“PSIKOTERAPI BEHAVIORISTIK”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikoterapi
DOSEN PEMBIMBING :
Al Thuba Septa Ps., S.Psi., M.Psi., Psikolog
Oleh :
Zulfikri ( 15090000082)
Viona Panampaswara (17090000047)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terapi behavior adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berakar pada berbagai teori tentang belajar. Ia menyatakan penerapan yang
sistematis prinsip-prinsip belajar pada perubahan tingkah laku kearah cara-cara
yang lebih adaptif. Pendekatan ini telah memberikan sumbangan-sumbangan yang
berarti baik kepada bidang-bidang klinis maupun pendidikan. Berlandaskan teori
belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-
pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan
pengubahan tingkah laku. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada teori tunggal
tentang belajar yang mendominasi praktek tingkah laku.
Sejumlah terori belajar yang beragam memberikan andil kepada pendekatan
terapeutik umum yang satu ini. Ketimbang memandang terapi tingkah laku
sebagai pendekatan terapi yang dipersatukan dan tunggal, lebih tepat
menganggapnya sebagai terapi-terapi tingkah laku yang mencakup berbagai
prinsip dan metode yang belum dipadukan kedalam suatu sistem yang
dipersatukan. Salah satu aspek yang paling penting dari gerakan modifikasi tingka
laku adalah penekanannya pada tingkah laku yang bisa didefinisikan secara
operasional, diamati dan diukur. Para tokoh menyajikan suatu indikasi objektif
tentang aktivitasaktivitas mereka sendiri. Perubahan tingkah laku sebagai kriteria
yang spesifik memberikan kemungkinan bagi evaluasi langsung atas keberhasilan
kerja dan kecepatan bergerak kearah tujuan-tujuan terapeutik yang bisa
dispesifikasi dengan jelas.
Dari penjelasan diatas pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan secara
jelas Teknik-teknik dari terapi behavior tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian psikoterapi behavioristic?
2. Apa saja Teknik-teknik yang digunakan pada psikoterapi behavioristic?
C. TUJUAN
1. Memahami pengertian psikoterapi behavioristic
2. Mengerti Teknik-teknik yang digunakan pada psikoterapi behavioristic?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI BEHAVIORISTIK
Terapi tingkah laku adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang di
kemukakan oleh ahli yang berbeda menurut Willis, terapi tingkah laku berasal
dari dua konsep yang di tuangkan oleh Ivan Pavlov dan Skinner. Tetapi Latipun,
menambahkan J.B Watson setelah Pavlov dan skinner sebagai tokoh yang
mengembangkan dan menyempurnakn prinsip-prinsip behaviorisme. Pendiri
behaviorisme sendiri adalah J.B Watson yang mengesampingkan nilai kesadaran
dan unsur positif manusia lainnya.
Pendiri dari teori behaviorisme adalah Jhon Broads Watson, menurutnya
psikologi harus menjadi ilmu yang objektif, dalam artian psikologi harus di
pelajari sebagaimana mempelajari ilmu pasti atau ilmu lain. Oleh karena itu, ia
tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat di teliti melalui metode
instropeksi yang di anggap tidak obyektif dan tidak ilmiah. Pengaruh Watson
yang adalah Psikoterapi, yaitu dengan digunakanya Teknik kondisioning untuk
menyembuhkan kelainan-kelainan tingkah laku .
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.
Dalil dasarnya adalah tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperiman yang di
kendalikan dengan cermat akan meyingkapkan hukum-hukum yang
mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme di tandai oleh sikap membatasi
metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang diamati.
Terapi Behavior adalah terapi tentang tingkah laku. Sekilah tentang terapi
tingkah laku menurut Marquis, terapi tingkah laku adalah suatu Teknik yang
menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah
yang dihadapi oleh manusia. Jadi tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-
orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan ingkah laku mereka.
Istilah terapi tingkah laku atau konseling behaviorisme berasal dari Bahasa inggris
Behavior Counseling yang pertama kalinya di gunakan oleh Jhon D . Krumboln
(1964) Krumboln adalah premotor utama dalam menerapkan pendekatan
behaviorisme terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah
dimulai sejak tahun 1950.
1. Perbedaan dengan Psikoterapi Yang Lain
B.F Skinner menyebutkan bahwa para behavioris menekankan manusia
sebagai di kendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian
deterministic mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap
pencarian pola pola tingkah laku yang dapat di amati. Mereka menjabarkan
melalui rincian spesifik berbagai faktor yang dapat diamati yang
mempengaruhi belajar serta membuat argument bahwa manusia dikendalikan
oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Seperti yang di kemukakan John Watson
behaviorisme berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-
kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.
2. Konsep Dasar
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa
eksperimen yang di kendalikan dengan cermat akan menyingkapka hukum-
hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme di tandai oleh sikap
membatasi metode metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat
diamati.
