Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN OBSERVASI

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB BONE BOLANGO

Dosen Pengampu : Jumadi Mori Salam Tuasikal, S.Pd,M.Pd

KELOMPOK 1
INDRAWAN SAPUTRA AHMAD
RIZAL ISMAIL
DESI ANDIYANI
DEA MIRELLA ALIU
TESYA WARAHMA DUNDA
MEGA SOFIANA BARJANJI
FADILAH UMAR
MERTIN RAHMOLA
OLVI PATRESIA PUDUL
FITRIANI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya. Keadaan inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan
pendidikan yang dibutuhkan. Anak berkebutuhan khusus menurut Geniofam (2010 : 11) adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selau
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Keragaman yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya pemberian
layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang baik, maka akan dapat dilakukan secara
optimal.
Dalam UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 51 juga menyatakan : “anak
yang menyandang cacat fisik dan mental diberikan kesempatan yang sama dan akses untuk
memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”. Menurut UU No.44 tahun 1997
tentang penyandang cacat, pasal 5 menyatakan : “setiap penyandang cacat mempunyai dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.” Untuk peningkatan
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus Kementerian Pendidikan Nasional melalui
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) memiliki kebijakan sendiri dalam
mengelompokkan anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan uraian di atas dan informasi yang diperoleh dari buku, maka penulis
berinisiatif melakukan observasi ke sekolah luar biasa guna mendapatkan informasi yang benar-
benar sesuai dengan keadaan di lapangan, tidak hanya sebatas teori saja. Oleh karena itu, dalam
laporan hasil obeservasi ini akan disajikan berbagai informasi yang diperoleh selama observasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa saja jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
2. Bagaimana peranan guru di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
3. Apa saja jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
4. Bagaimana asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
5. Bagaimana kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango?
6. Bagaimana cara menghadapi anak berkebutuhan khusus?
7. Apakah kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menghadapi anak berkebutuhan
khusus?
8. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango?
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan “Observasi Layanan pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Kabupaten Bone
Bolango” ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
2. Mengetahui peran guru di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
3. Mengetahui jenis-jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
4. Mengetahui asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango.
5. Mengetahui pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri
Kabupaten Bone Bolango.
6. Mengetahui cara menghadapi anak berkebutuhan khusus.
7. Mengetahui kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menangani anak
berkebutuhan khusus.
8. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango.
D. Manfaat
1. Bagi penulis, belajar menyusun laporan dan lebih mengetahui tentang ABK.
2. Bagi kalangan akademik, diharapkan penyusunan laporan ini dapat dijadikan sebagai
bahan studi perbandingan serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian dan
pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi kalangan umum, diharapkan penyusunan laporan ini nantinya dapat bermanfaat dan
dapat dipertimbangkan pengembangannya.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah observasi, wawancara,
dan studi pustaka dengan menggunakan beberapa sumber buku dan internet.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Sekolah Luar Biasa
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini
berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja), sehingga ada SLB untuk
tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB
untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada
tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke
sistem individualisasi.
Selain, ada SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula SLB yang mendidik
lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan
tunagrahita; SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan
tunadaksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas
sekolah terbatas.
Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah
mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit
sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga kependidikan di SDLB terdiri
dari kepala sekolah, guru untuk anak tunanetra, guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak
tunagrahita, guru untuk anak tunadaksa, guru agama, dan guru olahraga. Selain tenaga
kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan tenaga ahli yang berkaitan dengan kelainan mereka
antara lain dokter umum, dokter spesialis, fisiotherapis, psikolog, speech therapist, audiolog.
Selain itu ada tenaga administrasi dan penjaga sekolah. Kurikulum yang digunakan di SDLB
adalah kurikulum yang digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuikan dengan
kekhususannya. Kegiatan belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal sesuai
dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendekatan
individualisasi. Selain kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga
diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.
Anak tunanetra memperoleh latihan menulis dan membaca braille dan orientasi mobilitas,
anak tunarungu memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi total, bina persepsi bunyi dan
irama, anak tudagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri; dan anak tunadaksa
memperoleh layanan fisioterapi dan latihan koordinasi motorik. Lama pendidikan di SDLB
sama dengan lama pendidikan di SLB konvensional untuk tingka dasar, yaitu anak tunanetra,
tunagrahita, dan tunadaksa selama 6 tahun, dan untuk anak tunarungu 8 tahun. Sejalan dengan
perbaikan sistem perundangan di RI, yaitu UU RI No. 2 tahun 1989 dan PP No. 72 tahun 1991,
dalam pasal 4 PP No. 72 tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa terdiri dari:
a) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun
c) Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) minimal 3 tahun.

