Anda di halaman 1dari 41

1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PROJECT BASED


LEARNING MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS VIII
SMP NEGERI 3 BOAWAE

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

MARIA ESTI LELIFANTI


NIM. 201806004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI NGADA
2022
2

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal oleh Maria Esti Lelifanti ini telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing untuk mengikuti ujian proposal skripsi.

Malanuza, maret 2022


Pembimbing I

Maria Yuliana Kua, SP.d., M.Pd


NIDN.0803029102

Pembimbing II

Ni Wayan Suparmi, M.Pd


NIDN.0810028501
3

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkatdan rahmat Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan proposal
penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Project Based
Learning Materi Sistem pernapasanmanusiapada Pembelajaran IPA Kelas VIII
SMP Negeri 3 Boawae tepat pada waktu yang ditentukan. Proposal penelitian ini
ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Citra Bakti Ngada.
Penyelesaian penulisan proposal penelitian ini bukan hanya kerja keras
penulis sendiri namun banyak pihak yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung peneliti dalam menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Wilfridus Muga, SE, M.Pd selaku Ketua Yayasan Pendidikan Citra
Masyarakat Mandiri yang telah banyak memberikan dukungan moral selama
menyelesaikan penulisan proposal penelitian dan juga yang telah
menyediakan berbagai sarana prasaran selama peneliti menempuh pendidikan
di STKIP Citra Bakti Ngada
2. Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd, selaku ketua STKIP Citra Bakti, yang telah
memberikan bantuan secara moral dan memfasilitasi berbagai kepentingan
studi, selama penulis menempuh perkuliahan di STKIP Citra Bakti
3. Ibu Maria Yuliana Kua, SP.d,, M.Pd selaku koordinator program studi
pendidikan IPA sekaligus pembimbing I yang dengan tulus dan sabar dalam
membimbing, mengarahkan, memotivasi penulis dan mem berikan masukan
sehingga proposal peneliti ini dapat terselesaikan
4. Ibu Ni Wayan Suparmi, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan banyak waktu dalam membimbing peneliti menyelesaikan
penulisan proposal ini
4

5. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungan spiritual maupun
material sekaligus yang memotivasi peneliti untuk tetap semangat
menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Sanak saudara yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak membantu selama perjalanan studi peneliti
7. Teman-teman angkatan 2018 khusunya teman-teman program tudi
Studipendidikan IPA yang selalu memberikan semangat serta dukungan
untuk menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini
Peneliti menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penyusunan
proposal ini baik dari segi isi maupun sistematika penulisannya. Untuk itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat peneliti harapkan demi
perbaikn proposal ini selanjutnya.
Semoga proposal penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malanuza, Maret 2022

Peneliti
5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian........................................................................ 1
1.2Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
1.4 Spesifikasi Produk................................................................................... 7
1.5 Asumsi dan keterbatasan Pengembangan............................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1Kajian Teori............................................................................................. 8
2.2Kajian Hasil Penelitian yang Relavan...................................................... 17
2.3Kerangka Berpikir.................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian dan Model Penelitian.................................................... 21
3.2 Prosedur Pengembangan......................................................................... 21
3.3 Uji Coba Produk...................................................................................... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen............................................. 26
3.5Metode Analisis Data............................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memanusiakan manusia agar lebih
manusiawi. Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaannya (Hasbullah :2012). Dengan demikian
bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya tetap
terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2017) pendidikan itu sendiri berasal dari kata didik kemudian kata ini
mendapat imbuhan me- sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran.
Selanjutnya menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan
negara. Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik,
mengajar, dan melatih (Mulyasana, 2011). Oleh karena itu guru dituntut untuk
dapat menyiapkan lingkungan belajar dan proses pembelajaranyang bisa
menjawab kebutuhan siswa disekolah.
Proses pembelajaran merupakan serangkaian peroses kegiatan pendidikan
formal disekolah untuk sejumlah bidang ilmu salah satunya adalah ilmu
pengetahuan alam (IPA). Pada hakikatnya IPA terdiri atas tiga komponen dasar
yakni produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA juga dipandang sebagai
proses, produk dan prosedur. Trianto (2010) menyatakan bahwa IPA, sebagai
proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan tentang alam
maupun pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan
2

untuk penyebaran atau desiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan


adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk memenuhi sesuatu (riset pada
umumnya) yang lazim disebut model ilmiah (scientific method). Sulistyorini
(2007) menyatakan bahwa pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan siswa
secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan
pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman
yang dibutuhkan.
Sapriati (2008) pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang bertujuan
agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta
memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri
dan alam sekitar. Filosofi mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam berdasarkan observasi. Dengan demikian IPA merupakan hasil
dari observasi atau eksperimen terhadap sesuatu. Pendidikan IPA diharapakan
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dikehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Sementara itu, Devito et al (2011) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran dengan mengaitkan lingkungan kehidupan belajar siswa sangat
diperlukan untuk membangun rasa ingin tahu siswa dengan segala sesuatu yang
ada di lingkungannya dan menimbulkan kesadaran tentang perlunya belajar IPA
menjadi sangat diperlukan (Samatowa, 2011). Oleh karena itu upaya yang
dilakukan bukan hanya sekedar mempelajari IPA atau sains itu sendiri secara
teoritis namun juga lebih pada aplikasi dan kebermaknaan mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan fenomena nyata. Berdasarkan pengertian dari berbagai
pakar ilmu maka IPA atau sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses,
3

