Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

ILMU DASAR KEPERAWATAN I

KELUARGA BERENCANA (KB)

Dosen Pengampuh :Suparno, S.Kp ., M.Kes

DI SUSUN OLEH :

IRTAN H SIKOWAI( 201702044A )


ANDRA (2017020A)
ARIS (2017020A)
DYA (2017020A)
GALI (2016020A)

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana atau KB awalnya dipelopori oleh individu yang menaruh perhatian
serta kepedulian pada masalah kesehatan ibu dan anak. Pada awal abad XIX di Inggris dan
Amerika dipelopori oleh Marie Stpoes dan Margareth Sanger. Sedangkan di Indonesia
sebenarnya sudah banyak dilakukan untuk membatasi kelahiran secara tradisional. Seperti di Irian
Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya mencegah kehamilan. Di dalam
tradisi masyarakat Hindu Bali sejak dulu nama anak hanya ada untuk empat orang saja, disangka
ini adalah suatu cara untuk menganjurkan pasangan suami istri mengatur kelahiran anaknya
sampai empat saja.
Pada zaman modern di Indonesia keluarga berencana mulai dikembangkan dan dikenal
sekitar tahun 1952. Pada tahun tersebut di Indonesia terdapat pelopor keluarga berencana yaitu dr.
Sulianti Suroso yang menganjurkan para ibu di Yogyakarta untuk membatasi kelahiran. Lalu pada
tanggal 23 Desember 1957 didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia(PKBI).
Perkumpulan ini bergerak secara silent operation yang membantu warga memerlukan secara
sukarela. Pada tahun 1967 ditandatangani Deklarasi Kependudukan PBB oleh kepala Negara
Indonesi, untuk itu dibentuklah suatu lembaga program keluarga berencana dan dimasukan ke
program pemerintah.
Sejak pelita I berdasarkan intruksi Presiden nomor 26 tahun 1968 dibentuklah Lembaga
Keluarga Nasional(LKBN) sebgai lembaga semi pemerintah. Pada tahun 1970 diubah dan
ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab
langsung kepada presiden. Keluarlah Keppres No.33 tahun 1972 dan dilakukanlah penyempurnaan
struktur organissi, tugas pokok, dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38 tahun 1978
organisasi serta struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya
maslah yang berhubungan dengan KB tetapi juga kegiatan lain yang mendukung kegiatan KB.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana ?
2. Apa tujuan dari diadakannya program keluarga berencana ?
3. Bagaimana macam metoda kontrsepsi dari program keluarga berencana ?
4. Apa dampak positif dari diadakannya program keluarga berencana ?
5. Apa dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana ?
6. Bagaimana pandangan hukum mengenai keluarga berencana ?
7. Bagaimana etika dalam memandang keluarga berencana ?
8. Bagaimana pandangan agama mengenai keluarga berencana ?
9. Adakah masalah dalam pelaksanaan keluarga berencana yang bertentanagan dengan etika dan
hukum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengentahui yang dimaksud dengan keluarga berencana.
2. Mengetahui tujuan dari diadakannya program keluarga berencana.
3. Mengetahui macam metoda kontrasepsi dari program keluarga berencana.
4. Mengetahui dampak positif dari diadakanya program keluarga berencana.
5. Mengetahui dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana.
6. Mengetahui pandangan hukum mengenai program keluarga berencana.
7. Mengatahui pandangan etika mengenai program keluarga berencana.
8. Mengetahui pandangan agama mengenai program keluarga berencana.
9. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan keluarga berencana yang bertentangan
dengan etika dan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Angka kematian ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cikup
tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2007 kematian ibu karena
kehamilan dan kelahiran, 288 kematian inu per 100.000 kelahiran dan 46 kematian bayi per 1.000
kelahiran. Penyebab kematian ibu yaitu 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan.Salah satu kendala penting yang dihadapi masyarakat untuk mengakses persalinan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya.(Yhastra,2012)

Keputusan penggunaan alat kontrasepsi suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang
dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya pada alat kontrasepsi. Setiap keputusan penggunaan alat
kontrasepsi akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Untuk itu keputusan
dapat dirasakan rasional atau irasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi
lemah.(Silviana,2010)