B. Jenis Layanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB


Bentuk layanan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok besar yaitu :
1. Layanan Pendidikan Segregrasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem
segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara
khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata
lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan
khusus untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah
Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa. Adanya kelainan fungsi tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan
layanan pendidikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan
khusus mereka.
Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan layanan khusus berupa
braille, orientasi mobilitas. Anak tunarungu memerlukan komunikasi total, binapersepsi
bunyi; anak tunadaksa memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan
terapi untuk mendukung fungsi fisiknya. Ada empat bentuk penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
b. Sekolah Luar Biasa Berasrama
c. Kelas Jauh/Kelas Kunjung
d. Sekolah Dasar Luar Biasa

2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi


Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama
dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui sistem
integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anaknormal belajar dalam
satu atap. Sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu, yaitu
sistem pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana
keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh,
sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagaian, jumlah anak berkebutuhan
khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa keseluruhan. Selain itu dalam
satu kelas hanya ada satu jenis kelainan. Hal ini untuk menjaga agar beban guru kelas
tidak terlalu berat, dibanding jika guru harus melayani berbagai macam kelainan. Untuk
membantu kesulitan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, di sekolah terpadu
disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungi sebagai konsultan
bagi guru kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu,
GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas
pada kelas khusus. Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah:
a. Bentuk Kelas Biasa
b. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
c. Bentuk Kelas Khusus

C. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Geniofam (2010), dalam bukunya yang berjudul Mengasuh dan Mensukseskan Anak
Berkebutuhan Khusus, menjelaska ada jenis anak berkebutuhan khusus ada beberapa,
diantaranya tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, autis dan down syndrom.
1.Tuna Netra
Adalah anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada mata yang
baik, walaupun dengan memakai kacamata, atau yang daerah penglihatannya sempit sedemikian
kecil sehingga yang terbesar jarak sudutnya tiddak lebih dari 20 derajat. Tuna netra dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Buta total
Apabila anak tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat cahaya
yang lumayan bisa dipergunakan untuk orientasi mobilitas.
2. Kurang penglihatan adalah anak yang bila melihat sesuatu mata harus didekatkan atau
dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang memiliki pandangan kabur
ketika melihat objek.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu
tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah
penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang
bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas
di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
2.Tuna Rungu
Tuna rungu adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan indera pendengar.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan
untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang
dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami
konsep dari sesuatu yang abstrak.
3.Tuna Daksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan
yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan
melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi
sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
4.Tuna Grahita
Sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke
bawah dan muncul sebelum usia 16 tahun. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan
sosialisasi.
5.Tuna Laras
Adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku. Secara fisik tidak berbeda
mencolok daripada anak yang normal. Umumnya anak tuna laras berperilaku aneh. Individu
tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal
yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
6.Autis
Autis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, auto yang artinya sendiri. Hal ini dilatar
belakangi oleh kenyataan bahwa anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri,
menikmati kesendirian dan tidak respon dengan orang-orang di sekitar.
7.Down syndrom
Dulu dikenal dengan mongoloid karena penderitanya mempunyai gejala klinik yang khas
yaitu seperti bangsa mongol dengan mata yang sipit membujur ke atas. Mongolia diganti dengan
Down Syndrom yaitu anak yang memiliki jumlah kromosom 47 sementara pada anak normal
jumlah kromosomnya 46. Penambahan kromosom terjadi pada kromosom 21 sehingga
kromosom 21 jumlahnya menjadi 3. Nama lain penyakit ini adalah trisomi 21.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Ketunaan yang terdapat di SLB Kabupaten Bone Bolango
a. Tunagrahita
Ada tingkatan kemampuannya, IQ mereka di bawah batas normal, dan
digolongkan dengan tingkat kemampuan mereka, di sini terdapat tiga jenis
kemampuan yaitu mampu didik, mampu latih dan mampu rawat. Dalam SLB ini,
tunagrahita digabung dengan anak autis.
Tidak ada istilah tinggal kelas untuk tuna grahita karena kalau ada tinggal kelas,
pasti mereka akan selalu statis pada kelas itu. Sudah takdirnya mereka memiliki IQ
yang rendah.
Mereka pun tidak mungkin meneruskan pendidikannya di bangku perkuliahan.
Jadi, pada waktu SMP dan SMA mereka diajari keterampilan-keterampilan sesuai
dengan bakat yang mereka miliki. Untuk tingkat SMP 40% KBM digunakan untuk
melatih keterampilan mereka, sedangkan untuk SMA 80% KBM digunakan untuk
pelajaran keterampilan.
Mampu didik lebih tinggi kemampuannya daripada mampu latih dan mampu
rawat Karen a mereka sudah bisa dididik dan mereka sudah mempunyai bekal berlatih
dan merawat.
Khusus untuk tuna grahita ujian soalnya dibuat dari propinsi bukan nasional.
Bentuk evaluasi pembelajarannya adalah lisan, tertulis, unjuk performansi/unjuk
kerja.