produk, dan prosedur dalam mempelajari fenomen-fenomena alam yang erat


kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Proses mentransfer pengetahuan kepada siswa tidak terlepas dari adanya
penggunaan sumber belajar sebagai alat pendukumg dalam kegiatan
pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas dipengaruhi oleh
beberapa komponen salah satunya sumber belajar yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau materi sehingga menjadi lebih jelas dan tujuan
pembelajaran bisa tecapai dengan efektif dan efisien (Nurita, 2018). Penting bagi
guru untuk mampu memadukan dan menyesuaikan strategi, model, media, serta
sumber belajar yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran IPA yang sesuai
dengan keadaan siswa.Budianingsih (2011) dalam penelitiannya mengembangkan
media KIT sebagai sumber belajar yang didasarkan pada karakteristik siswa
menyatakan bahwa KIT yang efektif dapat meningkatkan daya tarik serta
keaktifan siswa dengan presentase sebesar 83,4%. Oleh karena itu sumber belajar
dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran agar siswa bisa
lebih cepat memahami materi.
Menurut kemdikbud (2013) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik secara tertulis maupun tidak tertulis sehingga bisa
menciptakan suasana belajar. Dalam hal ini bahan ajar yang akan dihasilkan dapat
digunakan sebagai salah satu sumber belajar baik bagi guru maupun siswa
sendiri. Penggunaan bahan ajar oleh guru berfungsi untuk mengarahkan semua
aktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus sebagai substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa, sedangkan untuk siswa sendiri bahan ajar
berfungsi sebagai panduan dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang harus dipelajari (Agustina, 2018). Pada pembelajaran IPA,
bahan ajar dapat digunakan untuk menyajikan konsep-konsep IPA di lingkungan
sekitar siswa agar kajian materi disesuaikan dengan lingkungan belajar dan mudah
dimengerti siswa (Yuliati 2013). Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran
menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif karena semua komponen akan
terlibat aktif. Oleh karena itu guru harus mampu memilih bahan ajar yang bisa
4

membuat siswa termotivasi dalam belajar serta mampu meningkatkan hasil


belajar siswa.
Proses pelaksanan pembelajaran IPA tidak terlepas dari berbagai masalah
yang membuat pembelajaran IPA menjadi kurang efektif. Merujuk pada proses
pelaksanaan pembelajaran IPA yang didasarkan pada hasil observasi Di SMP
Negeri 3 Boawae, diperoleh informasi bahwa guru menggunakan bahan ajar
berupa buku teks, namun bahan ajar yang dibuat oleh guru hanya berupa materi
ajar serta latihan soal, sehingga siswa kurang bersemangat dan tidak aktif,
sehingga siswa terkesan pasif saat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran IPA
pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berbasis alam, siswa akan lebih
banyak belajar dari alam karena itu diperlukan bahan ajar yang bisa memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung, sehingga siswa tidak hanya
duduk mendengarkan penjelasan guru, tetapi siswa juga diberi kesempatan untuk
melibatkan diri dalam menginvestigasi pemecahan masalah, serta diberikan
kesempatan untuk menggali pengetahuan dari alam misalnya melalui eksperimen
yang kemudian siswa akan menghasilkan produk nyata.
Solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah
perlu dikembangkan sebuah bahan ajar yang bisa membuat pembelajaran IPA
menjadi lebih menyenangkan serta bisa bekerja mandiri untuk membangun belajar
mereka sendiri, dan meningkat dengan hasil produk nyata. Selain itu juga perlu
dikembangkan bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan permasalahan, serta bisa membuat siswa belajar bagai mana
bekerja sama, tanggung jawab, dan kompak. Salah satunya adalah pengembangan
bahan ajar berbasis project based learning( PjBL).Hal ini dikarenakan bahan ajar
berbasis project based learning (PjBL) ini dapat membuat siswa termotivasi
dalam kegiatan pembelajaran yang di laksanakan (Norma, 2015). Menurut
Hanafiah dan Suhana (2009) model pembelajaran Project Based Learning adalah
pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja
mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya ke dalam produk nyata.
Sedangkan menurut Trianto (2014) Project Based Learning adalah sebuah model
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan pada belajar kontekstual melalui
5

kegiatan-kegiatan yang kompleks. Menurut Wena (2014) model pembelajaran


Project Based adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan serta permasalahan yang sangat menantang dan
menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta
didik untuk bekerja secara mandiri. Pembelajaran berbasis proyek (project based
learning) adalah suatu model pembelajaran inovatif, yang menekan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks ( CORD, 2007).
Pelaksanaan PJBL menggunakan proyek sebagai model pembelajaran. PJBL
dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan siswa
dalam melakukan infestigasi dan memahaminya. Implementasi PBL berpotensi
untuk membuat pengalaman belajar siswa yang menarik dan bermakna (Gaer,
1998). Pembelajaran IPA dengan menerapkan project based learningpada
hakikatnya dapat memperlancar stimulus dan memperkuat respons siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang berlangsung akan menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada pengembangan bahan ajar
berbasis Project Based Learningmateri sistem pernapasan manusia. Bahan ajar
IPA pada materi sitem pernapasan manusia berbasis (PjBL) yang terintegrasi
dengan model pembelajaran Project Based Learningdan mengikuti langkah-
langkahsintak pada pembelajaran proyek. Peserta didik diharapkan memiliki
kesempatan untuk melakukan peroses pembelajaran secara kontekstual, baik
individu, maupun kelompok, yang harapannya peserta didik dapat sepenuhnya
terlibat dalam hal perencanaan,pelaksanaan, penemuan fakta, pengumpulan data,
dan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran(Sumarni,2015)
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mencoba melakukan
penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Project Based
Learning Materi sistem pernapasan manusia pada pembelajaran IPA kelas VIII
SMP Negeri 3 Boawae.
6

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkanuraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana kevalidan bahan ajar berbasis PjBL (Project Based
Learning)pada pembelajaran IPA materi sistem pernapasan manusia?
2. Bagaimana kepraktisan bahan ajar berbasis project based learningmateri
Sistem pernapasan manusia untuk siswa SMP kelas VIII?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui kevalidan bahan ajar berbasis PjBL(Project Based
Learning)saat diterapkan dalam pembelajaran IPA materi pokok sistem
pernapasan manusia
2. Untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar berbasis PjBL(Project Based
Learning) saat diterapkan dalam pembelajaran IPA materi pokok sistem
pernapasan manusia
1.4 Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan
ajar berbasis project based learning materi sistem pernapasan manusia pada
pembelajaran IPA SMP kelas VIII.Bahan ajar yang dikembangkan ini memiliki
beberapa keunggulan yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang dihasilkan memuat KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran
serta materi ajar yang dikembangkan berbasis project based learning
2. Bahan ajar yang dikembangkan berisi cover bahan ajar, bagian pendahuluan,
deskripsi bahan ajar, cara penggunaan bahan ajar, cakupan kompetensi yang
hendak dicapai, materi pelajaran, rangkuman, latihan soal. Materi
pelajarannya disesuaikan dengan langkah pembelajaran proyek yaitu:
1) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan penting yang artinya
pertanyaan yang dapat membuat siswa melakukan suatu aktivitas
2) Merencanakan proyek. Dalam perencanaan ini berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
7

