Anda di halaman 1dari 31

KOLABORASI GURU

KELAS/MAPEL DENGAN GPK


By. Hayatun Thaibah,M.Psi, Psikolog
085248318493
BIODATA
 Nama : Hayatun Thaibah, M.Psi, Psikolog
 TTL : Banjarmasin, 26 Juli 1981
 Pendidikan : S1 Psikologi (UM Malang)
S2 Profesi Psikologi (UNIKA Soegijapranata Semarang)
 Alamat Praktek : Jl. Manggis Gg. Nangka No.60 Rt. 18 Bjm
 Alamat Rumah : Jl. Simpang Gusti Jalur 5 Baru No. 104 A
Kayutangi. Banjarmasin
 Pekerjaan : Tenaga Pengajar Prodi PLB FKIP ULM
Praktisi Psikologi dan Pemilik Biro Jasa
Psikologi Creative Center Banjarmasin
 HP : 085248318493
 Email : thaibah81@gmail.com
 Munculnya paradigma baru tentang pendidikan inklusif
membawa dampak yang cukup baik dalam pemberian
layanan pendidikan bagi individu dengan disabilitas atau
lebih sering dikenal dengan anak berkebutuhan khusus
(ABK).
 Pendidikan inklusif sebenarnya tidak hanya diperuntukkan
bagi ABK, namun diperuntukkan bagi semua anak yang
mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan.
 Paradigma pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang
mengakomodir perbedaan. Perbedaan dalam arti luas, tidak
hanya perbedaan yang “wajar” namun termasuk perbedaan
yang sifatnya “ekstrim”.
 Perbedaan yang wajar dimaksudkan perbedaan yang sudah
biasa dimiliki oleh setiap individu, seperti perbedaan warna
kulit, tinggi badan, latar belakang ekonomi keluarga, suku,
agama, bahasa, dan lain sebagainya.
 Perbedaan-perbedaan yang sifatnya “wajar”
sepertinya sudah tidak terlalu menjadi masalah
di sekolah, sehingga perbedaan tersebut sudah
tidak dianggap lagi menjadi sebuah perbedaan,
alias dianggap “wajar”.
 Perbedaan yang sifatnya “ekstrim” adalah
perbedaan yang menonjol atau perbedaan
yang mencolok seperti tingkat kecerdasan yang
rendah atau di atas rata-rata, kondisi fisik yang
tidak sempurna, perilaku yang berbeda dengan
anak-anak lainnya, dan sebagainya.
 Perbedaan yang sifatnya ekstrim masih sering
“dipermasalahkan” di lembaga pendidikan
umum atau lembaga pendidikan regular.
 Perbedaan-perbedaan yang bersifat ekstrim
tersebut kebanyakan orang masih sependapat
kalau mereka sebaiknya bersekolah di sekolah
khusus atau SLB, walaupun paradigma
pendidikan inklusif sekarang ini sudah
berkembang cukup pesat di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
 Perbedaan yang sifatnya eksrim masih rentan
untuk mendapatkan diskriminasi.
Beberapa anak yang rentan untuk
mendapatkan diskriminasi misalnya:
 Anak dari keluarga miskin  Anak dari orangtua yang
 Anak Jalanan (Tuna wisma) mempunyai pekerjaan tidak
 Anak yang mempunyai lazim (pengemis, pekerja sex,
kekurangan/kelebihan fisik pemulung, dll)
 Anak Berkebutuhan Khusus
 Anak yg melakukan
(ABK) pelanggaran hukum (napi
 Anak minoritas anak)
 Pekerja Anak
 Anak yang sakit/ kelaparan
 Anak Perempuan (bias
 Pelajar hamil
gender)  Korban kekerasan/perang/
 Anak dari keluarga yang bencana/narkoba
mempunyai sikap negatif thd  Diskriminasi & stigmatisasi
pendidikan karena HIV/Aids
 Kelompok-kelompok yang rentan ini sering
masih dipermasalahkan di sekolah terutama
sekolah regular.
 Kelompok rentan diskriminasi yang sering
muncul di sekolah regular adalah kategori
ABK.
 Hal ini diakibatkan dari berbagai faktor, salah
satunya adalah faktor minimnya GPK dan cara
kerja GPK yang belum banyak dipahami oleh
sekolah-sekolah regular yang sudah memulai
pendidikan inklusif.
 Sekolah regular seharusnya sudah mulai serius
untuk mereformasi paradigma pendidikannya
menuju paradigma pendidikan inklusif.
 Salah satu dukungan agar sekolah regular serius
menerapkan regulasi pendidikan inklusif adalah
dengan menambah jenis guru yaitu guru
pembimbing khusus (GPK).
 GPK dalam perkembangannya sampai saat ini bisa
juga kepanjangannya di sebut Guru Pendidikan
Khusus.
 Keberadaan GPK tidak hanya menjadi prasyarat
penerapan paradigma pendidikan inklusif, akan
tetapi pengelolaannya harus sesuai dengan kaidah
yang benar.
 Selama ini keberadaan GPK disekolah yang telah
mulai menjalankan paradigma pendidikan inklusif
masih menyisakan permasalahan-permasalahan
sehingga yang banyak dirugikan adalah anak-anak
berkebutuhan khusus yang seharusnya
mendapatkan penanganan yang tepat di sekolah
regular.
 Beberapa hasil penelitian yang berkenaan dengan
tugas-tugas GPK menunjukkan belum terkelola
dengan benar.
 Pembahasan berikut akan difokuskan bagaimana
semua komponen dapat berkolaborasi dengan baik,
terutama kolaborasi antara guru kelas/mapel
dengan GPK.
Pengertian GPK
GPK kepanjangan dari Guru Pembimbing Khusus,
dalam perkembangannya bisa disebut Guru
Pendidikan Khusus. GPK itu:
 Bukan guru kelas