3. Perilaku Bermasalah
Dalam pandangan behaviorisme perilaku bermasalah dimaknai sebagai
perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu
perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah
penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkunganya. Artinya
bahwa perilaku individu itu meskipun secara sosial adalah tidak tepat, dalam
beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu. Dari cara demikian
akhrinya perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku destruktif
dikelas (Latipun, 2003: 89). Sedangkan perilaku bermasalah dalam
pandangan behaviorisme adalah perilaku yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak sesuai dengan norma yang ada. Perilaku bermasalah ini
merupakan kebiasaan-kebiasaan negatif yang juga terbentuk dari hasil
interaksi dengan lingkungan. (1) terapi behavior hanya mengubah perilaku
bukan mengubah perasaan, (2) behavior therapy gagal menghubungkan
faktor-faktor penting dalam terapi/konseling, (3)behavior therapy tidak
memberikan proses pemahaman, (4) behavior therapy berusaha
menghilangkan simptom daripada mencari penyebab, (5) behavior therapy
dikontrol dan dimanipulasi oleh terapis.
2. Flooding
Behavioral teknik flooding atau pembanjiran ini efektif dalam
meminimalisir kecemasan yang disebabkan karena:
a. Teori behavioral merupakan salah satu teori yang memiliki tujuan utama
mengubah perilaku atau kebiasaan positif yang dapat diterima.
b. Teknik flooding berlandaskan paradigma mengenai penghapusan
eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi
secara berulang-ulang tanpa memberikan kekuatan. Terapis akan
memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien
membayangkan situasinya, dan terapis akan mempertahankan kecemasan
klien tersebut.
3. Shaping
Shaping merupakan prosedur yang digunakan untuk membentuk perilaku
individu yang diiginkan dengan memberikan reinforcement pada setiap
tingkah laku yang ditampilkan. Melaui pendekatan behavioral dengan teknik
shaping ini hakikatnya adalah memecahkan masalah yang dilakukan secara
kelompok oleh seorang konselor maupun terapis yang ditujukan kepada siswa
dengan harapan akan terjadi perubahan tingkah laku. Selanjutnya klien yang
telah berubah perilakunya setelah diberi terapi kemudian diberikan
reinforcement. Sedangkan tujuan utama dari oendekatan behavioral adalah
fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik, kecermatan dan penguraian
tujuan-tujuan treatment, formulasi prosedur treatment khusus dan penilaian
objektif mengenai hasil terapi.
Teknik shaping adalah cara membentuk tingkah laku baru yang belum
ditampilkannya yaitu dengan memberi reinforcement secara sistematik dan
lagsung setiap kali tingkah laku tersebut ditampilkan (Komalasari, dkk 2011:
169). Ada beberapa langkah dalam menjalankan teknik shaping yaitu:
a. Membuat analisis ABC
b. Menetapkan target perilaku spesifik yang akan dicapai bersama terapis
atau klien
c. Menentukan bersama reinforcement positif yang akan digunakan
d. Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku
mulai dari perilaku awal sampai akhir
e. Perencanaan dapat dimodifikasi selama berlangsungnya program shaping
f. Penetapan waktu pemberian reinforcement pada setiap tahap program
Inti utama terapi dengn teknik shaping adalah penerapan aneka ragam
teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar. Pendekatan ini
telah memberikan penerapan yang sistematis tentang prinsip-prinsip belajar
dan pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.
4. Token Economic
Metode ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila
persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak
memberikan pengaruh. Tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan
perkuatan-perkuatan yang bisa diraba seperti kepingan logam yang nantinya
ditukar dengan objek-objek yang diingini.
Penggunaan tanda-tanda sebagai pemerkuat-pemerkuat tingkah laku
yang layak memiliki beberapa keuntungan, diantara lain:
a. Tanda-tanda tidak kehilangan nilai insentifnya
b. Tanda-tanda bisa mengurangi penundaan yang ada di antara tingkah laku
yang layak dengan ganjarannya
c. Tanda-tanda bisa digunakan sebagai pengukur yang kongkret bagi
motivasi individu untuk mengubah tingkah laku tertentu
d. Tanda-tanda adalah bentuk perkuatan yang positif
e. Individu memiliki kesempatan untuk memutuskan bagaimana
menggunakan tanda-tanda yang diperolehnya
f. Tanda-tanda cenderung menjembatani kesenjangan yang sering muncul di
antara lembaga dan kehidupan sehari-hari
Token economy adalah salah satu contoh dari perkuatan yang ekstrinsik
dan menjadikan orang-orang melakukan sesuatu untuk meraih “pemikat di
ujung tongkat”. Tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik
menjadi motivasi yang intrinsik.