b. Tunadaksa
ada bagian dari tubuh mereka yang mengalami kecacatan.

c. Tunarungu wicara
mereka yang memikiki hambatan dalam hal indera pendengaran dan pengucapan.
d. Tunaganda
satu orang memiliki kecacatan ganda. Misalnya; dia menderita tuna daksa dan
tuna grahita. Ketika terdapat anak yang memiliki dua ketunaan, maka pihak sekolah
menentukan dia dominannya pada tuna yang mana, hal ini karena akan berpengaruh
pada ujian mereka kelak.
e. AUTIS
Dimasukkan dalam SLB C. Kenapa dimasukkan dalam SLB, tidak sekolah
normal saja? Karena kalau dimasukkan ke sekolah reguler kemampuan mereka di
bawah anak normal, tetapi kalau dimasukkan ke SLB, kemampuan mereka lebih
tinggi dari pada anak yang lain. Jadi kesimpulannya kemampuan mereka diantara
anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Anak Autis menderita gangguan yang
menyeluruh (dari segi emosi, kognitif, psikomotorik, afektif). Ingat “ AUTIS
BUKANLAH PENYAKIT” mendekati normal jika diterapi secara rutin dari kecil dan
harus dijaga.
Tiga gangguan anak autis:
1. Gangguan komunikasi : mereka biasanya ngomong diulang-ulang, ada yang
seperti burung beo, bila berbicara tidak tahu maksudnya dan biasanya tidak ada
ekspresi wajah.
2. Gangguan emosi : Mudah ngamuk. Dan jika kita menemui hal yang demikian,
tenanglah, jangan banyak bicara. Karena anak autis jika mendengar suara yang
keras, auditornya banyak terganggu.
3. Gangguan kognitif : anak autis tidak mudah nagmuk saat KBM, namun saat
mereka malas belajar, mereka memiliki trik sendiri untuk mengelabuhi gurunya.
Misalnya :
· Autis yang sudah pintar : biasanya mengucapkan “ Ibu sudah makan belum?
Ibu sedikit berbeda hari ini?
Tujuannya adalah menunda kegiatan belajar mengajar di kelas.
· Autis yang masih dasar: sikapnya sedikit berbeda dan cenderung diam.
Cara mendeteksi anak autis :
1. Umumnya mudah diketahui ketika mereka berumur 1,5 – 2 tahun
2. Kontak mata dengan orang lain kurang dari 1 atau 2 detik.
3. Tidak bisa bermain sandiwara
4. Merespon atau tidak kalau dipanggil
5. Lebih senang dengan benda mati
6. Umur 3 bulan juga bisa diketahui yaitu cuek atau tidak dengan ibunya dan orang
sekitarnya.
B. Peran Guru di SLB Kabupaten Bone Bolango
Peran guru kelas di SLB adalah mendidik dan membimbing siswa sehingga siswa menjadi
mandiri dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Di SLB dalam setiap kelas
hanya ada satu Guru yaitu Guru Kelas. Bentuk layanan yang diberikan oleh guru pada siswa
adalah secara individual dan klasikal tergantung pada materi yang diberikan.
Perbedaan antara guru di SLB dan Guru Sekolah Biasa
Guru SLB Guru Sekolah Biasa

Pendekatan yang dilakukan oleh guru adalah Pendekatan yang dilakukan pada umumnya
secara individual. One by one sesuai dengan secara klasikal, materi yang diberikan pun
karakteristik setiap siswa. Dalam pemberian klasikal.
materi pun secara individual.

