Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PERTANYAAN MODUL I

 Apa saja faktor penyebab anak kebutuhan khusus yang terjadi pada pra
kelahiran?
Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi pada pra kelahiran antara lain
:Gangguan Genetika (Kelainan Kromosom, Transformasi); Infeksi Kehamilan; Usia Ibu
Hamil (high risk group); Keracunan Saat Hamil; Pengguguran; dan Lahir Prematur.
Apa penyebab anak kebutuhan khusus?
Ada beberapa faktor penyebab anak berkebutuhan khusus, yaitu sebelum kelahiran
seperti faktor genetik, infeksi kelahiran atau usaha pengguguran. selama proses
kelahiran seperti proses kelahiran yang lama atau prematur dan setelah kelahiran
seperti kekurangan nutrisi, terinfeksi penyakit ataupun keracunan.

 Apa dampak ABK?


Kondisi yang dimiliki anak berkebutuhan khusus juga dapat mengganggu
kemampuannya secara sosial untuk dapat membentuk interaksi dengan orang lain,
membangun komunikasi, menjalin hubungan, dan sebagainya sebab mungkin ada rasa
tidak percaya diri atau memang keterbatasannya membuat mereka kurang dapat
bersosialisasi.

 Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebutuhan khusus?

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau


keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.

 Bagaimana cara mencegah dalam meminimalisir penyebab lahirnya anak


berkebutuhan khusus?
8 Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat
1. Menjaga asupan makanan bergizi. ...
2. Konsumsi asam folat. ...
3. Rutin melakukan pemeriksaan. ...
4. Menghindari asupan alkohol selama hamil. ...
5. Menghentikan kebiasaan merokok. ...
6. Mengindari paparan infeksi. ...
7. Menjaga berat badan tubuh saat mempersiapkan kehamilan. ...
8. Melakukan vaksinasi.

 Mengapa anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendidikan yang


layak?
''Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat
khusus untuk membantu mengurangi keterbatasaannya dalam hidup di masyarakat
serta meningkatkan potensi yang dimiliki secara optimal,'

 Bagaimana sikap guru menghadapi anak berkebutuhan khusus?


Peran Guru dalam Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Kegiatan
Pembelajaran
1. Mendampingi saat anak Belajar,
2. Menyediakan Tempat belajar yang baik dan senyaman mungkin,
3. Bicara Dengan Aksen Nada Jelas,
4. Selalu Bersikap Baik dan Positif Dalam Kondisi Apapun.
 Bagaimana strategi guru dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus?
Cara guru menangani anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah
1. Melakukan identifikasi dan asesmen. ...
2. Menyusun program pembelajaran individual (PPI) dan RPP. ...
3. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. ...
4. Pilih materi akademik fungsional. ...
5. Ajarkan keterampilan kompensatoris. ...
6. 6. Bangun kedekatan dengan anak.

 Apa saja strategi yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
pendidikan inklusi?
Strategi pendidikan inklusif yang memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan
cara bekerja sama didalam kelompok dengan menggabungkan murid yang normal
dengan yang berkebutuhan khusus. Juga dapat memberikan tambahan waktu ketika
mereka mengerjakan tugas tugas mereka.

 Apakah anak autis termasuk anak yang berkebutuhan khusus?


Dari beberapa klasifikasi anak berkebutuhan khusus diatas, dapat disimpulkan
bahwa anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok
dengan gangguan penglihatan, pendengaran dan bicara, kecerdasan, anggota gerak,
perilaku dan emosi, belajar spesifik, lamban belajar dan autis.

 Apakah anak hiperaktif termasuk anak berkebutuhan khusus?


Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak hiperaktif Zaviera (2018:11)
menyatakan bahwa hiperaktif adalah gangguan pemusatan perhatian yang ditandai
dengan hiperkinetik atau kondisi sulit diam seringkali dialami oleh siswa hiperaktif.

 Mengapa seorang guru harus memahami dan mengetahui kebutuhan anak


berkebutuhan khusus?
Guru yang memiliki pemahaman kurang terhadap peserta didik berkebutuhan khusus
mengakibatkan peserta didik berkebutuhan khusus tidak mendapat layanan pendidikan
sesuai kebutuhannya. Maka dari itu guru harus memiliki pemahaman yang baik
terhadap anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat terlayani dengan baik.

