Anda di halaman 1dari 85

1

PENGEMBANGAN MEDIA BOLA ANGKA BERWARNA UNTUK


ASPEK KOGNITIF KECERDASAN LOGIS MATEMATIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TKK NEGERI RADHA
KECAMATAN BAJAWA KABUPATEN NGADA

SKRIPSI

OLEH
FRANSISKA TEA
NIM. 201703031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI NGADA
2021
2
3

PENGEMBANGAN MEDIA BOLA ANGKA BERWARNA UNTUK


ASPEK KOGNITIF KECERDASAN LOGIS MATEMATIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TKK NEGERI RADHA
KECAMATAN BAJAWA KABUPATEN NGADA

SKRIPSI

Di ajukan Kepada
STKIP CITRA BAKTI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PG-PAUD

FRANSISKA TEA
NIM. 201703031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
CITRA BAKTI NGADA
2021
4

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Fransiska Tea telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
untuk mengikuti ujian Skripsi.

Malanuza, …… 2021
Pembimbing 1

Marsianus Meka, M. Pd
NIDN 0830068203

Pembimbing 2

Elisabeth Tantiana Ngura, M.Pd


NIDN 0812019201
5

LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Floriana Toyo telah berhasil dipertahankan didepan penguji dan
dinyatakan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Program STUDI PG-PAUD Citra Bakti.
Disetujui pada tanggal...................................................................
Oleh
Tim Penguji
Ketua Penguji (Koordinator Prodi)
Elisabeth Tantiana Ngura, M.Pd
....................................................... NIDN: 0812019201
Penguji Utama
Dr. Dek Ngurah Laba Laksana, M.Pd
........................................................ NIDN: 0831108501
Anggota Penguji I
Marsianus Meka, S. Pd., M.Pd
....................................................... NIDN: 0830068203
Anggota Penguji II
Elisabeth Tantiana Ngura, M.Pd
....................................................... NIDN: 0812019201

Mengetahui Ketua STKIP Citra Bakti

Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd


NIDK. 8837030016

LEMBAR PERNYATAAN
6

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang susun sebagai


syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dari STKIP Citra Bakti
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Bagian-bagian tertentu dalam
penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas dan sesuai dengan norma kaidah, serta etika akademis.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan
hasil karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku diwilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Malanuza, 2021
Yang Memberi Pernyataan

Fransiska Tea
201703031

PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
tanda terima kasih, skripsi ini penulis persembahkan dengan tulus kepada:
7

1. Sang pencipta yang selalu melindungi penulis dalam suka dan duka.
2. Yang tercinta para leluhurku yang selalu penulis panjatkan doa dan
permohonan dalam melancarkan proses studi selama 4 tahun dan
menyertai penulis dalam melaksanakan tugas akhir ini.
3. Yang tercinta Bapak Yoseph Leu dan Mama Magdalena Muza yang selalu
mendukung dengan doa dan membiayai penulis dalam studi ini yang
menjadi kekuatan dan tumpuan penulis.
4. Yang tercinta kakak Elisabeth Nay, kakak Maria Anjelina Oje dan adik
Anastasia Leku yang selalu mendukung, mendukung, memotivasi, dan
mendoakan perjalanan studi dan tugas akhir penulis.
5. Yang tercinta kakak Hermanus Dhey yang selalu mendukung dan
memotivasi penulis dalam perjalanan studi.
6. Semua dosen dan pegawai-pegawai di STKIP Citra Bakti, yang selalu
mendoakan dan setia membantu dalam situasi sulit selama masa studi
hingga tugas akhir.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan dan tersayang In Coo, Bince Ito Tina,
Melita Uko, Oryn toyo, Asni ene, Fera Ninu, Nestin Fono,Ita Ago, Riska
Elsa Meo yang setia membantu dalam situasi sulit selama masa studi
hingga tugas akhir.
Semoga semua bantuan yang telah mereka taburkan dalam perjalanan studi
penulis, terhargakan dengan sepantasnya oleh Tuhan yang Maha Esa.
8

MOTTO

“DIMANA ADA TEKAD DAN KEMAUAN DISITU ADA JALAN


KELUARNYA”

PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan perlindungan-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “ Pengembangan
9

Media Bola Angka Berwarna Untuk Aspek Kognitif Kecerdasan Logis


Matematis Anak Usia 5-6 Tahun Di TKK Negeri Radha Kecamatan Bajawa
Kabupaten Ngada” ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan studi di STKIP CITRA BAKTI program studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD). Kerja keras bukanlah satu-satunya
jaminan terselesainya skripsi ini, tetapi dengan uluran tangan dari berbagai pihak,
baik secara material maupun nonmaterial, telah menjadi energi tersendiri,
sehingga skripsi ini dapat terwujud, walaupun belum sempurna. Oleh karena itu,
pada lembar awal skripsi ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Wilfridus Muga, S. E., M.Pd sebagai Ketua Yayasan Pendidikan
Masyarakat Mandiri yang selalu membantu memberikan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di STKIP Citra Bakti hingga pada
tahap penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. I Wayan Koyan, M. Pd yang telah memberikan bantuan secara
moral dan memfasilitasi berbagai kepentingan studi, selama penulis
menempuh perkuliahan di STKIP Citra Bakti.
3. Marsianus Meka, S. Pd., M.Pd sebagai pembimbing I yang dengan gaya dan
pola komunikasi yang khas, telah melecut semangat, dan harapan penulis
selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga skripsi iini dapat terwujud
dengan baik sesuai harapan
4. Elisabeth Tantiana Ngura, M. Pd sebagai pembimbing II yang telah dengan
sabar membimbing, mengarahkan, dan member motivasi yang demikian
bermakna, sehingga penulis mampu melewati berbagai kerikil dalam
perjalanan studi dan penyelesaian skripsi.

5. Ibu koordinator Program Studi PG-PAUD dan staf dosen pengajar yang
telah banyak membantu dan memotivasi penulis, selama perjalanan studi
dan penyusunan skripsi.
10

6. Rekan-rekan di Program Studi PG-PAUD yang dengan karakternya masing-


masing telah banyak berkontribusi membentuk kemandirian penulis selama
menjalani studi dan skripsi ini.
7. Bapak Sirilus Ndua dan ibu Prudentiana Kio selaku orang tua penulis, yang
telah banyak membantu secara material dan moral selama perjalanan studi
penulis lakoni di program studi PG-PAUD.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha esa, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, baik penyusunannya maupun
penyajianya disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, segala bentuk masukan yang membangun sangat
penulis harapkan baik itu dari segi metodologi maupun teori yang digunakan
untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermenfaat bagi penulis
khususnya pembaca pada umumnya.

Malanuza, Oktober 2021

Penulis

ABSTRAK

Tea , fransiska, (2021), pengembangan media bola angka berwarna aspek


kognitif untuk meningkatkan kecerdasan logis matematis anak kelompk B di TKK
Negeri Radha. Skripsi, Program Studi PG_PAUD STKIP Citra Bakti.
11

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I: Marsianus


Meka, S.Pd,. M.Pd dan Pembimbing II: Elisabeth Tantiana Ngura, M.Pd
Kata kunci: Media bola angka berwarna aspek kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menghasilkan media bola angka berwarna
pada aspek kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak usia dini. 2)
Mengetahui kualitas hasil uji coba produk media bola angka berwarna dalam
mengenal lambang bilangan pada anak usia dini kelompok 5-6 tahun. Penelitian
ini dilakukan di TKK Negeri Radha, Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada Nusa
Tenggara Timur. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah 1 ahli materi
pembelajaran, 1 ahli media pembelajaran, 1 ahli desain pembelajaran dan 6 orang
anak usia dini 5-6 tahun TKK Negeri Radha.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1. Dihasilkannya media bola angka
berwarna dengan kelayakan berdasarkan hasil uji ahli materi pembelajaran
diperoleh hasil dengan presentase 88% dengan kualifikasi “Sangat Valid”,
penilaian dari ahli media pembelajaran memperoleh presentase 92 % dengan
kualifikasi “Sangat Valid”, penilaian dari ahli desain pembelajaran memperoleh
presentase 85% dengan kualifikasi “ Valid”, penilaian pada uji coba perorangan
memperoleh presentase 90% dengan kualifikasi “Sangat Valid”, dan penilaian
pada uji coba kelompok kecil memperoleh presentase 80% dengan kualifikasi
“Valid”. Dari hasil diatas menunjukan bahwa media bola angka berwarna layak
untuk digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan kognitif
anak usia dini 5-6 tahun dalam mengenal lambang bilangan di TKK Negeri
Radha.

BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang Penelitian
12

Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia


dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. UU
No. Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan merupakan usaha dengan
sengaja dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk mempunyai kekuasaan spiritual keagamaan, mengendalikan diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan hendaknya merupakan upaya yang
betul-betul disadari, jelas landasannya, tepat arah dan tujuannya, efektif dan
efisien pelaksanaannya. Melalui pendidikan, anak didik dapat menambah
kemampuan dan juga keberanian untuk menampilkan diri dimana saja mereka
berada. Pengertian lainnya dari pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan kelompok orang yang diturunkan dari satu generasi
kegenerasi berikutnya melalui pelatihan dan penelitian.
Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik baratkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan yaitu: agama dan moral, fisik dan motorik,
kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni bahasa sesuai keunikan dan tahap-
tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui anak usia dini. Dimana di
pendidikan anak usia dini terdapat pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak
lahir sampai nak berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendididikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani. Rangsangan pendidikan jasmani dan rohani dilakukan agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Arti penting
mendidik anak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa masa kanak-kanak
adalah masa perkembangan dari usia 2 hingga 6 tahun. Anak usi dini adalah anak
yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan
baik fisik maupun mental dan merupakan manusia kecil yang masih dalam tahap
belajar dan membutuhkan sosok orang dewasa dalam pendampingan proses
belajarnya.
13

