Anda di halaman 1dari 4

NAMA : APRILI ANGGI WAHYUNI

NIM : 2110101010

MK : PSIKOLOGI KELUARGA

HARI/TGL : SENIN, 06 NOVEMBER 2023

Bagaimana parenting pada anak yang berkebutuhan khusus, serta jelaskan pula pola
komunikasi yang tepat untuk berinteraksi dengan anak kebutuhan khusus?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyandang diartikan dengan orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang
berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau
ketidakmampuan. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-
Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan
fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan masyarakat dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Setiap jenis anak disabilitas mempunyai penanganan atau pola asuh yang berbeda, namun
secara umum ada beberapa poin yang harus dilakukan oleh setiap orang tua yang memiliki anak
berekebutuhan khusus. Diantaranya adalah :

1. Mampu rawat, orang tua harus mampu menerima dan merawat anak disabilitas
sebagaimana mestinya. Dimana dalam merawat anak disabilitas diperlukan perhatian
keluarga yang intensif dan pantau terus kesehatan anak.
2. Mampu latih, orang tua mampu melatih anak disabilitas agar mereka dapat
mengambangkan kemampuan dalam neraktivitas dan agar anak dapat mengerti mana
yang baik, mana yang boleh dilakukan dan mana yang buruk serta mama hal yang tak
boleh dilakukan.
3. Mampu didik, orang tua yang memiliki anak disabilitas harus mampu mendidik anak
mereka atau memasukkan anak disabilitas ke sekolah berkebutuhan khusus agar anak
dapat meningkatkan kemampuan diri dan dapat bersosialisasi dengan banyak orang serta
dapat juga bermanfaat bagi masyarakat luas.
Indikator penerimaan orang tua terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus adalah
berpartisipasi dalam kegiatan anak, memikirkan dan berusaha untuk meningkatkan
perkembangan anak, memenuhi kebutuhan secara fisik maupun psikis, menjalin komunikasi
secara baik dan bijak, tidak membedakan dan membandingkan dengan anak lain,
memberikan bimbingan, semangat, dan motivasi, menjadi teladan yang baik bagi anak
dengan cara berkelakuan baik, dan tidak menuntut atau memaksakan kehendak anak.

1. Penerimaan adalah berpartisipasi dalam kegiatan anak. Peran orang tua adalah
sebagai pengasuh/pendidik, pembimbing, motivator dan fasilitator. Masing-masing
ABK memiliki kegiatan yang berbeda dan cukup beragam yaitu kegiatan di sekolah,
kegiatan dirumah, dan di luar rumah. Dalam perannya sebagai pengasuh, ketika anak
sedang berada disekolah anak dipercayakan oleh gurunya ini sebagai wujud mendidik
anak agar mandiri. Sebagai pembimbing orang tua menemani kegiatan anak ketika
melakukan sesuatu yang belum bisa anak lakukan sendiri, seperti makan, mandi,
memakai baju, untuk melakukan hal tersebut masih membutuhkan kolaborasi serta
bimbingan orang tua.
2. Memikirkan dan berusaha untuk meningkatkan perkembangan anak. Hal tersebut
dapat dilihat dari upaya orang tua untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yaitu
dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk bersekolah. Selain itu, diikutkan
dalam program terapi, mengajak berkomunikasi, dan mengajarkan kegiatan sehari-
hari.
3. Memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis. Kebutuhan fisik dan psikis dapat
diwujudkan dalam hal mampu memenuhi kebutuhan sehari- hari, mendampingi dalam
berbagai kegiatan, memberikan cinta kasih, semangat, bimbingan, dan motivasi untuk
anak. Orang tua memiliki semangat untuk merawat anaknya yang berkebutuhan
khusus dan berusaha menjadikannya mandiri. Kebutuhan sehari-hari seperti
membantu makan dan memakai baju udah menjadi rutinitas orang tua dalam
mendampingi anaknya sebagai perannya sebagai fasilitator. Dukungan psikis seperti
pemberian semangat, motivasi untuk bersekolah agar lebih mandiri dan semangat
sembuh dari sakit juga diberikan oleh orang tua merupakan peran orang tua sebagai
motivator.
4. Menjalin komunikasi secara baik dan bijak. Setiap anak berkebutuhan khusus
memerlukan bantuan yang berbeda-beda. Tetapi, hal utama yang harus dikuasai
terlebih dahulu adalah belajar bagaimana berkomunikasi. Kesulitan berbicara yang
dialami oleh ABK membuat orang tua juga mengupayakan untuk mengikuti program
terapi wicara. Komunikasi non verbal bisa diterapkan yaitu dengan cara:
1) Sentuhan Sentuhan dapat termasuk salaman, menggenggam tangan, sentuhan
di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk
komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang
penyentuh.
2) Gerakan tubuh Dalam komunikasi non verbal, gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya
digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk
untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu;
menujukkan perasaan. Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan
secara langsung antar orang. Melalui kontak mata maka dapat menceritakan
kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi
kata melalui tatapan.
3) Proxemik Proxemik yaitu jarak, tempat atau lokasi posisi. Hal ini disebut juga
dengan bahasa ruang, yaitu jarak yang digunakan ketka berkomuikasi dengan
orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi anda berada. Pengaturan
jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban dengan
orang lain.
4) Vokalik adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.
Contohnya adalah nada bicara, keras atau lemahnya suara, kecepatan
berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
5. Tidak membedakan dan membandingkan dengan anak lain. Sikap penerimaan diri
ditunjukkan oleh sikap pengakuan seseorang terhadap kelebihan- kelebihannya
sekaligus menerima kelemahan- kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan
memiliki keinginan untuk terus mengembangkan diri. Orang tua menyadari bahwa
disabilitas yang dialami anak nya tidak hanya terfokus pada satu jenis disabilitas.
Selain tunarungu, tunanetra, dan gangguan perilaku, mereka juga mempunyai
perkembangan pola pikir yang lambat tidak seperti teman sebaya nya. Hal yang
dilakukan orang tua adalah memahami kemampuan yang dimiliki anak dengan
dukungan atau moivasi dari guru agar lebih bersabar dalam mendampingi belajar.
6. Memberikan bimbingan, semangat, motivasi. Dukungan yang diberikan ketiga subjek
kepada anaknya bahwa mereka memberikan bimbingan untuk mengerjakan kegiatan
sehari-hari, dan memotivasi untuk lebih sehat serta lebih semangat belajar agar kelak
menjadi anak yang mandiri.
7. Menjadi teladan bagi anak dengan cara berkelakuan baik. Anak-anak dalam
keseharian belajar meniru orang dewasa yang berada di sekitarnya. Agar bisa menjadi
teladan yang baik bagi anak orang tua selalu mengutamakan kebutuhan anak,
memberikan contohcontoh sikap yang baik seperti berucap yang baik, lalu menemani
kegiatan anak, dan sebisa mungkin tidak melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan
oleh anak. Sehingga yang dilakukan anak sesuai dengan yang diharapkan yaitu
berkelakuan baik.
8. Tidak menuntut atau memaksakan kehendak anak. Penerimaan diri merupakan sikap
seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai
persyaratan ataupun penilaian. Akseptabilitas orang tua tterwujud pada tidak
menargetkan kemampuan anak sesuai dengan umur nya. Pokok utama harapan orang
tua adalah anak bisa mandiri dan dapat berkomunikasi dengan cara memberikan
kesempatan belajar bagi anak baik di sekolah atau melalui kegiatan terapi. Apabila
perkembangan belum sesuai yang diharapkan, ketiga orang tua ini tetap sabar untuk
mendampingi setiap tahap perkembangan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai