani, meskipun ada juga yang dibuat dari
unsure kimiawi-sintetik. Sepanjang bahan yang digunakan dari unsure yang halal
dan tidak membawa dampak kesehatan yang membahayakan maka metode
hormonal dapat digunakan dengan syarat atas kesepakatan suami-istri.
c. Metode yang Dilakukan dengan Jalan Memasukan Alat ke dalam Rahim (IUD)
Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah
pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya disebut spiral atau dalam bahasa
inggrisnya dikenal dengan Intra Uterine Devices (IUD). Spiral terbuat dari bahan
plastic atau plastic bercampur tembaga yang dapat digunakan sampai 10 tahun. Ia
dapat diganti atau dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk dalam kategori alat
kontrasepsi sementara. Hal yang perlu di cermati dalam alat kontrasepsi ini adalah
efek sampingnya terhadap kesehatan pemakainya. Untuk itu, akseptor harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan
dan efek yang di timbulkan serta keamananya jika ia menggunakan alat tersebut.
Apalagi membawa mudlarat bagi kesehatan dirinya tidak di benarkan penggunaannya
dalam hukum islam.
Terhadap penggunaan spiral/IUD, ulama dan ahli kedokteran berbeda pendapat
dalam dua aspek, yaitu cara kerja dan pemasangan alat.
 Pertama, dari segi cara kerjanya. Dr.Ali Akbar, yang dikenal sebagai ahli
kedokteran dan agama, menyimpulkan bahwa cara kerja spiral/IUD tidak
bersifat contraceptive (mencegah kehamilan) melainkan abortive
(menggugurkan kehamilan). Oleh karenanya, ia haram digunakan. Pendapat
serupa juga di kemukakan Prof. Muhammad Toha yang menyimpulkan bahwa
IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur dan 94% dari
wanita pemakai IUD tidak menjadi hamil karena melalui mekanisme
kontranidasi (menghalang-halangi sel telur yang telah dibuahi menempel di
dinding rahim). Pendapat kedua ahli tersebut dibantah oleh banyak ahli
kedokteran. Prof. Dr. Muhammad Djuwari, misalnya, menolak jika kontranidasi
disebut sebagai aborsi (abortus provocatus)
Akar persoalan munculnya perbedaan pendapat ini terletak pada penentuan waktu
kapan seseorang disebut hamil, apakah ketika terjadi pertemuan sperma dengan
sel telur yang kemudian mengalami pembuahan atau ketika terjadi implantasi
(menempelnya sel telur yang sedang berbuah pada dinding rahim). Sebagian
ulama menetapkan waktu kehamilan dimulai ketika terjadi pertemuan antara sel
sperma pria dengan sel telur wanita. Namun, tampaknya pandangan ini telah
berubah. Dunia kedokteran telah menetapkan bahwa kehamilan dimulai
ketika terjadi implantasi. Pandangan ahli kedokteran ini juga telah disepakati
Komisi Fatwa MUI. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa kontranidasi
bukan aborsi
 Kedua, dari segi pemasangannya. Ulama juga berbeda pendapat dalam hal
pemakaian/pemasangan IUD kepada akseptor. MUI sendiri memiliki dua fatwa
yang “berbeda” dalam hal ini. Fatwa pertama tahun 1972 menyatakan bahwa
haram pemakaian spiral selama masih ada obat-obat dan alat kontrasepsi
lain. Keharaman ini dikarenakan pemasangan dan pengontrolan IUD oleh para
dokter ataupun tenaga medis karena harus melihat aurat besar (mughallazah)
akseptor. Pendapat ini didasarkan pada QS.Al-Nur [24] 30-31 dan Hadis Nabi
Saw. Yang berbunyi: “tidak boleh laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan tidak
boleh perempuan melihat aurat perempuan lainnya dan janganlah bersentuhan
laki-laki dalam satu kain dan jangan pula perempuan dengan perempuan lain”.
Fatwa kedua MUI dikeluarkan dalam musyawarah nasional ulama tahun 1983
yang menyatakan: “penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dalam
pelaksanaan KB dapat dibenarkan jika pemasanngan dan pengontrolannya
dilakukan oleh tenaga medis dan/atau tenaga medis wanita atau jika
terpaksa dapat dilakukan oleh tenaga medis pria dengan didampingi suami
atau wanita lain”
Dalam kajian fiqih, perubahan fatwa semacam itu sangat mungkin terjadi, jika
illat hukum (alasan yang menjadi dasar penetapan hukum) berubah karena adanya
perubahan zaman, waktu, situasi, dan kondisi. Kaidah fiqih menyatakan:
“hukum itu berputar (bergantung) pada ada atau tidak adanya illat”
“hukum itu berubah karena perubahan zaman, tempat, dan keadaan”
Terhadap perbedaan ulama (ijtihad) dalam masalah IUD, umat islam dapat memilih
diantara kedua pendapat tersebut, yang menurut mereka lebih kuat dan lebih
mashlahat. Kedua pendapat yang berbeda itu tidaklah salaing membatalkan karena
kaidah fiqih mengatakan bahwa “sebuah ijtihad tidak dapat dibatalkan dengan ijtihad
yang lain”
d. Metode KB Alamiah
Metode alamiah adalah metode yang tidak menggunakan alat, bahan kimia, maupun
obat-obatan, ada berbagai cara yang dipakai dalam metode ini:
 Memberi ASI selama 6 bulan. Ini sejalan dengan QS.Al-Baqarah [2]:233, Al-
Ahqaf [46]:15 dan luqman [31]:14
 Metode pengecekan lender atau metode pengamatan irama, biasanya disebut
dengan metode/system kalender, yaitu metode berpantang hubungan (atau
memakai metode perintang) pada hari-hari subur istri. Cara mengetahui masa
subur istri dengan menghitung siklus bulanan istri atau dengan mengecek lender
(cairan)dari vagina istri setiap hari.
 ‘Azl/coitus interruptus (senggama terputus).senggama terputus merupakan metode
kontrasepsi yang telah dikenal umat manusia sejak berabad-abad yang lampau.

