Anda di halaman 1dari 5

Soal

1. Ada 10 jenis terapi untuk anak berkebutuhan khusus ( ABK ) sebutkan dan jelaskan
minimal 5 terapi ABK ?

2. – sebutkan minimal 5 ciri-ciri anak autis


-faktor- faktor penyebab autis dan bagaimana bentuk terapi untuk anak autis

3. – kemampuan apa saja yang di miliki anak berbakat atau istimewah sebutkan dan
jelaskan minimal 4 kemampuan
- sebutkan ciri-ciri intelektual anak berbakat minimal 3
4. Terhambat nya kemampuan berbicara menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi
a) Jelaskan pengertian tuna wicara
b) Apa saja faktor penyebab tunawicara
c) Prinsip pembelajaran apa yang harus menjadi perhatian guru kelas agar
potensi tuna rungu berkembang optimal
5. Masyarakat umum lebih mengenal tuna grahita dengan sebutan idiot, penggunaan
istilah ini dianggap tidak sarankan karena di anggap tidak sopan.
a) Jelaskan klasifikasi tuna grahita
b) Sebutkan 3nindikator individu di katakan tuna grahita
c) Apqkah semua klasifikasi tuna grahita dapat belajar di sekolah inklusif,
jelaskan jawaban saudara ?

JAWABAN :

1. Terapi Fisik

Terapi jenis sebenarnya bermanfaat untuk menangani kekurangan fisik dan juga
gangguan pada gerakan. Terapi fisik ini terbagi menjadi dua jenis. Ada yang dinamakan
terapi fisik pasif. Biasanya, gerakan fisik dilakukan oleh bantuan terapis. Sedangkan
terapi fisik aktif, gerakannya dilakun sendiri oleh pasien terapi. 
Dalam terapi fisik ini, pasien bisa melakukan perlawanan gerak terhadap terapis untuk
memperkuat bagian otot tertentu. Umumnya, anak dengan cerebral palsy atau polio
biasanya disarankan melakukan terapi fisik aktif untuk mengembalikan fungsi geraknya.

Terapi Kognitif Perilaku

Umumnya, anak autisme memiliki gangguan kognitif dan komunikasi. Gangguan inilah
yang menyebabkan anak autisme sulit menyampaikan perasaannya. Hal ini kemudian
membuat mereka stres dan mengalami tantrum. Ternyata, hal tersebut bisa dikurangi
dengan melakukan terapi. 

Terapi yang dimaksud disebut Cognitive Behaviorial Therapy (CBT). Ini merupakan


bentuk psikoterapi yang bermanfaat untuk mengubah pola pikir dan perilaku anak
berkebutuhan khusus. Bila dilakukan secara rutin, anak autis bisa lebih stabil emosinya
dan perlahan belajar menyampaikan perasaannya.

Terapi Wicara

Salah satu terapi yang sering dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus adalah terapi
wicara. Terutama untuk anak Anda yang mengalami masalah komunikasi atau berbicara.
Bagaimana caranya terapi ini dilakukan? 

Terapi ini fokus terhadap melatih kemampuan anak berbicara, melatih otot mulut, lidah,
dan tenggorokan. Caranya dengan mengajak si Kecil meniup, menirukan suara, bahkan
berlatih bahasa isyarat. Anak yang mengalami cerebral palsy, bisu, tuli, dan juga autisme.

Terapi Okupasi

Menurut jurnal Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus oleh Dinie Ratri Desiningrum,


terapi okupasi adalah terapi untuk melatih bagian motorik halus Anak. Caranya dengan
melakukan gerakan presisi. Misalnya, mengancingkan baju, menulis, memegang sendok
untuk makan, atau mandi. 

Kemampuan ini diperlukan untuk aktivitas sehari-hari sehingga penting untuk


kemandirian dan kualitas hidup anak. Terapi okupasi sering diterapkan pada anak dengan
sindroma down.
Terapi Bermain

Terapi bermain dilakukan dengan cara membiarkan anak bermain dalam ruangan yang
aman dan nyaman tanpa ada batasan. Hal ini ditujukan agar anak dapat mengekspresikan
dirinya. Setidaknya dapat menyampaikan perasaan.

Setelah itu, anak berkebutuhan khusus belajar untuk analisis dan menyelesaikan masalah
yang diberikan dalam permainan. Biasanya, terapis akan memberikan perintah mulai dari
yang mudah hingga sulit.  Terapi ini biasanya diberikan pada anak dengan gangguan
komunikasi seperti autisme atau sindroma down.