penting, serta mengetahui alat dan bahan untuk membantu penyelesaian


proyek
3) Menyusun jadwal. Aktivitas pada tahap ini yaitu; membuat time line untuk
menyelesaikan proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membawa
siswa agar merencanakan penyelesaian proyek, membimbing siswa ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, meminta
siswa untuk membuat penjelasan tentang pemilihan cara
4) Mengukur ketercapian peserta didik
5) mengevaluasi
3. Bahan ajar dicetak menggunakan kertas B5
1.5 Asumsi dan keterbatasan Pengembangan
Asumsi dalam penelitian ini akan menghasilkan produk berupa bahan ajar
berbasis project based learning, yang akan diuji validitas dan kepraktisan. Uji
validitas bertujuan untuk mengetahui bahan ajar berbasis project based
learning yang dihasilkan valid atau tidak ketika digunakan dalam
pembelajaran IPA. Uji kepraktisan dimaksudkan untuk mengetahui praktis
atau tidak bahan ajar yang dihasilkan ketika digunakan dalam mempelajari
materi IPA.
Sedangkan untuk keterbatasan pengembangan bahan ajar ini terdiri atas 2 yakni :
1. Bahan ajar yang dikembangkan hanya pada mata pelajaran IPA SMP kelas
VIII semester 2yakni pada materi sistem pernapasan manusia
2. Bahan ajar yang dihasilkan nantinya hanya dapat digunakan oleh siswa
SMP kelas VIII

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pembelajaran IPA
2.1.1.1 Hakikat pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sering disebut dengan sains. Sains yang
awalnya berasal dari bahasa inggris ’’scienta’’yang berarti saya tahu ”science”
terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu
pengetahuan alam). Pembelajaran IPA, harus disesuaikan dengan kebijakan yang
berlaku sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Permendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran IPA berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) menjadi salah satu mata pelajaran yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi masalah dalam dunia
nyata. Secara umum mata pelajaran IPA mencakup tiga bidang penting, yakni
bidang fisika, bidang kimia, dan bidang biologi. Semenjak diberlakunya
kurikulum 2013 pembelajaran IPA tidak lagi dibelajarkan secara terpisah antara
satu dengan yang lainya melainkan dibelajarkan secara terpadu (integrative
science) untuk ketiga bidang. Rahayu, dkk (2012)menjelaskan pembelajaran
mengenai IPA terpadu yang merupakan model pembelajaran IPA yang mengemas
IPA secara utuh meliputi biologi, fisika, kimia yang dalam pembelajaranya suatu
tema dibahas dari sudut pandang atau kajian baik biologi, fisika, kimia sehingga
siswa bisa mempelajari IPA secara keseluruhan dari satu tema. Selain itu, IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta isinya dan peristiwa
alam yang terjadi berdasarkan proses ilmiah sehingga membentuk suatu perspektif
baru (Astari, 2018).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA terpadu yang
terdari dari tiga bidang yakni fisika, kimia, dan biologi merupakan mata pelajaran
yang dalam pelaksanaannya akan diajarkan secara terpadu dengan tetap
memperhatikan pemahaman siswa mengenai materi yang diterima.
9

Menurut Depdiknas (2006), melalui pembelajaran IPA terpadu siswa bisa


memperoleh pengalaman seacara langsung. Sehingga bisa menerapkan konsep
yang telah dipelajarinya. Pembelajaran dengan menerapkan konsep kehidupan
sehari-hari akan lebih bermakna apa bilah disampaikan dalam susana
pembelajaran yang menyenangkan dan siswa juga diberikan kesempatan lebih
banyak untuk terlibat aktif dalam menemukan konsep dari kejadian nyata yang
dialaminya.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA
dengan benar dan bisa menjawab persoalan-persoalan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.Permendikbud 2016 menjelaskan bahwa tujuan
pembelajaran IPA adalah menekankan pada pemahaman tentang lingkungan dan
alam sekitar beserta kekayaan yang dimiliki yang harus dilestarikan dan dijaga
dalam perspektif biologi, fisika, dan kimia.
Depdiknas 2009 pembelajaran IPA terpadu mempunyai beberapa tujuan antara
lain:
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Anak yang berusia 4-7 tahun masih dalam masa peralihan dari tingkat
berpikir operasional konkrit ke berpikir abstrak dan masih memandang dunia
sekitar secara holistis. Penyajian pembelajaran secara terpisah memungkinkan
adanya tumpang tindih dan pengulangan sehingga kurang efektif dan efisien
serta membosankan bagi siswa.
2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajarn IPA terpadu dapat mempermudah siswa untuk mengenal,
menerima, menyerap, dan memahami hubungan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lain yang termuat dalam tema. Siswa akan terbiasa
berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistematik dan analitik.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat tercapai sekaligus
Pembelajaran IPA dapat menghemat waktu, tenaga, sarana biaya karena
beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus dalam pembelajaran.
10

Trianto (2011) dalam satu pokok bahasan atau tema didasarkan atas
pemaduan sejumlah KD, KI, yang saling berkaitan.
2.1.1.3 Karakteristik Pembelajaran IPA
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 Mata pelajaran IPA berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri serta alam sekitarnya sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Trianto (2011) menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah, yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun dari tiga komponen penting berupa konsep,
prinsip, dan teori. Yang berlaku secara umum.
Menurut Trianto (2008) pembelajaran IPA terpadu merupakan suatu proses yang
mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
1. Aktif
Pembelajaran IPA terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung.
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik
secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar
yang optimal. Dengan demikian pembelajaran IPA terpadu bukan hanya
merancang aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.
2. Holistik
Suatu gejala atau venomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran IPA
terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus. Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami sesuatu dari berbagai aspek dan
akan membuat siswa aktif dalam menghadapi masalah yang dekat dengan mereka.
3. Bermakna
Suatu venomena yang dikaji dari berbagai aspek dapat membentuk hubungan
antar konsep yang saling berkaitan sehingga berdampak pada kebermaknaan
11

