KELOMPOK 1
INDRAWAN SAPUTRA AHMAD
RIZAL ISMAIL
DESI ANDIYANI
DEA MIRELLA ALIU
TESYA WARAHMA DUNDA
MEGA SOFIANA BARJANJI
FADILAH UMAR
MERTIN RAHMOLA
OLVI PATRESIA PUDUL
FITRIANI
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa saja jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
2. Bagaimana peranan guru di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
3. Apa saja jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
4. Bagaimana asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
5. Bagaimana kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
6. Bagaimana cara menghadapi anak berkebutuhan khusus?
7. Apakah kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menghadapi anak berkebutuhan
khusus?
8. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango?
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan “Observasi Layanan pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Kabupaten Bone
Bolango” ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
2. Mengetahui peran guru di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
3. Mengetahui jenis-jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
4. Mengetahui asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
5. Mengetahui pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri
Kabupaten Bone Bolango.
6. Mengetahui cara menghadapi anak berkebutuhan khusus.
7. Mengetahui kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menangani anak
berkebutuhan khusus.
8. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango.
D. Manfaat
1. Bagi penulis, belajar menyusun laporan dan lebih mengetahui tentang ABK.
2. Bagi kalangan akademik, diharapkan penyusunan laporan ini dapat dijadikan sebagai
bahan studi perbandingan serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian dan
pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi kalangan umum, diharapkan penyusunan laporan ini nantinya dapat bermanfaat dan
dapat dipertimbangkan pengembangannya.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah observasi, wawancara,
dan studi pustaka dengan menggunakan beberapa sumber buku dan internet.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Sekolah Luar Biasa
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini
berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja), sehingga ada SLB untuk
tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB
untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada
tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke
sistem individualisasi.
Selain, ada SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula SLB yang mendidik
lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan
tunagrahita; SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan
tunadaksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas
sekolah terbatas.
Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah
mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit
sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga kependidikan di SDLB terdiri
dari kepala sekolah, guru untuk anak tunanetra, guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak
tunagrahita, guru untuk anak tunadaksa, guru agama, dan guru olahraga. Selain tenaga
kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan tenaga ahli yang berkaitan dengan kelainan mereka
antara lain dokter umum, dokter spesialis, fisiotherapis, psikolog, speech therapist, audiolog.
Selain itu ada tenaga administrasi dan penjaga sekolah. Kurikulum yang digunakan di SDLB
adalah kurikulum yang digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuikan dengan
kekhususannya. Kegiatan belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal sesuai
dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendekatan
individualisasi. Selain kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga
diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.
Anak tunanetra memperoleh latihan menulis dan membaca braille dan orientasi mobilitas,
anak tunarungu memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi total, bina persepsi bunyi dan
irama, anak tudagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri; dan anak tunadaksa
memperoleh layanan fisioterapi dan latihan koordinasi motorik. Lama pendidikan di SDLB
sama dengan lama pendidikan di SLB konvensional untuk tingka dasar, yaitu anak tunanetra,
tunagrahita, dan tunadaksa selama 6 tahun, dan untuk anak tunarungu 8 tahun. Sejalan dengan
perbaikan sistem perundangan di RI, yaitu UU RI No. 2 tahun 1989 dan PP No. 72 tahun 1991,
dalam pasal 4 PP No. 72 tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa terdiri dari:
a) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun
c) Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) minimal 3 tahun.
b. Tunadaksa
ada bagian dari tubuh mereka yang mengalami kecacatan.
c. Tunarungu wicara
mereka yang memikiki hambatan dalam hal indera pendengaran dan pengucapan.
d. Tunaganda
satu orang memiliki kecacatan ganda. Misalnya; dia menderita tuna daksa dan
tuna grahita. Ketika terdapat anak yang memiliki dua ketunaan, maka pihak sekolah
menentukan dia dominannya pada tuna yang mana, hal ini karena akan berpengaruh
pada ujian mereka kelak.
e. AUTIS
Dimasukkan dalam SLB C. Kenapa dimasukkan dalam SLB, tidak sekolah
normal saja? Karena kalau dimasukkan ke sekolah reguler kemampuan mereka di
bawah anak normal, tetapi kalau dimasukkan ke SLB, kemampuan mereka lebih
tinggi dari pada anak yang lain. Jadi kesimpulannya kemampuan mereka diantara
anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Anak Autis menderita gangguan yang
menyeluruh (dari segi emosi, kognitif, psikomotorik, afektif). Ingat “ AUTIS
BUKANLAH PENYAKIT” mendekati normal jika diterapi secara rutin dari kecil dan
harus dijaga.
Tiga gangguan anak autis:
1. Gangguan komunikasi : mereka biasanya ngomong diulang-ulang, ada yang
seperti burung beo, bila berbicara tidak tahu maksudnya dan biasanya tidak ada
ekspresi wajah.
2. Gangguan emosi : Mudah ngamuk. Dan jika kita menemui hal yang demikian,
tenanglah, jangan banyak bicara. Karena anak autis jika mendengar suara yang
keras, auditornya banyak terganggu.
3. Gangguan kognitif : anak autis tidak mudah nagmuk saat KBM, namun saat
mereka malas belajar, mereka memiliki trik sendiri untuk mengelabuhi gurunya.
Misalnya :
· Autis yang sudah pintar : biasanya mengucapkan “ Ibu sudah makan belum?
Ibu sedikit berbeda hari ini?
Tujuannya adalah menunda kegiatan belajar mengajar di kelas.
· Autis yang masih dasar: sikapnya sedikit berbeda dan cenderung diam.