e. Metode Permanen
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang bersifat permanent lewat jalan operasi
tubuh, laki-laki atau perempuan, agar steril dan tidak bisa lagi memiliki anak untuk
selamanya (mandul). Meski menjalani operasi, sterilisasi tidak mempengaruhi
kemampuan seksual kedua pasangan. Ada dua cara yang digunakan, vasektomi dan
tubektomi.
Vasektomi adalah sterilisasi untuk laki-laki yang dilakukan dengan cara operasi untuk
memotong saluran pembawasperma dari kantongnya (zakar) ke penis. Sementara
tubektomi adalah sterilisasi pada perempuan yang dilakukan lewat operasi dengan
cara membuat dua irisan kecil dibawah perut, lalu saluran telurnya di ikat atau
dipotong supaya sel telur tidak bisa menju rahim.
Para ulama, sebagaimana telah dijelaskan di atas, sepakat mengharamkan metode
yang berdampak terjadinya pemandulan yang permanent (Ta’qim), vasektomi
maupun tubektomi, kecuali dalam keadaan darurat (emergency), seperti
terancamnya jiwa ibu apabila ia hamil atau melahirkan.
f. Metode Darurat
Metode darurat adalah metode menghindari kehamilan setelah terlanjur terjadinya
hubungan suamiistri tanpa pelindung. Metode ini mengupayakan agar sel telur
yang telah dibuahi oleh sperma jangan sampai menempel ke dinding rahim dan
berkembang menjadi janin. Caranya dengan meminum pil KB darurat yang
mengandung hormon estrogene dan progestin, seperti pil mifepristone, segera setelah
terjadinya hubungan. Pil ini hanya memiliki pengaruh jika diminum dalam waktu 48
jam setelah terjadinya hubungan.
Jika mengacu pada pendapat dunia kedokteran kontemporer dan komisi fatwa
MUI bahwa kehamilan baru dimulai setelah terjadinya implantasi
(menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim) maka cara kerja
kontanidasi seperti pada pil KB darurat ini tidaklah termasuk dalam kategori
aborsi. Namun, suatu hal yang perlu dicermati adalah bahan yang digunakan untuk
pembuatannya karena ia bersifat hormonal, yang padaumumnya di ambil dari unsur
hewani.
Mahjuddin. 2003. Masailul Fiqhiyah. Jakarta : Kalam Mulia
Umran, Abd Al-Rahim. 1997. Islam dan KB. Jakarta : Lentera
Yakub, Aminudin. 2003. KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam. Jakarta :
PBB UIN

SEPUTAR HUKUM KELUARGA BERENCANA [KB]


Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Baz ditanya : Apa hukum KB ?
Jawaban.
Ini adalah permasalahan yang muncul sekarang dan banyak pertanyaan muncul
berkaitan dengan hal ini. Permasalahan ini telah dipelajari oleh Haiah Kibaril Ulama
(Lembaga di Saudi Arabia yang beranggotakan para ulama) di dalam sebuah
pertemuan yang telah lewat dan telah ditetapkan keputusan yang ringkasnya adalah
tidak boleh mengkonsumsi pil-pil untuk mencegah kehamilan.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan untuk hamba-Nya sebab-sebab untuk
mendapatkan keuturunan dan memperbanyak jumlah umat. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku
berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat dalam
riwayat yang lain : dengan para nabi di hari kiamat)”. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh
Abu Daud 1/320, Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162 (lihat takhrijnya dalam
Al-Insyirah hal.29 Adazbuz Zifaf hal 60) ; Baihaqi 781, Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah 3/61-
62]

Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah kepada
Allah, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum muslimin -dengan ijin Allah-, dan Allah
akan menjaga mereka dan tipu daya musuh-musuh mereka.
Maka wajib untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak
membolehkannya dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan
darurat maka tidak mengapa, seperti :
 Sang istri tertimpa penyakit di dalam rahimnya atau anggota badan yang lain,
sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan pil-pil
tersebut) untuk keperluan ini.
 Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan
jika hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam
waktu tertentu, seperti setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga
ia merasa ringan untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik dengan
selayaknya.
Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau
supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang
dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh”.
[Fatawa Mar'ah, dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnad, Darul Wathan, cetakan
pertama 1412H]

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : “Ada seorang wanita berusia kurang
lebih 29 tahun, telah memiliki 10 orang anak. Ketika ia telah melahirkan anak terakhir
ia harus melakukan operasi dan ia meminta ijin kepada suaminya sebelum operasi
untuk melaksanakan tubektomi (mengikat rahim) supaya tidak bisa melahirkan lagi,dan
disamping itu juga disebabkan masalah kesehatan, yaitu jika ia memakai pil-pil pencegah
kehamilan akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Dan suaminya telah mengijinkan
untuk melakukan operasi tersebut. Maka apakah si istri dan suami mendapatkan dosa
karena hal itu ?”

Jawaban.
Tidak mengapa ia melakukan operasi/pembedahan jika para dokter (terpercaya)
menyatakan bahwa jika melahirkan lagi bisa membahayakannya, setelah
mendapatkan ijin dari suaminya.
[Fatawa Mar'ah Muslimah Juz 2 hal. 978, Maktabah Aadh-Waus Salaf, cet ke 2. 1416H]

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Seorang ikhwan bertanya hukum KB
tanpa udzur dan adakah Udzur yang membolehkannya?”
Jawaban.
Para ulama telah menegaskan bahwa memutuskan keturunan sama sekali adalah
haram, karena hal tersebut bertentangan dengan maksud Nabi mensyari’atkan
pernikahan kepada umatnya dan hal tersebut merupakan salah satu sebab kehinaan
kaum muslimin. Karena jika kaum muslimin berjumlah banyak, (maka hal itu) akan
menimbulkan kemuliaan dan kewibawaaan bagi mereka. Karena jumlah umat yang
banyak merupakan salah satu nikmat Allah kepada Bani Israil.

“Artinya : Dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar” [Al-Isra : 6]
“Artinya : Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah
memperbanyak jumlah kamu’ [Al-A'raf : 86]
Kenyataanpun mennguatkan pernyataan di atas, karena umat yang banyak tidak
membutuhkan umat yang lain, serta memiliki kekuasaan dan kehebatan di depan
musuh-musuhnya. Maka seseorang tidak boleh melakukan sebab/usaha yang
memutuskan keturunan sama sekali. Allahumma, kecuali dikarenakan darurat, seperti :
 Seorang Ibu jika hamil dikhawatirkan akan binasa atau meninggal dunia, maka
dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat dan tidak mengapa jika si
wanita melakukan usaha untuk mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang
membolehkan mencegah keturunan.
 Juga seperti wanita tertimpa penyakit di rahimnya dan ditakutkan penyakitnya
akan menjalar sehingga akan menyebabkan kematian, sehingga rahimnya harus
diangkat, maka tidak mengapa.
[Fatawa Al-Mar'ah Al-Muslimah Juz 2 hal. 974-975]

SEPUTAR HUKUM KELUARGA BERENCANA [KB]


Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Kapan seorang wanita
diperbolehkan memakai pil-pil pencegah kehamilan dan kapan hal itu diharamkan ?
Adakah nash yang tegas atau pendapat di dalam fiqih dalam masalah KB? Dan bolehkah
seorang muslim melakukan azal ketika berjima tanpa sebab?”

Jawaban.
Seyogyanya bagi kaum msulimin untuk memperbanyak keturunan sebanyak mungkin,
karena hal itu adalah perkara yang diarahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam sabdanya.

“Artinya : Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak anak karena aku akan
berlomba dalam banyak jumlahnya umat” [Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud
1/320, Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162, Baihaqi 781, Abu Nu'aim dalam
Al-Hilyah 3/61-62]

Dan karena banyaknya umat menyebabkan (cepat bertambahnya) banyaknya umat,dan


banyaknya umat merupakan salah satu sebab kemuliaan umat, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan nikmat-Nya kepada Bani Israil.
Berdasarkan penjelasan ini, jelaslah jawaban pertanyaan di atas, maka tidak
sepantasnya bagi seorang wanita untuk mengkonsumsi pil-pil pencegah kehamilan
kecuali dengan dua syarat.
 Adanya keperluan seperti ; Wanita tersebut memiliki penyakit yang
menghalanginya untuk hamil setiap tahun, atau, wanita tersebut bertubuh
kurus kering, atau adanya penghalang-penghalang lain yang membahayakannya
jika dia hamil tiap tahun.
 Adanya ijin dari suami. Karena suami memiliki hak atas istri dalam masalah anak
dan keturunan. Disamping itu juga harus bermusyawarah dengan dokter
terpercaya di dalam masalah mengkonsumsi pil-pil ini, apakah mmakaiannya
membahayakan atau tidak.
Jika dua syarat di atas dipenuhi maka tidak mengapa mengkonsumsi pil-pil ini, akan
tetapi hal ini tidak boleh dilakukan terus menerus, dengan cara mengkonsumsi pil
pencegah kehamilan selamanya misalnya, karena hal ini berarti memutus keturunan.
Adapun point kedua dari pertanyaan di atas maka jawabannya adalah sebagai berikut:
Pembatasan keturunan adalah perkara yang tidak mungkin ada dalam kenyataan
karena masalah hamil dan tidak, seluruhnya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika
seseorang membatasi jumlah anak dengan jumlah tertentu, maka mungkin saja
seluruhnya mati dalam jangka waktu satu tahun, sehingga orang tersebut tidak lagi
memiliki anak dan keturunan. Masalah pembatas keturunan adalah perkara yang tidak
terdapat dalam syari’at Islam, namun pencegahan kehamilan secara tegas dihukumi
sebagaimana keterangan di atas.