Perbedaan SLB dengan Sekolah Biasa


NO SLB SEKOLAH BIASA
1 Semua jenjang tematik Hanya kelas 1-3

2 Alokasi Waktu 30 menit/JP (jenjang Alokasi waktu 35 menit/ JP


SD)
3 Pembelajarannya individual Pembelajarannya klasik
4 Ada program ( OM BKPBI, Bina Diri, Tidak ada program khusus, hanya mulok
Bina Gerak, Bina Sosial )
5 Pada jenjang SMP dan SMA LB Terfokus pada mata pelajaran
kurikulumnya keterampilannya lebih
banyak

C. Jenis-jenis Layanan yang diberikan di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango


1. Layanan Pendidikan
a. Mata pelajaran
Mata pelajaran yang terdapat di SLB Kabupaten Bone Bolango antara lain:
1. Agama
2. PKN
3. Bahasa Indonesia
4. IPA
5. IPS
6. Matematika
7. Penjas
8. MULOK (Bahasa Gorontalo)
9. SBK
10. Bahasa Inggris (SMP, SMA LB)
11. TIK (SMP, SMA LB
12. Keterampilan
13. Mapel khusus sesuai dengan ketunaannya
Mapel sama dengan sekolah pada umumnya, tetapi ada mata pelajaran khusus yang diberikan.
Misalnya:
- Tuna netra : diberikan OM ( Orientasi Mobilitas), misalnya cara belajar sendiri.
- Tuna rungu wicara : Artikulasi dan persepsi suara
- Tuna grahita : Bina diri
- Tuna Daksa : Bina Gerak
b. Buku pelajaran
Menggunakan buku khusus untuk SLB (seperti buku Braille, dll).
c. Alat Peraga sebagai Alat bantu bagi ABK
Tergantung pada materi yang diajarakan pada siswa. Contoh kartu gambar, jam dinding,
bentuk-bentuk geometri, kartu angka, dll.
d. Ekstrakurikuler
SLB memiliki ekstrakurikuler khusus untuk siswanya.
Jenis ekstrakurikulernya adalah :
a) Seni Tari
b) Pramuka
c) Pantomim
d) Seni Musik
Tujuannya:
a) Melatih keberanian/ rasa percaya diri
b) Mengembangkan bakat/ potensi siswa agar dapat berkembang dengan baik.
c) Melatih motorik kasar dan halus siswa

e. Sistem administrasi di SLB Kabupaten Bone Bolango


· Ada bantuan dana BOS dan tidak ada tambahan biaya dikarenakan sudah mendapatkan dana
BOS.
· Cara masuk ke SLB : Mendaftar dengan membawa surat hasil psikotes dari RSUD
persyaratan lainnya.
· Kriteria siswa : Tidak ada kriteria apapun, namun yang lebih diperhatikan adalah kuota untuk
jumlah siswanya dikarenakan terbatasnya SDM yang mengajar dan ruang kelas.
· Latar belakang keluarga : Latar belakang ortu beragam. Mayoritas dari keluarga ekonomi
menengah ke bawah.

f. Sistem Penilaian
Pada dasarnya sama dengan sekolah umum/reguler, kami mengadakan formatif, UTS, UKK, dll.
Penilaian disesuaikan dengan kemampuan siswa. Antara siswa satu dengan siswa lainnya tujuan
yang dicapainya berbeda.

2. Layanan Klinis
Bentuk layanan klinis yang diberikan di SLB adalah dengan pemberian imunisasi,
pemeriksaan gigi dan telinga, penimbangan berat badan. Pihak yang mengadakan layanan klinis
adalah PUSKESMAS.
Tujuannnya adalah mencegah penyakit dan memberikan kekebalan tubuh anak sedini
mungkin, siswa selalu dalam kondisi sehat sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik
serta dia dapat datang ke sekolah setiap hari.