materi yang dipelajari dan akan menciptakan pembelajaran yang fungsional untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Menurut permendiknas (2006) ruang lingkup mata pelajaran IPA
meliputi aspek-aspek berikut; makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta.
Tabel 2.1 materi IPA kelas VII
No Materi Semester I Materi Semester II
1 Objek IPA dan Sistem organisasi kehidupan makhluk
pengamatannya hidup
2 Klasifikasi makhluk hidup Intraksi makhluk hidup dengan
lingkungan
3 Klasifikasi materi dan Pencemaran lingkungan
perububahannya
4 Suhu dan perubahanya Pemanasan global
5 Kalor dan perpindahannya Lapisan bumi
6 Energi dalam sitem Sistem tata surya
kehidupan
Sumber: Kurikulum 2013
Tabel 2.2 materi IPA kelas VIII
No Materi Semester I Materi Semester II
1 Gerak benda dan makhluk Tekanan zat dan penerapannya dalam
hidup di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari
2 Usaha dan pesawat sederhana Sistem pernapasan manusia
dalam kehidupan sehari-hari
3 Struktur dan fungsi tumbuhan Sistem ekresi manusia
4 Sistem pencernaan manusia Getaran, gelombang dan bunyi dalam
kehidupan sehari-hari
5 Zat aditif dan adiktif Cahaya dan alat optik
6 Sistem peredaran darah
12

manusia
Sumber: Kurikulum 2013

Tabel 2.3 Materi IPA Kelas IX


No Materi Semester I Materi Semester II
1 Sistem Reproduksi pada manusia Kemagnetan dan pemanfaatannya
dalam produk teknologi
2 Sistem reproduksi pada tumbuhan Bioteknologi pangan
3 Pewarisan sifat pada makhluk Partikel penyusun benda mati dan
hidup makhluk hidup
4 Listrik statis dalam kehidupan Tanah dan keberlangsungan
sehari-hari kehiduapn
5 Listrik dinamis dalam kehidupan Teknologi ramah lingkungan
sehari-hari
Sumber: kurikulum 2013
13

2.1.2 Bahan Ajar


2.1.2.1 Pengertian bahan ajar
Salah satu tugas pendidik adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk membuat pembelajaran
menjadi menyenangkan dan mengesampingkan ancaman selama proses
pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat proses pembelajaran menjadi
menyenagkan adalah dengan mengunakan bahan ajar yang menyenangkan pula,
yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik dan senang
mempelajari bahan ajar tersebut.
Menurut Prastowo (2014) bahan ajar pada dasarnya merupakan segala bahan
(baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis,yang
menmpilkn sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasi oleh peserta didik dan
digunakan dalam peroses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran
National Center For Vocational Education Research Ltd/National Center For
Competency Based Training dalam majid (2008) menyatakan bahan ajar ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar, mengajar dikelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Selanjutnya departemen pendidikan
nasional, (2008) mendefenisikan bahan ajar atau materi pembelajaran
14

(instructional materials)secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,


dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang dapat
membantu tercapainya tujuan kurikulumyang disusun secara sistematis dan utuh
dehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan serta memudahkan
peserta didik dan guru dalam peroses pembelajaran.
a. Tujuan dan manfaat penyusunan bahan ajar
Menurut departemen pendidikan nasional (2008) terdapat beberapa tujun
penyusunan bahan ajar. Pertama, menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik,
sekolah, dan daerah. Kedua, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif
bahan ajar. Ketiga, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) manfaat penulisan bahan ajar
dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan peserta didik.
Manfaat bahan ajar bagi guru yaitu:
1. Diperolah bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan peserta
didik.
2. Tidak lagi bergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Bahan ajar menjadi lebih kaya, karena dikembangkan dengan berbagai
referensi.
4. Menambah khazana pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar.
5. Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
antara guru dan peserta didik karena peserta didik merasa lebih percaya
kepada guru.
6. Diperoleh bahan ajar yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
7. Dapat diajuhkan sebagai karya yang dinilai mampu menambah angka kredit
untuk keperluan kenaikan pangkat.
8. Menambah penghasilan guru jika hasil karyanya diterbitkan
15

Selain itu bahan ajar juga bermanfaat bagi peserta didik. Pertama, kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik. Kedua, peserta didik lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru.
Ketiga, peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasi.
Pengembangan bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya
bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum 2013 yang
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan baik standar isi, standar proses, dan
standar kompetensi lulusan. Selain itu, karakteristik sasaran bahan ajar
disesuaikan dengan lingkungan, kemampuan, minat, dan latar belakang peserta
didik.
2.1.2.2 Jenis-jenis bahan ajar
Menurut Prastowo (2014), bahan ajar dibagi berdasarkan bentuk, cara
kerja, sifat, dan substansi (isi materi). Pertama, dari bentuknya, bahan ajar
dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1) Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,
yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian
informasi. Contoh: handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur,
leaflet,wall chart, foto/gambar, model atau maket.
2) Bahan ajar dengan(audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung dan dapat dimainkan atau
didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset, radio,
piringan hitam, compact disk audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu segala sesuatu yang
memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak.
Contoh: video, compact disk, dan film.
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu: kombinasi dari
dua atau lebih media ( audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang
oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan
suatu printah dan atau perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk
interaktif.
16

Kedua, berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi


lima macam, yaitu:
1) Bahan ajar yang tidak diproyeksi. Bahan ajar ini adalah bahan ajar yang tidak
memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksi isi didalamnya.
Sehingga, peserta didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat,
mengamati bahan ajar tersebut). Contoh: foto, diagram, display model dan
lain sebagainya.
2) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan adalah bahan
ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari
peserta didik. Contoh: slide, filmstrips, overhead, transparencies, (OHP), dan
proyeksi komputer.
3) Bahan ajar audio. Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang berupa sinyal
audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita
mesti memerlukan alat pemain (player) media perekam tersebut, seperti tape
compo, CD, VCD, multimedia player, dan sebagainya. Contoh: kaset, CD,
flash disk, dan sebagainya.
4) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang biasanya
berbentuk video, tape player,VCD, DVD, dan sebagainya. Karena bahan ajar
ini hampir sama dengan bahan ajar audio, jadi memerlukan media rekam.
Namun, perbedaanya bahan ajar ini ada pada gambarnya. Jadi, secara
bersamaan, dalam tampilan dapat diperoleh sebuah sajian gambar atau suara.
Contoh: video, film, dan lain sebagainya.
5) Bahan (media) komputer. Bahan ajar komputer adalah berbagai jenis bahan
ajar non cetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu
untuk belajar. Contoh: computer mediated instructio(CMI) dan computer
based multimedia.
Ketiga,jika dilihat dari sifatnya maka bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu:
1) Bahan ajar berbasis cetak. Contoh bahan ajar yang termasuk dalam kategori
bahan ajar ini adalah buku, pamflet, panduan belajar peserta didik, bahan
17