 Bukan guru mata pelajaran

 Bukan guru pembimbing dan penyuluhan

 Bukan juga guru pembantu


 GPK adalah guru yang memiliki kualifikasi/
latar belakang pendidikan luar biasa yang
bertugas menjembatani kesulitan ABK dan
guru kelas/ mapel dalam proses pembelajaran
serta melakukan tugas khusus yang tidak
dilakukan oleh guru pada umumnya.
 Tugas khusus itu adalah tugas yang berkaitan
dengan  kebutuhan khusus  ABK.
 Misalnya sulitnya mencari lulusan PLB/PKh,
maka GPK bisa direkrut dari guru umum yang
mendapatkan pelatihan/diklat tentang
penanganan ABK di sekolah inklusif.
Peran  GPK
Selain berperan seperti halnya guru pada umunya,
GPK memiliki peran khusus yaitu:
 Mengembangkan dan memelihara kesepadanan

optimal ABK dengan anak lain.


 Menjaga agar kehadiran ABK tidak  mengganggu

pelaksanaan program pendidikan sekolah umum.


 Mengembangkan dan meningkatkan program

pendidikan inklusi.
 Mengusahakan keserasian suasana pendidikan di

sekolah dan di tengah-tengah keluarga anak


berkebutuhan khusus.
Tugas GPK
 Tugas menyelenggarakan identifikasi dan assesmen
 Tugas menyelenggarakan kurikulum plus (pendidikan
kompensatoris)
 Tugas menyelenggarakan layanan pembelajaran khusus
 Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah
 Tugas menyelenggarakan adaptasi media
 Tugas pengelolaan alat bantu/ paraga khusus/ buku
khusus/ media khusus
 Tugas menyelenggarakan pengembangan program
 Tugas menyelenggarakan administrasi khusus
Uraian Tugas GPK
1. Tugas Identifikasi dan Asesmen
 Identifikasi adalah sebuah proses
menemukenali apakah seseorang anak
mempunyai permasalahan.
 Asesmen adalah proses selanjutnya setelah
dilakukan identifikasi.
 Asesmen  adalah penilaian  yang mengacu pada
berbagai Instrumen yang  dapat digunakan 
untuk memperoleh  informasi seperti
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
tingkah laku anak.
Lanjutannya…
 Proses pengumpulan informasi tentang
seorang anak yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang
berhubungan dengan anak.
 Secara riil pekerjaan, proses identifikasi dan
asesmen sulit untuk dibedakan atau
dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa
identifikasi merupakan bagian dari asesmen.
Penyelenggaraan identifikasi dan asesmen
khusus bertujuan :
a. Mengetahui jenis dan tingkat ABK.
b. Mengetahui jenis dan tingkat kendala ABK.
c. Mengetahui berbagai potensi yang dimiliki
ABK.
d. Mengetahui berbagai kebutuhan ABK.
e. Mengetahui kemajuan atau hasil pencapaian
ABK dalam proses pelayanan kependidikan
khusus.
Tugas menyelenggarakan asesmen
dilakukan secara bertahap meliputi: 
a. Asesmen awal, dilaksanakan pada waktu ABK mulai
masuk sekolah atau pada waktu mengalami kesulitan
dalam proses belajar mengajar.
b. Asesmen formatif, dilaksanakan bersamaan
penyelenggaraan bimbingan, latihan, pengajaran
kompensatif.
c. Asesmen sumatif, dilaksanakan pada tahap akhir
penyelenggaraan pendidikan khusus.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa proses identifikasi dan
asesmen tidak cukup dilakukan sekali waktu, namun akan
terus dilakukan sepanjang waktu, maka proses tersebut
disebut dynamic assessment.
2. Tugas  berkaitan dengan kurikulum plus/
kompensatoris

