Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan integrasi multidisiplin untuk membantu anak-anak
ini:
Remedial Teaching
Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan kesempatan untuk membantu mereka
Pelayanan Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengan treatment pada anak penderita
retardasi mental. Pencapaian hasil yang “baik” bergantung pada interaksi antara guru dan murid. Program
pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan mengacu pada kelemahan dan kelebihan
anak. Target pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik saja. Secara umum, anak penderita
retardasi mental membutuhkan bantuan dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri.
Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi
Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan rekreasi. Ketika
anak tidak ikut dalam aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk dapat berinteraksi sosial
dengan tepat dan tidak kompetitif dalam aktivitas olahraga. Partisipasi dalam olahraga memiliki beberapa
keuntungan, yaitu pengaturan berat badan, perkembangan koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan
Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan orang tua yang tidak tepat, masalah
organik, dan atau kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat muncul sebagai
usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk menghindari frustrasi. Dalam mengukur tingkah laku,
kita harus mempertimbangkan apakah tingkah lakunya tidak sesuai dengan usia mental anak, daripada
dengan usia kronologisnya. Pada beberapa anak, mereka memerlukan teknik manajemen tingkah laku dan
Mengatasi Gangguan
Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual & pendengaran; gangguan epilepsi; gangguan
bicara dan gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang harus dilakukan untuk
mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan terapi fisik terus menerus, terapi okupasi, terapi bicara-
bahasa, perlengkapan adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar, obat anti epilepsi dan lain
sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk menetapkan gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi.
Konseling Keluarga
Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika memiliki anak yang menderita retardasi mental,
tetapi ada pula yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan keluarga
dalam menghadapi masalah perkawinan, usia orang tua, self-esteem (harga diri) orang tua, banyaknya
saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis,
dukungan dari anggota keluarga dan tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat.
Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita retardasi mental,
agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan mempunyai harapan-harapan yang realistik tentang
penderita. Perlu penerimaan orang tua mengenai taraf kemampuan yang dapat dicapai anak. Orang tua
disarankan untuk menjalani konsultasi dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan tidak berdaya,
penyangkalan dan perasaan marah terhadap anak. Selain itu orang tua dapat berbagi informasi mengenai
penyebab, pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun dengan orang tua lain.
Evaluasi Secara Berkala
Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarga berubah
setiap waktu. Seiring perkembangan anak, informasi tambahan harus diberikan kepada orang tua, dan
Tujuan Penanganan
Tujuan penanganan anak retardasi mental yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan
Pencarian bakat dan minat juga perlu digali dan dikenali agar anak dapat diarahkan pada latihan dan
keterampilan yang dapat menunjang kehidupan mereka selanjutnya. Banyak cara dan variasi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kesulitan adaptasi pada penderita retardasi mental, baik intervensi pribadi atau
kombinasi. Terapi perilaku berguna untuk membentuk tingkah laku sosial, mengontrol perilaku agresif atau
Dalam latihan mereka lebih sukar dari anak biasa karena perhatian mereka mudah sekali berubah. Harus
diusahakan untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat
permainan yang berwarna atau yang berbunyi, dan harus konkrit. Mereka juga diajari dan diberi
pekerjaan yang praktis (tidak memerlukan intelegensi tinggi).
Latihan teknis : diberikan sesuai minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial, misalnya peternakan
dan menjahit.
Latihan moral : pelajaran tentang yang baik dan tidak baik. Agar mengerti tiap pelanggaran
disiplin disertai hukuman, dan tiap perbuatan baik disertai hadiah.
Selain itu lingkungan anak tersebut harus memberi contoh yang baik.
http://www.penerjemahkharisma.com/2012/02/makalah-perawatan-retardasi-mental.html
3. Terapi perilaku
Konselor memberikan pengetahuan tentang cara pandang si anak tersebut, misalnya tidak mau bermain games, cara
pandang terhadap sesuatu dan lain-lain. Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang cenderung agresif dan
menciptakan self injury.
