Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

OLEH :

1. ABD. AZIS ZAKARIA


2. NOVRIANTI Y. GOU
3. FIRMASYA A. ISHAK
4. HAMSAH ISIMA
5. HARUN HUNGGATI
6. DESI ANDIYANI
7. INDRAWAN SAPUTRA AHMAD
8. NUR KHAIRUNNISA SADINGO
9. DEA MIRELIA ALIU
10. TRI ADELIAWATI LALU
11. MERTIN RAHMOLA
12. MAGFIRA AMILU
13. RAHMAYUDA DUMBELA

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan kemurahannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai bahan
presentasikan kami. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat membantu teman-teman
dalam rangka pemahaman yang lebih seksama dari materi yang disajikan.
Dalam penyajian materi ini secara ringkas hal- hal yang perlu diketahui yang berkaitan
dengan materi Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap. Kami sangat menyadari bahwa apa
yang disajikan ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun kami yakin bahwa materi ini akan
sangat bermanfaat bagi teman-teman guna membantu kelancaran dan kemudahan dalam
memahami materi yang disajikan. Kami senantiasa akan berupaya memperbaiki makalah ini
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR).............................................3
B. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Diperlukan........................................3
C. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap
(PKR)................................................................................................................5
D. Prinsip-prinsip yang Mendasari PKR...........................................................6
E. Gambaran PKR yang Ideal.............................................................................8
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak dapat
dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan. Begitu juga dalam
sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan kita belum
mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya
masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih
mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota
besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di daerah
yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab
terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini dikarenakan kita belum
menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam
pembahasan ini, Anda akan kami ajak untuk memahami hakikat PKR, oleh karena itu Anda tidak
lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi.
Namun justru sebaliknya pada diri Anda akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah
suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus Anda hadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi
PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar dikelas
rangkap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran kelas rangkap (PKR)?
2. Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan (PKR) ?
3. Apa tujuan, fungsi, dan manfaat PKR ?
4. Prinsip apakah yang mendasari PKR?
5. Bagaimana gambaran PKR yang ideal ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan hakikat kelas rangkap (PKR).
2. Mengetahui perlunya pembelajaran kelas rangkap (PKR).
3. Menjelaskan tujuan, fungsi, dan manfaat PKR.
4.  Menjelaskan prinsip-prinsip yang mendasari PKR.
5.  Menjelaskan gambaran PKR yang ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa
siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan
oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua
hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa
sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas
yang berbeda dengan program yang berbeda.
Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-
masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu
guru. Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan
seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan
menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah ssatu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang
sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna,
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan
kemampuan belajar yang berbeda-beda.

B.        Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Diperlukan


Ada beberapa alasan penting yang menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap
dilaksanakan, yaitu:
1. Alasan Geografis
Lokasi pembelajaran yang sulit dijangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan
pemukiman penduduk yang jaraknya berjauhan, serta adanya ragam mata pencaharian
penduduk misalnya berladang, mencari ikan bahkan menebang kayu atau mencari sesuatu
dihutan, maka hal ini dapat mendorong penggunaan PKR.
2.  Alasan Demografis
Mengajar murid dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang
jarang penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis.
3.  Kekurangan Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan bisa dikatakan cukup, namun pada
kenyataannya masih ada keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil.
Apalagi bila secara geografis daerah tersebut sulit dijangkau, maka akan membuat guru takut
ditugaskan didaerah itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib didaerah terpencil, juga
di sebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan sehari-hari, sulitnya alat
transportasi, gaji yang lambat, bahkan terbatas peluang untuk mendapatkan pengembangan
karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah seperti itu perlu adanya keikhlasan
dan penuh sukacita, dan kesiapan mental dari guru tersebut.
4. terbatasan Ruang Kelas
Di daerah yang muridnya sangat sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak.
Tetapi, di daerah lain meskipun sudah mempunyai ruang kelas sesuai dengan jumlah
tingkatan kelas, dari itu diperlukan PKR.
5. Kehadiran Guru
Ketidakhadiran guru, bukan saja di alami oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar
pun juga mengalaminya. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat kehadiran
guru untuk melaksanakan tugasnya. Guru yang tidak kena musibah harus mengajar kelas
yang tidak ada gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit, cuti, atau ada kegiatan
berkaitan meningkatkan professional dan kualifikasi guru.
Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-
alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari
itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi
perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas
rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed
age/multiage grouping.
a. Model pertama Combine grades : atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana
dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi
beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua
tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan
pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-
kelompok umur yang berbeda.
b. Model kedua Continuous progrees  : model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian
kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman
dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus
berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya
adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan
perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
c.  Model ketiga mixed age/multiage grouping : dimana proses pembelajaran dan praktek
kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam
umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses re gruping anak dibuat dalam
kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih
dari satu tahun. Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage
grouping  ini adalah:
 Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah.
 Siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis.
  Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman
tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam
kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
  Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.

C. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)


        Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat dikaji dari beberapa aspek berikut,
1. Quantity dan Equity
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan untuk memenuhi
asas Quantity (jumlah) dan Equity (pemerataan).  Dengan jumlah guru yang dimiliki dapat
memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah
murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu juga mampu memberikan layanan yang
lebih merata.
2.  Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya
pendidikan.  Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran
dapat berlangsung.  Dengan demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas,
proses pembelajaran tetap dapat berlangsung.  Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang
ditanggung oleh pemerintah dan msyarakat akan lebih kecil.  Oleh karena itu, dengan jumlah
dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke
daerah yang sulit, dan terpencil sekalipun.
3.  Pedagogis
Strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid, karena seorang guru dalam PKR akan
berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4.  Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah
dijangkau oleh anak.  Dengan demikian kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan
anaknya berkurang.  Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebakan anak terlambat masuk
sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus sekolah.  Bahkan mungkin saja terjadi
kecelakaan pada saat murid pergi atau pulang sekolah.
D. Prinsip-prinsip yang Mendasari PKR
Pembelajaran kelas rangkap (PKR) merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang perlu
dikuasai oleh guru SD.  Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-
prinsip pembelajaran secara umum. Pembelajaran mengandung makna bahwa kegiatan
belajar dapat terjadi dengan atau tanpa guru.  Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai
situasi tanpa tergantung pada guru.  Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi
dengan teman atau mengamati sesuatu.  Tetapi perlu diingat bahwa dalam pembelajaran
peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atau akhir kegiatan.
Disamping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, PKR mempunyai prinsip khusus
sebagai berikut :
1. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan.  Oleh
karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan
atau serempak.  Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya
kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau
kebutuhan murid dan dikelola dengan benar.  Dengan demikian, jika ada kegiatan yang
dikerjakan murid hanya untuk mengisi kekosongan saja, maka bukan PKR yang
diharapkan.
2. Kadar Tinggi Waktu Keaktifan Akademik (WKA)
Selama PKR berlangsung, murid aktif menghayati pengalaman belajar yang
bermakna.  PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru
tidak terampil menelola kelas.  Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan
kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.
Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.  Namun perlu
diingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu berkadar tinggi.  Kualitas pengalaman belajar
yang dihayati murid sangat menentukan WKA.  Kualitas dan lamanya kegiatan
berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
3.  Kontak Psikologis Guru dan Murid yag Berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dangan berbagai cara agar semua murid merasa
mendapat perhatian dari guru secara terus menerus.  Agar mampu melakukan hal ini,
guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat
bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan murid bahwaguru selalu berada bersama
mereka, bukan pekerjaan yang mudah.  Guru harus mampu melakukan tindakan
instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian
isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan
pertanyaan.  Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan
dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.  Misalnya, menunjukkan sikap tanggap
dan peka, mengatur tempat duduk, member petunjuk yang jelas atau menegur murid.
4.  Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan atau sarana, orang dan waktu.  Agar terjadi WKA yang
tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien.  Lingkungan, barang
bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru
PKR.  Demikian dengan orang dan waktu.  Murid yang pandai dapat dimanfaatkan
sebagai turor.  Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang
berkadar tinggi.
5. Kebiasaan untuk Mandiri
Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip tersebut, maka murid akan terbiasa
mandiri.  Kemampuan murid untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR
mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
E.  Gambaran PKR yang Ideal
        Gambaran PKR yang ideal ( yang di inginkan ).
1. Unsur-unsur penting dalam PKR adalah :
 Kelas tampak hidup, murid tampak ceria. Di awal pelajaran Pak dan Bu guru bertanya,
tetapi hampir tak ada kaitannya dengan pelajaran hari itu. Pertanyaan seperti itu dengan
tujuan agar murid termotivasi dan secara mental siap menerima pelajaran hari itu.
Proses belajar berlangsung serempak, apalagi murid yang berbeda tingkat kelas ada
dalam satu ruang. Gangguan yang muncul tidak terlalu serius, sebab ketika guru
menerangkan murid dari kelas lain berada disudut ruang yang lain. Tidak ada
pembosanan waktu karena guru tidak mondar-mandir pindah kelas.
 Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar.
Sudut sumber belajar dapat memberi peluang bagi murid, tanpa pengawasan guru murid
dapat mempraktikan konsep belajar menemukan sendiri dan pemecahan masalah.
 Murid aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak. Murid tidak hanya aktif secara
individual tetapi juga kelompok dan berpasangan. Murid yang lebih dahulu
dimanfaatkan untuk membantu temannya ( tutor sebaya ) atau membantu kelas
dibawahnya (tutor kakak ).