Cara mendeteksi anak autis :
1. Umumnya mudah diketahui ketika mereka berumur 1,5 – 2 tahun
2. Kontak mata dengan orang lain kurang dari 1 atau 2 detik.
3. Tidak bisa bermain sandiwara
4. Merespon atau tidak kalau dipanggil
5. Lebih senang dengan benda mati
6. Umur 3 bulan juga bisa diketahui yaitu cuek atau tidak dengan ibunya dan orang
sekitarnya.
B. Peran Guru di SLB Kabupaten Bone Bolango
Peran guru kelas di SLB adalah mendidik dan membimbing siswa sehingga siswa menjadi
mandiri dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Di SLB dalam setiap kelas
hanya ada satu Guru yaitu Guru Kelas. Bentuk layanan yang diberikan oleh guru pada siswa
adalah secara individual dan klasikal tergantung pada materi yang diberikan.
Perbedaan antara guru di SLB dan Guru Sekolah Biasa
Guru SLB Guru Sekolah Biasa
Pendekatan yang dilakukan oleh guru adalah Pendekatan yang dilakukan pada umumnya
secara individual. One by one sesuai dengan secara klasikal, materi yang diberikan pun
karakteristik setiap siswa. Dalam pemberian klasikal.
materi pun secara individual.
f. Sistem Penilaian
Pada dasarnya sama dengan sekolah umum/reguler, kami mengadakan formatif, UTS, UKK, dll.
Penilaian disesuaikan dengan kemampuan siswa. Antara siswa satu dengan siswa lainnya tujuan
yang dicapainya berbeda.
2. Layanan Klinis
Bentuk layanan klinis yang diberikan di SLB adalah dengan pemberian imunisasi,
pemeriksaan gigi dan telinga, penimbangan berat badan. Pihak yang mengadakan layanan klinis
adalah PUSKESMAS.
Tujuannnya adalah mencegah penyakit dan memberikan kekebalan tubuh anak sedini
mungkin, siswa selalu dalam kondisi sehat sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik
serta dia dapat datang ke sekolah setiap hari.
3. Layanan Psikologis
Pelayanan psikologis dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan anak, tidak terjadwal. Jika
siswa atau orangtua memerlukan layanan maka kami siap memberikan layanan tersebut
(Kondisional). Pihak yang memberikan layanan tersebut adalah psikolog, kami mempunyai dua
guru yang lulusan Psikolog.
E. Kurikulum di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango
Kurikulum yang digunakan di SLB adalah K 13. Kurikulum di SLB pada dasarnya sama
dengan SD umum, akan tetapi mengalami adaptasi terhadap kemampuan anak.
Bicara tentang penerapan kurikulum 2013, pada tahun ini SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango sudah menerapkan kurikulum 2013. Perbedaan penerapan KTSP dengan Kurikulum
2013 yang hendak diterpkan pada tahun 2014 adalah saat ini C dibagi menjadi CI dan C, namun
untuk tahun mendatang dijadikan satu dan hanya ada C. Jadi, hanya ada A, B, C dan autis. Untuk
tuna laras akan ada kelas khusus tersendiri.
SLB C : mampu didik
SLB CI : mampu latih, diajarkan agar bisa mandiri
Tuna netra : dalam seminggu harus ada OM
Autis : setiap hari ada latihan khusus (afektif, kognitif dan psikomotorik)
F. Cara Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Cara meredam emosi ABK
1. Kita harus mengetahui dahulu apa pemicu yang menjadi anak tantrum
2. Kita harus mengetahui karakteristik dari siswa yang tantrum
3. Kita lakukan dengan hati dan kasih sayang
2. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi dibuat peneliti untuk mengumpulkan data yang berbentuk dokumen.
Data tersebut dapat berupa foto dan video.
1. Sejarah singkat SLB Bone Bolango.
2. Visi dan misi SLB Bone Bolango.
3. Keadaan guru dan siswa.
4. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
5. Pelaksanaan bimbingan dan implikasinya terhadap kecerdasan emosional anak
tunagrahita dan tunarungu.
3. Pedoman Wawancara
Teknik yang peneliti gunakan dalam menggali data salah satunya menggunakan
teknik wawancara. Peneliti melakukan wawancara kepada sumber data dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah peneliti susun secara terarah dan
sistematis sebagai salah satu upaya untuk memperoleh informasi dan data yang objektif.
Penulis melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa (anak
tunagrahita dan tunarungu). Adapaun pertanyaanpertanyaan yang penulis ajukan dalam
wawancara yang dilakukan sebagai berikut:
NO PERTANYAA JAWABAN
. N
1. Bagaimana
sejarah
berdirinya SLB
bone bolango?
7. Apa harapan yang Harapan saya mengenai adanya guru dalam menangani
ingin dicapai dengan anak berkebutuhan khusus yaitu agar dapat mengenal,
adanya guru dalam memahami karakteristik peserta didik secara mendalam.
menangani anak Karena anak Berkebutuhan khusus disini mempunyai
berkebutuhan khusus? kepribadian yang berbeda satu sama lain. Saya juga
berharap guru di SLB ini dapat memotivasi anak
berkebutuhan khusus supaya mereka lebih semangat lagi
sekolah dan juga semangat belajar.
8. Bagaimana pendapat Menurut saya kerjasama antara guru di SLB ini dalam
anda tentang kerjasama menangani anak berkebutuhan khusus ssudah berjalan
yang dilakukan guru dengan baik, dalam meningkatkan kecerdasan
dalam mengembangkan emosional dari masing-masing siswa. Alhamdulillah
kecerdasan emosional sekarang siswa dapat mengendalikan emosinya dengan
anak berkebutuhan baik.
khusus?