Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal yang Dibimbing oleh
HUSNUL KHOTIMAH , S.Psi., M.A.
Oleh:
Zulfikri Ikhlasul Qamal Bialangi
NIM: 1509000082
1. ID
Ada sejak individu dilahirkan.
Berisi sejumlah energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
psyche.
Terdiri dari dorongan-dorongan dasar seperti rasa lapar, haus,
pembuangan/pengeluaran kotoran, kehangatan, afeksi, agresi dan
seksual.
Bekerja dengan menggunakan pleasure principle yaitu pencarian
pemuasan kebutuhan dengan segera. Jika dorongan id tidak dipenuhi
maka akan timbul ketegangan (tension) dalam diri individu. Pada kondisi
itu, id akan berusaha untuk mengurangi ketegangan dengan sesegera
mungkin.
Cara memuaskan kebutuhan dengan segera:
a. Berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: bayi yang ingin menyusu
pada ibunya akan berusaha untuk mencari tetek ibunya dan kemudian
menyusu.
b. Primary process thinking, yaitu membayangkan/mengimajinasikan
keinginan-keinginannya. Misalnya: bayi yang ingin menyusu tadi
akan membayangkan tetek ibunya. Pada saat itu, si bayi akan
mengalami pemuasan sementara melalui wish-fulfilling fantasy.
2. EGO
Berkembang selama 6 bulan kedua kehidupan (12 bulan).
Bertugas untuk berhubungan dengan realitas.
Bekerja dengan menggunakan reality principle, yang merupakan cara
ego untuk menunda pemuasan dorongan id dan menghubungkannya
dengan harapan lingkungan.
Primary process thinking tidak selamanya bisa menjaga kehidupan
individu, untuk itu ego kemudian menggunakan secondary process
sebagai cara yang memakai perencanaan dan pengambilan keputusan
dalam memenuhi suatu dorongan. Misal: bayi yang haus dan ingin
menyusu pada ibunya tadi menggunakan secondary process dengan
memutuskan untuk mencari perhatian ibunya, mungkin dengan
menangis.
3. SUPEREGO
Bagian jiwa yang bertindak selaku kesadaran dan merefleksikan standar
moral masyarakat, seperti benar-salah, baik-buruk.
Pada saat dorongan id muncul, ego tidak hanya memuaskannya dengan
menghubungkan pada realitas tapi juga dengan standar benar-salah dari
superego. Misal: saat ujian, tiba-tiba dosen keluar ruangan. Saat itu
mungkin berarti ada kesempatan untuk mencontek. Tapi individu tidak
melakukan itu karena dia merasa bersalah jika melakukannya atau dia
merasa tidak jujur, dsb.
B. PERSPEKTIF HUMANISTIK
Tokoh utama: Carl Rogers
Memandang bahwa semua manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi
untuk menjadi sehat dan kreatif. Gangguan mental dapat berkembang akibat
tekanan sosial.
Menerapkan pentingnya pemberian cinta dan penerimaan dari orang tua atau
orang terdekat lainnya terhadap perkembangan kepribadian.
Rogers menciptakan teori yang terpusat pada individu (person-centered theory).
Prinsip-prinsipnya:
Untuk memahami seseorang, kita harus melihat dari cara mereka mengalami
peristiwa tersebut daripada terhadap peristiwanya itu sendiri.
Setiap individu itu unik, perbedaan persepsi dan perasaan pada tiap individu
menentukan perilaku mereka.
Motif utama yang selalu menggerakkan individu untuk maju adalah self
actualization, merupakan perwujudan dari seluruh potensi yang dimiliki
individu.
Mereka mempunyai tujuan yang sudah ditentukan. Adanya pengaruh dari
luar dirinya (orang tua, teman sebaya, sosial atau tekanan lingkungan)
mengakibatkan individu kehilangan arah yang sudah ditentukan.
C. PERSPEKTIF BEHAVIORAL
Perilaku, dalam pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh
lingkungannya.
John B Watson menekankan betapa dibutuhkannya suatu observasi dan
eksperimen yang sitematis untuk mempelajari perilaku. Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Segenap perilaku manusia itu dipelajari, termasuk juga perilaku abnormalnya
yang dipelajari dengan cara yang sama pada individu lain.