tutorial, buku kerja peserta didik, peta, charts foto, bahan dari majalah atau
koran, dan lain sebagainya.
2) Bahan ajar berbasis teknologi. Yang termasuk dalam kategori bahan ajar ini
adalah audio assete siaran radio, slide, filmstrip, film, video, siaran TV, video
interaktif, computer based tutorial,dan multimedia.
3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Contoh: lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama
untuk keperluan pendidikan jarak jauh). Contoh: telepon, handphone, video
conferencing, dan lain sebagainya.
Keempat, menurut substansi materi bahan ajar secara garis besar, bahan
ajar( instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pembelajaran dapat dibedakan
menjadi tiga jenis materi, yaitu materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.1.2.3 Karakteristik Perancangan Bahan Ajar
Departemen Pendidikan Nasional (2008) menyatakan ada lima
karakteristik bahan ajar yaitu self instructional, self contained, stand alone,
adaptif, dan user friendly. Pertama, self ininstruction(pembelajaran mandiri)
merupakan karakteristik penting dalam bahan ajar. Karakteristik tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak bergantung pada pihak
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, terdapat beberapa komponen
sebagai berikut:
1) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan menggambarkan pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.
3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran.
4) Terdapat soal-soal latiahan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk
mengukur penguasaan peserta didik.
18

5) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik
6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran
8) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan
mandiri (self assesment)
9) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasan materi
10) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan /refrensi yang mendukung
materi pembelajaran dimaksud.
Kedua, self contained (menyeluruh). Bahan ajar dikatakan self contained bila
seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam bahan ajar tersebut.
Tujuan dari konsep ini memberikan kesempatan kepada peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.
Ketiga, berdiri sendiri (stand alone) merupakan karakteristik bahan ajar yang
tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-
sama dengan bahan ajar/media lain. Keempat, adaptif hendaknya memeiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
Sebuah bahan ajar dikatakan adaptif jika bahan ajar tersebut dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan da\n teknlogi, serta
fleksibel/luwes digunakan diberbagai perangkat keras (hardware).Kelima, mudah
digunakan (user friendly) hendaknya setiap instruksi yang terdapat dalam bahan
ajar hendaknya sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang
umum digunakan.
2.1.2.4 Prinsip Penulisan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan salah satu media pembelajaran yang berfungsi sama
dengan pengajar atau pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu
dalam penulisan bahan ajar harus diperhatikan prinsip-prinsip penulisannya.
Menurut departemen pendidikan nasional (2008) prinsip penulisan bahan ajar
antara lain sebagai berikut.
1) Melampirkan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran
19

2) Memuat evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan


pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai.
3) Memperhatikan sistematika penulisan.

2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yang disingkat
dengan PjBL adalah sebuah pergeseran model pembelajaran dari pembelajaran
yang berpusat pada pendidik menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik yang dirancang secara sistematis serta terintegrasi dengan aktifitas peserta
didik secara nyata(Robinson, 2012). PjBL mengarahkan peserta didik untuk
merangsang, menyusun, dan melaksanakan proyek yang menghasilkan output
berupa produk, presentasi, ataupun publikasi. Pembelajaran berbasis proyek
terfokus pada pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam penyelidikan,
pemecahan masalah,dan kegiatan tugas berwarna lainnya. PjBLmemberikan
peserta didik kesempatan untuk bekerja secara mandiri dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri dan pada akhirnya dapat menghasilkan produk nyata
(Thomas, 2000).
2.1.3.2 Langkah-langkah pembelajaran PjBL
Langkah-langkah pembelajaran dalam PjBL sebagaimana yang dikembangkan
oleh condliffe(2016) antara lain sebagai berikut.
1. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan penting,
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan penting yaitu
pertanyaan yang dapat membuat peserta didik melakukan suatu aktivitas.
Pengambilan topik yang sesuai dengan realita dunia nyata dan relevan untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.
2. Merencanakan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta
didik. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan akttivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan
20

berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini digunakan untuk
mengontrol proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1) Membuat time line untuk menyelesaikan proyek
2) Membuat deadline penyelesaian proyek.
3) Membawa peserta didik agar merencanakan penyelesaian proyek.
4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek.
5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan tentang pemilihan cara.
4. Melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
proyek.
Pendidik bertanggung jawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta
didik pada setiap proses. Agar mempermudah peroses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Mengukur ketercapaian peserta didik
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
standar. Selain itu penilaian juga berperan untuk mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik. Penilaian juga berfungsi untuk memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu
pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini pesertadidik
diminta untuk mengungkapkan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relavan
21

Bahan ajar merupakan segala sesuatu yang di dalamnya memuat KI, KD,
indikator serta materi ajar yang akan dipelajari siswa untuk kemudian dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber belajar. Menurut Depdiknas (2006) bahan
ajar merupakan seperangkat yang disusun secara sitematis yang memungkin kan
siswa untuk belajar dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan
pengembangan bahan ajar berbasis PjBL diantaranya Yulianti (2014)
mengembangkan bahan ajar berupa LKS berbasis Project Based Learning untuk
meningkatkan kreatifitas sains dalam pembelajaran fisika. Namun, LKS yang
dikembangkan oleh Yulianti (2014) tidak dilengkapi latihan soal. Pada hal latihan
soal penting untuk mengevaluasi ketercapaian kreatifitas. Selain itu materi yang
dijabarkan juga sangat singkat dan hanya berupa printah dalam membuat proyek
sehingga memungkinkan peserta didik kurang memiliki gambaran pelaksanaan
proyek. Ditambah pula jadwal pelaksanaan proyek dalam LKS ini disediakan oleh
guru sehingga akan mengurangi aspek kemandirian dan kreatifitas siswa (Utami,
2017: kenanga, 2017). Oleh karena itu perlu adanya bahan ajar yang dilengkapi
petunjuk penggunaan, latihan soal evaluasi dan beberapa aspek lainnya yang
mendidik kemandirian dan kreatifitas.
Berdasarkan review terhadap penelitian terdahulu diatas, modul atau bahan
ajar yang berbasis pada PjBL disarankan memperhatikan aspek kemandirian,
kekereatifitasan, dan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Aspek tambahan lainnya
yang tidak kalah penting adalah mendidik peserta didik terampil dalam
berkomunikasi ( Sari, Satrijono, dan Sihono 2015).
Hasil-hasil penelitian yang relevan diatas menjadi acuan bagi peneliti
untuk mengembangkan bahan ajar berbasis project based learning. Perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
terletak pada produk akhir.
2.3 Kerangka Berpikir
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikaikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
22

terhadap lingkungan. Ditingkat SMP diharapkan ada penekanan pembelajaran


(sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana, Permendiknas ( Suryani, 2012).
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti Di SMP Negeri 3
Boawae diketahui bahwa keaktifan belajar peserta didik kurang. Selain itu bahan
ajar seperti modul, LKS, dan petunjuk praktikum yang menyesuaikan
karakteristik peserta didik belum dikembangkan sehingga hasil belajar belum
optimal. Oleh karena itu salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan
bahan ajar yang mampu mengoptimalkan keaktifan belajar peserta didik sehingga
hasil belajar meningkat. Bahan ajar yng dapat yang dapat diterapkan adalah bahan
ajar Berbasis Project Based Learning dimana peserta didik dapat aktif didalam
pembelajaran. Adapun kerangka berpikir penelitian dalam skema diagram alir,
dapat dilihat pada gambar berikut.

Permasalahan:
Guru memang telah membuat bahan ajar, namun bahan ajar
yang dibuat oleh guru hanya berupa materi ajar serta
latihan soal. Pada hal yang sebenarnya pembelajarn IPA
merupakan pembelajaran yang berbasis alam, siswa akan
lebih banyak belajar dari alam

Solusi
Pengembangan bahan ajar berbasis Project Based
Learning materi sistem pernapasan manusia pada
pembelajaran IPA

Dihasilkan
Bahan ajar yang layak digunakan dalam pembelajaran
IPA materi sitem pernapasan pada manusia, sehingga
23

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan siswa


dapat ikut aktif serta siswa mendapatkan kesempatan
untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan
proyek secara kolaboraif, dan pada akhirnya siswa bisa
menghasilkan produk yang dapat dipresentasikan kepada
orang lain

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Model Penelitian
Jenis penelitiam yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
pengembangan. Dan model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model pengembangan 4D yang mengikuti alur dari Thiagarajan, Semmel
Dan Semmel (1974). Tahapan model pengembangan 4D antara lain define
(pendefenisian), design (perancangan), defelop (pengembangan), dan disseminate
(penyebaran), akan tetapi pada penelitian ini sampai pada model pengembangan
24

3D yaitu define, design, dan defelop. Tahapdisseminate tidak dilaksanakan karena


keterbatasan waktu dan biaya.
3.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pengembangan.
penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan
sebuah produk. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar
berbasis project based learning materi sistem pernapasan manusiayang nantinya
bisa digunakan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.
Karakteristik bahan ajar yang dikembangkan ini adalah bahan ajar yang berbasis
project based learning materi sistem pernapasan manusia pada pembelajaran
IPA SMP kelas VIII.
3.1.2Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam pengembangan ini mengacu pada
model pengembangan 4D (Kristanti, 2017 yang dimodifikasikan). Model 4D ini
sering digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri
atas: 1) Define, 2) design, 4) disseminate. Dalam penelitian ini peneliti hanya
menggunakan tiga tahap, sedangkan tahap penyebaran (disseminate ) tidak
diterapkan karena terbatasnya waktu dan biaya serta penyesuaian dengan situasi
dan kondisi di tengah pandemi COVID-19. Sehingga pengembangan ini peneliti
hanya mengacu pada tiga tahap.

3.2 Prosedur Pengembangan


Prosedur pengembangan produk ini meliputi beberapa tahap yakni: (1) tahap
pendefenisian (define), (2) tahap perancangan (design), (3) tahap pengembangan
(develop)
1. Tahap pendefenisian (devine)
Tahap awal dalam model 3D adalah pendefinisian terkait syarat
pengembangan. pada tahap ini hal yang akan dilakukan adalah analisis kebutuhn.
Analisis kebutuhan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang ada di
lapangan untuk mendapatkan produk yang akan dikembangkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap pendefinisian atau define ini antara lain :
25

1) Tahap analisis siswa


Analisis siswa merupakan kegiatan mengidentifikasi bagaimana kebutuhan
siswa yang menjadi target produk yang akan dikembangkan.
2) Tahap analisis materi
Analisis materi ini bertujuan untuk mengetahui materi apa yang dipelajari dan
menjadi target atas produk yang akan dikembangkan.
2. Tahap perancangan (design)
Pada tahap ini produk yang mau dikembangkan akan dirancang terlebih
dahulu. Mulai dari menganalisis kesesuaian materi dengan KD, indikator dan
tujuan pembelajaran sampai dengan merancang produknya. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perancanagan ini adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan format bahan ajar
Kegiatan yang di lakukan pada tahap ini yaitu merancang pengembangan
bahan ajar yang meliputi ; layout cover, dan konten bahan ajar
2) Menyusun draft bahan ajar
Pembuatan bahan ajar ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
3)Mengumpulkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi
Dalam merancang bahan ajar ini peneliti memasukan gambar yang sesuai dengan
materi
4) Menyusun instrumen penilaian bahan ajar
Pada tahap desain, peneliti menyusun instrumen penilaian bahan ajar.
Instrumen ini berupa lembaran penilaian dan angket respon. Instrumen penilaian
akan diberikan kepada beberapa ahli baik materi, bahasa, desain, dan media untuk
mengetahui tingkat kevalidan dari produk yang dikembangkan. Sedangkan angket
respon akan diberikan kepada siswa dan salah satu guru IPA dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang dikembangkan.
3. Tahap pengembangan (defelop)
Tahap pengembangan merupakan tahap untuk menghasilkan sebuah produk
pengembangan akhir setelah melalui validasi, uji kepraktisan, dan revisi. Produk
yang dihasilkan akan divalidasi oleh Tim ahli (ahli materi, ahli bahasa, ahli
26

media, dan ahli desain pembelajaran). Berikut beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pada tahap perancangan ini:
1)Tahap validasi produk oleh Tim ahli ( ahli materi, ahli bahasa, ahli media,
dan ahli desain pembelajaran).
2) Tahap uji coba terbatas
3.3 Uji Coba Produk
3.3.1 Desain Uji Coba
Desain uji coba penting dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang
dihasilkan. Sebelum diuji cobakan bahan ajar yang dibuat terlebih dahulu
divalidasikan oleh validator. Terdapat empat validator yakni ahli materi yang
menilai kelengkapan isi bahan ajar, ahli media, yang menilai media berupa bahan
ajar, ahli bahasa yang menilai penggunaan bahasa, ahli desain untuk menilai
kelayakan desain pengembangan bahan ajar. Hasil dari penilaian produk
kemudian akan dilakukan revisi tahap I.
Selain dinilai oleh validator, bahan ajar juga akan dinilai oleh guru mata
pelajran IPA, untuk kemudian dilakukan revisi tahap 2. setelah itu, bahan ajar
diujicobakan kepada siswa dan siswa juga diberikan angket penilaian untuk
melihat sejauh mana kepraktisan penggunaan bahan ajar yang Berbasis Project
Based Learning tersebut dalam pembelajaran IPA untuk siswa SMP kelas VIII

