Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal yang Dibimbing oleh
HUSNUL KHOTIMAH , S.Psi., M.A.
Oleh:
Zulfikri Ikhlasul Qamal Bialangi
NIM: 1509000082
A. PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA
Tokoh utama : SIGMUND FREUD
Perilaku maladaptif disebabkan karena adanya konflik antara id, ego dan superego dalam alam bawah
sadar individu.
Perilaku manusia merupakan produk dari interaksi atau dinamika pikiran dan perasaan sadar dengan
tidak sadar dalam diri individu.
Perilaku juga disebabkan karena adanya kondisi saling mempengaruhi antara id, ego dan superego.
Perkembangan kepribadian ditentukan oleh pengalaman-pengalaman awal pada usia 5 tahun pertama
kehidupan.
1. ID
Ada sejak individu dilahirkan.
Berisi sejumlah energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi psyche.
Terdiri dari dorongan-dorongan dasar seperti rasa lapar, haus, pembuangan/pengeluaran kotoran,
kehangatan, afeksi, agresi dan seksual.
Bekerja dengan menggunakan pleasure principle yaitu pencarian pemuasan kebutuhan dengan
segera. Jika dorongan id tidak dipenuhi maka akan timbul ketegangan (tension) dalam diri
individu. Pada kondisi itu, id akan berusaha untuk mengurangi ketegangan dengan sesegera
mungkin.
Cara memuaskan kebutuhan dengan segera:
a. Berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: bayi yang ingin menyusu pada ibunya akan
berusaha untuk mencari tetek ibunya dan kemudian menyusu.
b. Primary process thinking, yaitu membayangkan/mengimajinasikan keinginan-
keinginannya. Misalnya: bayi yang ingin menyusu tadi akan membayangkan tetek ibunya.
Pada saat itu, si bayi akan mengalami pemuasan sementara melalui wish-fulfilling fantasy.
2. EGO
Berkembang selama 6 bulan kedua kehidupan (12 bulan).
Bertugas untuk berhubungan dengan realitas.
Bekerja dengan menggunakan reality principle, yang merupakan cara ego untuk menunda
pemuasan dorongan id dan menghubungkannya dengan harapan lingkungan.
Primary process thinking tidak selamanya bisa menjaga kehidupan individu, untuk itu ego
kemudian menggunakan secondary process sebagai cara yang memakai perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam memenuhi suatu dorongan. Misal: bayi yang haus dan ingin
menyusu pada ibunya tadi menggunakan secondary process dengan memutuskan untuk mencari
perhatian ibunya, mungkin dengan menangis.
3. SUPEREGO
Bagian jiwa yang bertindak selaku kesadaran dan merefleksikan standar moral masyarakat,
seperti benar-salah, baik-buruk.
Pada saat dorongan id muncul, ego tidak hanya memuaskannya dengan menghubungkan pada
realitas tapi juga dengan standar benar-salah dari superego. Misal: saat ujian, tiba-tiba dosen
keluar ruangan. Saat itu mungkin berarti ada kesempatan untuk mencontek. Tapi individu tidak
melakukan itu karena dia merasa bersalah jika melakukannya atau dia merasa tidak jujur, dsb.
C. PERSPEKTIF BEHAVIORAL
Perilaku, dalam pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh lingkungannya.
John B Watson menekankan betapa dibutuhkannya suatu observasi dan eksperimen yang sitematis
untuk mempelajari perilaku. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial
budayanya.
Segenap perilaku manusia itu dipelajari, termasuk juga perilaku abnormalnya yang dipelajari dengan
cara yang sama pada individu lain.
Pendekatan ini lebih tertarik pada perilaku-perilaku yang dapat diamati daripada kondisi-kondisi abstrak
atau bawah sadar yang merupakan tema pokok psikoanalisa.
Ivan Pavlov (classical conditioning)
Menggunakan Pavlov’s dog.
CS (bel) tidak keluar saliva
CS keluar saliva
Bandura (modelling)
Individu mengamati model untuk kemudian menirukan perilaku tersebut.
Misalnya anak kecil akan menunjukkan perilaku jongkok saat berjumpa dengan anjing, karena dia
mengamati orang tuanya berperilaku tersebut saat berjumpa dengan anjing.