Anak usia dini merupakan individu yang memasuki awal kehidupan, tidak
mengerti apa-apa, dan sepenuhnya memerlukan bantuan orang lain. Masa kanak-
kanak merupakan masa saat nak belum mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam diirinya. Mereka cenderung senag bermain pada saat yang bersamaan, ingin
menag sendiri, dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri.
dengan demikian dibituhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan
psikis. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) anak adalah
acuan untuk mengembangkan standar isi, proses penilaian, pendidikan dan tenaga
kependidikan, saran dan prasarana, pengelolaan, serta pembiayaan dalam
pengeloaan dan penyelengaraan anak usia dini.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) tentang indicator
perkembangan kognitif anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif masalah
sederhana antara lain sebagai berikut: 1) mengenal perbedaan berdasarkan ukura
lebih dar, kurang dari, dan paling, ter, 2) menunjukan inisiatif dalam memilih
tema permainan, 3) menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, 4)
mengenal sebab akibat tentang lingkungannya, 5) mengklasifikasikan benda
berdasrkan warna, bentuk dan ukuran, (3 variasi) 6) mengklarifikasikan benda
yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan
yang lebih dari 2 variasai, 7) mengenal pola ABC_ABC, 8) mengurutkan benda
berdasarkan ukuran dari paling kecil ke yang paling besar atau sebaliknya.
Permendikbud Tahun 2014 No. 137 tentang Standar Tingkat Pernacapaian
Perkembangan Anak pada aspek perkembangan kognitif untuk kecerdasan logis
matematis, dituliskan bahwa anak usia 5-6 tahun sudah mampu mengenal
lambang bilangan. Lambang bilangan yang wajib dikenalkan kepada anak usia 5-6
tahun adalah lambang bilangan 0-9 untuk meningkatkan kecerdasan logis
matematis. Kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk mengenal
warna dan bentuk secara efektif guna meningkatkan keterampilan mengelolah
angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal. Kecerdasan logis matematika
berkaitan dengan kemampuan mengelolah angka atau kemahiran menggunakan
logika.
14

Berdasarkan hasil pengamatan di TKK Negeri Radha Kecamatan Bajawa


Kabupaten Ngada ditemukan masalah yaitu anak belum mampu mencapai standar
tingkat pencapaian perkembangan anak. Tingkat motivasi dan kosentrasi anak di
TKK Negeri radha masih banyak yang malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan
dalam upaya mengembangkan kemampuan logis matematis, anak mengalami
kesulitan dalam menyebutkan angka dan membedakan warna, salah satunya
menyebutkan angka 1-9 ada anak yang belum bisa membedakan angka 6-9 dan
anak belum mampu membedakan warna dengan benar, serta media yang
digunakan guru dalam kelas kurang menarik sehingga mengakibatkan anak
menemukan kesuliatan dalam konsep, anak belum terlalu memahami media yang
diberiakan guru. Ada berbagai macam jenis media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran anak usia dini salah satunya menggunakan media bola angka
berwarna karena media bola angka berwarna ini dapar digunakan untuk mengenal
angka pada anak-anak, dapat menyebutkan angka 1-9 dan mengenal warna,
dengan adanya media bola angka berwarna kegiatan pembelajaran semakin
menarik dan dapat meningkatkan minat belajar anak, maka diperlukan suatu
media yaitu media bola angka berwarna.
Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu solusi yang dapat digunakan
adalah menggunakan media bola angka berwarna. Media bola angka berwarna
berupa angka dan simbol bilangan yang terbuat dari kain flannel berisisikan
kapuk. Permasalahan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor penyebabnya
antara lain: anak belum terlalu memahami tentang media yang disediakan guru.
Karena media adalah salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran agar mudah dipahami anak. Dan cara meningkatkan
kemampuan kognitif anak usia dini melalui kegiatan belajar yang menyenangkan
agar anak memiliki kemauan atau keinginan belajar yang tinggi sehingga proses
belajar pada anak usia dini menjadi maksimal sesuai dengan tujuan dari indicator
dan kriteria ketuntasan maksimal belajar yang ingin dicapai.
Andiyani (Sofia, 2015: 6) Media bola angka berwarna adalah salah satu media
pembelajaran yang bisa digunakan untuk media pembelajaran, media
pembelajaran akan lebih menarik dan dapat meningkatkan minat belajar anak
15

karena salah satu fungsi utama pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditat dan
diciptakan oleh guru. Media bola angka berwarna digunakan sebagai symbol yang
digunakan pada bilangan dapat memicu perkembangan anak yaitu perkembangan
kognitif. Permainan bola merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan
menggunakan bola berwarna-warni, dimana pada masing-masing bola tertera
lambang bilangan (angka) yang digunakan sebagai pengenalan lambang bilangan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti merasa perlu
melakukan penelitian yang berjudul” Pengembangan Media Bola Angka
Berwarna untuk Aspek Kognitif Kecerdasan Logis Matematis Anak Usia 5-6
Tahun di TKK Negeri Radha Kecamatan Bajawa Kabupatan Ngada Tahun
ajaran 2020/2021”
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain media bola angka berwarna untuk meningkatkan aspek
kognitif kecerdasan logis matematis anak usia 5-6 tahun di TKK Negeri
Radha kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada?
2. Bagaimanakah kelayakan media bola angka berwarna untuk meningkatkan
aspek kognitif kecerdasan logis matematis anak usia 5-6 tahu di TKK Negeri
Radha Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada
.3 Tujuan Pengembangan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan diatas,
maka tujuan pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rancangan atau desain media bola angka berwarna untuk
meningkatakan aspek kognitif kecerdasan logis matematis anak usia 5-6
tahun di TKK Negeri Radha Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada.
2. Untuk mrngetahui kelayakan media bola angka berwarna untuk
meningkatakan aspek kognitif kecerdasan logis matematis anak usia 5-6
tahun di TKK Negeri Radha Kecamatan bajawa Kabupaten Ngada.
.4 Spesifik Produk yang Diharapkan
16

.4.1 Spesifikasi Fisik


Spesifik produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan media
bola angka berwarna ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan adalah bola warna yaitu bola kecil yang terbuat dari kain flannel
berwarna yang berukuran sebesar bola bola kasti namun lebih ringan. Dan
pada bola angka berwarna tersebut terdapat angka-angka dan terdapat gambar
benda-benda langit yang sesuai tema.
2. Bola angka berwarna ini berukuran 2 inchi (5 cm) dengan warna yang cerah
dan menyenangkan yakni warna merah, biru, hijau, dan merah muda.
.4.2 Spesifik Isi
Materi produk ini berisikan angka 1-9 dan pada bola tersebut terdapat
gambar benda-benda langit yang sesuai dengan tema.

.4.3 Spesifik Pengunaan


Anak dapat menggunakan media ini dengan cara mengamati bola angka
berwarna yang ada sehingga dapat meningkatkan kecerdasan logis matematis
anak. Sasaran produk adalah anak usia diini kelompok B di TKK Negeri Radha.
.5 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
.5.1 Asumsi Pengembangan
Pengembangan media bola angka berwarna untuk anak usia dini yang
berusia 5-6 tahun di TKK Negeri Radha ini memiliki beberapa asumsi sebagai
berikut:
1. Dalam penelitian ini pengembang mengembangkan materi pembelajaran
melalui media media pembelajaran. Berbagai program pengembangan
dicapai melalui berbagai stimulasi pendidikan secara intergrasi dengan
menggunakan tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD/satuan
pendidikan anak. Muatan pembelajaran adalah cakupan materi yang ada
pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetaguan, dan
keterampilan. Mengidentifikasikan tema yaitu kedekatan, kemenarikan,
kesederhanaan, dan keinsidentalan.
17

2. Dalam pengembangan bola angka berwarna dan mengenal lambang


bilangan sesuai dengan prinsip-prinsip tema tersebut dan interaksi dengan
siswa.
.5.2 Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan media bola angka berwarna ini mempunyai keterbatasan.
Adapun masing-masing keterbatasan pengembangan diuraikan sebagai berikut:
1. Keterbatasan media ini harus diawasi oleh guru sehingga tidak
menimbulkan persoalan yang berkaitan dengan anak karena media ini
mudah terbakar, dan mudah basah.
2. Media bola angka berwarna ini hanya digunakan di TKK Negeri Radha,
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami anak.
3. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini tidak disuplai
kesemua sekolah karena keterbatasan waktu, bahan dan biaya yang kurang
memadai. Waktu yang terlalu singkat bagi peneliti untuk mengembangakan
media menjadi lebih menarik dan waktu yang mencukupi dalam
menjelaskan model-model ADDIE secara terperinci.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


18

2.1.1 Anak Usia Dini


2.1.1.1 Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Mulyasa (Wiyani, 2016: 98) mengatakan bahwa anak usia dini
adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan perkembangan yang
sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak usia dini
memiliki rentang usia yang sangat berharga dibandingkan usia-usia selanjutnya
karena perkembangan kecerdasan telah berlansung luar biasa. Usia tersebut
merupakan fase kehidupan yang unik dan berada pada proses perubahan berupa
pertumbuhan, perkembangan, kematangan, dan penyempurnaan baik pada aspek
jasmani maupun rohani yang berlansung seumur hidup, bertahap dan
berkesinambung. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki rentang usia 0-6
tahun yang sedang mengalami proses pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan yang sangat pesat dibanding dengan usia lanjut.
Amirul, dkk. (2017) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini
merupakan wahana pendidikan yang fundamental dalam memberikan kerangka
dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Hal ini berarti bahwa setiap program yang terkait dengan
pembelajaran anak usia dini perlu mendapat perhatian. Pendidikan anak usia dini
adalah jenjang pendidikan sebelum melanjutkan kependidikan dasar karena
pendidikan merupakan dasar dari pengetahuan agar dapat bermanfaat untuk
bangsa dan negara.
Selanjutnya Morrison (dalam Widarmi, dkk, 2014:16) menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini mencakup anak-anak sejak lahir sampai delapan tahun,
sesuai NAEYC (National Assosiation Education for Young Child). Pendidikan
anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial emosional, dan bahasa sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Sedangkan Sollehuddin (dalam
Masitoh, 2009: 1.14-1.16) Mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini
mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir sampai dengan usia
enam tahun yang diranacang untuk meningkatkan pekembangan intelektual, sosial
19

emosional, bahasa dan fisik anak. Masa perkembangan anak usia dini harus
dipantau secara terus menerus sehingga akan cepat diketahui kematangan dan
kesiapan anak untuk memasuki jenjang berikutnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksudkan dengan Anak usia dini adalah individu yang mengalami proses
pertumbuhan perkembangan secara menyeluruh atau menekankan pada
perkembangan seluruh aspek yang menitik beratkan pada peletakan dasar dan
mencakup anak-anak sejak lahir sampai usia delapan tahun.