4. Terapi bicara
Konselor memberikan contoh perilaku bicara yang baik, karena pada dasarnya, anak retardasi mental akan terlihat
dalam mengucapkan sebuah kata-kata
5. Terapi sosialisasi
Pasien diajak untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, yaitu tetap menjalin komunikasi dengan orang lain atau
individu di sekitarnya dengan cara bersosialisasi, melakukan interaksi secara verbal sehingga disini akan
menumbuhkan rasa percaya diri, perasaan diterima oleh lingkungan, dan motivasi pada diri pasien agar tetap survive
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
6. Terapi bermain
Pasien dibimbing untuk dapat mengerjakan sesutu hal berupa hasil karya, atau sebuah permainan. Terapi ini
bertujuan untuk dapat mengasah kemampuan pasien di bidang kognitif yaitu dengan cara merangsang proses
berpikir pasien tentang pola sebuah bentuk sehingga disini pasien diajak untuk dapat merangkai sebuah konstruksi
bangunan, kemudian dapat meningkatkan imanjinasi dengan cara merangsang kemampuan imajinasi tentang sesuatu
hal yang berada di pikirannya, selain itu dalam segi kreatifitas, yaitu dengan cara meningkatkan dan mengolah
kreatifitas pasien dengan paduan warna, pola, bentuk yang berbeda-beda sehingga pasien mempunyai pengetahuan,
pemahaman dan keanekaragaman tentang macam-macam jenis permainan atau hasil karya yang dia temui.
7. Terapi menulis
Cara ini digunakan untuk dapat mempermudah proses berjalannya terapi yaitu dengan cara pasien diajak untuk
menulis di selembar kertas berupa serangkaian kata-kata. Tujuan daripada terapi ini adalah untuk melemaskan otot
atau syarat tangan dalam beraktivitas sehingga tubuh pasien tidak kaku dan lebih fleksibel dalam menanggapi respon
atau stimulus yang berada di sampingnya.
8. Terapi okupasi
Terapi ini dilakukan dengan cara memijat-mijat bagian syaraf anak tersebut seperti pada bagian pergelangan tangan,
kaki dan daerah tubuh lainnya. Terapi ini dilakukan pada saat pasien berusia muda, karena pada masa muda sendi-
sendi dalam tubuh pasien masih bersifat elastis dan dapat menyesuaikan dengan bentuk perlakuan yang diberikan.
9. Terapi musik
Terapi ini dilakukan dengan cara pasien diarahkan untuk dapat mendengarkan dan memaknai sebuah alunan musik.
Terapi ini bertujuan untuk dapat mengasah fungsi auditory pasien akan stimulus suara yang di dengarkannya.
https://autismecare.wordpress.com/2012/12/19/terapi-retardasi-mental/
Minggu, 17 November 2013
1) Sensori motorik
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu mengembangkan aspek sensori motor. Kegiatan yang dapat
dilakukan misalnya:
Pelaksanaan : dilakukan tes kekuatan otot (muscle test), anak disuruh mengayuh sepeda statis dibimbing
guru. Pada saat pelaksanaan latihan mengayuh sepeda diselingi istirahat.
Evaluasi : dilakukan test kekuatan otot (muscle test). Selama mengikuti kegiatan ada peningkatan
kekuatan otot kaki, otot tangan atau tidak?
Revisi program : berdasarkan evaluasi apabila kekuatan otot kaki, otot tangan tidak meningkat, maka
program harus ditinjau ulang/ direvisi.
Kognitif
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu mengembangkan aspek kognitif. Kegiatan yang dapat
dilakukan misalnya:
Intrapersonal-Interpersonal
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu mengembangkan aspek intrapersonal-interpersonal. Kegiatan
yang dapat dilakukan misalnya:
Bermain layang-layang
Tujuan umum : mengembangkan interpersonal-intrapersonal
Tujuan khusus : menghilangkan rendah diri, melatih sosialisasi
Kegiatan : Bermain layang-layang
Waktu : 1 x pertemuan 30-45 menit
Pelaksanaan : guru memberi contoh cara memainkan layang-layang, anak disuruh bermain laying-
layang.