Peranan kepala adat, pemuka agama atau tokoh masyarakat berperan penting dalam
sosialisasi program keluarga berencana. Dengan keterlibatanpemuka pendapat sebagai sumber
informasi dalam penyebarluasan informasi mengenai program keluarga berencana. Dalam
sosialisasi peran pemuka adalah sebgai jembatan antara pihak penyuluh dengan masyarakat agar
tercapai mutual understanding (saling pengertian) antara kedua belah pihak. Dalam hal ini pemuka
bertindak sebagai fasilitator komunikasi untuk membantu penyuluh dalam hal menyampaikan apa
yang diinginkan penyuluh. (Eka, 2013)

B. Isi
a. Pengertian Keluarga Berencana
Pada hakikatnya manusia selalu merencanakan segala sesuatu yang akan diperbuatnya, tak
terkecuali dengan rencana hidup setelah mereka berkeluarga. Disaat manusia sudah bisa
menemukan pendamping hidupnya atau pasangan hatinya, maka hal yang direncanakan adalah
mempunyai keturunan. Dalam hal ini pasangan tersebut biasanya ingin memiliki keturuanan
dengan jumlah ideal,namun tak jarang pula mereka menginginkan keturunan yang banyak. Negara
kita telah memfasilitasi warganya dan menganjurkan warganya untuk memiliki jumlah anak yang
ideal. Merujuk pada hal tersebut indonesia menyedikan program keluarga berencana (KB).
Pengertian KB dibagi menjadi dua ada yang secara umum dan secara khusus. Dilihat dari
secara umum KB adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa
sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangakutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.
Pengertian khususnya adalah pencegahan kontrasepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau
mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita.
Sedangkan menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami-istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

b. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)


Tujuan dari program Keluarga Berencana secara garis besar untuk mensejahterakan
masyarakat. Tujuan lain yang lebih kompleks seperti mencegah ledakan penduduk, mengingat luas
wilayah di bumi ini 70 % adalah lautan dan sisanya baru daratan. Walaupun Indonesia termasuk
kedalam negara dengan kepulauan terbasar di dunia, tetapi angka kelahiran harus dikontrol agar
sesuai dengan angka kematian demi mewujudkan keseimbangan dan mengurangi masalah
kependudukan yang padat. Selain itu agar pasangan tersebut dapat mengatur jarak kehamilan serta
kelahiran,agar dapat membantu ibu serta ayah dalam persiapan mental yang diharpakan nantinya
dapat membentuk keluarga yang berkualitas. Mengatur banyaknya jumlah kelahiran anak demi
tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

c. Macam-Macam Metoda Kontarasepsi


Macam metoda kontarsepsi pada dasarnya dibangi menjadi beberapa jenis diantaranya
adalah:

i. Metoda Amenorea Laktasi (MAL)


Metoda ini biasanya disebut dengan KB alami karena metode ini dilakukan dengan cara
pemberian ASI secara eklusif.
ii. Metoda Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metoda ini biasanya disebut dengan KB kalender karena melihat masa subur tiap siklus pada
si ibu.
iii. Metoda sanggama terputus atau coitus Interuptus
Adalah suatu metoda kontasepsi dimana sanggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-
vaginal.
iv. Metoda Barier
Metoda ini pada dasar cara kerjanya adalah menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam
traktus genetalia perempuan. Jenis alat yang digunakan adalah kondom, diagfragma,spons,kap
serviks, dan kondom wanita
v. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini bekerja diantaranya dengan menghambat ovulasi, implantasi serta transport
gamet. Macam kontrasepsi yang digunakan seperti pil oral dan kontasepsi suntikan.
vi. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Alat kontrasepsi ini adalah kontrasepsi yang diinsersikan atau diletakan tepat dibawah kulit,
dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk
kipas.
vii. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
Kontasepsi ini biasanya ditanam pada bagian rahim ibu. Alat ini biasanya berbentuk spiral atau
bentukseperti huruf T. (gambar lampiran)
viii. Kontrasepsi Mantap
Kontasepsi ini akan bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan sendiri). Kontrasepsi ini
dilakukan dengan cara Tubektomi untuk wanita dengan mengikat dan memotong atau memasang
cincin pada saluran tuba falopii, sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum. Serta
Vasektomi pada pria dengan cara melakukan okulasi vasa defresia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi (Saifuddin,Abdul Bari dkk,2006)
d. Dampak Positif Keluarga Berencana
Dampak positif yang akan ditimbulakan atas keberadaan program ini seperti penurunan angka
kematian anak serta ibu. Hal ini disebabkan pengontrolan angka kelahiran, jarak kelahiran serta
mempersiapkan kehamilan ibu pada umur yang matang tidak terlalu muda atau pun tidak terlalu
tua karena hal ini sangat berisiko. Serta dapat memelihara kesehata reproduksi, karena penjarakan
kehamilan serta kelahiran yang membantu si ibu untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Serta
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga karena telah merencanakan jumlah anak yang ingin
dimiliki. Serta dapat membentuk SDM yang berkualitas karena jarak anak yang satu dengan yang
lain tidak rapat dengan demikian perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang anak menjadi
lebih terpusat.