2.1.1.2 Karakteristik Anak Usia Dini


Menurut Aisyah.S. dkk (2010: 14-19)karakteristik anak usia dini antara lain:
Memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka
berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukan
sikap egosentris, memiliki rentang daya kosentrasi yang pendek sebagai bagian
dari makhluk sosial, Setiap individu memiliki keunikan masing-masing bahwa
setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya. Namun demikian secara
umum anak usia dini memiliki karakteristik yang relatif serupa antara satu dengan
yang lainnya.
Selanjutnya menurut Rahman. H.S (2002: 43-44) karakteristik anak usia
dini adalah:
1. Usia 0-1 tahun
Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang paling
cepat dibandingkan dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan
keterampilan dasar dipelajari pada usia ini.
2. Anak usia 2-3 tahun
Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain: 1) anak sangat aktif
untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. Eksplorasi yang
dilakukan anak terhadap benda yang ditemui merupakan proses belajar yang
sangat efektif, 2) anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa
yaitu dengan berceloteh. Anak belajar berkomunuikasi, memahami
pembicaran orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran, 3)
20

anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor lingkungan


karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.
3. Anak usia 4-6 tahun
Kebanyakan anak usia 5-6 tahun sudah memasuki Taman Kanak-kanak
karena 1) perkembangan fisik, anak sangat aktif dalamBerbagai kegiatan
sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak,2)perkembangan
bahasa semakin baik,3)perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat
ditunjukan dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Anak sering bertanya tantang apa yang dilihatnya, 4) bentuk permainan anak
masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama-sama.
Menurut Ardy, dkk (2019: 89) bahwa masa usia dini merupakan masa kecil
ketika anak memiliki kekhasan dalam bertingkah laku. Segala bentuk aktifitas dan
tingka laku yang ditunjukan seorang anak pada dasarnya merupakan fitrah, sebab
masa usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang akan
membentuk kepribadiannya ketika dewasa.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini yaitu.
1. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing
2. Egosentrisme, anak lebih cendrug melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingan sendiri. Bagi anak sesuatu itu penting sepanjang
hal tersebut terkait dengan dirinya
3. Aktif dan energi, yaitu anak lazimnya senang melakukan aktifitas selama
terjaga dalam tidur, anak seolah-olah tidak merasa lelah.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal yaitu, anak
cendrung memperhatikan, berbicara dan bertanya berbagai hal yang sempat
dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru
5. Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan
tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan
dan pemikirannya.
21

6. Semakin menunjukan minat kepada teman, yaitu anak mulai menunjukan


cara bekerja sama dengan teman. Hal ini ditunjukan pada bertambahnya usia
dan masa pertumbuhannya.
Berdasarkan Pendapat para ahli diatas, maka yang dimaksudkan dengan
karakteristik-karakteristik anak usia dini adalah anak yang bersifat unik baik
secara lahiriah maupun tumbuh kembangnya, anak memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, dan anak usia dini memiliki karakteristik serupa antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian seorang pendidik harus pandai dalam membimbing
agar anak mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak baik
kofnitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional dan moran agama.

2.1.2 Teori Belajar Anak Usia Dini


Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan cara orang belajar,
sehingga dapat membantu kita untuk memahami proses pembelajaran. Ada tiga
konsep teori belajar anak usia dini, yaitu. Teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, teori belajar kontrutivisme.
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori ini menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara tindakan dan dorongan. Dengan kata lain
belajar merupakan tindakan atau dorongan untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru untuk membentuk perubahan pada siswa.
Menurut Thorndike dalam Budiningsih (2012: 21) belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Dari pengertian belajar tersebut maka
perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat mewujudkan kongkrit
yaitu dapat diamati dan yang tidak dapat diamati adalah tidak kongkrit.
Teori belajar menurut Skiner dalam Budiningsih (2012: 23) hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungan yang
kemudianakan menimbulkan perubahan tingkah laku.
Namun teori belajar menurut Conny dalam Isjoni (2011: 75) manusia belajar
dipengaruhi oleh lingkungan. Belajar menurut Behaviorisme adalah perubahan
prilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.
22

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teori


behaviorisme merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang bersifat
mekanis agar dapat mendorong anak untuk bertingkah laku dengan baik
dilingkungan sekolah maupun keluarga.
2. Teoti Belajar Kognitivisme
Proses berkembangnya teori belajar kognitivisme sesuai dengan yang telah
dikembangkan sebelumnya. Model kognitif ini memiliki sudut pandang bahwa
peserta didik memproses informasi dan pembelajaran melalui upaya membangun,
menyimpan dan menemukanhubungan antara pengetahuan yang baru dengan yang
sudah ada sebelumnya. Model ini menekankan pada cara memproses informasi.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif adalah Ausubel, Bruner dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini memiliki pengertian yang berbeda tentang kognitif.
Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki peran
penting dalam pendidikan. Bruner belajar pada pengelompokan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan. Sedangkan Gagne mengemukakan teori pemrosesan
informasi dan belajar dipandang sebagai proses pengelolaan informasi dalam otak
manusia.
Menurut Piaget (dalam Khadijah, 2016: 63) Mengemukakan bahwa seorang
individu dalam hidupnya akan selalu berinteraksi dengan lingkungan, dimana
dalam interaksi ini akan memperoleh skema. Skemata yaitu schema yang berupa
kategori pengetahuan yang membantu dalam mengintrepretasi dan memahami
dunia. Schema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik
yang terlibat dalam memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik
secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori
kognitivisme lebih menekanan proses belajar dari pada hasil belajar dan
merupakan seorang individu dalam hidupnya akan slalu berinteraksi dengan
lingkungan agar memperoleh skema.
23

3. Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruktifisme merupakan pengetahuan yang dibangun oleh manusia secara
bertahap dan hasilnya diperluas melalui situasi yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah fakta yang siap diambil lalu di ingat. Manusia memberikan makna
pengetahuan dengan pengalaman nyata. Dengan adanya teori konstruktivisme
siswa dapat menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa
akan lebih paham ketika menggunakan media pembelajaran secara lansung saat
belajar.
Piaget. J. dkk (2016: 63) Konstruktivisme adalah sebuah filosofi
pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman,
membangun, mengonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat
hidup. Belajar dengan demikian semata-mata sebagai suatu proses pengaturan
model mental seseorang untuk mengakomodasikan pengalaman-pengalaman baru.
Konstruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu
yang diberi dari alam karena kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan
merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan
bukanlah gambaran dari dunia nyata yang ada. Pengetahuan selalu merupakan
akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Menurut bruner teori pembelajaran adalah teori perspektif. Dikatakan
perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan teori konstruktivisme adalah pengetahuan yang dibangun
oleh manusia untuk mendapatkan pengalaman agar pembelajaran slalu optimal
dan sesuai dengan teori yang akan digunakan.

2.1.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini


Setiap pembelajaran pasti membutukan prinsip-prinsip pembelajaran yang
harus diketahui oleh para pendidik dalam mengembangkan pembelajaran yang
sesuai dengan pembelajaran anak usia dini sehingga tujuan pembelajarannya
terarahsesuai dengan prinsipnya.
24

Menurut Sujiono (2007: 59) prinsip-rinsip pembelajaran anak usia dini yaitu.
1) anak sebagai pembelajar aktif, 2) anak belajar melalui sensori dan panca indra,
3) anak membangun pengetahuan sendiri, 4) anak berpikir melalui benda konkrit,
5) anak belajar dari lingkungan. Anak usia dini harus mengenal dengan dunia
sekitar agar anak memiliki pengalaman yang lebih banyak.
Sedangkan menurut Risaldy (2014: 21) proses pembelajaran yang akan
dilakukan harus memenuhi prinsip pembelajaran yaitu: 1) berangkat dari yang
dimiliki anak, 2) belajar harus menentang pemahaman anak, 3) belajar sambil
bermain, 4) menggunakan bahan alam sebagai media pembelajaran, 5) belajar
dilakukan melalui sensoriknya, 6) belajar membekali keterampilan hidup, 7)
belajar sambil melakukan atau praktek lansung.
Menurut Tina Bruce (Suyadi & Ulfah 2013:28) prinsip pendidikan anak usia
dini merupakan:
1. Masa anak-anak adalah sebagian dari kehidupan secara keseluruhan, masa ini
bukan dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang
melainkan sebatas optimalisasi potensi secara optimal
2. Fisik, mental, dan kesehatan, sama pentingnya dengan berpikir maupun aspek
psikis lainnya
3. Membangkitkan motivasi dalam diri anak akan menghasilkan inisiatif sendiri
yang sangat bernilai
4. Pembelajaran anak usia dini melalui berbagai kegiatan saling berkait satu
dengan yang lain sehingga pola stimulasi perkembangan anak tidak boleh
sektoral dan persial hanya satu aspek perkembangan saja
5. Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena dapat membentuk watak dan kepribadiannya
6. Masa peka untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan tertentu,
perlu diobservasi lebih detail
7. Tolak ukur pembelajaran anak usia dini hendaknya bertumpu pada kegiatan
yang telah mampu dikerjakan anak
8. Anak dan orang dewasa dalam berinteraksi merupakan sentral penting
25

9. Suatu kondisi terbaik atau kehidupan terjadi dalam diri anak khususnya dalam
kondisi yang menunjang
10. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini merupakan interaksi anatara
anak, orang dewasa, lingkungan dan pengetahuan.
Menurut Suyadi (2013: 21) prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini
adalah mengarah pada kepentingan anak, pembelajaran anak usia dini harus sesuai
dengan tingkat perkembangan, mengembangkan kecerdasan majemuk anak,
belajar melalui bermai. Anak belajar mengenali lingkungan sekitar dengan cara
bermain, pembelajaran anak usia dini dilakukan degan cara bertahap, anak sebagai
pembelajar aktif, interaksi sosial anak, lingkungan belajar yang kondusif,
mengembangkan kecakapan hidup.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prinsip pembelajaran pada anak usia dini merupakan peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, harus mengarah pada kepentingan anak,
melibatkan anak dalam melakukan aktifitas bermain. Prinsip pembelajaran anak
usia dini harus sesuai dengan tingkat kematangan anak karena tujuannya untuk
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak.
2.1.4 Model Pembelajaran Anak Usia Dini
Model Pembelajaran anak usia dini suatu desain atau rancangan yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan
atau perkembangangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran
meliputi : konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur,
metode, alat/ sumber belajar, dan teknik evaluasi.
Penyusyunan Model pembelajaran ditaman kanak-kanak didasarkan pada
silabus yang dikembangkan menjadi perencanaan semester, satuan kegiatan
mingguan (SKM), dan satuan kegiatan harian (SKH). Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan gambaran koknret yang dilakukan pendidik dan peserta
didik sesuai dengan kegiatan harian. Kita mengenal beberapa model
pembelajaran yang diterapkan di TK, diantaranya adalah:
26