D. PERSPEKTIF KOGNITIF
Pendekatan kognitif memusatkan perhatiaannya tentang bagaimana manusia (bahkan hewan
sekalipun) melakukan strukturisasi terhadap pengalaman, bagaimana mereka membuat suatu sense
terhadap pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mentransformasi stimulus-stimulus lingkungan
menjadi informasi yang siap digunakan.
Didalamnya terdapat juga tentang bagaimana seharusnya proses-proses mental seperti pikiran,
persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan bahasa dipelajari untuk memahami
suatu perilaku.
Albert Ellis mengemukakan Rational-emotive theory.
Menurut teori ini individu yang memiliki rational beliefes, pada saat mengalami kejadian
negatif akan menunjukkan emosi negatif seperti sedih dan frustrasi. Tapi individu dengan irrational
beliefes akan berubah menjadi depresi, cemas atau marah.
Menurut Allbert Ellis manusia itu mempunyai potensi baik untuk berpikiran baik dan rasional
maupun buruk dan irasional. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan berkata, mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Akan tetapi manusia juga mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk
menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan sampai berlarut-
larut, intoleransi, perfeksionis dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfunction.
Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berpengaruh pada
masa kanak-kanak. Ellis mengatakan “gangguan emosi pada dasarnya merupakan terdiri atas kalimat-
kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang oleh orang terganggu
diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai ia
sendiri kalah”.
Ada tiga kategori utama irrational beliefes, dimana masing-masing membawa konsekuensi terhadap
kekalahan diri yaitu:
a. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, berprestasi dalam segala hal dan
dicintai sepanjang waktu atau gagasan bahwa seseorang merasa tidak mampu dan tidak berharga.
Gagasan ini bisa menyebabkan panik dan depresi.
b. Gagasan bahwa semua orang harus memperlakukannya dengan baik dan jujur atau gagasan bahwa
orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat dan harus dikutuk atas kejahatannya. Gagasan ini dapat
mengembangkan perasaan marah dan agresif.
c. Gagasan bahwa segala sesuatu harus mengikuti kehendaknya, tidak terlalu sukar dikerjakan dan
tidak membuat frustrasi atau gagasan bahwa hidup adalah mengerikan, buruk, sangat menyakitkan
dan malapetaka. Gagasan ini dapat menciptakan kondisi mengasihani diri sendiri dan toleransi yang
rendah terhadap frustrasi juga prokrastinasi.
Perspektif Sosiokultural
Asumsi dasar : kepribadian, keyakinan,
sikap dan keterampilan dipelajari dari orang lain. Tidak mungkin memahami seseorang tanpa memahami
budaya, identitas etnis, gender dan faktor-faktor sosio-kultural lainnya. Manusia harus difahami dalam
konteksnya.
Pendekatan sosiokultural
Pendekatan sosiokultural menjelaskan sebuah $ara dimana masyarakat dan budayalingkungan mempengaruhi
kelakuan. Pendekatan sosiokulltural menyatakan bahwa pemahaman penuh dari tingkah laku seseorang
membutuhkan pengetahuan tentangkonteks lingkungan dimana kelakuan terjadi
Prinsip dasar:
Setiap manusia terbentuk karena budaya
Manusia harus difahami dalam
konteksnya:
Beberapa istilah: – Ethnic group: kelompok manusia yang berasal dari satu nenek moyang – Ethnic
identity: rasa memiliki suatu kelompok etnis dan berbagi belief, sikap, keterampilan, musik, upacara,
dsb.
Gender identity: pandangan diri sebagai lelaki atau wanita.
Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan John Romano tahun 1977. Biopsikososial ini
memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks mereka baik secara biologis, psikologis dan sosial.
Biopsikososial adalah metode interkasi biologi, psikologis dan faktor sosial dalam mengobati penyakit dan
meningkatkan kesehatan menjadi lebih baik.
Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan. Pendekatan model biopsikososial ini
melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam memahami penyakit dan sakitnya seseorang. Sedangkan
konsep biopsikososial sendiri memungkinkan suatu pemahaman tentang munculnya sakit yang kemudian
dihubungkan dengan faktor lingkungan dan kondisi stres.
Biologis fokus pada obat, psikologis fokus pada psikoterapi dan sosial fokus pada dukungan dan modifikasi
sosial.