  Adanya asas kooperatif-kompetitif, murid bersemangat mengerjakan tugas, apalagi
ketika guru menyanyakan siapa yang sudah selesai lebih dulu akan mendapat nilai
tambahan, gambar yang terbaik akan dipajang atau siapa yang selesai duluan boleh
membaca buku-buku bacaan, dan sebagainya.
 Belajar dengan pendekatan PKR yang benar, sangat menyenangkan . Belajar sambil
bermain, main sambil belajar dapat diperagakan khususnya bila kita sedang mengajar
kelas rendah. Hal itu nampak saat anak mengambil gulungan kertas dan membaca apa
yang menjadi tugas mereka masing-masing.
 Ada perhatian khusus bagi murid yang lambat dan yang cepat. Pada yang lambat guru
membantu murid yang mengalami kesulitan, bahkan guru menjelaskan lagi bagian-
bagian yang tidak dipahami. Bagi murid yang cepat guru memberikan tugas ekstra,
misalnya murid diminta untuk mengambil gulungan kertas yang berisi soal-soal baik
mata pelajaran yang baru saja dijelaskan maupun mata pelajaran lain.
  Sumber belajar murid bukan saja berasal dari Depdikbud atau Dinas, guru PKR dapat
melengkapi sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
Sudut ruangan menjadi lengkap dengan sumber belajar. Bahkan dapat memupuk
tanggung jawab murid dan sara memiliki terhadap kelas dan sekolah mereka.
   Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau
lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi
perangkapan kelas juga berarrti dalam bentuk mengajarkan dua bidang studi atau lebih
dalam satu wacana atau topik. Inilah yang disebut pengajaran terpadu (integrated).
  Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungan murid. Misalnya ketika
guru menjelaskan tentang bagaimana menangkap iklan, murid-murid menjawab dengan
menyebut beberapa alat menangkap ikan yang biasa digunakan di lingkungan sekitar,
kemudian murid diminta menggambar alat tersebut.
2.  Peranaan Guru PKR adalah :
 Sebagai perancang kurikulum, hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum
yang berlaku bahkan untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba
sulit dan serba kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin
dilaksanakn dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutan pun
mengalami keulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian
kurikulum yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan
konsep dan fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional
uang ingin dicapainya berdasarkan kelas.
 Sebagi sumber informasi yang kreatif, guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi
sumber informasi tetapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan
masalah keadaan yang serba kurang. Ia harus memberi arahan keoada muridnya agar
mereka tidak membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala
macam kegiatan.
 Sebagai administrator. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus
merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan saksama.Hasil
maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan
saja untuk belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang
tertinggal. Guru PKR juga harus mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada
dilingkungan sekolah
 Sebagai seorang porofesional. Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan
kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya. Walaupun kesempatan untuk
mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada didaerah
terpencil sulit diwujudkan, tepat niat professional harus tetap dipelihara dan yang penting
semangat itu selalu ada. Salah satu ciri seorang guru professional adalah juga tidak cepat
putus asa. Manusia dapat mencapai apa saja bila tidak cepat putus asa.
 Sebagai agen pembawa perubahan.  Guru sebagai pengayon dan juga sebagai sosok yang
mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus
berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku
anggota masyarakat melaui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat setempat. Pendek kata, guru harus mencari, mendatangkan, dan
mengajarkan perubahan yang berguna bagian anak didik, orang tua dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Perangkapan kelas masih banyak dijumpai di Indonesia, khususnya akibat kekurangan
guru.  Namun demikian, perangkapan kelas bukan saja dialami oleh Negara yang sedang
berkembang saja.  Di Negara majupun, seperti di Amerika Serikat, Australia, Inggris dan
sebagainya.  Jadi pembelajaran kelas rangkap (PKR) dianggap suatu hal yang wajar
saja.  Ada sejumlah alasan-alasan selain kekurangan guru, mengapa PKR terjadi antara lain
karena faktor geografis, demografis, dan terbatasnya ruang kelas.
Disamping itu, ada sejumlah alasan lain, yaitu alasan yang lebih memusatkan pada
keuntungan dari pada kerugiannya.  Antara lain, jika dilihat dari aspek pedagogis, PKR lebih
mendorong kemandirian murid.  Dari aspek ekonomis, PKR lebih efisien.  Dengan PKR
pemerintah dapat mendirikan sekolah-sekolah kecil dimana-mana, sehingga setiap anak
Indonesia berkesempatan untuk lulus dari SD.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran
secara umun. Namun secara khusus PKR mempunyai prinsip-prinsip yang harus dikuasai
oleh guru PKR.  Prinsip itu adalah : 1) keserempakan kegiatan belajar-mengajar, 2) kadar
tinggi waktu keaktifan akademik (WKA), 3) Kontak psikologis guru dan murid yang
berkelanjutan, 4) pemanfaatan sumber secara efisien, dan 5) kebiasaan untuk mandiri.

B.  Saran
Setelah kita membahas pembelajaran kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep
melaksanakan pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang menuntut guru
melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Dengan diadakannya pembelajaran kelas rangkap
proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan kekurangan yang ada.
Daftar Pustaka

Djalil, A., 2004. Pembelajaran Kelas Rangkap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta : Universitas Terbuka.
http://chaerulhatami.blogspot.com/2013/04/materi-pembelajaran-kelas rangkap_7481l
http://ayietajima.blogspot.com/2013/11/gambaran-pkr-yang-ideal-dan-praktik_9.html

Anda mungkin juga menyukai