1. Model Pembelajaran Klasikal adalah pola pembelajaran dimana waktu yang


sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling awal digunakan
di TK, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas,
serta kurang memperhatikan minat indifidu anak. seiring dengan
perkembangan teori dan pengembangan model pembelajaran, model ini sudah
banyak di tinggalkan.
2. Model pembelajaran kelompok (Cooperative Learning) dengan pengaman
adalah polah pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok (biasanya menjadi tiga kelompok), masing-masing kelompok
melakukan kegiatan yang berbeda. Dalam satu pertemuaan, anak di dorong
harus mampu menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian.
ASpabilah dalam pergantian kelompok terdapat anak-anak yang suda
menyelesaikan tugasnya lebih cepat daripada temanya, maka anak tersebut
dapat meneruskan kegiatan lain selmah dalam kelompok lain masih ada
tempat. jika sudah tidak ada tempat, anak-anak tersebut dapat bermain pada
tempat tertentu yang sudah disediakan oleh guru, dan tempat itulah yang
disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya di
sediakan alat-alat yang lebih berfariasi dan sering diganti sesuai dengan tema
atau sub tema yang dibahas.
3. Model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. model pembelajaran
ini menyediahkan sudut-sudut kegiatan yang menjadi pusat kegiatan
pembelajaran berdasarkan minat anak. Alat-alat yang disediakan harus
berfariasi mengingat minat anak yang berragam. Alat-alat tersebut juga harus
sering diganti, disesuaikan dengan tema dan subtema yang dibahas.
4. Model pembelajaran berdasarkan area. model ini pada dasranya hampir sama
dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. model ini
lebih memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih kegiatan sendiri
sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya.
Kecuali itu juga menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak,
27

pilihan-pilhan kegiatan dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga


dalam proses pembelajran.
5. Model pembelajaran sentra. model pembelajaran berdasarkan sentra memiliki
ciri utama pemberiaan pijakan (scaffolding) untuk membangun konsep,
aturan, ide, dan pengetahuaan anak serta konsep densitas serta intensitas
bermain. Model pemebelajaran ini berfokus pada anak yang dalam peroses
pembelajarannya berpuusat di sentra bermain dan pada saat anak berada
dalam lingkaran. Pada umumnya pijakan/dukungan dalam model ini untuk
mendudkung perkembangan anak, yaitu pijakan sebelum bermain, pijakan
selama bermain dan pijakan setelah bermain. pijakan ini di maksudkan untuk
mendukung perkembangan anak lebih tinggi, ada tiga jennis permainan yang
disediakan dalam model ini yaitu: bermain sensorimotorik atau fungsional,
bermain perang, dan bermain pembangunan (Konstruktif, yaitu Membangun
Pikiran Anak).
6. Model pembelajran Beyond Centers and Circles Time (BCCT) Adalah model
pembelajaran penyelenggaraan PAUD yang berpusat pada anak yang dalam
proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam
lingkaran. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan Kekurangan
masing-masing serta memerlukan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu
guru dapat memilih model pembelajaran yang akan diterapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki, sarana dan prasarana yang
tersedia, serta faktor-faktor pendukung lainya.

2.1.5 Kecerdasan Logis Matematis Pada Anak Usia Dini


2.1.5.1 Pengertian kecerdasan Logis Matematis
Istilah kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru. ilmu tentang kecerdasan pun
berkembang dengan berjalannya dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Suhaidah
(dalam jurnal Mufarizuddin, 2017), kecerdasan logika matematika adalah
kemampuan untuk mengenal warna dan bentuk secara efektif guna meningkatkan
keterampilan mengelolah angka serta kemahiran mengguakan logika atau akal
sehat. Istilah kecerdasan logika matematis (math-logical intelligence) merujuk
pada pemahaman paling popular dalam soal logika, beberapa ahli psikologi yang
28

berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan Intelektual atau kognitif


dengan berbagai peristilahan.
Dari berbagai disiplin ilmu banyak berbagai ahli yang melakukan penelitian
tentang otak manusia secara fisik maupun potensinya (Winataputra, 2007: 5.3).
Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Secara bahasa,
logika berasal dari kata “logos” (bahasa Yunani), yang artinya kata, ucapan,
pikiran. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Logika
dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argumen-argumen, yang
mempelajari metode-metode dan prinsip prinsip untuk menunjukkan kebahasaan
(sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang dikembangkan melalui
penggunaan metode-metode matematika dan simbol-simbol matematika dengan
tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan
sehari-hari. Kecerdasan logis matematis mempunyai hubungan erat dengan teori
yang di kemukakan oleh Piaget, yaitu menyangkut Pengetahuan diperoleh dengan
cara metode ilmiah, (jurnal Handini, dkk. 2017)
Sedangkan, Hartati (2013: 56), kecerdasan logika matematika berkaitan
dengan perkembangan kemampuan berpikir sistematis, menggunakan angka,
menghitung, menemukan hubungan sebab akibat, dan membuat klasifikasi. Anak
yang mempunyai kelebihan dalam kecerdasan logika matematika, tertarik
memanipulasi lingkungan serta cenderung menerapkan strategi coba ralat, mereka
suka menduga-duga dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan logis matematika adalah kemampuan untuk melihat, memahami
angka, konsep bentuk, pola serta memecahkan masalah sederhana.

2.1.5.2 Kecerdasan Logis Matematis Anak Usia Dini


Menurut Kezar (Yaumi,2013:14) bahwa kecerdasan logis matematis
merupakan kecerdasan yang merujuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi
pola, kategori, juga hubungan dengan memanipulasi objek dan symbol untuk
melakukan percobaan dengan cara memahami kondisi dan keadaan dengan
menggunkan penalaran logika yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan logis
matematis ini adalah kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan
29

menggunakan peritungan matematika dan melalui penalaran logika,fokusnya yaitu


kemampuan memecahkan masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi
yang di miliki oleh anak.
Anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika matematika cenderung
berfikir secara numerik dan dalam konteks pola urutan logis, sebab-akibat, dan
kategorial. Pada masa kanak-kanak ilmiah penjajahan berbagai pola kategori,
hubungan sebab-akibat di mulai dari anak-anak secara aktif memanipulasi
lingkungan (seperti kategori mainan, bereksperimen dengan berbagai hal
menggunakan cara-cara terkendali seperti mencelupkan benda pada air untuk
mengetahui posisi benda pada air, dan mendekatkan benda-benda pada magnet).
Anak-anak yang cerdas dalam bidang matematika cenderung terus bertanya
dan ingin tahu tentang sebab akibat suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya,
seperti mengapa ada air, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga
cenderung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi. Adapun
tujuan kecerdasan logika matematika pada permainan kreatif PAUD untuk melatih
kecerdasan logika matematika yaitu mengembangkan kemampuan mengurutkan
sesuai ciri tertentu, mengembangkan kemampuan membilang. Menyebutkan
angka 1-10, mengembangkan kemampuan perkiraan ukuran seperti banyak,
sedikit, besar-kecil, dan panjang- pendek, merangsang kemampuan mengenali
pola, merangsang kepekaan strategi, merangsang kemampuan mengenali bentuk-
bentuk geometri. Di kelas, jika guru hendak menciptakan suasana belajar yang
mengoptimalkan proses pembelajaran maka perlu dikembangkan proses belajar
aktif, seperti (1) menggunakan bermacam-macam strategi tanya jawab, (2)
mengajukan masalah untuk dipecahkan oleh para siswa,(3) mengonstruksi model
dari konsep kunci, (4) memprediksi dan membuktikan dampakatau hasil secara
logis, (5) meminta siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dari pernyataan,
(6) menyediakan kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan dananalisis.
Menurut Mufarizuddin (2017: 64), tujuan umum permainan kreatif PAUD
untuk melatih kecerdasan logika matematika adalah sebagai berikut. 1)
Mengembangkan kemampuan mengurutkan sesuai ciri tertentu. 2)
Mengembangkan kemampuan membilang, menyebutkan angka 1sampai10. 3)
30

Mengembangkan kemampuan perkiraan ukuran seperti: banyak-sedikit, besar-


kecil dan panjang-pendek. 4) Merangsang kemampuan mengenali pola. 5)
Merangsang kepekaan strategi. 6) Merangsang kemampuan mengenali bentuk-
bentuk geometri.
Sedangkan Suhaidah, (2014: 24), tujuan kecerdasan logis matematis
memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif,
berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka,
serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
melakukan sesuatu terhadap dan mengumpulkan data, mengorganisir,
menganalisis dan menginterpretasikan, kemampuan ini juga berkaitan dengan
analisis, strategis, dan angka.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat dismpulkan bahwa
kecerdasan logis matematis adalah untuk mengembangkan kemampuan logis
matematisnya melalui pola pikir logisnya baik secara deduktif maupun induktif
sehingga dapat menggoranisir kemampuannya dalam menganalisis angka atau
simbol.

2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Logika-Matematika


Menurut Mufarizuddin (2017: 64), faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan logika matematika antara lain sebagai berikut. 1) Faktor Herediter
(faktor bawaan dari keturunan). Semua anak mempunyai gen pembawa
kecerdasan dengan kadar yang dapat berbeda-beda.2) Faktor Lingkungan.
Semenjak lahir anak mulai berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Ketika panca indera mulai berfungsi anak akan semakin banyak berhubungan
dengan lingkungan. Lingkungan berpengaruh besar pada kecerdasan anak. 3)
Asupan Nutrisi pada Zat Makanan. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang
mendukung perkembangan kecerdasan anak. Jumlah nutrisi harus memenuhi batas
kemampuan tubuh untuk menyerapnya dalam keadaan yang berlebihan, nutrisi
tersebut tidak dapat diserap bagaimana fungsinya. Bahkan dapat menimbulkan
efek samping yang kurang baik. 4) Aspek kejiwaan. Kondisi emosi bernilai
penting dalam menumbuhkan bakat dan minat anak sehingga akan sangat
berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak.
31

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktof-faktor


yang mempengaruh kecerdasan logika matematika adalah faktor
bawaan/keturunan, faktor lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya, asupan
nutrisi yang diterima oleh tubuh, dan aspek kejiwaan sosial emosional dalam
menumbuhkan minat dan bakat anak.