e. Dampak Negatif Program Keluarga Berencana


Dampak negatif dari pemakaian metode keluarga berencana ini biasa nya akan berdampak
pada fisik si pemakai, terlebih lagi pemakaian kontrasepsi hormonal. Efek samping dari pemakain
kontrasepsi keluarga berencana seperti berat badan ibu menjadi lebih besar, kekeroposan tulang,
rambut menjadi rontok, siklus menstruasi menjadi tidak lancar, dan karena pertambahan hormonal
maka kulit ibu akan mudah berjerawat.

f. Pandangan Hukum Mengenai Keluarga Berencana


Keluarga berencena sudah menjadi salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan
yang dimulai pada tahun 1970. Apabila kita lihat dari sudut pandang hak hak pasien, segala jenis
kontrasepsi yang ingin diterapkan haruslah mendapat persetujuan dari pasangan suami istri
tersebut. Dalam segi hukum peraturan tentang keluarga berencana telah termaktub dalam UU No
10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan keluarga sejahtera.
Selain itu dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan keluarga berencana dari segi
hak pasangan suami istri dan etik sebagai berikut :
Pasal 24
(1) Pelayanan Kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna serta diterima dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami istri sesuai dengan pilihan dan
mempertimbangkan kondisi pasangan suami istri.
(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam bentuk apapun bertentangan
dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penyelenggaran pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.
Pasal 25
(1) Suami dan istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan
keluarga berencana.
(2) Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
wajib menyediakan menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi bagi suami dan istri.
Pasal 26
(1) Penyelenggaraan alat,obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan
dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan
yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan alat,obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta dilaksanakan di tempat dan
dengan cara yang layak.
Dengan demikian hak asasi pasien yang menjalankan kontrasepsi akan terjamin. Hal ini juga
membuktikan bahwa pelaksanaan kontrasepsi telah legal atau diperbolehkan dalam segi hukum
Indonesia.

g. Pandangan Etika Mengenai Keluarga Berencana


Jika kita pandang keluarga berencana dari kaca mata etika, maka dalam hal ini banyak
pendapat mengenai hal ini. Keluarga Berencana harus melalui persetujuan kedua pasangan suami
istri hal ini dapat dikatakan sesuai dengan etika. Akan tetapi ada pandangan etika yang
beranggapan keluarga berencana telah melanggar harkat seorang wanita karena mengganggu
fungsi normal dari tubuh wanita itu. Lalu ada yang beranggapan bahwa dengan melakukan
keluarga berencana maka kita telah melanggar atau melangkahi kehendak Tuhan yang pada
hakekatnya mengatur semua yang ada.
h. Pandangan Agama Mengenai Keluarga Berencana
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam, maka
dalam kaitan dengan KB islam mempunyai kriteria sendiri. Ada dua aliran atau dua pandangan
tentang keabsahan KB menurut Islam yaitu :
i. Ulama yang membolehkan
Ulama yang membolehkan pemakaian KB seperti Majelis Ulama Indonesia, Majelis
Tarkih Muhammadiyah, Ulama-ulama NU, Ulama PERSIS, Imam Al-Ghazali, Syaikh Al-Hariri,
Syaikh Syalthut. Ulama tersebut membolehkan agar terpeliharanya kesehatan ibu dan anak,
menghindari ibu agar tidak susah untuk menjarangkan anak, dan mempertimbangkan dari segi
pendidikan, ekonomi dan kemaslahatan. Dasar ulama tersebut memperbolehkan penggunaan KB
karena terdapat ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa:




Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.




Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman:14)
Lalu apabila berdasarkan hadist-hadist yaitu : Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan
ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban
tanggungan orang banyak.(hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin abi Waqaash
ra.)
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang
lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dari petikan hadist tersebut bahwa sanya
Islam lebih mementingkan kemaslahatan umat, serta lebih mengutamakan kwalitas dari pada
kuantitas.
ii. Ulama yang melarang
Ulama yang melarang pemakaian KB seperti Ibn Hibban, Ibn Hazm, Mahzab Zhahiriyyat,
Ulama ahli fikh madinah, Ulama Madzahab Hanafi, Jumhur Ulama Sunni, dan Syiah. Ulama
tersebut beranggapan bahwa dengan menggunakan KB maka sama dengan membunuh bayi,
mengabaikan doa nabi untuk memperbanyak umat islam, lalu seperti suatu jenis konspirasi
Imperialis Barat terhadap negara-negara yang berkembang.

i. Contoh Masalah Keluarga Berencana dalam Hal Etika dan Hukum


Dalam pelaksanaan dan aplikasi dilapangan sering terdengar pelanggaran- pelanggaran yang
bertentangan dengan etika dan hukum seprti contoh kasus berikut ini :
Tujuh tahun lalu istri saya melahirkan dengan opersai Caesar. Mengingat ingin mengatur
jarak kelahiran, kami memutuskan untuk menggunakan KB suntik,namun ternyata tidak cocok
sehingga beralih ke pil. Enam tahun berselang kami memutuskan untuk memiliki anak lagi.
Setahun pil sudah tidak digunakan lagi, namun tanda-tanda kehamilan belum muncul. Sampai pada
akhirnya dokter melakukan USG. Hasilnya amat mengejutkan . Di dalam rahim istri saya terpasang
IUD. Kami tidak pernah berkeinginan menggunakan alat kontrasepsi IUD. Kalaupun secara sadar
menggunakannya , untuk apa masih menggunakan alat kontrasepsi
suntik dan lalu pil selama 6tahun?. Kami menduga tindakan pemasangan ( tanpa sepengetahuan
dan izin dari kami berdua) dilakukan saat istri saya dioperasi Caesar. Pihak RS saat itu sama sekali
tidak menginformasikan kepada kami perihal pemasangan IUD.
Dari khasus tersebut maka dapat di indikasikan bahwa pihak rumah sakit tersebut telah
melanggar hukum mengenai keluarga berencana dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 pasal 24 bahwa
pelaksanaan KB harus dapat dipertanggungjawabkan dan melalui kesepakatan dari pasangan
suami istri.