5. Assertive Training
Assertive training atau latihan asertif ini merupakan pendekatan
behavioral yang populer. Teknik ini digunakan pada situasi interpersonal
dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa
menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar.
latihan asertif ini digunakan untuk membantu orang-orang yang :
a. Tidak mampu mengungkapkan perasaan marah atau tersinggung
b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan sehingga selalu mendorong
orang lain untuk mendahuluinya
c. Kesulitan untuk mengatakan “tidak”
d. Kesulitan mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-
pikiran sendiri
Pendekatan assertive training ini menggunakan prosedur bermain peran.
Dimana klien dan terapis akan memainkan peran atas situasi yang dihadapi
oleh klien. Contohnya ada seorang klien yang mengeluh merasa ditekan oleh
atasannya untuk melakukan hal yang merugikan namun mengalami hambatan
untuk bersikap tegas pada atasannya tersebut. Pertama klien memainkan
peran sebagai atasan untuk memberi contoh pada terapis, sementara terapis
akan mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Selanjutnya
mereka akan bertukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan
terapis memainkan peran sebagai atasan. Disini klien bole memberikan
pengarahan kepada terapis tentang bagaimana berperan sebagai atasannya
secara realistis, sebaliknyapun kepada terapis akan melatih klien bagaimana
bersikap secara tegas kepada atasannya. Proses pembentukan terjadi ketika
tongkah laku dicapai dan juga menghilangnya kecemasan dalam menghadapi
atasan serta sikap klien dapat lebih tegas kepada atasannya. Tingkah laku
penegasan diri ini akan dilakukan pada situasi bermain peran yang nantinya
akan dipraktekkan pada situasi kehidupan nyata dengan bimbingan dari
terapis.
Selain itu juga terdapat kelompok latihan asertif yang terdiri atas delapan
sampai sepuluh anggota yang memiliki latar belakang sama, dan sesi terapi
berlangsung semala dua jam. Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan
pengarah permainan peran, peatih, pemberi kekuatan, model peran, pemberi
bimbingan dalam situasi-situasi permainan peran, dan memberikan umpan
balik kepada para anggota. Seperti kelompok terapi tingkah laku lainnya,
kelompok latihan asertif ini juga terstruktur dan mempunyai pemimpin.
Berikut adalah struktur pada sesi kelompok latihan asertif:
a. Sesi pertama, pengenalan didaktik tentang kecemasan sosial yang tidak
realistis. Memusatkan pada belajar menghapuskan respons-respons
internal yang tidak efektif yang mengakibatkan kurang tegasnya sikap
anggota.
b. Sesi kedua, mengenalkan latihan relaksasi dan masing-masing anggota
menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal
yang dirasa bermasalah.
c. Sesi ketiga, anggota menerangkan tentang tingkah laku penegasan diri
yang sudah pernah dicoba pada situasi di kehidupan nyata mereka yang
nantinya akan dievaluasi kembali serta bermain peran.
d. Sesi keempat, penambahan latihan relaksasi dan melakukan perjanjian
untuk melakukan tingkah laku penegasan diri yang akan di evaluasi
kembali
e. Sesi terakhir, disesuaikan dengan kebutuhan anggota secara individual.
Terapi ini dasarnya adalah penerapan latihan tingkah laku pada kelompok
dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara
berhubungan secara langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya
ialah mempraktekkan melalui bermain peran, kecakapan bergaul, dan
bagaimana mereka mengungkapkan perasaan serta pikirannya secara terbuka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Terapi tingkah laku adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang di
kemukakan oleh ahli yang berbeda menurut Willis, terapi tingkah laku berasal
dari dua konsep yang di tuangkan oleh Ivan Pavlov dan Skinner. Behaviorisme
adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Terapi Behavior
adalah terapi tentang tingkah laku. Sekilah tentang terapi tingkah laku menurut
Marquis, terapi tingkah laku adalah suatu Teknik yang menerapkan informasi-
informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah yang dihadapi oleh
manusia.
Terapi behavior memiliki beberapa Teknik terapi yang sering digunakan,
diantaranya adalah Desensitisasi sistematis, flooding, shaping, token economy,
assertive training.
Daftar Pustaka:
Putu, Ni Eka Junita Wardani. Ketut, Ni Suarni. Arum, Dewi WMP. Ejournal
Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling: Efektivitas Konseling Behavioral
Dengan Teknik Pembanjiran Untuk Meminimalisasi Kecemasan Siswa Dalam
Menyampaikan Pendapat Kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran
2013/2014. Vol.2, No.1. 2014
Ernawati, Elly. Djarot, Vitalis Sumarwoto. Jurnal Bimbingan dan
Konseling: Efektivitas Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan
Behavioral Melalui Teknik Shaping Untuk Mengurangi Prokratinasi Akademik
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Barat Kabupaten Magetan
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung:
PT Refika Aditama.