3.3.2 Subjek UJi Coba


Yang menjadi subjek uji coba dalam penelitian ini adalah guru dan siswa SMP
kelas VIII di SMP Negeri 3 Boawae.
3.3.3 Jenis Data
Jenis data yang akan diperoleh dari ini yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil validasi oleh
validator serta hasil uji coba. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari kritik,
saran , serta masukan mengenai bahan ajar.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
27

Berikut ada beberapa metode yang dig¥unakan untuk mengumpulkan data


dalam penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
dialog antara peneliti dengan nara sumber. Pewawancara adalah peneliti
itu sendiri sedangkan nara sumber adalah guru IPA.
2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyajikan sejumlah
pernyataan kepada responden lalu akan dijawab pada kolom rentangan
skala, untuk mengetahui respon guru dan siswa mengenai bahan ajar yang
digunakan.
3.4.2 instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sehingga
dapat menghasilkan data berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari instrumen penelitian yang meliputi: (1) lembar
validasi; (2) angket respon guru dan siswa. Data kualitatif diperoleh dari hasil
analisis saran, masukan, dan respon siswa dan guru.
1. Lembar Validasi
Uji validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menguji tingkat
kevalidan dari suatu produk yang dikembangkan. Berkaitan dengan penelitin ini,
ada empat validator yang akan memvalidasi produk yang akan dihasilkan.
a. Validator yang pertama adalah ahli materi yang nantinya akan memvalidasi
materi dalam produk berupa bahan ajar berbasis project based learning.
Tabel 3.1 tabel instrumen lembar validasi bahan ajar untuk ahli materi.
No Indikator Rentangan skla
1 2 3 4
1 Kesesuaian materi dengan kompetensi
dasar dan kompetensi inti
2 Materi yang disajikan di dalam bahan ajar
mudah untuk dipahami
28

3 Materi yang disajikan sesuai dengan


tingkat pemahaman siswa SMP kelas VIII
4 Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran
5 Keakuratan materi yang disajikan

6 Kesesuaian isi dengan kurikulum yang


berlaku di SMP
7 Kesesuaian bahasa dengan tingkat
pemahaman siswa SMP
8 Penggunaan kalimat yang lugas

9 Ketepatan penggunaan tata bahasa

10 Ketepatan penggunaan ejaan

11 Kesesuaian konsep-konsep dalam materi


dengan pembelajaran project based
learning
12 Adanya hubungan isi bahan ajar dengan
project based learning
13 Kesesuaian materi dengan project based
learning
14 Kesesuaian langkah-langkah project based
learning dengan materi pembelajaran
15 Kejelasan langkah-langkah dalam project
based learning
Sumber: BSNP yang telah dimodifikasi

b. Validator kedua adalahahli bahasa indonesia yang nantinya¥ akan


memvalidasi produk bahan ajar berbasis project based learning.
Tabel 3.2 tabel instrumen lembar validasi bahan ajar untuk ahli bahasa
No Indikator Rentangan
29

Sekala
1 2 3 4
A. Aspek konsisten¥si
1 Ketepatan penggunaan bahasa dalam bahan ajar
2 Penggunaan bahasa dan istilah yang konsisten
3 Penggunaan bentuk dan huruf yang konsisten

B. Aspek Penggunaan bahasa


4 Penggunaan bahasa yang baik dan benar
5 Penggunaan bahasa yang mudah di pahami
6 Penggunaan bahasa dan istilah asing
7 Penggunaan tata tulis bahasa asing (italic)
8 Penggunaan struktur kalimat yang jelas dan
tepat
9 Penggunaan kalimat yang mudah dipahami
10 Runtutan kalimat yang mudah dipahami
Sumber:BSNP yang telah dimodifikasi

c. Validator ketiga yaitu ahli media yang akan memvalidasi produk bahan ajar
project based learning.
Tabel 3.3 tabel instrumen lembar validasi bahan ajar untuk ahli media
No Indikator Rentangan skala

A. Aspek konstruksi 1 2 3 4

1 Kesesuaian gambar dengan materi

2 Mempunyai manfaat dan identitas

B Aspek teknis
30

3 Kemenarikan sampul

4 Komposisi dan ukuran tata letak

5 Komposisi teks dan gambar

6 Konsistensi tata letak

7 Pemilihan jenis huruf

8 Pemilihan background

9 Bentuk serta ukuran huruf yang berfariasi agar


tidak membosankan
10 Pengaturan jarak dan ukuran huruf

11 Tampilan warna

12 Komposisi gambar grafik, dan bagan

13 Kualitas bahan ajar

14 Kerapihan desain bahan ajar

15 Kemenarikan desain bahan ajar

Sumber: BSNP yang telah dimodifikasi


d. Validator yang keempat adalah ahli desain pembelajaran yang akan
memvalidasi bahan ajar berbasis project based learning.
Tabel 3.4 instrumen lembar validasi bahan ajar untuk ahli desain pembelajaran
No Indikator Rentangan skala
1 2 3 4
1 Kelengkapan semua komponen desain
pembelajaran (judul, kompetensi dasar,
kompetensi inti dan indikator)
2 Keserasian penyajian ilustrasi yang sesuai dengan
materi
3 Kesesuaian materi serta contoh soal dengan tingkat
perkembangan belajar siswa SMP
31