3. Layanan Psikologis
Pelayanan psikologis dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan anak, tidak terjadwal. Jika
siswa atau orangtua memerlukan layanan maka kami siap memberikan layanan tersebut
(Kondisional). Pihak yang memberikan layanan tersebut adalah psikolog, kami mempunyai dua
guru yang lulusan Psikolog.
E. Kurikulum di SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango
Kurikulum yang digunakan di SLB adalah K 13. Kurikulum di SLB pada dasarnya sama
dengan SD umum, akan tetapi mengalami adaptasi terhadap kemampuan anak.
Bicara tentang penerapan kurikulum 2013, pada tahun ini SLB Negeri Kabupaten Bone
Bolango sudah menerapkan kurikulum 2013. Perbedaan penerapan KTSP dengan Kurikulum
2013 yang hendak diterpkan pada tahun 2014 adalah saat ini C dibagi menjadi CI dan C, namun
untuk tahun mendatang dijadikan satu dan hanya ada C. Jadi, hanya ada A, B, C dan autis. Untuk
tuna laras akan ada kelas khusus tersendiri.
SLB C : mampu didik
SLB CI : mampu latih, diajarkan agar bisa mandiri
Tuna netra : dalam seminggu harus ada OM
Autis : setiap hari ada latihan khusus (afektif, kognitif dan psikomotorik)
F. Cara Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Cara meredam emosi ABK
1. Kita harus mengetahui dahulu apa pemicu yang menjadi anak tantrum
2. Kita harus mengetahui karakteristik dari siswa yang tantrum
3. Kita lakukan dengan hati dan kasih sayang

Cara-cara untuk menghadapi ABK


1. Dengan memahami tentang psikologi anak dan karakteristik dari setiap siswa maka insya
Allah kita tidak akan memiliki emosi yang tinggi terhadap anak. Kita menyadari bahwa
memang anak kita adalah anak yang unik. Kita ciptakan emosi/ikatan batin yang baik
dengan siswa.
2. Diselingi dengan permainan yang menyenangkan hati.
3. Disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
4. Mengajak siswa bersosialisasi dengan lingkungan luar
Jenis sosialisasi di luar lingkungan sekolah yang biasa dilakukan adalah membawa anak
jalan-jalan untuk mengenal lingkungan seperti ke kantor polisi, kelurahan, mall, pantai,
puskesmas.
G. Kendala yang dialami Guru dan Lembaga dalam menghadapi ABK
Kendala yang dialami guru :
1. Anak belum bisa patuh dan duduk dengan tenang, memori siswa yang terbatas untuk
menangkap materi.
2. Kesulitan untuk mengontrol emosi dan tingkah laku siswa ketika di kelas terutama pada
kelas yang muridnya lebih dari lima siswa.
Kendala yang dialami lembaga
Kendala yang dialami lembaga karena menaungi berbagai tingkatan pendidikan (SD,
SMP,SMA) adalah kesulitan dalam membagi waktu ketika ada rapat kepala sekolah yang
waktunya bersamaan. Sehingga pihak SLB harus membagi dengan koordinator tiap jenjang,
tetapi untuk soal – soal tertentu tidak dapat diwakilkan sehingga kami harus menundanya,
dengan resiko kami pasti terlambat dibandingan dengan sekolah lainnya.
H. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas BD 4 SLB Negeri Kota Tegal
Tunagrahita
1. Kelas VI
Kelas 6 di SLB Kabupaten Bone Bolango yang menaungi anak tunagrahita
tingkat dasar. Wali kelasnya bernama Bapak Anwar maut S.Pd Jumlah murid dalam kelas
ada 5 siswa. Namun, pada saat kami melakukan observasi hanya ada 2 siswa yang
berangkat. Dari pernyataan beliau 3 anak yang lain sudah pulang terlebih dahulu.
2. Tentang murid
a. Fitran mempunyai keterampilan atau prestasi yang sangat membanggakan, yaitu
fitran berprestasi di tingkat nasional mengikuti lomba lari disemarang dengan meraih
juara 4 dari berbagai peserta tangka nasional. Dia juga menyukai pelajaran berhitung
saat belajar dalam kelas, pada saat pembelajaran fitran harus banyak dituntu agar dia
memahami apa yang sedang diajarkan oleh guru kelasnya.
b. Usman minat di bidang olahraga yaitu badminton pak anwar mengatakan bahwa
minat usman ini akan dikembangkan oleh sekolah agar bisa menjadi sebuah prestasi
untuknya. Usman menyukai mata pelajaran yang berhitung juga, pada saat
pembelajaran berlangsung usman juga banyak di tuntun oleh pak anwar dalam
mengerjakan soal latihan karena usman lambat memahami soal-soal yang diberikan
oleh guru.