2.1.5.4 Indikator Kecerdasan Logika-Matematika


Menurut Mufarizuddin (2017: 64), indikator-indikator kecerdasan logika
matematika adalah sebagai berikut. 1) Membilang dengan menunjuk benda
(mengenal konsep bilangan dengan benda 1 – 5) seperti anak menghitung jumlah
bola sambil mengurutkan bola angka 1-9. 2) Menghubungkan / memasangkan
lambang bilangan dengan benda sampai 5 anak mengambil benda sesuai
angkanya. 3) Mengelompokkan bola angka berwarna (mengelompokkan bola
angka berwarna). 4) Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut
ukuran, bentuk, warna, jenis, dan lain-lain.
Yus (dalam Widai 2018: 17), menjelaskan bahwa indikator kecerdasan
logika matematika anak usia dini berdasarkan usia anak dengan lingkup penelitian
indikator kemampuan logika matematika anak usia 5-6 tahun (1).
Mengidentifikasi warna benda-benda. (2). Mengidentifikasi arah. (3). Pemahaman
konsep- konsep. (4). Membedakan bentuk. (5). Menghitung angka satuan. (6)
Membilang dengan mengenal konsep bilangan denganbendanya seperti anak
menyusun balok membentuk menara eiffel sambil menghitungdengan urut dari 1-
5, (7). Menghubungkan lambang bilangan dengan benda 1 sampai 5 anak
mengambil benda sesuai angkanya. (8). Mengelompokkan bentuk-bentuk
geometri. (9). Mengelompokkan benda menurut ukuran, bentuk, warna, jenis dan
lain-lain.
Musfiroh (2008:3.3), menyatakan bahwa kecerdasan matematis-logis
didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan
melakukan penalaran yang benar. Untuk mencapai kemampuan ini meliputi
beberapa indikator yaitu, kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan
masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran. Kemampuan
32

matematika anak merupakan kemampuan dalam berhitung dimana kemampuan


berhitung dibagi menjadi tahapan konsep, tahapan transisi, dan tahapan lambang.

2.1.6 Media
2.1.6.1 Pengertian Media
Menurut Daryanto (2016: 4) media pembelajaran merupakan bentuk jamak
dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Batasan mengenai
pengertian media dalam pendidikan yakni media yang digunakan sebagai alat dan
bahan kegiatan pembelajaran. Media merupakan bentuk saluran yang digunakan
manusia untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Menurut Azhar Arsyad (2014: 4),media pembelajaran adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandiung materi instruksional
dilingkungan anak yang dapat meransang siswa untuk belajar. Media
pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif.
Sedangkan Arief Sadiman, dkk (2014: 7) menyampaikan bahwa media
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat anak
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi Jadi dapat disimpulkan bahwa
media adalah suatu alat bantu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian,
aktifitas dan partisipasi siswa sehingga dapat menunjang terjadinya proses belajar
mengajar yang diharapkan antara guru dan peserta didik. Pembelajaran dapat
dinyatakan efektif apabila dengan menggunakan media pembelajaran, siswa lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh pengajar.
Menurut Miarso (dalam Susilana dan Riyana, 2007: 6), media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Dengan adanya media
33

pembelajaran anak dapat merasa tertarik, menyenagkan tidak merasa bosan pada
saat pembelajaran berlansung. Media dapat digunakan pada saat pembelajaran
karena media sebagai alat peraga saat anak tidak mengerti yang dijelaskan oleh
pendidik.
Bedasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah salah satu bentuk teknologi yang
digunakan untuk membantu meransang pemikiran, perasaan, kemampuan dan
perhatian siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Media tersebut dapat
berupa alat ataupun bahan mengajar.

2.1.6.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran


Menurut Arief S. Sadiman(2008:28) media pembelajaran dikelompokan
menjadi tiga macam, antara lain: 1) media audio yaitu media yang berkaitan
dengan indra pendengaran (radio, piringan laboratorium bahasa, alat perekam pita
magnetic). 2) media grafis yaitu media yang berkaitan dengan media visual
(gambar, sketsa, diagram, poster, peta, globe dan grafik). 3) media proyeksi diam
yaitu media visual yang memproyeksikan pesan ( film bingkai, film rangkai,
media transparan, televise, film).Media dapat membantu proses belajar dan
pembelajaran agar anak dapat belajar yang menyenangkan.
Menurut Eliyawati (2005:113), jenis-jenis media pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Media visual adalah media yang hanya dilihat saja. Media visual ini terdiri
atas media yang dapat diproyeksikan, misalnya overhead proyektor (OHP)
dan media yang tidak proyeksikan, misalnya gambar diam, gambar grafis,
media model, media realita.
2) Media audio adalah yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya
dapat di dengar) yang dapat merangsang pikiran,perasaan perhatian dan
kemauan anak untuk mempelajari isi tema, misalnya radio kaset.
3) Media Audio-Visual, merupakan kombinasi dari media dan media visual,
misalnya televisi, video pendidikan dan slide suara.
34

Sedangkan menurut Sadiman (2006:28) media terdiri beberapa jenis yang


dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Media grafis
Media grafis termasuk dalam media visual yang berfungsi untuk
menyalurkan pesan yang menyangkut dengan dengan indera penghilatan.
Media grafis ini memiliki beberapa jenis, antaranya adalah papan flanel,
gambar atau foto, sketsa, diagram, bagian atau chart, grafik, kartun, poster,
peta dan globe papan bulletin.
2) Media Audio
Media audio merupakan media yang berkaitan dengan indera pendengaran.
Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif,
baik verbal (kata-kata) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio,
antara lain radio, tape recoder, piringan hitam dan laboritorium bahasa.
3) Media Proyektor Diam
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media menyajikan
rangsangan-rangsangan dari visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak
dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara adalah
media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan media pesan yang
bersangkutan pada media proyeksi. Pesan tersebut diproyeksikan dengan
proyektor agar dapat di dilihat oleh sasaran. Beberapa jenis media proyeksi
di antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip) dan overhead
proyektor (OHP).
Dari ketiga pendapat para ahli diatas mengenai jenis-jenis media seperti
yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa media dari beberapa
jenis diantaranya media visual, media audio dan media audio visual. Media visual
mencakup media yang dapat dilihat dari penghilat yang didalamnya terdapat
media grafis seperti media balok huruf. Media audio merupakan media yang
berhubungan dengan indera pendengaran, misalnya kaset, dan radio. Sedangkan
media audio visual adalah media yang terjadi bentuk penggabungan antara media
audio dan visual, misalnya televisi, dari ketiga jenis media tentu saja memiliki
35

fungsi yang sama yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran,
terutama pembelajaran anak usia dini usia 4-6 tahun.

2.1.6.3 Manfaat Media


Menurut Susiliana, dkk (2007: 10) manfaat media pembelajaran sebagai
berikut. 1) membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak, 2) menghadirkan objek-
objek yang terlalu sukar dipaparkan kelingkungan belajar misalnya binatang buas,
3) menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, 4) memperlihatkan gerakan
yang terlalu cepat atau lambat. Objek yang terlalu sukar dipaparkan maksudnya
guru mengambil tema pembelajaran yang tidak bisa dipahami anak.
Menurut Eliyawati (2005:111), manfaat bagi pembelajaran anak usia dini
adalah sebagai berikut: 1) Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung
dengan lingkungannya. 2) Memungkinkan adanya keseragaman pangamat atau
persepsi belajarpada masing-masing anak. 3) Membangkitkan motivasi belajar
anak. 4) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan sesuai kebutuhan. 5) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara
serempak bagi seluruh anak. 6) Mengatasi kerterbatasan ruang dan waktu. 7)
Mengontrol kecepatan belajar anak.
Sedangkan menurut Daryanto (2010:5), manfaat media dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut: 1) Memperjelas pesan tidak perlu verbelitas. 2)
Memperbatasi ruang, gerak dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar,
terlalu kecil, gerak yang lambat atau cepat, kejadian di masa lalu, dan objek teralu
komplek. 3) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif anak didik. Dalam hal ini media dapat menimbulkan kegairahan dalam
belajar, memungkinkan anak belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan sendiri-
sendiri.
Menurut Sudjana & Rivai manfaat media pembelajaran dan proses belajar
anak yaitu: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian anak sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh anak dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pengajaran, 3) metode pengajaran akan lebih bervariasi, 4) anak
36

lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian
guru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manfaat media pembelajaran adalah untuk memperjelas pesan, anak berintegrasi
secara lansung dengan lingkungan dan juga alat bantu proses belajar mengajar
yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Definisinya mencakup
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meransang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau keterampilan sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.

2.1.6.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Menurut Azhar Arsyad (2002: 35) pemilihan media sebaiknya
mempertimbangkan kemampuan. 1) mengakomodasikan penyajian stimulus yang
tepat (visual/audio), 2) mengakomodasi respon siswa yang tepat (tertulis, audio,
dan kegiatan fisik), 3) pemilihan media utama dan skunder untuk penyajian
informasi atau stimulus.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Nggesu, 2015: 35) mengemukakan
beberapa kriteria dalam memilih media pengajaran, sebagai berikut: 1) ketepatan
dengan tujuan pengajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, 3) media
yang digunakan mudah diperoleh, 4) keterampilan guru dalam menggunakan
media dalam proses pengajaran, 5) tersedia waktu untuk penggunaanya, 6) sesuai
dengan taraf berpikir siswa, 7) memilih media untuk pendidikan dan pengajaran
harus sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Sudjana dan Rivai mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media
pengajaran yaitu. 1) ketepatan dengan tujuan pengajaran, 2) dukungan terhadap
isi bahan pengajaran, 3) media yang digunakan mudah digunakan sederhana dan
praktis, 4) keterampilan guru dalam menggunakan media pada saat proses
pengajaran, 5) tersedia waktu yang digunakannya, 5) sesuai dengan taraf berpikir
anak, 7) memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan
taraf berpikir anak, sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami
oleh anak.
37

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


kriteria pemilihan media pembelajaran merupakan ketepatan media pada saat
proses pembelajaran berlansung sesuai dengan tema dan subtema yang dipelajari,
media yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak, dan keterampilan
guru pada saat mengajar.