 Metode apa yang cocok digunakan pada saat mengajar anak berkebutuhan
khusus?
Cooperative learning menjadi salah satu metode yang paling efektif dan menyenangkan
dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.

 Hal apa saja yang perlu diperhatikan dan di pertimbangkan dalam mengajar
anak berkebutuhan khusus?
Aspek-Aspek Penting yang Harus Diperhatikan Orang Tua dalam Mempersiapkan Anak
Berkebutuhan Khusus Bersekolah
 Perkembangan fisik (melingkupi motorik halus dan kasar)
 Bahasa (reseptif dan ekspresif)
 Kognisi (pendekatan pembelajaran)
 Pramembaca dan menulis.
 Perhitungan dasar.
 Sosial.
 Emosi.
 Hak hak apa saja yang dimiliki anak berkebutuhan khusus?
berarti, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk berbicara, berpendapat,
memperoleh pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan, serta mendapatkan hak dan
kewajiban secara penuh sebagai warga negara.

 Bagaimana cara komunikasi yang efektif kepada anak yang berkebutuhan


khusus?
Tips dan trik berkomunikasi yang efektif dengan ABK:
1. Panggil anak dengan namanya.
2. Berbicara sederhana, jelas dan spesifik.
3. Gunakan kontak mata secukupnya.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.
5. Hindari terlalu banyak sentuhan.
6. Jujur.
7. Sabar menunggu jawaban anak.
makalah hak dan kewajiban anak berkebutuhan kusus
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa
terakhir. Perkembangan terjadi dalam berbagai aspek, termasuk definisi dan peristilahan, kriteria
seleksi, sistem layanan, pembelajaran, asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan
prasarana penunjang bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan,
cakupan anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat semakin luas, dari yang semula hanya
meliputi anak – anak penyandang kelainan yang mencolok dan secara signifikan jauh berbeda
dari anak-anak normal, menjadi semua anak yang memang memerlukan layanan khusus untuk
dapat mengikuti pembelajaran bersama teman sebayanya. Dalam hal sistem penempatan,
berbagai alternatif semakin tersedia, dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas
/ terikat) sampai yang sepenuhnya inklusif. Dalam hal asesmen, tuntutan layanan asesmen yang
komprehensif, kontinu dan tidak diskriminatif semakin tinggi. Demikian juga, berbagai teknologi
semakin tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh ABK. Berbagai perkembangan tersebut tidak
terlepas dari perkembangan eksternal, seperti jaminan memperoleh hak pendidikan bagi setiap
anak dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Perkembangan pesat tersebut di atas berpengaruh terhadap strategi pengelolaan kurikulum /
materi pembelajaran dan proses pembelajaran. Kebijakan standarisasi semua aspek pendidikan
menuntut kurikulum yang standar bagi sekolah, termasuk bagi peserta didik berkebutuhan
khusus. Sebaliknya, kecenderungan peningkatan perhatian atas perbedaan individu peserta didik
lebih menuntut kurikulum fleksibel dan individual. Pembelajaran yang semula berfokus pada
guru semakin bergeser ke arah learner centered learning, yang memungkinkan peserta didik
memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan pergeseran peran guru ke arah sebagai fasilitator
belajar. Perubahan dan perkembangan ini perlu difahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan dan pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan umum/regular maupun dalam
konteks pendidikan khusus.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi, jenis, penyebab dan dampak keluarbiasaan?
b. Apa kebutuhan serta hak dan kewajiban bagi penyandang keluarbiasaan?
c. Pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada penyandang keluarbiasaan?

