MODUL 2
HAKIKAT PENDIDIKAN BAGI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dosen Pembimbing : Mulyanto, S.Pd.M.Pd
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
WINASIH 858864372
FRISCA PUSPITASARI 858864476
A. PENDIDIKAN
SEGREGASI,
INTERGRASI &
INKLUISI
LOGO
PENDIDIKAN SEGREGASI
Sosialisasi terbatas
Penyelenggaraan pendidikan yang relative mahal
Bebas bersaing
Egoistik, menumbuhkan kesenjangan kualitas pendidikan
Efektif dan efisien untuk kepentingan individu
Menumbuhkan disintegrasi
Tidak terikat
Mahal dan butuh fasilitas banyak Spesifik dan spesialis
PENDIDIKAN INTEGRASI
Dibandingkan dengan sistem segregasi, sistem integrasi ini merupakan suatu kemajuan, yaitu:
Siswa berkebutuhan khusus dapat bermain bersama-sama dengan siswa pada umumnya.
Ini berarti ada proses sosialisasi sedini mungkin, saling mengenal antara siswa
berkebutuhan khusus dan yang tidak, begitu pula sebaliknya. Ini akan berdampak pada
pertumbuhan sikap siswa-siswa tersebut, yang akan bermanfaat pula kelak jika mereka
telah dewasa.
Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan suasana yang lebih kompetitif, karena di sekolah
umum ada lebih banyak siswa dibanding SLB.
Siswa berkebutuhan khusus dapat membangun rasa percaya diri yang lebih baik.
Siswa berkebutuhan khusus dapat bersekolah di mana saja, bahkan sekolah yang dekat
dengan tempat tinggalnya, asal ia memenuhi persyaratan yang diminta; jadi tidak perlu
terpisah dari keluarga mereka.
Dari sisi kurikulum, dengan menempuh pendidikan di sekolah umum, anak berkebutuhan
khusus akan mendapatkan materi pelajaran yang sama dengan siswa pada umumnya.
KELEMAHAN PENDIDIKAN INTEGRASI
Kelemahan dari sistem integrasi ini adalah siswa anak berkebutuhan khusus harus
menyesuaikan diri dengan metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-
saat tertentu, kondisi ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya, saat siswa diwajibkan
mengikuti mata pelajaran ”menggambar.” Karena memiliki hambatan penglihatan, tentu
saja siswa yang merupakan anak berkebutuhan khusus tidak bisa ”menggambar.” Tapi,
karena mata pelajaran ini wajib dengan kurikulum yang ”ketat”, ”tidak fleksibel,”
tidaklah dimungkinkan bagi guru maupun siswa berkebutuhan khusus untuk
melakukan ”adaptasi atau subsitusi” –untuk mata pelajaran ”menggambar” tersebut.
Yang dimaksud substitusi adalah menggantikan mata pelajaran tersebut dengan tugas
lain yang memiliki nilai kompetensi sama. Misalnya, menggambar adalah mata
pelajaran yang melatih kreatifitas otak kanan untuk bidang visual; bisa digantikan
dengan tugas lain yang memiliki tujuan kompetensi sama atau setara, misalnya
mengarang.
PENDIDIKAN INKLUSIF
B. JENIS PELAYANAN
KEBUTUHAN KHUSUS
LOGO
1. Layanan di Sekolah Biasa
Kekuatan dari model ini:
1. Mereka mendapat kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan anak normal.
2. Tidak digunakan lagi label kelainan.
3. Mereka tidak perlu mengadakan perjalanan terlampau jauh untuk pergi ke sekolah.
Dalam menangani ABK yang ada di sekolah biasa, guru dapat berkolaborasi dengan
1. Teman sejawat
2. Kepala sekolah
3. Orang tua siswa
“ Add your company slogan ”
LOGO