Pendekatan Biologis
Adanya impairment, disability, functional limitation yang berpengaruh pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia sehingga menimbulkan gangguan seperti merubahnya nutrisi,
kenyamanan, kerusaka mobilitas fisik, resiko cedera, kurang merawat diri dan intoleransi
aktivitas (Carpenito, 1997)
Adanya perubahan penampilan, status dan peran, monilitas fisik, aktivitas dan pekerjaan sehari-
hari dengan orang lain karena adanya perbedaan kondisi sehat dan sakit terlebih dalam
kebutuhan dasar manusia dimana seseorang dalam kondisi sakit akan membutuhkan bantuan
orang lain.
Dampak fisik akan memunculkan kondisi stres sehingga membutuhkan penanganan secara fisik
dan psikologis sedini mungkin. Karena dengan begitu klien diharapkan merasa tenang, terlepas
dari stres dan memperoleh prognosis yang lebih baik lagi.
Pendekatan Psikologis
Klien mengalami keadaan psikologis seperti :
Shock atau kaget saat mendengar diagnosis penyakit hasil pemeriksaan dokter
Denial atau penolakan dan tidak percaya atas hasil pemeriksana dokter
Marah dan berusaha menolak sakitnya dan menyesali kenapa hal tersebut terjadi pada dirinya
Kecemasan dan ketakutan adanya nyeri, penurunan berat badan serta penipisan finansial
Depresi dan merasa kesepian
Merasa tidak berdaya dan putus asa, Malu
Menjadi orang terdekat yang dapat dijadikan sebagai tempat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
Memberikan dukungan agar menerima sakit yang dialami terlebih jika penyakitnya membutuhkan proses
penyembuhan lama dan hasil yang tidak pasti
Sholat dan berdoa untuk memenuhi kebutuhan spiritual demi kekuatan untuk bertahan hidup
Menyeimbangkan keadaan psikologi karena mempengaruhi keadaan biologis atau fisiknya sebab keadaan
psikologis yang buruk akan memberatkan prognosis dan penyembuhan penyakit yang dialami oleh
seseorang
Pendekatan Sosial
Kehilangan pekerjaan
Perubahan peran di rumah
Gangguan interaksi sosial
Menarik diri
Tidak mampu melakukan ibadah dan organisasi atau kegiatan lain yang pernah diikutinya
Mudah marah
Tersinggung
Depresi
Interaksi sosial tidak baik
Minder
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan tidak menjauhkannya dari orang-orang terdekat mereka. Kedekatan
ini akan mempengaruhi keadaan psikologisnya sehingga klien akan merasa kedamaian sehingga proses fisiologis
dan biologis dalam penyembuhan penyakkit dapat maksimal.
Penanganan dalam hal ini yaitu : Dukungan sosial dan depresi(makrolevel) dan kerusakan sel atau
ketidakseimbangan kimiawi (mikrolevel) akan saling berinteraksi mencapai kesehatan tertentu. Dari konsep
model biopsikososial kesehatan dan penyakit adalah hal yang dipengaruhi oleh faktor tertentu yang
menimbulkan efek.
Selain itu, pikiran dan tubuh merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal itu saling mempengaruhi
dalam aspek kesehatan dan penyakit. Konsekuensinya bahwa kesehatan, penyakit dan perawatan medis adalah
satu proses yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu adapula implikasi model biopsikososial pada praktek klinis
terhadap pasien yaitu :
Treatment
Model biopsikososial harus memastikan bahwa treatment yang disarankan telah mencakup tiga faktor tersebut
yakni faktor biologis, psikologis dan sosial.
Model biopsikososial dapat membentuk jelas hubungan antara praktisi dengan pasien sehingga hal ini bisa
berefek dalam meningkatkan motivasi pasien, dampak treatment baik dan pemulihan penyakit yang lebih cepat
(Belar, 1997). Praktisi disini harus memahami bahwa faktor sosial dan psikologis berkontribusi terhadap
pengobatan yang tepat dalam menyembuhkan penyakit. Singkatnya dalam keadaan seseorang yang sehat, model
ini menunjukkan bahwa individu dapat memahami kebiasaan kesehatan pada koneks psikologi dan sosial.
Konteks ini berpengaruh pada bagaimana menjaga kesehatan yang baik dengan modifikasi yang tepat dan
fasilitas perkembangan yang sehat. Sedangkan dalam kasus seseorang yang sakit, maka biologis, psikologis dan
sosial berkontribusi dalam proses pemulihan.