BAB II
PEMBAHASAN
DAMPAK KELUARBIASAN, KEBUTUHAN, SERTA HAK DAN KEWAJIBAN
PENYANDANG KELUARBIASAAN

A. Definisi, Jenis, Penyebab dan Dampak Keluarbiasaan1


1. Definisi Keluarbiasaan
Keluarbiasaan adalah penyimpangan yang signifikan dari kondisi normal. Anak luar biasa
(ALB) adalah anak yang menunjukkan penyimpangan yang signifikan dari anak normal, baik
yang di atas normal maupun yang di bawah normal, sehingga dampak penyimpangan tersebut
memerlukan pengaturan khusus dalam pelayanan pendidikan.2
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat
disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti
menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-
rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut
penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal
pada umumnya. Selanjutnya, keluarbiasaan atau penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap
layanan pendidikan agar anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Jenis Keluarbiasaan
Kategori keluarbiasaan berdasarkan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrachman
(2000), kategorinya sebagai berikut :
a. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual, terdiri dari anak
yang luar biasa cerdas (intellectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah atau
yang disebut tunagrahita.
b. Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi karena
hambatan sensoris atau indera, terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu.
c. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi.
d. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak
tunalaras, dan penyandang gangguan emosi.
e. Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan/ penyimpangan ganda atau berat dan
sering disebut tunaganda.
Kategori keluarbiasaan dilihat dari arah penyimpangan yaitu :
a. Keluarbiasaan yang berada di atas normal, yaitu kondisi seseorang yang melebihi batas
normal dalam bidang kemampuan. Anak yang mempunyai kelebihan ini disebut anak berbakat
atau gifted and talented person.
b. Keluarbiasan yang berada di bawah normal, yaitu tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
gangguan komunikasi, tunagrahita, tunalaras, berkesulitan belajar, dan tunaganda.
3. Penyebab Keluarbiasaan
Berdasarkan waktu terjadinya penyebab kelurbiasaan dapat dibagi menjadi tiga kategori
seperti berikut:
a. Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat anak masih dalam kandungan.
Pada saat ini mungkin sang ibu terserang virus, mengalami trauma, atau salah minum obat.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat proses kelahiran, seperti
terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan, atau
pemberian oksigen yang terlalu lama bagi anak premature.
c. Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan,
jatuh atau kena penyakit tertentu.
4. Dampak Keluarbiasaan
Dampak keluarbiasaan sangat bervariasi, baik bagi anak, keluarga/orang tua, maupun
masyarakat.
a. Dampak Keluarbiasaan Bagi Anak ALB
Keluarbiasaan di atas normal dapat berdampak positif maupun negatif bagai anak. Mereka
akan merasa bangga dengan keluarbiasaan yang dimilikinya, tetapi keluarbiasaan tersebut akan
menjadi masalah kalau menyebabkan ia sombong dan merasa superior. Anak berbakat juga akan
menghadapi masalah apabila ia terpaksa hidup diantara orang dewasa, sementara ia masih
merasa sebagai anak-anak. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai keluarbiasaan di bawah
normal, pada umumnya akan terhambat perkembangannya, kecuali jika ia mendapat pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan. Dampak spesifik juga dapat terjadi terhadap anak luar biasa,
misalnya penderita tunarungu akan mendapat hambatan dalam berkomunikasi, anak tunanetra
mendapat hambatan dalam mobilitas, anak tunagrahita akan mendapat hambatan dalam banyak
hal. Tingkat keluarbiasaan juga menghasilkan dampak yang berbeda bagi anak. Anak yang
menderita keluarbiasaan yang bersifat ringan mungkin masih mampu menolong diri sendiri.
Makin parah tingkat keluarbiasaan, dampaknya bagi anak juga semakin parah.
b. Dampak Keluarbiasaan bagi Keluarga
Dampak keluarbiasaan anak bagi keluarga bervariasi. Ada orang tua yang merasa terpukul,
pasrah menerima keadaan dan ada pula yang acuh terhadap keluarbiasaan tersebut. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi reaksi/sikap keluarga terhadap keluarbiasaan antara lain : tingkat
pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga jenis dan tingkat
keluarbiasaan.