 Kurikulum tambahan ini  tidak ada dalam


kurikulum standar.
 Kurikulum tambahan ini berkaitan dengan 
kegiatan-kegiatan kompensatoris yang bersifat
membimbing, melatih,dan membenahi anak
berkebutuhan khusus untuk mempersiapkan
berintegrasi ke dalam klas bersama-sama anak
awas.
 Penyelenggaraan kurikulum plus bertujuan
mencapai kesepadanan optimal ABK dengan
peserta didik lain.
Kurikulum plus ini terdiri dari dua bagian
:
 Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk 
meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan  kehidupan sekolah.
 Bagian ini meliputi: latihan keindraan, latihan Orientasi dan Mobilitas
(tunanetra), bina persepsi bunyi dan irama (tunarungu), bina diri
(tunagrahita), bina gerak (tunadaksa), bina pribadi dan sosial (tunalaras),
bina komunikasi (autis),  latihan Olah Raga dan Kesehatan, latihan
keterampilan sehari-hari, dan bimbingan sosialisasi.
 Bagian pertama dari kurikulum plus ini disebut juga bimbingan
penyesuaian anak berkebutuhan khusus di sekolah.
 Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk
mempersiapkan diri mengikuti pelajaran di dalam kelas.   
 Bagian ini meliputi pengajaran konsep dasar bahasa, baca tulis Braille
(tunanetra), komunikasi total (tunarungu) dan pengajaran konsep dasar
matematika, IPA, dan IPS; serta latihan alat bantu-peraga khusus.  Bagian
kedua dari kurikulum plus ini disebut  bimbingan penyesuaian anak
berkebutuhan khusus ke dalam kelas.
3. Tugas: Layanan Pembelajaran Khusus

 Pengajaran khusus adalah pengajaran yang


diberikan kepada ABK yang di dalam proses
belajar mengalami ketidaksesuaian dengan
tuntutan kurikulum standar.
 Penyelenggaraan ini bertujuan mencapai
kesesuaian optimal ABK dengan tuntutan
program pendidikan mereka.
Lanjutannya…
Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
meliputi:
 Pengajaran remedial, diberikan jika ABK di dalam proses belajar
mengajar di kelas mengalami ketidakjelasan, salah pengertian dan
atau kesalahan cara mengajar guru,
 Pengajaran akselerasi, diberikan kepada ABK yang mengalami
kecerdasan istimewa dan berprestasi luar biasa  dalam pelajarannya,
 Pengajaran pengayaan, diberikan kepada semua ABK untuk
memperkaya pengalaman kongkret sesuai dengan program
pengajaran mereka.
 Pembelajaran individual dengan program pembelaaran individual
(PPI): dilaksanakan terhadap ABK dengan kecerdasan di bawah
rata-rata dan tidak mampu mengikuti pembelajaran dengan
kurikulum standar.
4. Tugas Kunjungan Rumah

 Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah 


adalah pelayanan kepada orang tua dan
anggota keluarga ABK untuk mengembangkan
pengertian dan sikap wajar terhadap ABK.
Lanjutannya…
Penyelenggaraan kunjungan rumah bertujuan
menyelaraskan, menyerasikan, dan
menyepadankan suasana pendidikan di rumah
dan suasana pendidikan & sekolah, yang tugas-
tugasnya meliputi:
 Bimbingan kepada orangtua dan keluarga ABK.
 Bimbingan dan latihan-latihan kepada ABK terhadap
hal-hal yang sulit dilaksanakan di sekolah.
5. Tugas Adaptasi Media/ alat  Khusus