Pendekatan ini lebih tertarik pada perilaku-perilaku yang dapat diamati daripada
kondisi-kondisi abstrak atau bawah sadar yang merupakan tema pokok
psikoanalisa.
Ivan Pavlov (classical conditioning)
Menggunakan Pavlov’s dog.
CS (bel) tidak keluar saliva
CS keluar saliva
Bandura (modelling)
Individu mengamati model untuk kemudian menirukan perilaku tersebut.
Misalnya anak kecil akan menunjukkan perilaku jongkok saat berjumpa
dengan anjing, karena dia mengamati orang tuanya berperilaku tersebut saat
berjumpa dengan anjing.
D. PERSPEKTIF KOGNITIF
Pendekatan kognitif memusatkan perhatiaannya tentang bagaimana manusia
(bahkan hewan sekalipun) melakukan strukturisasi terhadap pengalaman,
bagaimana mereka membuat suatu sense terhadap pengalaman-pengalaman
tersebut kemudian mentransformasi stimulus-stimulus lingkungan menjadi
informasi yang siap digunakan.
Didalamnya terdapat juga tentang bagaimana seharusnya proses-proses mental
seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan
bahasa dipelajari untuk memahami suatu perilaku.
Albert Ellis mengemukakan Rational-emotive theory.
Menurut teori ini individu yang memiliki rational beliefes, pada saat mengalami
kejadian negatif akan menunjukkan emosi negatif seperti sedih dan frustrasi. Tapi
individu dengan irrational beliefes akan berubah menjadi depresi, cemas atau
marah.
Menurut Allbert Ellis manusia itu mempunyai potensi baik untuk berpikiran baik
dan rasional maupun buruk dan irasional. Manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan berkata,
mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Akan tetapi manusia juga mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk
menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali
kesalahan sampai berlarut-larut, intoleransi, perfeksionis dan mencela diri serta
menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan
untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfunction.
Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan keyakinan-keyakinan irasional
yang berpengaruh pada masa kanak-kanak. Ellis mengatakan “gangguan emosi
pada dasarnya merupakan terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru,
tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang oleh orang terganggu diyakini secara
dogmatis dan tanpa kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai
ia sendiri kalah”.
Ada tiga kategori utama irrational beliefes, dimana masing-masing membawa
konsekuensi terhadap kekalahan diri yaitu:
a. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, berprestasi
dalam segala hal dan dicintai sepanjang waktu atau gagasan bahwa seseorang
merasa tidak mampu dan tidak berharga. Gagasan ini bisa menyebabkan
panik dan depresi.
b. Gagasan bahwa semua orang harus memperlakukannya dengan baik dan jujur
atau gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat dan harus
dikutuk atas kejahatannya. Gagasan ini dapat mengembangkan perasaan
marah dan agresif.
c. Gagasan bahwa segala sesuatu harus mengikuti kehendaknya, tidak terlalu
sukar dikerjakan dan tidak membuat frustrasi atau gagasan bahwa hidup
adalah mengerikan, buruk, sangat menyakitkan dan malapetaka. Gagasan ini
dapat menciptakan kondisi mengasihani diri sendiri dan toleransi yang
rendah terhadap frustrasi juga prokrastinasi.
Perspektif Sosiokultural
Asumsi dasar : kepribadian, keyakinan,
sikap dan keterampilan dipelajari dari orang lain. Tidak mungkin memahami seseorang
tanpa memahami budaya, identitas etnis, gender dan faktor-faktor sosio-kultural lainnya.
Manusia harus difahami dalam konteksnya.
Pendekatan sosiokultural
Pendekatan sosiokultural menjelaskan sebuah $ara dimana masyarakat dan
budayalingkungan mempengaruhi kelakuan. Pendekatan sosiokulltural menyatakan
bahwa pemahaman penuh dari tingkah laku seseorang membutuhkan pengetahuan
tentangkonteks lingkungan dimana kelakuan terjadi
Prinsip dasar:
Setiap manusia terbentuk karena budaya
Manusia harus difahami dalam
konteksnya:
Beberapa istilah: – Ethnic group: kelompok manusia yang berasal dari satu nenek
moyang – Ethnic identity: rasa memiliki suatu kelompok etnis dan berbagi belief,
sikap, keterampilan, musik, upacara, dsb.
Gender identity: pandangan diri sebagai lelaki atau wanita.
Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan John Romano tahun
1977. Biopsikososial ini memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks
mereka baik secara biologis, psikologis dan sosial. Biopsikososial adalah metode
interkasi biologi, psikologis dan faktor sosial dalam mengobati penyakit dan
meningkatkan kesehatan menjadi lebih baik.
Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan. Pendekatan
model biopsikososial ini melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam
memahami penyakit dan sakitnya seseorang. Sedangkan konsep biopsikososial sendiri
memungkinkan suatu pemahaman tentang munculnya sakit yang kemudian dihubungkan
dengan faktor lingkungan dan kondisi stres.
Biologis fokus pada obat, psikologis fokus pada psikoterapi dan sosial fokus pada
dukungan dan modifikasi sosial.
Pendekatan Biologis
Adanya impairment, disability, functional limitation yang berpengaruh
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga menimbulkan
gangguan seperti merubahnya nutrisi, kenyamanan, kerusaka mobilitas
fisik, resiko cedera, kurang merawat diri dan intoleransi aktivitas
(Carpenito, 1997)
Adanya perubahan penampilan, status dan peran, monilitas fisik, aktivitas
dan pekerjaan sehari-hari dengan orang lain karena adanya perbedaan
kondisi sehat dan sakit terlebih dalam kebutuhan dasar manusia dimana
seseorang dalam kondisi sakit akan membutuhkan bantuan orang lain.
Dampak fisik akan memunculkan kondisi stres sehingga membutuhkan
penanganan secara fisik dan psikologis sedini mungkin. Karena dengan
begitu klien diharapkan merasa tenang, terlepas dari stres dan
memperoleh prognosis yang lebih baik lagi.
Pendekatan Psikologis
Klien mengalami keadaan psikologis seperti :
Shock atau kaget saat mendengar diagnosis penyakit hasil pemeriksaan dokter
Denial atau penolakan dan tidak percaya atas hasil pemeriksana dokter
Marah dan berusaha menolak sakitnya dan menyesali kenapa hal tersebut terjadi
pada dirinya
Kecemasan dan ketakutan adanya nyeri, penurunan berat badan serta penipisan
finansial
Depresi dan merasa kesepian
Merasa tidak berdaya dan putus asa, Malu
Pendekatan Sosial
Kehilangan pekerjaan
Perubahan peran di rumah
Gangguan interaksi sosial
Menarik diri
Tidak mampu melakukan ibadah dan organisasi atau kegiatan lain yang pernah
diikutinya
Penanganan dalam hal ini yaitu : Dukungan sosial dan depresi(makrolevel) dan kerusakan
sel atau ketidakseimbangan kimiawi (mikrolevel) akan saling berinteraksi mencapai
kesehatan tertentu. Dari konsep model biopsikososial kesehatan dan penyakit adalah hal
yang dipengaruhi oleh faktor tertentu yang menimbulkan efek.
Selain itu, pikiran dan tubuh merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal
itu saling mempengaruhi dalam aspek kesehatan dan penyakit. Konsekuensinya bahwa
kesehatan, penyakit dan perawatan medis adalah satu proses yang tidak dapat dipisahkan.
Selain itu adapula implikasi model biopsikososial pada praktek klinis terhadap pasien
yaitu :
Treatment
Model biopsikososial harus memastikan bahwa treatment yang disarankan telah
mencakup tiga faktor tersebut yakni faktor biologis, psikologis dan sosial.
Model biopsikososial dapat membentuk jelas hubungan antara praktisi dengan pasien
sehingga hal ini bisa berefek dalam meningkatkan motivasi pasien, dampak treatment
baik dan pemulihan penyakit yang lebih cepat (Belar, 1997). Praktisi disini harus
memahami bahwa faktor sosial dan psikologis berkontribusi terhadap pengobatan yang
tepat dalam menyembuhkan penyakit. Singkatnya dalam keadaan seseorang yang sehat,
model ini menunjukkan bahwa individu dapat memahami kebiasaan kesehatan pada
koneks psikologi dan sosial. Konteks ini berpengaruh pada bagaimana menjaga kesehatan
yang baik dengan modifikasi yang tepat dan fasilitas perkembangan yang sehat.
Sedangkan dalam kasus seseorang yang sakit, maka biologis, psikologis dan sosial
berkontribusi dalam proses pemulihan.