c. Dampak Keluarbiasaan bagi Masyarakat
Sikap masyarakat terhadap keluarbiasaan mungkin juga akan bervariasi, tergantung dari dari
latar belakang budaya dan tingkat pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati , ada yang acuh
tak acuh, mungkin juga bersikap antipati.3
B. Kebutuhan Serta Hak dan Kewajiban Bagi Penyandang Keluarbiasaan
1. Kebutuhan Penyandang Keluarbiasaan
Secara umum tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara anak normal dengan anak luar
biasa. Namun karena keluarbiasaannya itu ada kebutuhan-kebutuhan spesifik yang lebih
dibutuhkan oleh anak luar biasa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik/
kesehatan, kebutuhan sosial/emosional, dan kebutuhan pendidikan.
a. Kebutuhan fisik/kesehatan
Kebutuhan fisik bagi penyandang keluarbiasaan akan terkait erat dengan jenis
keluarbiasaannya. Bagi penyandang tunadaksa yang menggunakan kursi roda, akan
membutuhkan sarana khusus untuk masuk ke gedung-gedung dengan jalan miring, sebagai
pengganti tangga. Penyandang tunanetra perlu tongkat dan penyandang tunarungu mungkin
memerlukan alat alat bantu dengar.
Berbagai layanan khusus di bidang kesehatan diperlukan bagi para penyandang
keluarbiasaan. Layanan tersebut antara lain : physical therapy dan occupational therapy, yang
keduanya berkaitan erat dengan keterampilan gerak (motor skills), dan speech theraphy atau bina
wicara bagi para tunarungu. Para ahli yang terlibat dalam menangani kesehatan para penyandang
keluarbiasaan terdiri dari dokter umum, dokter gigi, ahli physical theraphy dan ahli occupational
theraphy, ahli gizi, ahli bedah tulang, ahli THT, dokter spesialis mata dan perawat.
b. Kebutuhan sosial/emosional
Karena keluarbiasaan yang disandangnya, kebutuhan yang diperlukan kadang-kadang sulit
dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan seperti mencari teman, memasuki masa remaja,
mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan membesarkan anak merupakan kondisi yang
menimbulkan masalah bagi penyandang keluarbiasaan. Oleh karena itu bantuan para pekerja
sosial , para psikolog, dan ahli bimbingan juga dibutuhkan oleh para keluarga.
c. Kebutuhan Pendidikan
Jenis pendidikan yang diperlukan sangat terkait dengan keluar-biasaan yang disandangnya.
Secara khusus, penyandang tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh
speech therapist, tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan huruf Braille,
dan tunagrahita memerlukan bimbingan keterampilan hidup.4
2. Hak Keluarbiasaan
Tidak ada perbedaan hak antara penyandang keluarbiasaan dibandingkan dengan anak
normal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam pasal 31 UUD 45 disebutkan bahwa semua
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ketentuan dalam pasal tersebut diatur lebih lanjut
pada pasal 6 dan pasal 8 UU No.2/Tahun 1989, dalam Bab III, yang berbunyi:
Pasal 6
Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan
agar memperoleh pengetahuan , kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 8
a. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa.
b. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh
perhatian khusus.
Dari dua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak luar biasa berhak atas
pendidikan sampai tamatan SMP.
Pendidikan anak luar biasa disamping dijamin oleh UUD 45, secara internasional juga
tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal
Declaration of Human Right) yang diperbaharui pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan
Untuk Semua (Educational For All). Konferensi tersebut juga menyepakati suatu kerangka kerja
untuk Pendidikan Anak Luar Biasa yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap negara dalam
penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa.
Dalam kerangka kerja tersebut disebutkan bahwa :
a. Setiap anak mempunyai hak yang fundamental untuk mendapatkan pendidikan, dan harus
diberi kesempatan untuk mencapai dan memelihara tahap belajar yang dapat diterimanya;
b. Setiap anak punya karakteristik, minat, kemampuan, dan kebutuhan yang unik;
c. Sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan diimplementasikan dengan
mempertimbangkan perbedaan yang besar dalam karakteristik dan kebutuhan anak;
d. Mereka yang mempunyai kebutuhan belajar khusus (anak luar biasa) harus mempunyai
akses ke sekolah biasa yang seyogyanya menerima mereka dalam suasana pendidikan yang
berfokus pada anak sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka, serta
