Tujuan
Untuk mengetahui peranan orang tua dalam menangani Pendidikan anak berkebutuhan khusus
Manfaat
Memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa pentingnya peranan orang tua dalam menangani
Pendidikan anak berkebutuhan khusus mengenai pengambilan keputusan mengenai penempatan
sekolah hingga kolaborasi yang tepat terhadap anak berkebutuhan khusus & orang tua
Pembahasan
Dalam dunia pendidikan, berkebutuhan khusus merupakansebutan bagi anak yang memiliki
kekurangan, yang tidak dialamioleh anak pada umumnya.Anak berkebutuhan khusus
(children withspecial needs)adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbedadengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukanpada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak
dengan kebutuhan khusus(ABK)merupakananak yang mengalamikelainan/penyimpanganfisik,
mental, maupun karakterisitik perilaku sosialnya.. Berikut jenis-jenis anak berkebutuhan
khusus.
1.Autisme
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut
komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Gejala
ini mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun, bahkan pada autistik infantilgejalanya sudah
ada sejak lahir. Anak autis mempunyai masalah dalam bidang; komunikasi,interaksi
sosial,gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi
2.Anak berbakat
Anak berbakat adalah anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau
luar biasa sehingga mampu mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan
khusus karena keunggulannya sehingga membutuhkan pendidikan yang dirancang khusus sesuai
dengan kebutuhan belajar mereka (pendidikan berdiferensiasi) agar dapat mencapai perkembangan
yang optimal.
3.Anak hiperaktif
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hati). Anak yang hiperaktif
cenderung untuk selalu bergerak, bahkan dalamsituasi yang menuntut agar mereka bersikap tenang,
mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu beberapa menit saja.
4.ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang didefinisikan
sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima impuls-impuls
dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif.
Tidak semua anak yang hiperaktif itu menyandang ADHD, tapi anak yang ADHD pasti hiperaktif.
5.Kesulitan BelajarAnak
Berkesulitan Belajar dibedakan menjadi :
b. Laerning Disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukan
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Efendi (2008) menjelaskan bahwa , “Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai anak-anak
yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan
komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik” (hlm 36). Sedangkan Wardani, dkk
(2009) mendefinisikan bahwa “Anak luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya” (hlm
1.3)
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan
pengasuhan, pendidikan dan pengembanganbagi anak lahir sampai enam tahun dan atau samapai
dengan delapan tahun. Keterlibatan orangtua terhadap Pendidikan sangat penting. Selain
menyerahkann anak ke pihak sekolah
C. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif pada dasarnya adalah proses untuk membuat semua peserta didik,
termasuk di dalamnya kelompok yang tereksklusi, dapat belajar dan berpartisipasi secara efektif
dalam sekolah mainstreamtanpa ada yang terluka dan terdiskriminasi. Pemerintah melalui
kebijakannya pendidikan inklusif dipahami sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. memberikan pengertian
Pendidikan inklusif sebagai pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan
khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari Dalam pengertian ini Pendidikan inklusif
diselenggarakan untuk mewadahi anak berkebutuhan khusus dalam mengenyam pendidikan yang
terintegrasi dalam sekolah regular yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
Stainback & Stainback dalam Sunardi,menjelaskan bahwa sekolah inklusif merupakan sekolah yang
menampung semua murid dalam sekolah yang sama, dengan program pendidikan menantang, layak
tetapi sesuai kebutuhan individu, tempat setiap anak diterima sebagai bagian anggota masyarakat
agar anak mencapai keberhasilannya dan terpenuhi kebutuhannya.Ini menunjukkan bahwa
pendidikan inklusif sebagai suatu sistem yang memungkinkan anakberkebutuhan
khususmendapatkan layanan dalam sekolah terdekat dengan lingkungan tempat tinggalnya.
1. Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
menyusun strategi upaya pemertaan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan
peningkatan mutu. Pendidikan inklusi merupakan salah satu strategi upaya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, selain itu pendidikan inklusi juga merupakan strategi
peningkatan mutu.