 Adaptasi media misalnya kegiatan


mengalihhurufkan dari huruf Braille ke huruf
visual, atau sebaliknya, serta memperbesar
ukuran huruf untuk anak low vision.
 Penyelenggaraan adaptasi media bertujuan:
 Menghilangkan kesenjangan komunikasi
tertulis/lisan antara ABK dengan para Guru Kelas /
Guru Bidang studi.
 Melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan
dengan ABK (tunanetra: dalam huruf Braille dan
atau huruf visual ukuran besar).
6. Tugas pengelolaan alat bantu/paraga
khusus/buku khusus/media khusus

Pengelolaan alat bantu/ peraga khusus adalah


pengelolaan alat pengajaran, alat peraga, dan
buku-buku khusus bag! ABK. Pengelolaan alat
bantu/ peraga khusus bagi ABK bertujuan:
 Menjamin efisiensi optimal penggunaan alat
bantu/peraga khusus dan buku-buku ABK.
 Membebaskan para Guru Klas / Guru Bidang studi
dari tugas mengelola alat bantu/peraga khusus.
Lanjutannya…
 Tugas mengelola alat bantu/peraga khusus dan
buku ABK meliputi:
 Menyimpan serta merawat alat bantu/peraga khusus
dan buku ABK.
 Mengatur penggunaan alat bantu/peraga khusus dan
buku ABK.
 Mengurus pengadaan alat bantu/peraga khusus dan
buku ABK.
 Mengembalikan alat bantu/peraga khusus dan buku
ABK yang sudah tidak digunakan secara aktif pada
Pusat Material Pendidikan Inklusi Tunanetra.
 Membuat alat bantu/peraga sederhana.
7. Tugas pengembangan program

Pengembangan program Pendidikan Inklusi adalah:


 Pembinaan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas para GPK dan guru
kelas/ mata pelajaran/ BP.
 Pembinaan wawasan, sikap dan perilaku profesional di kalangan para
GPK dan guru kelas/ mata pelajaran/ BP.
 Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam
mengadaptasi pembelajaran agar pembelajaran dapat dilakukan  mampu
mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik (termasuk ABK).
 Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam
mengadaptasi penilaian.
 Melakukan bimbingan kepada warga sekolah dalam memperlakukan
ABK dengan tepat.
Pengembangan program Pendidikan Inklusi bertujuan menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan kependidikan khusus serta memperluas
jangkauan layanan pendidikan inklusif. Tugas menyelenggarakan
pengembangan program dilaksanakan melalui KKG, MGMP, MKKS,
workshop dll.
8. Tugas administrasi khusus

Administrasi khusus adalah segala kegiatan


administrasi yang diperlukan bagi ABK dan yang
tidak termasuk ke dalam administrasi sekolah.
Penyelenggaraan administrasi khusus bertujuan:
 Menjaga kelancaran dan kestabilan administrasi
sekolah.
 Mendukung dan melengkapi tugas-tugas para GPK
dan dan guru kelas/ mata pelajaran/ BP.
Lanjutannya….
Tugas menyelenggarakan administrasi khusus meliputi:
 Menyusun jadwal tugas seminggu untuk masa pelaksanaan satu
semester/ tahunan, dan mengusahakan pengesahannya kepada
Kepala Sekolah.
 Menyusun laporan pelaksanaan tugas bulanan dan 
menyampaikan kepada Kepala Sekolah serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan
 Merekam hasil  asesmen dan evaluasi khusus, menyimpan dan
mengatur penggunaan dokumen-dokumen evaluasi khusus,
 Menyelenggarakan administrasi pelaksanaan kurikulum plus/
pengajaran kompensatif, kunjungan rumah,  pengelolaan alat
bantu/peraga khusus, adaptasi media/ alat, serta
menyelenggarakan administrasi pengembangan program.
 Melaksanakan administrasi yang berkaitan dengan jabatan GPK.
Selain itu uraian tugas GPK,yaitu :
1. Membuat Rencana Pembelajaran
2. Proses Pembelajaran :
 ABK bisa dialayani dikelas Klasikal
 Bisa juga ke ruang Sumber
3. Membuat laporan Evaluasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai