DI SUSUN OLEH :
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana ?
2. Apa tujuan dari diadakannya program keluarga berencana ?
3. Bagaimana macam metoda kontrsepsi dari program keluarga berencana ?
4. Apa dampak positif dari diadakannya program keluarga berencana ?
5. Apa dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana ?
6. Bagaimana pandangan hukum mengenai keluarga berencana ?
7. Bagaimana etika dalam memandang keluarga berencana ?
8. Bagaimana pandangan agama mengenai keluarga berencana ?
9. Adakah masalah dalam pelaksanaan keluarga berencana yang bertentanagan dengan etika dan
hukum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengentahui yang dimaksud dengan keluarga berencana.
2. Mengetahui tujuan dari diadakannya program keluarga berencana.
3. Mengetahui macam metoda kontrasepsi dari program keluarga berencana.
4. Mengetahui dampak positif dari diadakanya program keluarga berencana.
5. Mengetahui dampak negatif dari diadakannya program keluarga berencana.
6. Mengetahui pandangan hukum mengenai program keluarga berencana.
7. Mengatahui pandangan etika mengenai program keluarga berencana.
8. Mengetahui pandangan agama mengenai program keluarga berencana.
9. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan keluarga berencana yang bertentangan
dengan etika dan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Angka kematian ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cikup
tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI tahun 2007 kematian ibu karena
kehamilan dan kelahiran, 288 kematian inu per 100.000 kelahiran dan 46 kematian bayi per 1.000
kelahiran. Penyebab kematian ibu yaitu 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan.Salah satu kendala penting yang dihadapi masyarakat untuk mengakses persalinan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya.(Yhastra,2012)
Keputusan penggunaan alat kontrasepsi suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang
dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya pada alat kontrasepsi. Setiap keputusan penggunaan alat
kontrasepsi akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Untuk itu keputusan
dapat dirasakan rasional atau irasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi
lemah.(Silviana,2010)
Peranan kepala adat, pemuka agama atau tokoh masyarakat berperan penting dalam
sosialisasi program keluarga berencana. Dengan keterlibatanpemuka pendapat sebagai sumber
informasi dalam penyebarluasan informasi mengenai program keluarga berencana. Dalam
sosialisasi peran pemuka adalah sebgai jembatan antara pihak penyuluh dengan masyarakat agar
tercapai mutual understanding (saling pengertian) antara kedua belah pihak. Dalam hal ini pemuka
bertindak sebagai fasilitator komunikasi untuk membantu penyuluh dalam hal menyampaikan apa
yang diinginkan penyuluh. (Eka, 2013)
B. Isi
a. Pengertian Keluarga Berencana
Pada hakikatnya manusia selalu merencanakan segala sesuatu yang akan diperbuatnya, tak
terkecuali dengan rencana hidup setelah mereka berkeluarga. Disaat manusia sudah bisa
menemukan pendamping hidupnya atau pasangan hatinya, maka hal yang direncanakan adalah
mempunyai keturunan. Dalam hal ini pasangan tersebut biasanya ingin memiliki keturuanan
dengan jumlah ideal,namun tak jarang pula mereka menginginkan keturunan yang banyak. Negara
kita telah memfasilitasi warganya dan menganjurkan warganya untuk memiliki jumlah anak yang
ideal. Merujuk pada hal tersebut indonesia menyedikan program keluarga berencana (KB).
Pengertian KB dibagi menjadi dua ada yang secara umum dan secara khusus. Dilihat dari
secara umum KB adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa
sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangakutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.
Pengertian khususnya adalah pencegahan kontrasepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau
mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita.
Sedangkan menurut WHO KB adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami-istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman:14)
Lalu apabila berdasarkan hadist-hadist yaitu : Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan
ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban
tanggungan orang banyak.(hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin abi Waqaash
ra.)
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang
lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dari petikan hadist tersebut bahwa sanya
Islam lebih mementingkan kemaslahatan umat, serta lebih mengutamakan kwalitas dari pada
kuantitas.
ii. Ulama yang melarang
Ulama yang melarang pemakaian KB seperti Ibn Hibban, Ibn Hazm, Mahzab Zhahiriyyat,
Ulama ahli fikh madinah, Ulama Madzahab Hanafi, Jumhur Ulama Sunni, dan Syiah. Ulama
tersebut beranggapan bahwa dengan menggunakan KB maka sama dengan membunuh bayi,
mengabaikan doa nabi untuk memperbanyak umat islam, lalu seperti suatu jenis konspirasi
Imperialis Barat terhadap negara-negara yang berkembang.
C. Diskusi
Dalam hal penggunaan keluarga berencana ini munculah beberapa pertanyaan yang berada
dibenak masyarakat. Seperti, apakah penggunaan KB ini melangkahi kehendak atau kuasa Tuhan
?. Hal tersebut tidak dapat dikatakan mendahului kehendak Tuhan, karena ini adalah bentuk upaya
yang dilakukan manusia dan tetap saja yang menentukan adalah Tuhan. Walaupun dalam proses
penggunaan keluarga berencana ini manusia seakan-akan yang mengatur jumlah kelahiran dan
jarak kelahiran, tapi kita kembalikan lagi ini hanya terkaan atau dugaan manusia dan tetap yang
menentukan terkaan itu benar dan salah hanyalah Tuhan semata.
Lalu terkadang banyak ibu yang tidak cocok dengan salah satu atau mungkin beberapa alat
kontrasepsi yang ditawarkan. Hal ini menjadi pilihan si ibu itu sendiri, mana yang nyaman dipakai
si ibu. Hal ini dapat terjadi karena bentuk efek dari alat keluarga berencana yang ditanam di tubuh
si ibu. Apabila alat kontrasepsi yang berbentuk hormonal atau yang ditanam di tubuh ibu tidak ada
yang cocok dengan kondisi tubuh ibu, maka kita bisa menggunakan kontrasepsi kalender.
Kontrasepsi kalender tidak akan mengalami efek samping bagi tubuh ibu, akan tetapi
penggunaanya tidak akurat dan ibu harus teleti dalam menghitung masa suburnya.
Disebabkan penggunaan program keluarga berencana ini merupakan program pemerintah,
untuk itu harganya pun tak terlalu mahal dan terjangkau. Program keluarga berencana dibayarkan
atau disubsidi pemerintah, dan masuk dalam program BPJS. Oleh karena itu semua kalangan dapat
menjangkau dan dapat menggunakan program ini dengan baik tidak tersandung oleh masalah
biaya.
Ketika program keluarga berencana atau kontrasepsi ini disosialisasikan hal yang
dikhawatirkan adalah merujuk kepada pro sex bebas ketika mensosialisasikannya kepada kalangan
muda. Hal ini menjadi dilema ketika ingin mensosialisasikan dengan tujuan kesehatan ,tapi malah
lebih merujuk kepada kampanye sex. Hal ini bisa saja ditanggulangi dengan memberikan
sosialisasi kepada masyarakat yang sudah cukup umur atau mungkin sudah menikah.
Didalam program kontrasepsi atau keluarga berencana salah satunya adalah kontrasepsi
mantap dengan cara tubektomi dan vasektomi. Teknis tubektomi dan vasektomi ada 2 macam ada
yang disalurannya diikat dan dipasang ring, ada pula yang dipotong saluran tuba valofi dan vas
diferent lalu disematkan dan diikat dengan ring.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program keluarga berencana ini sangat erat kaitannya dengan agama etika dan hukum.
Aspek tersebut yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri yang ingin melakukan KB.
Penggunaan keluarga berencana pada dasarnya sudah selaras dan diperbolehkan oleh aspek etika,
hukum, dan agama. Hanya saja pada aspek agama khususnya gama Islam,ada hal-hal yang harus
diperhatikan seperti tujuannya yang bukan untuk membatasi keturunan akan tetapi untuk
menciptakan umat yang berkualitas dan umat yang kuat. Serta pemilihan alat kontrasepsi yang
diperbolehkan oleh agama khususnya agama Islam.
Penggunaan program keluarga berencana ini harus dengan persetujuan pasangan suami istri
tidak hanya satu pihak saja. Produk keluarga berencana bisa dipilih oleh pasangan suami istri
sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan produk ini pula harus dilihat dari aspek kenyamanan
dan kecocokan pada pemakai atau pada ibu kerena tidak semua produk keluarga berecana ini sesuai
dengan seluruh badan ibu.
B. SARAN
Diharapkan produk alat kontrasepsi ini digunakan masyarakat dengan bijaksana. Lebih
gencarnya sosialisasi program ini pada masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan
pedalaman agar program pemerintah ini berjalan secara menyeluruh di Indonesia. Selain
sosialisasi program pada daerah terpencil, tetapi juga pengadaan tenaga kesehatan perlu
diperhatikan karna hal tersebut pula akan mendukung kesuksesan program ini.
Daftar Pustaka
Namrasumber : http://anitaskyedu.blogspot.co.id/2015/02/makalah-keluarga-berencana-dalam-
segi.html