Evaluasi : evaluasi dilakukan melalui pengamatan sejak awal sampai latihan berakhir. Apakah anak
dapat memainkan laying-layang atau tidak? Apakah selama mengikuti latihan anak senang atau tidak?
Apakah anak dapat berkomunikasi dengan teman atau tidak?
Revisi program : berdasarkan evaluasi apabila anak tidak dapat memainkan laying-layang dan tidak
dapat berkomunikasi dengan temanya, maka program harus ditinjau ulang/ direvisi
Produktivitas
Terapi okupasi bertujuan untuk membantu mengembangkan aspek produktivitas. Kegiatan yang dapat
dilakukan misalnya:
Berkebun
Tujuan umum : mengembangkan kemampuan ketrampilan produktif
Tujuan khusus : mengembangakan kemampuan berkebun
Kegiatan : menanam bunga
Waktu : 1 x pertemuan 30-45 menit
Pelaksanaan : guru memberi contoh cara memakai baju dengan benar, anak disuruh memakai baju
dengan benar.
Evaluasi : evaluasi dilakukan melalui pengamatan sejak awal sampai latihan berakhir. Apakah anak
dapat memakai baju atau tidak?
Revisi program : berdasarkan evaluasi apabila anak tidak dapat memakai baju dengan benar, maka
program harus ditinjau ulang/ direvisi.
http://candra-k5113010-plbuns13.blogspot.co.id/2013/11/treatmen-bagi-anak-retardasi-mental.html
a. Penanganan Residensial. Sejak tahun 1960-an, sebagian besar orang yang mengalami
retardasi dapat menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara efektif di
masyarakat. Trend yang berlaku adalah memberikan pelayanan pendidikan dan layanan
masyarakat bagi para individu tersebut dan bukan perawatan yang sangat bersifat pengawasan
seperti di rumah-rumah sakit jiwa besar. Sejak tahun 1975, individu yang mengalami retardasi
mental berhak untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan
yang sangat minimal. Anak-anak yang mengalami retardasi mental dapat tinggal di rumah atau
di rumah-rumah perawatann yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan psikologis. Hanya
orang-orang yang mengalami retardasi mental berat dan sangat berat serta memiliki cacat fisik
yang cenderung tetap tinggal di berbagai institusi mental ( Cunningham & Mueller, 1991 ).
c. Intervensi Kognitif. Banyak anak yang mengalami retardasi mental tidak mampu
menggunakan berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah, dan bila mereka memiliki
strategi, mereka sering kali tidak menerapkannya secara efektif. Latihan Instruksional Diri
mengajari anak-anak tersebut untuk memandu upaya penyelesaian masalah mereka melalui
kata-kata yang diucapkan. Meichenbaum dan Goodman ( 1971 ) merinci prosedur lima langkah:
1. Guru melakukan tugas terkait, mengucapkan instruksi dengan keras kepada dirinya sendiri
sementara si anak mengamati dan mendengarkannya.
2. Anak mendengarkannya dan melakukan tugas tersebut sementara guru mengucapkan
instruksinya kepada si anak.
3. Si anak mengulang tugas tersebut seraya mengucapkan instruksi kepada dirinya sendiri
dengan keras.
4. Si anak mengulang kembali tugas tersebut seraya membisikkan instruksinya kepada dirinya
sendiri.
5. Anak siap melakukan tugas tersebut seraya memberikan instruksi tanpa bersuara kepada diri
sendiri.
Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat menggunakan berbagai tanda alih-alih
bicara untuk memandu dirinya melakukan tugas terkait. Latihan instruksional diri telah
digunakan untuk mengajarkan pengendalian diri dan cara memusatkan perhatian serta cara
menguasai berbagai tugas akademik kepada anak-anak yang mengalami retardasi. Anak-anak
dengan retardasi berat dapat secara efektif menguasai keterampilan mengurus diri sendiri
melalui teknik ini.