Adapun pertanyaan ketiga yang berkaitan dengan ‘azal ketika berjima’ tanpa adanya
sebab, maka pendapat para ahli ilmu yang benar adalah tidak mengapa karena hadits
dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya : Kami melakukan ‘azal sedangkan Al-Qur’an masih turun (yakni dimasa nabi
Shallallahu ‘alihi wa sallam)” [Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud 1/320 ; Nasa'i 2/71,
Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162, Baihaqi 781, Abu nu'aim dalam Al-hilyah 3/61-62]

Seandainya perbuatan itu haram pasti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melarangnya. Akan tetapi para ahli ilmu mengatakan bahwa tidak boleh ber’azal
terhadap wanita merdeka (bukan budak) kecuali dengan ijinya, yakni seorang suami
tidak boleh ber’azal terhadap istri, karena sang istri memiliki hak dalam masalah
keturunan. Dan ber’azal tanpa ijin istri mengurangi rasa nikmat seorang wanita, karena
kenikmatan seorang wanita tidaklah sempurna kecuali sesudah tumpahnya air mani
suami.
Berdasarkan keterangan ini maka ‘azal tanpa ijin berarti menghilangkan kesempurnaan
rasa nikmat yang dirasakan seorang istri dan juga menghilangkan adanya kemungkinan
untuk mendapatkan keturunan. Karena ini kami menysaratkan adanya ijin dari sang
istri”.
[Fatawa Syaikh ibnu Utsaimin Juj 2 hal. 764 dinukil dari Fatawa Li'umumil Ummah]

Fatwa Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah:


Pertanyaan: Apakah KB (pengaturan kelahiran) berbeda dengan pembatasan jumlah
keluarga?
Jawab: KB (birth control) mempunyai beberapa detail di dalamnya. Maka, aku katakan
bahwa hal ini telah dikenal dan digunakan dalam masyarakat muslim. Namun, ada
beberapa kasus yang harus dikembalikan pada niat atau motif di belakangnya. Salah
satu contoh dari motif penggunaan KB ini adalah berdasarkan petunjuk dokter yang
menganjurkan kepada pasangan untuk ber-KB untuk menyelamatkan kesehatan ibu
yang telah berada dalam keadaan yang bukan normal karena telah melahirkan banyak
anak. Maka jika seorang dokter muslim yang ahli menganjurkan untuk ber-KB, maka
ini menjadi alasan yang sah (diperbolehkannya) untuk ber-KB. Alasan untuk
menggunakan KB seperti itu adalah diperbolehkan. Namun untuk alasan yang bertolak
belakang dari motif yang tadi, seperti karena alasan kemiskinan atau karena biaya, yang
biasanya selalu berada di pikiran orang kafir, (maka itu tidak boleh). Makanya kalian lihat
seorang diantara mereka (orang kafir) berkata: “Istri saya dan saya berdua, dan saya
punya anak dua, sedangkan anggota keluarga yang kelima adalah anjingnya. Maka gaji
yang saya terima hanya cukup untuk kami berlima!”
Ini tidak diperbolehkan dalam Islam karena alasan ini datang dari pikiran jaman Jahiliah,
yang kita diperingatkan untuk menjauhinya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu bunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami memberi
kamu rizki dan juga mereka.” (Al An’am: 151)

Hal ini terutama dimana terjadi seorang muslim meyakini bahwa anak itu menjadi
tanggungannya. Sedangkan sebenarnya adalah bahwa rizki si anak sudah ditentukan
semenjak dia berada di kandungan ibunya, seperti yang diterangkan oleh sunnah. Maka
KB seperti ini adalah sangat dilarang. Dan untuk alasan yang tak berdasar dan salah yang
diucapkan sebagian orang untuk membolehkannya, maka itu tidak ada tempatnya dalam
agama. (Majalah Al Salah edisi ke-2)

15.Bagaimna tinjauan sosial ekonomi terhadap penggunaan kontrasepsi?

Anda mungkin juga menyukai