C. Diskusi
Dalam hal penggunaan keluarga berencana ini munculah beberapa pertanyaan yang berada
dibenak masyarakat. Seperti, apakah penggunaan KB ini melangkahi kehendak atau kuasa Tuhan
?. Hal tersebut tidak dapat dikatakan mendahului kehendak Tuhan, karena ini adalah bentuk upaya
yang dilakukan manusia dan tetap saja yang menentukan adalah Tuhan. Walaupun dalam proses
penggunaan keluarga berencana ini manusia seakan-akan yang mengatur jumlah kelahiran dan
jarak kelahiran, tapi kita kembalikan lagi ini hanya terkaan atau dugaan manusia dan tetap yang
menentukan terkaan itu benar dan salah hanyalah Tuhan semata.
Lalu terkadang banyak ibu yang tidak cocok dengan salah satu atau mungkin beberapa alat
kontrasepsi yang ditawarkan. Hal ini menjadi pilihan si ibu itu sendiri, mana yang nyaman dipakai
si ibu. Hal ini dapat terjadi karena bentuk efek dari alat keluarga berencana yang ditanam di tubuh
si ibu. Apabila alat kontrasepsi yang berbentuk hormonal atau yang ditanam di tubuh ibu tidak ada
yang cocok dengan kondisi tubuh ibu, maka kita bisa menggunakan kontrasepsi kalender.
Kontrasepsi kalender tidak akan mengalami efek samping bagi tubuh ibu, akan tetapi
penggunaanya tidak akurat dan ibu harus teleti dalam menghitung masa suburnya.
Disebabkan penggunaan program keluarga berencana ini merupakan program pemerintah,
untuk itu harganya pun tak terlalu mahal dan terjangkau. Program keluarga berencana dibayarkan
atau disubsidi pemerintah, dan masuk dalam program BPJS. Oleh karena itu semua kalangan dapat
menjangkau dan dapat menggunakan program ini dengan baik tidak tersandung oleh masalah
biaya.
Ketika program keluarga berencana atau kontrasepsi ini disosialisasikan hal yang
dikhawatirkan adalah merujuk kepada pro sex bebas ketika mensosialisasikannya kepada kalangan
muda. Hal ini menjadi dilema ketika ingin mensosialisasikan dengan tujuan kesehatan ,tapi malah
lebih merujuk kepada kampanye sex. Hal ini bisa saja ditanggulangi dengan memberikan
sosialisasi kepada masyarakat yang sudah cukup umur atau mungkin sudah menikah.
Didalam program kontrasepsi atau keluarga berencana salah satunya adalah kontrasepsi
mantap dengan cara tubektomi dan vasektomi. Teknis tubektomi dan vasektomi ada 2 macam ada
yang disalurannya diikat dan dipasang ring, ada pula yang dipotong saluran tuba valofi dan vas
diferent lalu disematkan dan diikat dengan ring.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Program keluarga berencana ini sangat erat kaitannya dengan agama etika dan hukum.
Aspek tersebut yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri yang ingin melakukan KB.
Penggunaan keluarga berencana pada dasarnya sudah selaras dan diperbolehkan oleh aspek etika,
hukum, dan agama. Hanya saja pada aspek agama khususnya gama Islam,ada hal-hal yang harus
diperhatikan seperti tujuannya yang bukan untuk membatasi keturunan akan tetapi untuk
menciptakan umat yang berkualitas dan umat yang kuat. Serta pemilihan alat kontrasepsi yang
diperbolehkan oleh agama khususnya agama Islam.
Penggunaan program keluarga berencana ini harus dengan persetujuan pasangan suami istri
tidak hanya satu pihak saja. Produk keluarga berencana bisa dipilih oleh pasangan suami istri
sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan produk ini pula harus dilihat dari aspek kenyamanan
dan kecocokan pada pemakai atau pada ibu kerena tidak semua produk keluarga berecana ini sesuai
dengan seluruh badan ibu.

B. SARAN
Diharapkan produk alat kontrasepsi ini digunakan masyarakat dengan bijaksana. Lebih
gencarnya sosialisasi program ini pada masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan
pedalaman agar program pemerintah ini berjalan secara menyeluruh di Indonesia. Selain
sosialisasi program pada daerah terpencil, tetapi juga pengadaan tenaga kesehatan perlu
diperhatikan karna hal tersebut pula akan mendukung kesuksesan program ini.
Daftar Pustaka

Glesier,anna.2006.Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.


Hendrik.2012.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta : EGC.
Prabhasuri hayu,yhastra.2012.Pengaruh Jaminan Persalinan Terhadap Keikutsertaan Keluarga
Berencana. http://eprints.undip.ac.id/37823,
23 Oktober 2014.
Sari kartika,Silviana.2010.Hubungan Konseling Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan
Keputusan Pasangan Usia Subur(PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi.Volume 1,No.1.
http://ojs.akbidylpp.ac.id ,
23 Oktober 2014.
Yuliani,eka.2013.Peranan Kepala Adat dalam Sosialisasi Program Keluarga Berencana di Pampang
Kelurahan Sungai Siring Samarinda. http://www.e-jurnal.com/2014/05/peranan-kepala-adat-
dalam-sosialisasi.html , 24 Oktober 2014.

Namrasumber : http://anitaskyedu.blogspot.co.id/2015/02/makalah-keluarga-berencana-dalam-
segi.html

Anda mungkin juga menyukai