4 Kesesuaian materi dengan pembelajaran berbasis


project based learning
5 Kenampakan bahan ajar berbasis project based
leaning
6 Kesesuaian pemilihan gambar dengan materi
7 Kejelasan pengetikan isi bahan ajar
8 Kejelasan panduan bahan ajar untuk siswa
9 Kemudahan penggunaan bahan ajar
10 Keseuaian isi bahan ajar dengan materi sistem
pernapasan manusia
Sumber: BSNP yang telah dimodifikasi
2. Angket respon guru dan siswa
Angket merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menyajikan beberapa pernyataan berkaitan dengan produk yang
dikembangkan yang harus dijawab oleh responden. Dalam hal ini adalah guru dan
siswa. Dalam penelitian ini akan ada angket respon guru dan siswa terhadap bahan
ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Tujuan dari angket ini adalah
untuk mengetahui kpraktisan penggunaan bahan ajar berbasis project based
learningmateri sistem pernapasan manusia dalam pembelajaran IPA.
Tabel 3.5 tabel angket respon siswa dan guru
No Indikator Rentangan Skala
1 2 3 4
1. Kemenarikan cover depan
2. Judulnya menarik dan mudah dibaca
3. Penggunaan jenis huruf agar bisa dibaca
4. Kemenarikan tampilan bahan ajar secara
keseluruhan
5. Ukuran huruf yang mudah dibaca
6. Kemenariakn warna teks,warna tampilan bahan
ajar, dan gambar
32

7. Kejelasan isi materi,soal, serta petunjuk


8. Kejelasan pemberian contoh
9. Pemilihan gambar sehingga mudah memahami
materi
10. Kemenarikan gambar
11. Keserasian gambar dalam contoh
12. Kejelasan pemberian petunjuk dan langkah-
langkah
13. Kemudahan penggunaan bahan ajar berbasis
project based learning
14. Penyajian bahan ajar berbasis project based
learning dapat meningkatkan kemandirian
belajar
Sumber:BSNP yang telah dimodifikasi

Tabel 3.6 Tabel angket respon guru


No Indikator Rentangan Skala
1 2 3 4
1. Judul menarik dan mudah dibaca
2. Pemilihan jenis huruf mudah dibaca
3. Kemenarikan tampilan bahan ajar
4. Penggunaan warna teks, gambar, serta warna
tampilan bahan ajar
5. Kejelasan pemberian petunjuk dan langkah-
langkah
6. Kejelasan bahan ajar seacar keseluruhan
7. Kemudahan penggunaan bahan ajar bebasis
project based learning
33

8. Keserasian materi dan pembelajaran berbasis


project based learning
9. Adanya hubungan materi dengan pembelajaran
berbasis project
10. Kesesuaian isi bahan ajar dengan materi
11. Kejelasan soal-soal yang dikerjakan siswa
12. Kelengkapan bahan ajar
13. Kelengkapan komponen desain pembelajaran,
(judul, kompetensi inti, kompetensi dasar, serta
indikator).
Sumber: BSNP yang telah dimodifikasi

1.5 Metode Analisis Data


Ada dua metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Analisis data hasil validasi
2. Analisis data hasil uji coba
3.5.1 Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari kritik, saran, dan
komentar yang diberikan oleh masing-masing validator mengenai prodak yang
dikembangkan, angket respon guru dan siswa dalam bentuk deskriptif.
3.5.2 Data Kuantitatif
1. teknik analisis data hasil validasi
Lembar validasi dianalisis menggunakan teknik analisis nilai rata-rata dengan
skala yang telah ditentukan oleh peneliti. Analisis hasil uji coba validitas bahan
ajar yang dikembangkan dilakukan beberapa langkah, dengan empat skala, yaitu:
skala 1 tidak valid, skala 2 kurang valid, skala 3 valid, skala 4 sangat valid dalam
memberikan nilai presentase dengan rumus:
Tingkat kevalidan=jumlah rata-rata tiap validator
Banyaknya validator

Tabel 3.7 kriteria penilaian hasil uji kevalidan


34

No Interval Kriteria
1 2,7-3,6 Valid
2 1,8-2,7 Kurang valid
3 0,9-1,8 Tidak valid
4 3,6-4,5 Sangat valid
Sumber Rinduwan (2012) yang dimodifikasi
Berdasarkan tabel 3.7 bahan ajar berbasis project based learning dikatakan
valid pada interval 2,7-3,6.
2.Teknik Analisis Data Hasil Uji Coba
Tahap analisis data hasil uji coba dilakukan hanya untuk menguji kepraktisan
dari produk yang telah dihasilkan. Data yang digunakan untuk menilai
kepraktisan bahan ajar ini berupa data kuantitaif dengan 4 skala: Skala 1 tidak
praktis, skala 2: kurang praktis, skala 3:praktis, skala 4: sangat praktis.
Tabel 3.8 kriteria penilaian uji coba kepraktisan
No Interval Kriteria
1 2,7-3,6 Valid
2 1,8-2,7 Kurang valid
3 0,9-1,8 Tidak valid
4 3,6-4,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel 3.8 bahan ajar berbasis project based learning dikatakan praktis
pada 2,7-3,6 dengan kriteria praktis.

DAFTAR PUSTAKA
35

Erdem, E. 2012. Examination of the Effect of Project Based Learning Approach


on Students’ Attitudes Towards chemistry and Test Anxiety. World
Applied Sciences journal. 17 (6): 764-769.

Hasbullah, 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (edisi revisi).Jakarata: PT.Raja


Grafindo Persada.

Jamilah, R. 2017. Pengembangan bahan ajar teks ulasan berbasis proyek pada
siswa kelas VII SMP Negeri 2 bululawang. NOSI 5 (3 ): 395-414.

Majid, A. 2008. Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Martin, P. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Science Entherpreneurship Berbasis


Hasil Penelitian Untuk Mendukung Program Kreatifitas Mahasiswa. Jurnal
Penelitian Pendidikan. 2 (29): 101-108.

Prastowo, A.2014. Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:DIVA Press.

Pujayanto.P.,Arlitasari, O & Budiharti, R (2013). Pengembangan bahan ajar IPA


terpadu berbasis salingtemas dengan tema biomassa sumber energy
alternative terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika, I (I), 81-89.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana.

Sudarya, Y. 2008. Pengembangan Project-Based Learning Dalam Mata Kuliah


Evaluasi Pembelajaran di PGSD Bumi Siliwangi UPI. Jurnal Pendidikan
Dasar. 2 (10): 1-4.
36

Sumarni, W. 2015. The Strengths And Weaknesses of the implementation of


Project Based Learning: A review. International Journal of Science and
Research. 4(3): 478-484.

Supriadi. 2015. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Peroses Pembelajaran.


Lantanida Journal. 3(2): 128-139.

Thiagarajan, Semmel, & Semmel. 1974. Instructional Development For Training


29 Bloommington: Indiana University.
Teachers Of Exceptional Children.

Widyantini, T. 2014. Artikel: penerapan model Project Based Learning (model


pembelajaran berbasis proyek) dalam materi pola bilangan kelas VII.
Yogyakarta:P4TK Matematika.

Anda mungkin juga menyukai