2. -Ciri-ciri anak autis

a) kesulitan komunikasi baik verbal maupun non verbal

b) Gangguan dalam berhubungan sosial

c) Melakukan tantrum untuk mengungkapkan keinginannya


d) Kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas
e) Memiliki kemampuan luar biasa dalam satu bidang

Faktor penyebab

 Jenis kelamin. Anak laki-laki 4 kali lebih berisiko mengalami autisme dibanding anak
perempuan.
 Faktor genetik.  Sekitar 2-18% orang tua dari anak penderita autisme, berisiko
memiliki anak kedua dengan gangguan yang sama.
 Kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.
 Terlahir kembar. Pada kasus kembar tidak identik, terdapat 0-31% kemungkinan
autisme pada salah satu anak memengaruhi kembarannya juga mengalami autisme.
Pengaruh autisme makin besar pada anak yang terlahir kembar identik, yaitu sekitar
36-95%.
 Usia. Semakin tua usia saat memiliki anak, semakin tinggi risiko memiliki anak autis.
Pada laki-laki, memiliki anak di usia 40an, risiko memiliki anak autis lebih tinggi 28%.
Risiko meningkat menjadi 66% pada usia 50-an. Sedangkan pada wanita,
melahirkan di atas usia 40an, meningkatkan risiko memiliki anak autis hingga 77%
bila dibandingkan melahirkan di bawah usia 25 tahun.
 Pengaruh gangguan lainnya. Beberapa gangguan tersebut antara lain distrofi
otot, fragile X syndrome, lumpuh otak atau cerebral palsy, neurofibromatosis,
sindrom Down, dan sindrom Rett.
 Pajanan selama dalam kandungan. Konsumsi minuman beralkohol atau obat-
obatan (terutama obat epilepsi) dalam masa kehamilan, dapat meningkatkan risiko
anak yang lahir menderita autisme.

-Jenis terapi

 Terapi Aktivitas

Kegiatan-kegiatan ini membantu anak dengan autisme menjadi lebih baik dalam
melakukan aktivitas dan tugasnya sehari-hari, seperti belajar mengancingkan baju
atau memegang peralatan makan dengan benar. Aktivitas bisa melibatkan apa saja
yang berhubungan dengan sekolah atau bermain. Fokusnya bergantung pada
kebutuhan dan tujuan masing-masing anak.

 Terapi Bicara

Terapi ini membantu anak lebih lancar dalam berbicara dan berkomunikasi serta
berinteraksi dengan orang lain. Ini melibatkan keterampilan nonverbal, seperti
melakukan kontak mata, bergantian dalam percakapan, dan menggunakan serta
memahami gerakan. Mungkin juga mengajarkan anak untuk mengekspresikan diri
menggunakan simbol gambar atau bahasa isyarat. Terapis perlu bekerja sama
dengan orangtua dan guru untuk mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
agar hasilnya lebih efektif.

 Analisis Perilaku Terapan

Terapi ini berfokus pada pelatihan untuk orangtua dan pengasuh anak untuk bisa
memberikan umpan balik kepada sang buah hati yang mengidap autisme dari waktu
ke waktu. Tujuan pengobatan didasarkan pada masing-masing, bisa saja
komunikasi, keterampilan sosial, atau sekolah. Anak yang menerima terapi ini lebih
awal dan intensif menunjukkan perubahan positif pada pertumbuhannya kelak.

 Keterampilan Sosial

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan cara anak berinteraksi secara sosial dan


membentuk ikatan dengan orang lain. Caranya dilakukan dengan belajar melalui
permainan peran atau latihan. Seperti hanya analisis perilaku terapan, terapi ini
membutuhkan peran orangtua untuk membantu anak autisme meningkatkan
keterampilan sosialnya.

 Sistem Komunikasi dengan Penukaran Barang

Terapi ini mengajarkan anak untuk menukarkan gambar dengan barang atau
kegiatan. Sistem ini dirancang untuk anak autisme yang tidak bisa berbicara, tidak
mengerti atau sulit dimengerti. Meski begitu, cara ini mungkin tidak memberikan
perubahan berarti pada anak yang tidak mau berkomunikasi atau tidak tertarik pada
objek, kegiatan, atau makanan tertentu.
3.kemampuan yang di miliki anak istimewah
 Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi. hal ini dapat dilihat dengan cara tes
intelegensi (IQ).
 Memiliki bakat istimewa pada bidang tertentu.
 Kreativitasnya tinggi dalam berfikir dan selalu muncul ide-ide yang cemerlang.
 Kemampuan untuk memimpin sangat terlihat seperti kemampuan mengarahkan, dan
mempengaruhi  orang lain untuk bertindak seperti yang disampaikan.
 Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi di atas rata-rata (meskipun beberapa
anak berbakat sulit menyesuaikan diri karena memiliki kemampuan yang berbeda
dengan teman-teman sekitarnya).

-ciri ciri intelektual anak berbakat

Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam
(berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian
tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering
membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari
kamus maupun peta dan ensiklopedi.

Anda mungkin juga menyukai