2.1.7 Bola Angka Berwarna


2.1.7.1 Pengertian Bola Angka Berwarna
Menurut Andiyani ( Sofia, 2015: 6) media bola angka adalah salah satu
media yang bisa digunakan untuk media pembelajaran, media pembelajaran akan
lebih menarik dan dapat meningkatkan minat belajar anak karena salah satu fungsi
utama pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Media bola angka digunakan sebagai symbol yang di gunakan pada bilangan,
dapat memicu perkembangan anak yaitu perkembangan kognitif. Permainan bola
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan menggunakan bola
berwarna-warni, di mana pada masing-masing bola sudah tertera lambang
bilangan (angka) yang digunakan sebagai pengenalan lambang bilangan. Bermain
bola ini adalah suatu kegiatan bermain edukatif yang digunakan dalam proses
pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
Selanjutnya menurut Tadkirotun( Asnawir,2002: 41) bola angka merupakan
fasiltas yang penting dalam melakukan pembelajaran Permainan bola merupakan
kegiatan bermain yang dilakukan dengan alat bola dengan aturan yang telah
ditentukan dan dilakukan secara menyenangkan. Bola yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bola kecil yang berukuran sebesar bola kasti namun lebih
ringan dan berwarna-warni. Bola warna ini banyak dijual di pasaran.
Menurut Rinaldi (Ilviyantari, 2017: 29), “Bola merupakan salah satu alat
permainan yang mudah dimainkan oleh anak berapa pun usianya“. Kegiatan
bermain ini disebut modifikasi karena dalam permainan ini media yang digunakan
yaitu bola warna yang ditandai dengan angka satu sampai sepuluh.Bola yang
digunakan dalam penelitian yaitu bola.
38

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


yang dimaksudka dengan media bola angka adalah alat permainan yang
digunakan untuk media pembelajaran bagi anak usia dini yang sedang dalam
tahap belajar mengenal angka dan media bola angka juga sangat menarik untuk
dipelajari oleh anak usia dini karena bentuknya yang menarik.

2.1.7.2 Langkah-langkah Penggunaan Media Bola Angka Berwarna


Guru menyiapkan 1 Dus untuk menyimpan semua bola warna merah, biru
dan hijau masing-masing 10 bola warna, dan menyiapkan kertas A3 yang yang
sudah di modifikasi berbentuk angka yang akan di tempelkan pada bola warna.
1) Anak dan guru membuat kesepakatan tentang nama masing-masing
kelompok, yaitu kelompok 1 matahari, 2 bulan dan 3 bintang.
2) Kelompok 1 matahari untuk bola warna merah, 2 bulan untuk bola warna
biru dan 3 bintang untuk bola warna hijau.
3) Sebelum bermain dimulai bola-bola dalam jumlah banyak diletakan dalam 1
dus. Sementara ketiga keranjang lainnya diletakan dengan jarak berjauhan
dari dus tersebut.
4) Sebelum permainan dimulai, anak dan guru bersama-sama menyanyikan
lagu “Ini Angka” dan melakukan tepuk semangat.
5) Anak diajak untuk bertepuk tangan dan guru menunjuk kelompok yang
maju terlebih dahulu dengan nyanyian. (ayo kelompok matahari bulan
tunjukkan aksimu dulu...prok...prok...prok).
6) Anak berbaris panjang ke belakang. Masing-masing kelompok memasukan
bola ke keranjang sesuai dengan kelompok dan warna bola. Contoh
kelompok matahari memasukan ke keranjang merah dan sebagainya.
7) Guru memberi aba-aba dan mulai menyanyi, setelah selesai lagu tersebut di
nyayikan, untuk giliran main, guru mengatur siapa-siapa yang harus
memasukan dulu, anak-anak diharuskan untuk mengingat kelompoknya
masing-masing dan setiap kelompok bergiliran memasukan bola, bisa
digunakan dimulai dari depan/bisa juga dari arah belakang.
8) Untuk cara penghitungan bola, guru mengambil dan menunjukan bola
kepada anak-anak dan mereka sendiri yang menghitung bola tersebut.
39

9) Masing-masing anak dalam kelompok memiliki tugas yang sama, yaitu


membilang bola warna di kotak dan di papan tulis dengan cara
menunjuknya satu persatu, membilang dengan melanjutkan, dan membilang
secara mundur.
10) Selama anak maju ke depan, anak yang lain diminta memberi semangat.
11) Guru memberikan contoh kepada anak dalam melakukan dengan beberapa
bentuk dan angka yang akan ditempelkan oleh anak dengan jumlah yang
sudah diberikan oleh guru, setelah itu anak menunjukkan berapa banyak
bilangan yang ada pada bola yang telah ditempelkannya.
12) Setelah itu anak menunjukkan berapa banyak bilangan yang ada pada bola
yang telah ditempelkannya, angka yang benar yang ditempelkan titik berada
di bagian atas.
13) Setelah kegiatan itu selesai semua. Maka tinggal menghitung bola yang
berhasil dimasukan. Yang menang memasukan bola terbanyak. Pemenang
dari permainan ini adalah kelompok yang paling banyak benar dalam
membilang bola warna di dalam kotak.
14) Guru memberikan pujian kepada kelompok yang memenangkan permainan
dan memberikan stiker bintang.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relavan


Ada pun hasil-hasil penelitian yang relevan yang berkaitan dengan
penelitian ini yaitu sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh
Andiyani S. L pada tahun 2015 dengan judul “pengembangan media balok
angka pada kemampuan kognitf pada anak kelompok B di TK Beringin Raya
Bandar Lampung” penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan
subyek penelitian anak kelompok B TK Bringin Raya Bandar Lampung terdiri
dari dua kelompok usia. Kelompok A usia 4-5 tahun yang terdiri dari satu kelas
dengan kelompok B usia 5-6 tahun terdiri dari 2 kelas yaitu B1 dan B2. Pada
kelompok A berjumlah 12 anak sedangkan kelompok B berjumlah 28 anak.
penelitian dilaksanakan dalam II siklus, menggunakan RKM, RKH, lembar unjuk
kerja aktivitas siswa, lembar kerja aktivitas guru. Hasil penelitian tindakan pada
anak didik mencapai ketuntasan pada siklus I mencapai 0-25% dikategoriken
40

belum berkembang, siklus II mencapai 26-50% dikategorikan mulai berkembang,


siklus III 51-75% dikategorikan sesuai harapan, siklus IV 76-100% dikategorikan
berkembang sangat baik. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pembelajaran
permainan balok huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan
anak. Oleh sebab itu guru sebagai pelaksana pembelajaran harus mengutamakan
penggunaan media yang bermacam-macam bagi anak sehingga anak dapat belajar
melalui kegiatan permainan dengan menyenangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Humaeroh. S. dkk dengan judul
pengembangan media bola angka terhadap kemampuan kogntif pada anak di
taman kanak-kanak Pembina. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas dengan subjek penelitian anak usia 5-6 tahun di TKK Pembina. Hasil
penelitian menunjukan ada peningkatan dalam kemampuan membaca dari
14%meningkat 79%, menjadi 86%.
Penelitian oleh Anggraini Dian (2018) dengan judul pengembangan media
balok angka berwarna pada kemampuan mengenal angka anak usia dini di RA
AL-Hidayah Kecamatan Kasui Kabupaten Waykanan. Penelitian ini
menggunakan bertujuan untuk 1) menghasilkan media balok angka berwarna, 2)
mengetahui kualitas hasil uji coba produk pengembangan media balok angka
berwarna. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di RA AL-
Hidayah Kecamatan Kasui Kabupaten Waykanan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa berdasarkan validasi oleh ahli materi mendapatkan persentase 87% dengan
kategori sangat layak, penilaian oleh ahli media mendapatkan persentase 82%
dengan kategori sangat layak, penilaian oleh ahli bahasa mendapatkan persentase
75% dengan kategori sangat layak, sedangkan respon peserta didik RA AL-
Hidayah mendapatkan persentase 80% dengan kategori sangat layak.
Berdasarkan kajian hasil-hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengembangan media bola angka sangat tepat untuk dikembangkan dalam
meningkatkan kemampuan mengenal angka anak usia dini.
41

2.3 Kerangka Berpikir


Pada saat ini peneliti menemukan ada berbagai permasalahan dalam
perkembangan berpikir pada anak usia 5-6 tahun di TKK Negeri Radha ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: ada beberapa anak masih susah dalam
mengurutkan angka, karena disebabkannya masih terbatasnya dan kurangnya
penggunaan media. Sebagian besar guru dalam kegiatan mengenal angka masih
menggunakan LKA (Lembar Kerja Anak) jarang menggunakan APE (Alat
Permainan Edukatif) seperti bola angka, buku paket ataupun benda-benda lainya
yang bisa digunakan untuk mengenalkan angka kepada anak. Salah satu yang
diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir pada anak yaitu dengan
menggunakan bola angka, bola angka merupakan kegiatan anak yang
mengunakan bola dengan menulis angka lalu anak mengurutkan angka sesuai
dengan angka yang benar.
Permainan bola angka adalah alat permainan yang terbuat dari kain flanel
dengan warna-warna yang menarik dan kegiatan pembelajaran itu sendiri terdiri
dari menyusun, merangkai dan membangun. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan
pembelajaran permainan bola angka akan diterapkan dengan bola angka yang
memiliki tulisan angka untuk meningkatkan daya pikir anak dalam mengenal
angka, Serta memberikan kesenangan dan memberikan paksaan mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga kemampuannya dalam mengenal manfaat untuk
perkembangan otaknya dan perkembangan bahasa. Dalam Standat Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak No. 137 tahun 2014 dalam aspek kognitif anak
usia 5-6 tahun adalah. 1) memahami (reseptif) : memahami cerita, perintah,aturan,
dan menyenangi serta menghargai , 2) mengekspresikan : mampu bertanya,
menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali apa
yang diketehui, 3) keaksaraan: memahami hubungan bentuk dan bunyi angka,
meniru bentuk angka, serta memahami angka dalam suatu media.
Salah satu kecerdasan yang berpengaruh penting dalam kehidupan anak
yaitu kecerdasan logika matematika, kecerdasan logika matematika sudah lama di
unggulkan dan diakui sejak lama, banyak tes psikometrik memberikan ruang yang
luas untuk kecerdasan ini, dan menjadi salah satu indikator terkuat dalam menilai
42

anak didik yakni bisa dikatakan cerdas dan tidak cerdas, setiap pendidik PAUD
mutlak menstimulasi kecerdasan logika matematika karena keberhasilan stimulasi
tersebut akan memberikan dampak yang sangat luas dalam perkembangan anak
karena hampir semua aktifitas kehidupan dan berkarier tidak lepas dari kecerdasan
ini.
Pada kenyataannya yang peneliti amati di lapangan, guru jarang
mengembangkan ide-ide yang dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan
anak dalam kegiatan pembelajaran terutama pada perkembangan kemampuan
logis matematis. Sebagai seorang guru, peneliti menyadari bahwa cara mengajar
guru yang seperti ini mengakibatkan kemampuan membaca anak terlihat rendah.
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga anak
merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Berdasarkan pengamatan di TKK Negeri
Radha ditemukan bahwa kemampuan logis matematis pada anak masih rendah,
hal ini mungkin terjadi dikarenakan guru belum menggunakan media yang
bervariatif.
Oleh karena itu peneliti bermaksud mengembangkan media bola angka
berwarna yang diracang secara terpadu sebagai solusi dari permasalahan di TKK
Negeri Radha yang dapat mengembangkan berbagai indikator atau aspek
kemampuan kognitif pada anak usia dini khususnya pada aspek mengenal angka.
Melalui media bola angka ini diharapkan anak dapat bermain sambil belajar serta
tidak langsung mereka dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Alur kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
43