e. Sekolah biasa dengan orientasi inklusif (terpadu) ini merupakan sarana paling efektif
untuk melawan sikap deskriminatif, menciptakan masyarakat yang mau menerima kedatangan
anak luar biasa, membangun masyarakat yang utuh terpadu dan mencapai pendidikan untuk
semua, dan lebih-lebih lagi sekolah biasa dapat menyediakan pendidikan yang efektif bagi
mayoritas anak-anak serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya bagi seluruh sistem
pendidikan.
C. Pelayanan Bagi Anak Luar Biasa
1. Definisi Pelayanan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna, (1) perihal atau cara
melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); (3)
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
2. Makna dan Jenis Pelayanan bagi Anak Luar Biasa
Bagi penyandang keluarbiasaan, layanan mempunyai makna yang cukup besar karena
memang mereka memerlukan pelayanan ekstra, yang berbeda dari layanan yang diberikan
kepada orang-orang yang tidak menyandang keluarbiasaan.
Sesuai dengan kebutuhan para penyandang keluarbiasaan ada jenis pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:
a. Layanan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, seperti kebutuhan yang
berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai jenis gangguan kesehatan.
b. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial seperti kebutuhan yang
berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri terhadap lingkungan.
c. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan yang merupakan kebutuhan
terbesar para penyandang keluarbiasaan.
Ketiga jenis pelayanan di atas tentu sangat bermakna bagi ALB karena tanpa tersedianya
layanan tersebut, para ALB kemungkinan besar tidak akan mampu mengembangkan potensinya
secara optimal. Oleh karena itu pelayanan bagi ALB merupakan kebutuhan dasar yang
seyogyanya disediakan oleh negara dan masyarakat.
3. Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan bagi Anak Luar Biasa (ALB)
Dalam PLB dikenal dua bentuk layanan yang sampai kini masih menimbulkan silang
pendapat, yaitu layanan terpisah (segregasi) dan layanan terpadu (integrasi). Layanan segregasi
mendidik ALB secara terpisah dari anak norrnal, sedangkan layanan integrasi mendidik ALB di
sekolah biasa bersama anak normal. Kedua bentuk layanan ini mempunyai kekuatan dan
kelemahan masing-masing. Di antara layanan integrasi dan segregasi penuh dapat dikem-
bangkan berbagai jenis layanan dengan tingkat segregasi dan integrasi yang bervariasi. Dalam
kondisi tertentu, integrasi dapat berupa integrasi fisik, integrasi sosial, dan integrasi yang paling
kompleks yaitu integrasi dalam pembelajaran.
Model atau jenis pelayanan yang dapat disediakan bagi ALB adalah: (1) sekolah biasa. (2)
sekolah biasa dengan guru konsultan, (3) sekolah biasa dengan guru kunjung (4) sekolah biasa
dengan ruang sumber (5) model kelas khusus. (6) model sekolah khusus, dan (7) model panti
asuhan/rehabilitasi.
Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan ALB berasumsi bahwa layanan terhadap ALB akan
menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian,
yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ALB. Dalam menangani ALB yang ada di
sekolah biasa, guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah, dan orang tua
siswa.5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat
disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti
menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-
rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut
penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal
pada umumnya. Selanjutnya, keluarbiasaan atau penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap
layanan pendidikan agar anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Penyediaan layanan bagi ALB di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, perhatian
masyarakat dan pemerintah makin lama makin besar, sehingga berbagai sekolah untuk ALB
mulai didirikan. Perkembangan yang menggembirakan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa
merupakan pertanda meningkatnya pelayanan bagi ALB. Meskipun peran swasta sangat besar
dalam penyediaan layanan bagi ALB, namun perhatian pemerintah juga terus meningkat.
Menjelang tahun 90-an. perhatian juga ditujukan untuk membantu ALB yang ada di sekolah
biasa. Perhatian ini terwujud dalam berbagai penelitian tentang keberadaan ALB dan berbagai
program pelatihan untuk membantu ALB yang berada di sekolah biasa. khususnya para
penyandang kesulitan belajar.

Anda mungkin juga menyukai