Dalam mengajar wali kelasny menggunakan kurikulum umum, semua metode


dipadukan dalam melakukan pembelajaran didalam kelas karena anak tunagrahita
cepat bosan dan tidak betah dikelas dalam melakukan pembelajaran.
3. Buku
a. Buku siswa tunagrahita VI (dengan beberapa penyesuaian)
b. Buku guru
c. Lingkungan sosial dan sumber belajar lain yang relevan.
4. Pelaksanaan pembelajaran
Pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan pada
umumnya. Pada hakikatnya pelaksanaan pembelajaran tersebut harus memperhatikan
karakteristik murid, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber.
Pada anak tunagrahita ringan, dsn sedang mungkin lebih efektif menggunakan
strategi pembelajaran yang menekankan latihan. Yang tidak terlalu banyak menutut
kemampuan berfikir yang kompleks. Meskipun demikian strategi yang menekankan pada
latihan yang di ulang-ulang itu memang kurang sesuai dan sangat membosankan bagi
anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi.
Srategi pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan yang belajar bersama anak
normal disekolah umum akan berbeda dengan strategi pembelajaran bagi mereka yang
belajar dalam satu kelompok anak tunagrahita disekolah luar biasa anak tunagrahita
(SLB).
Tunarungu
1. Kelas VII
Kelas VII di SLB Kabupaten Bone Bolango yang menaungi anak tunarungu
tingkt menengah. Wali kelasnya bernama Ibu Ristani S.Pd. jumalah murid dalam kelas
VII ada 4 siswa. Namun, pada saat kami melakukan observasi hanya ada 3 siswa yang
hadir. Dari pernyataan Ibu 1 yang tidak masuk karena malas sekolah (termasuk dalam
kategori tunarungu berat).
2. Tentang murid
a. Delfira Suci Amalia Sahi mempunyi prestasi dibidang desain grafis dan tata
busana (menjahit). Dengan adanya bantun dan dorongan dari orang tua dan wali
kelasnya sehingga ia tidak merasa malu-malu untuk tampil.
b. Yusra Sumarni Djafar mempunyai prestasi dibidang TIK
c. Fadhila mempunyai prestasi dibidang seni yaitu membatik.
Dalam mengajar wali kelasnya menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR)
untuk melatih kemampuan Bahasa anak agar anak tersebut bisa berbicara atau bercerita.
Dalam metode MMR itu terdapat perdati (percakapan dari hati-kehati).
3. Kekurangan
Kekurangan yang ada di SLB Kabupaten Bone Bolango di kelas Tunarungu yaitu,
tidak adanya bantuan alat pendengaran dari pemerintah sehingga membuat mereka
kesulitan dalam mendengar.
4. Buku
a. Buku Siswa Tunarungu Kelas VII (dengan beberapa penyesuaian)
b. Buku Guru
c. Lingkungan sosial dan sumber belajar lain yang relevan
5. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran berlangsung dengan lancar. Murid aktif mengerjakan tugas dan
mentaati perintah gurunya. Pembelajaran selesai dalam waktu yang telah ditentukan.
Namun, minat siswa terhadap pembelajaran masih rendah masih labil tingkat
keminatanya terhadap pembelajaran. Komunikasi antara guru dengan siswa adalah
menggunakan bahasa isyarat, oral, gerakan bibir, jari dan gesture. Sedangkan penguatan
yang diberikan guru adalah pemberian acungan jempol dan senyuman dari Ibu Ristani.
Pada saat kegiatan belajar mengajar, anak kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
masih sangat tergantung pada tuntunan guru. Namun, kondisi kelasnya tenang dan
suasana belajar tenang menyenangkan. Karena seperti kita ketahui mereka tuna rungu
wicara. Jadi, kemungkinan untuk membuat keributan sedikit. Apalagi muridnya hanya
tiga orang dan satu tidak masuk kelas. Dalam Kegiatan pembelajaran, siswa fokus, tugas
dilaksanakan tetapi harus ada tuntunan dari guru. Siswa selalu memanggil gurunya kalau
guru tidak mendengarkan tugasnya pun dilalaikan. Gerak gerik anak serius. Siswa
mencatat apa yang diperintahkan oleh guru. Bertanya dengan menggunakan bahasa
isyarat ketika dia bingung dengan tugas yang diberikan oleh guru.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang
terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui
sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara
khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Bentuk layanan
pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah
umum.
Berdasarkan hasil observasi ke SLB Negeri Kabupaten Bone Bolango penulis
memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat, terutama belajar dari anak berkebutuhan khusus
untuk selalu mensyukuri anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita
mendapatkan informasi penting mengenai anak berkebutuhan khusus secara langsung dari
narasumber yang dapat dipercaya dan mengamati pembelajaran di kelas. Pelayanan di SLB
Negeri Kabupaten Bone Bolango sudah cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh setiap anak.
B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa harus paham dengan karakteristik anak yang akan
diajar sehingga mampu memberikan layanan terbaik sesuai apa yang mereka butuhkan. Tidak
semua anak terlahir dengan kondisi yang normal. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru
untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik apapun keadaan yang dialami
peserta didik.
DOKUMENTASI
Instrument Pengumpulan Data di SLB Bone Bolango
1. Pedoman Observasi
Penulis dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SLB Bone Bolango
mengamati secara langsung kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran dan implikasinya
terhadap kecerdasan emosional anak tunagrahita dan tunarungu di SLB Bone Bolango.
Hal tersebut peneliti lakukan guna memperoleh data yang valid dan lengkap, sehingga
keabsahan data dapat dipertanggung jawabkan. Adapun pelaksanaan observasi yang
peneliti lakukan sebagai berikut:
1. Mengamati fasilitas sarana dan prasarana.
2. Mengamati proses kegiatan kerjasama antar guru.
3. Mengamati sikap dan perilaku anak tunagrahita dan tunarungu baik di dalam kelas
maupun diluar kelas.
4. Mengamati pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Mengamati bagaimana proses kerjasama yang dilakukan oleh guru pembimbing
dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak tunagrahita dan tunanetra.

2. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi dibuat peneliti untuk mengumpulkan data yang berbentuk dokumen.
Data tersebut dapat berupa foto dan video.
1. Sejarah singkat SLB Bone Bolango.
2. Visi dan misi SLB Bone Bolango.
3. Keadaan guru dan siswa.
4. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
5. Pelaksanaan bimbingan dan implikasinya terhadap kecerdasan emosional anak
tunagrahita dan tunarungu.

3. Pedoman Wawancara
Teknik yang peneliti gunakan dalam menggali data salah satunya menggunakan
teknik wawancara. Peneliti melakukan wawancara kepada sumber data dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah peneliti susun secara terarah dan
sistematis sebagai salah satu upaya untuk memperoleh informasi dan data yang objektif.
Penulis melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa (anak
tunagrahita dan tunarungu). Adapaun pertanyaanpertanyaan yang penulis ajukan dalam
wawancara yang dilakukan sebagai berikut:

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH SLB BONE BOLANGO


1. Bagaimana sejarah berdirinya SLB Bone Bolango?
2. Apa visi dan misi terbentuknya SLB Bone Bolango?
3. Berapa jumlah peserta didik di SLB Bone Bolango?
4. Kebijakan apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa
khususnya anak berkebutuhan khusus?
5. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam membimbing guru bimbingan dalam
meningkatkan keterampilan mengajar?
6. Apa saja masalah-masalah yang sering ditimbulkan anak berkebutuhan khusus?
7. Apa harapan yang ingin dicapai dengan adanya guru dalam menangani anak
berkebutuhan khusus?
8. Bagaimana pendapat anda tentang kerjasama yang dilakukan guru dalam
mengembangkan kecerdasan emosional anak berkebutuhan khusus?

PEDOMAN WAWANCARA GURU DI SLB BONE BOLANGO


1. Apa pendapat anda tentang anak berkebutuhan khusus?
2. Masalah apa saja yang dialami anak berkebutuhan khusus selama anda menjadi guru di SLB
Bone Bolango?
3. Sejauh mana peran guru dalam membantu mengembangkan kecerdasan emosional anak
berkebutuhan khusus?
4. Apakah orang tua anak berkebutuhan khusus sering berkonsultasi dengan guru
sekolah/kelas?
5. Kendala apa saja yang dihadapi saat membimbing anak berkebutuhan khusus?
6. Bagaimana cara wali kelas dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak
berkebutuhan khusus?
7. Apa saja materi yang digunakan guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak
berkebutuhan khusus?
8. Bagaimana keadaan anak berkebutuhan khusus sebelum dan sesudah diberikan bimbingan
terkait dengan kecerdasan emosional?