KONDISI IDEAL KONDISI REAL


Dalam STPPA no. 137 tahun Dalam STPPA No. 137 tahun 2014
2014 dalam aspek kognitif anak dalam aspek kognitif anak usian5-6
usia 5-6 tahun tahun:
1. Anak mampu mengenal 1. Dari 15 anak terdapat 5 Anak
lambang bilangan yang belum mampu mengenal
2. Anak mampu memasangkan lambang bilangan
angka secara benar dan 2. Dari 15 anak terdapat 10 anak
mengenal warna yang belum mampu paham,
3. Anak bisa menyusun angka memasangkankan angka secara
yang tepat. benar.
3. Dari 15 anak terdapat 5 belum
bisa menyususun angka yang
tepat.

SOLUSI
Di hasilkan Media Bola Angka yang layak di gunakan dan berkualitas

HASIL
Pengembangan media bola angka berwarna untuk meningkatkan aspek
kognitif

Gambar 2.3 Bagan Alur Kerangka Berpikir


44

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Model Penelitian Pengembangan


Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan atau (development
research). Ada satu model desain pembelajaran yang sifatnya lebih genetik yaitu
model ADDIE (analyze-design develop-implement-evaluate). ADDIE muncul
pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda (Rohman &
Amri, 2013: 210-211). Salah satu fungsi ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis
dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Untuk penelitian desain dan pengembangan atau yang biasa disebut Design
& Development Research (DDR) karya Richei &Klein. Ada tiga kategori DDR
yaitu1) penelitian terhadap suatu produk dan alat (tools), 2) penelitian
pengembangan produk dan 3) validasi desain penelitian model, (suryani, nunuk,
2018). Pada penelitian ini menggunakan model desain pembelajaran yang sifatnya
lebih generik yaitu model ADDIE (analyze-Design-Develop-Implement-
Evaluation). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsi ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatih yang efektif, dinamis
dan mendukung kinerja pelatih itu sendiri. (Suryani, Nunuk 2018).
Prosedur yang dilakukan model ADDIE ada lima tahap yaitu; analisis (
Analyze), desain (Design), pengembangan (Development), Uji Coba
(Implementation) dan Evaluasi (Evaluation).penelitian pengembangan ini lebih
mengarahkan pada upaya untuk menghasilkan produk tertentu kemudian diuji
keefektifanya sehingga siap digunakan secara nyata di lapangan. Produk yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah media buku bergambar (Suryani, Nunuk
2018).
Prosedur penelitian atau pengembangan pada bagian ini memuat tahapan
prosedur pengembangan yang akan digunakan. Tahapan-tahapan yang akan
dilakukan dalam melakukan pengembangan, tergantung padareferensi yang
digunakan.
45

Model ADDIE ini menggunakan 5 tahap pengembangan. Prosedur


pengembangan desain model ADDIE dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Analyze

ImplemTentatio Evaluation Design


n

Development

Gambar 3.1 Tahapan Model ADDIE


Sumber: Tegeh dan Kirana, (dalam Annu 2019:34)

Dalam pengembangan media pembelajaran ini ada lima tahapan model


ADDIE yang dijelaskan sebagai berikut.
1) Tahapan Analisis
Pada tahap analisis dibagi menjadi tiga bagian yaitu.
(1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang digunakan
yaitu kurikulum 2013 yang dibuat oleh Depdiknas dan diterbitkan oleh BSNP.
Peneliti melakukan penyesuaian isi materi yang akan dimuat dalam media
pembelajaran permainan bola angka dalam konteks pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk lebih aktif (student center).

Tabel 3.1 Analisis Kurikulum


Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6
46

Perkembangan kogntif Tahun pada Aspek Mengenal Angka


perkembangan berpikir 1) 1) Menyebutkan angka-angka yang dikenal
logis 2) 2) Mengenal angka awal
3) 3)Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki
4) 4) huruf dan angka awal yang sama
5) 5) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk angka
6) 6) Membaca angka 1-9
7) 7) Menuliskan angka 1-9

(Sumber: Permendikbud No. 137 Tahun 2014 STTPA)

(2) Analisis Peserta Didik


Analis ini dilakukan untuk mengetahui secara detail kondisi peserta didik dan
untuk mengetahui kemampuan peseta didik saat belajar. Hal yang perlu diketahui
dari peserta didik pada saat penelitian adalah mengetahui rentang usia, jumlah
peserta didik, prilaku dari peserta didik dan mengetahui aspek perkembangan
anak. Hasil dari analisis ini akan dijadikan sebagai pedoman untuk menyusun dan
mengembangkan media.
(3) Analisis kompetensi
Analisis ini meliputi analisis pada Kompetensi Inti (KI) Dan kompetensi
dasar (KD) apa yang akan dimuat dan yang utuh dengan alat-alat pendukung pada
permaina bola angka.
2) Tahap Desain
Tahap ini dikenal dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas
kertas harus ada terlebi dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini?
Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (specific, measurable,
applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudia
tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media
yang dapat kita pilih dan tentukan mana yang relavan.
3) Tahap Pengembangan
47

Pengembangan adalah proses mewujudkan desain menjadi kenyataan.


Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau di perlukan
modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya
dengan lingkungsn belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran
semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langka penting dalam tahap
pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini
merupakan bagian dari salah satu langka ADDIE, yaitu efaluasi. Lebih tepatnya
efaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki system
pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah-langkah pengembangan adalah sebagai berikut.
(1) Pembuatan produk
Berdasarkan desain produk yang telah dirancang, kemudia dilakukan
pencetakan produk. Semua komponen yang telah dipersiapkan pada tahap
desain di rangkai menjadi satu kesatuan produk yang utuh dengan alat-alat
pendukung pada media balok huruf.
(2) Pada tahap ini produk awal di validasi oleh ahli materi, hasil validasi
berupa komentar, saran dan masukan yang di jadikan sebagai dasar untuk
melakukan revisi 1 terhadap produk yang di kembangkan.
(3) Revisi 1
Pada tahap ini produk di revisi berdasarkan komentar, sarana dan masukan
dari ahli materi dan ahli media.
4) Tahap Implementasi
Implementasi atau langka nyata untuk menerapkan system pembelajaran.
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah ke
empat dari model desain system pembelajaran ADDIE. Langkah ini memang
mempunyai makna adanya penyampaianmateri pembelajaran dari guru atau
instruktur kepada anak.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi meliputi:
(1) Uji Perorangan
(2) Uji coba kelompok kecil
48

Penelitian melakukan uji coba terhadap media yang telah diproduksi


berdasarkan naskah yang telah dikembangkan dan divalidasi ahli. Uji coba
terbatas dilakukan dengan subjek 12 anak TKK Negeri Radha
(3) Revisi 11 (jika diperlukan)
Setelah uji coba kelompok kecil maka dilakukan revisi kembali jika
diperlukan revisi berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil.
(4) Produk
Dari hasil uji coba maka dapatlah produk akhir berupa media bola angka
5) Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap diatas. Evaluasi yang terjadi
pada setiap empat tahap itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap rancangan mungkin kita memerlukan
salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input
terhadap rancangan yang sedang kita buat. Uji Coba Produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan /
daya tarik dari produk yang di hasilkan.

Tahap Analisis

Analisis Analisis Analisis


kurikulum kebutuhan kompetensi
siswa
49

1.1 Tahap Desain

1.3 Penyusunan 1.2 Pembuatan


1.4 Pembuatan
Panduan Instrumen
Desain Produk
Pembuatan Penilaian
Produk

1.5 Tahap Pengembangan

1.7pembuatan 1.8 validasi (ahli materi 1.6 re


produk dan ahli ahli media) visi I

1.9 Tahap Implementasi


1.12 Re
1.10 Uji Coba 1.11 Uji Coba
visi II
perorangan Kelompok Kecil

1.13 Produk
Akhir

1.14 Tahap Evaluasi

Gambar 3.1 Tahap Pengembangan Model ADDIE


Sumber. Rohman dan Amri(2013:2010-211)

3.2 Prosedur Pengembangan


Prosedur pengembangan pada bagian ini memuat tahapan prosedur
pengembangan yang akan digunakan. Tahapan-tahapan yang akan dilakukan
50

dalam melakukan pengembangan, tergantung pada refrensi yang digunakan.