2. Prinsip Kebutuhan IndividualSetiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang
berbeda-beda, oleh karena itu pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan
kondisi anak
Dalam penerapan sistem pembelajaran yang dilakukan pada sekolah inklusi tidak memiliki suatu
sistem khusus, proses pembelajaran berjalan layaknya sekolah regular. Hanya saja lingkungan yang
di bangun lebih pada konsep lingkungan yang ramah anak, hal ini di karenakan agar anak yang
berkebutuhan khusus merasa lebih nyaman dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan baik.
Penempatan anak berkelainan khusus di sekolah insklusif dapat dilakukan dengan berbagai
model sebagai berikut :
1. Bentuk kelas regular penuh
Anak berkelainan belajar Bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas regular dengan
Menggunakan kurikulum yang sama.
2. Bentuk kelas regular dengan Cluster
Anak berkelainan belajar Bersama anak lain (Normal) di kelas regular namun dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus
4. Bentuk Kelas regular dengan Cluster dan Pull out
Anak berkelainan belajar di kelas khusus pada sekolah regular namun dalam bidang-bidang tertentu
dapat belajar Bersama anak lain ( normal ) di kelas regular.
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk memeeberi layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.
Penyelenggaraan kelas jauh/kelas kunjung merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka
menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar Anak berkebutuhan khusus
tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan sekolah-sekolah yang khusus mendidik mereka
masih sangat terbatas di kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung
menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut berasal dari
guru SLB-SLB di dekatnya. Mereka berfungsi sebagai guru kunjung (itenerant teacher). Kegiatan
administrasinya dilaksanakan di SLB terdekat tersebut.
Simpulan
1. Layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui dua sistem layanan, yaitu layanan
pendidikan segregasi danlayanan terpadu. Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Sementara system layanan
pendidikan terpadu adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap.
2.Peran orang tua dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, memiliki peran yang sangat vital.
Orang tua sebagai orang yang sudah dari awal hidup bersama dengan anak sejak mulai dilahirkan,
mereka memahami betul tentang bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ketika anak
memasuki masa sekolah dituntut untuk proaktif dengan para guru terkait pertumbuhan dan
perkembanganya. Potensi dan bakat yang nampak pada diri anak sangat penting sekali untuk
diinformasikan kepada guru sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memberikan program
pendidikan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus.Sehingga dalam perkembanganya anak akan
tumbuh bersama bakatnya tersebut.
Kepustakaan
Amin, B. (2015). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Inklusif (Peran Orang Tua Anak
Berkebutuhan Khusus Dalam Konteks Sekolah Inklusi).
Purwanta, E. (2002). Pendidikan inklusi. Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah PLB Tingkat
Nasional Tahun, 6-8.
Darmono, A. (2015). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Al-Mabsut:
Jurnal Studi Islam dan Sosial, 9(1), 141-161.
Saputra, A. (2016). Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Inklusif. Golden Age: Jurnal
Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1(3), 1-15.
Hajar, S., & Mulyani, M. S. R. (2017). Analisis Kajian Teoritis Perbedaan, Persamaan Dan Inklusi
Dalam Pelayanan Pendidikan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Ilmiah Mitra
Swara Ganesha, 4(2), 37-48.
auhari, A. (2017). Pendidikan Inklusi sebagai Alternatif Solusi Mengatasi Permasalahan Sosial
Anak Penyandang Disabilitas. IJTIMAIYA, 1(1).
Rahim, A. (2016). Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan Untuk
Semua. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 3(1).
Nawangsari, T., & Wahyudi, A. (2020). MOTIF ORANG TUA SEVERE DISABILITIES DALAM
PRAKTIK SEKOLAH INKLUSI. Paradigma, 8(2).
Magumise, J., & Sefotho, M. M. (2020). Parent and teacher perceptions of inclusive education in
Zimbabwe. International Journal of Inclusive Education, 24(5), 544-560.
Gliga, F., & Popa, M. (2010). In Romania, parents of children with and without disabilities are in
favor of inclusive education. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2(2), 4468-4474.
Saputri, S., Ningsih, E. F., & Widyawati, S. (2017). Analisis Kesulitan Anak Tunagrahita dalam
Menyelesaikan Soal Operasi Penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro.
MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 5(2), 187-200.
Sharma, J., & Trory, H. (2019). Parents' Attitudes to Inclusive Education: A Study Conducted in
Early Years Settings in Inclusive Mainstream Schools in Bangkok, Thailand. International Journal
of Special Education, 33(4), 877-893.