PEDOMAN WAWANCARA ANAK TUNAGRAHITA DAN TUNARUNGU DI SLB


BONE BOLANGO
1. Bagaimana pendapat anda tentang guru di SLB Bone Bolango?
2. Bagaimana menurut anda tentang metode-metode pembelajaran yang diajarkan?
3. Bagaimana perasaan anda setelah mendapatkan bimbingan dari wali kelas?
4. Apakah menurut anda pelaksanaan pembelajaran di SLB Bone Bolango sudah cukup baik?
5. Masalah apa yang biasanya menimpa anda?
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH DI SLB BONE BOLANGO

Jabatan : Kepala sekolah

Interview : Venti Mokoginta, S.Pd

Tanggal : 17 Oktober 2019

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

NO PERTANYAA JAWABAN
. N

1. Bagaimana
sejarah
berdirinya SLB
bone bolango?

2. Apa visi dan misi 1. Visi


terbentuknya SLB
Terwujudnya SLB Negeri Bone Bolango
Bone Bolango?
dalam prestasi akademi dan non akademi
berakhlak mulia, beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha esa.
2. Misi
 Melaksanakan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.
 Menerapkan manajemen sekolah yang
handel
 Menolong dan memberi sejumlah uang,
sekolah untuk perilaku kreatif dan inofatif
dalam mencapai prestasi akademi dan non
akademi.
 Menolong siswa untuk lebih dapat hidup
mandiri
 Menciptakan situasi yang kondusif,
sehingga warga sekolah merasa aman dan
nyaman di sekolah
 Menumbuhkan rasa percaya diri yang
tinggi, menghargai perbedaan persatuan
dalam bertindak, tertib dan disiplin yang
di landasi iman dan takwa.

3. Berapa jumlah Jumlah peserta didik keseluruhan di SLB bone


peserta didik di bolango 94 peserta didik.
SLB Bone
 Laki-laki : 62 orang
Bolango?
 Perempuan : 32 orang

4. Kebijakan apa saja Dalam meningkatkan prestasi anak berkebutuhan


yang dilakukan kepala
khusus yaitu melaksanakan kerja sama yang baik
sekolah dalam
meningkatkan prestasi antar guru yang bersangkutan dalam mengembangkan
siswa khususnya anak potensi dan prestasi anak berkebutuhan khusus.
berkebutuhan khusus?

5. Apa yang dilakukan Dalam meningkatkan ketrampilan guru mengajar saya


kepala sekolah dalam kira semua guru sudah mempunyai pengalaman
membimbing guru masing-masing. Jadi saya hanya menyampaikan agar
bimbingan dalam guru bimbingan dan konseling bisa membantu anak
meningkatkan tuna netra semaksimal mungkin agar anak-anak
keterampilan
tersebut selalu semangat belajarnya meskipun mereka
mengajar?
mempunyai kecacatan fisik.

6. Apa saja masalah- Masalah yang ditimbulkan anak berkebutuhan khusus


masalah yang sering biasanya mereka kurang percaya diri dengan
ditimbulkan anak kemampuan yang dimilikinya, minder dengan anak
berkebutuhan khusus? normal yang bisa melihat, kurang bisa
menguasai emosionalnya dengan baik.

7. Apa harapan yang Harapan saya mengenai adanya guru dalam menangani
ingin dicapai dengan anak berkebutuhan khusus yaitu agar dapat mengenal,
adanya guru dalam memahami karakteristik peserta didik secara mendalam.
menangani anak Karena anak Berkebutuhan khusus disini mempunyai
berkebutuhan khusus? kepribadian yang berbeda satu sama lain. Saya juga
berharap guru di SLB ini dapat memotivasi anak
berkebutuhan khusus supaya mereka lebih semangat lagi
sekolah dan juga semangat belajar.

8. Bagaimana pendapat Menurut saya kerjasama antara guru di SLB ini dalam
anda tentang kerjasama menangani anak berkebutuhan khusus ssudah berjalan
yang dilakukan guru dengan baik, dalam meningkatkan kecerdasan
dalam mengembangkan emosional dari masing-masing siswa. Alhamdulillah
kecerdasan emosional sekarang siswa dapat mengendalikan emosinya dengan
anak berkebutuhan baik.
khusus?

Anda mungkin juga menyukai