Namun secara garis besar, pada tahapan ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu:

TAHAP I STUDI PENDAHULUAN

TAHAP II PENGEMBANGAN MODEL

TAHAP II

1. Penguji ahli materi


2. Penguji ahli media
3. penguji ahli desain media

analisis dan revisi produk berdasarkan uji ahli


Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan

uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil

produk akhir hasil pengembangan

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan


Tahap I: Studi pendahuluan
1) Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan
deskriptif kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur,
kemudian studi lapangan tentang produk yang akan dikembangkan.
2) Pada studi pendahuluan ini diakhiri dengan deskripsi dan analisis temuan
(model faktual). Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti yaitu mengetahui
sejarah jelas tentang subjek yang ada di lapangan. Dalam studi pendahuluan
dilakukan dengan pedoman wawancara terhadap guru untuk mengetahui
51

variabel latar belakang siswa, orang tua, pendidika, sikap terhadap sesuatu
dan perhatian. Pada pedoman wawancara ini peneliti menyediakan beberapa
pertanyaan yang terkait dengan perkembangan belajar siswa.Studi
pendahuluan inilah yang menjadi dasar berbagai aspek dalam pengembangan
ini.
Tahap II: Tahap pengembangan model
Dalam tahap ini hendaknya memuat butir-butir:
1) Model pengembangan (desain produk)
Tahap ini merupakan tahapan produksi dimana segala sesuatu telah dibuat
dalam tahapan desain menjadi nyata. Peneliti melakukan pengembangan
media bola angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada anak usia
dini di TKK Negeri Radha
2) Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk. Tahapan validasi ini bertujuan untuk memperoleh pengakuan
kelayakan dan memperoleh masukan perbaikan mengenai media yang
dikembangkan. Pada tahap ini media divalidasi oleh ahli media adalah media
bola angka berwarna.
3) Revisi desain
Media yang telah divalidasi selanjutnya melalui tahap revisi.Revisi terhadap
media dilakukan berdasarkan masukan dari ahli materi dan ahli media yang
diberikan pada tahap validasi.Validasi dari ahli materi dan ahli media yang
diberikan pada tahap validasi.Validasi dari ahli materi peneliti dijadikan dasar
untuk melakukan perbaikan pada materi.Sedangkan, validasi dari ahli media,
peneliti mendapatkan komentar atau saran terkait media.Komentar atau saran
dari ahli media dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan pada media.

3.3 Uji Coba Produk


Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan atau
daya tarik dari produk yang dihasilkan.
52

3.3.1 Desain Uji Coba


Desain uji coba merupakan hal yang penting dalam tahap uji coba, pada
tahap uji coba, produk akan dievaluasi melalui beberapa tahap agar menghasilkan
produk yang benar-benar layak untuk pembelajaran anak usia dini.

DRAFT 1 1. Angket ahli isi


2. Angket ahli media

ANALISIS &
REVISI I

DRAFT II
Angket Ahli Desain
DRAFT I

ANALISIS &
REVISI II

DRAFT III

ANALISIS & Angket Uji Coba


REVISI III perorangan &
Kelompok Kecil

DRAF IV Media bola angka

Gambar 3.4 Desain Uji Coba Pengembangan Produk

3.3.2 Subjek Uji Coba


Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia dini dengan jumlah anak 6
orang. Pelaksanaan uji penggunaan media dilakukan dalam proses belajar sambil
53

bercerita sehingga anak mempunyai peran penting dalam merespon penggunaan


media bola angka

3.3.3 Jenis data


Data yang dikumpulkan ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yaitu:
1) Data kualitatif yaitu data tentang pengembangan media pembelajaran bola
angka pada anak usia dini yang berupa kritik dan saran dari ahli media atau
ahli materi
2) Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang berupa data
penilaian tentang media pembelajaran bola angka pada anak usia dini dari
ahli materi, ahli media dan ahli desain dan anak TKK Negeri Radha dalam
kursioner

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen


3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian bertujuan untuk mengumpulkan semua
data yang valid sebagai penunjang keberhasilan penilaian, berisi tentang langkah-
langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk mendapatkan data. Metode
pengumpulkan data dalam penelitian ini meliputi metode observasi, wawancara
dan dokumentasi.
1. Metode observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai
gejala-gejala yang diteliti. Yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri. Melalui observasi ini Peneliti dapat mempelajari tentang perilaku
dan makna dari perilaku tersebut. Subjek yang diamati peneliti adalah kelompok
B.
1) Metode wawancara
Wawancara merupakan percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Setelah melakukan observasi kepada anak kelompok B
TKK Negeri Radha, peneliti melanjutkan pengumpulan data dengan melakukan
wawancara guna mendapatkan hasil yang lebih spesifik kepada guru kelas
tentang bahasa. Peneliti melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara.
54

2) Metode dokumentasi
Digunakan oleh peneliti untuk menganalisis aktivitas berdasarkan foto-foto
biasanya lebih akurat dan menarik dan dapat menyimpulkan semua kegiatan
yang sudah dilaksanakan.

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian ini adalah pedoman hasil observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi mengenai tujuan pembelajaran aspek bahasa yang akan
digunakan berdasarkan media bola angka yang dikembangkan dan terlebih dahulu
diuji validitasnya. Dalam penyusunan instrument, instrument disusun dan
disesuaikan dengan produk yang dikembangkan dan evaluasi produk yang
dilakukan tepat sasaran.Instrumen yang dikembangkan sendiri terdiri dari
beberapa instrumen yang disesuaikan dengan tujuannya masing-masing.

3.5 Metode Analisis Data


Data yang diperoleh dari ahli materi, ahli desain, ahli media, uji coba
perorangan dan uji coba kelompok kecil.Dalam penelitian pengembangan
menggunakan dua teknik analisis data yaitu, teknik analisis deskriptif kualitatif
dan analisis statistic deskriptif kuantitatif.
1. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik ini digunakan untuk merevisi produk media pembelajaran yang
sedang dikembangkan.Dasar revisi ini adalah dari masukan, saran dari beberapa
ahli isi, ahli media, ahli desain pembelajaran.
2. Teknik Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif
Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang berasal dari angket dalam
bentuk deskriptif persentase.

Rumus yang digunakan adalah:


(1) Rumus untuk mengolah data per item
∑X
P = ∑ xi x 100%
55

Keterangan :
P = Persentase
∑X = jawaban responden dalam satu item
∑Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = Konstansta
(2) Rumus untuk mengolah data per kelompok dan keseluruhan
∑X
P = x 100%
∑ xi
Keterangan :
P = Persentase
∑X = jawaban responden dalam satu item
∑Xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = Konstansta
(3) Tabel tingkat validitas
Untuk menentukan kesimpulan yang telah tercapai maka ditetapkan kriteria
sesuai tabel tingkat validitas, sebagai berikut.
Tabel 3.1 Tingkat Validitas Kelayakan Media
Persentase Keterangan
86% - 100% A. Sangat Valid
71% - 85% B. Valid
56%-70% C. Cukup Valid
<55% D. Kurang Valid

(Sumber Buku Pedoman Penulis Skripsi Edisi III(Revisi)(2019))


Berdasarkan tabel tingkat validitas kelayakan media di atas, maka media yang
dikembangkan dikatakan layak digunakan apabila tingkat kelayakan berada pada
kategori valid atau berkisan antara 71% sampai 85%.

BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan


56

4.1.1 Penyajian Data Draf 1 Pengembangan


Draft 1 pada pengembangan ini terdiri atas uji ahli materi pembelajaran dan
uji coba media pembelajaran. Instrument penelitan untuk ahli materi di berikan
pada tanggal 17 juni 2021 dan instrument untuk ahli media pembelajaran di
serahkan pada tanggal 31 agustus 2021 untuk media pengembangan yang di
kembangkan.
Uji coba ahli materi di lakukan oleh ibu Yulita Gore S.Pd selaku guru kelas
B di TKK Negeri Radha. Beliau adalah lulusan S1 Pendidikan Anak Usia Dini.
Ahli media yang menjadi penilai atau orang yang memvalidasi media yang di
kembangkan adalah Bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana M.Pd lulusan S3
Doktor Pendidikan dan beliau selaku dosen di STKIP Citra Bakti Ngada.
Produk pengembengan yang di serahkan kepada ahli materi adalah
instrumen uji ahli materi dan indikator penilaian perkembangan anak. Produk
pengembangan yang di serahkan kepada ahli media pembelajaran adalah
instrumen uji ahli media pembelajaran kogntif anak usia dini. Data dijabarkan
secara sistematis dari instrument sampai produk pengembangan.

4.1.1.1 Validasi Instrumen


1. Validasi Instrumen Ahli Materi
Uji coba ahli materi di lakukan oleh ibu Yulita Gore selaku guru kelas B di
TKK Negeri Radha. Beliau adalah lulusan S1 Pendidikan Anak Usia Dini .
Produk pengembangan yang di serahkan kepada ahli materi adalah instrument uji
ahli materi dan indikator penilaian perkembangan anak. Produk pengembangan
yang di serahkan kepada ahli materi pembelajaran adalah instrumen uji ahli materi
pembelajaran kognitif anak usia dini. Data di jabarkan secara sistematis dari
instrumen sampai produk pengembangan. Peneliti menyerahkan instrumen kepada
ahli materi untuk di lakukan uji coba. Sebelum di serahkan kepada ahli,
instrument terlebih dahulu di validasi oleh pembimbing apakah layak atau
tidaknya instrumen tersebut di gunakan dalam penelktian ini. Dibawah ini di
paparkan hasil validasi instrument ahli materi pembelajaran.
2. Validasi Instrument Ahli Media
57

Ahli media yang menjadi penilai atau orang yang memvalidasi media yang
di kembangkan adalah Bapak Dr.Dek Ngurah Laba Laksana M.Pd yang
merupakan lulusan.
Instrument yang di gunakan untuk memvalidasi media pembelajaran yang di
kembangkan di konsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing apakah layak
atau tidak layak untuk di gunakan dalam penelitian ini.
3. Validasi Instrument Buku Panduan
Instrummen yang di gunakan untuk memvalidasi buku panduan yang di
kembangkan oleh peneliti, terlebih dahulu di konsultasikan kepada pembiming
untuk mendapat persetujuan.

4.1.1.2 Penyajian Data Draf 1 Hasil Pengembangan


1. Instrumen Ahli materi
Materi pembelajaran yang di muat didalam media yang di kembangkan di
uji coba terlebih dahulu oleh ahli materi. Uji coba dilakukan dengan mengkaji
materi pembelajaran kemudian memberikan penilaian pada lembar kusioner yang
telah di siapkan.
Uji coba ahli konten dengan melibatkan 1 orang guru kelas B TKK Negeri
Radha ahli konten dengan ibu Yulita Gore S.Pd beliau adalah guru kelas B di
TKK Negeri Radha.
Uji coba di lakukan untuk mendapatkan informasi yang akan di gunakan
untuk merevisi isi materi yang terdapat dalam pengembangan media bola angka
berwarna yang di kembangkan dan untuk meningkatkan kualitas media bola
angka berwarna . Setelah mendapat masukan dan saran dari ahli isi selanjutnya di
revisi kembali sesuai dengan saran validator.
Hasil uji coba ahli materi di peroleh oleh lembar angket yang berisi
penilaian dari ahli materi dan dari hasil tersebut dapat di lakukan perbaikan agar
menjadi lebih baik. Penilain akan di berikan setelah ahli mengkaji materi yang
sudah di buat oleh peneliti kemudian ahli memberi tanda centang pada kolom
skor. Adapun saran yang di berikan adalah perbaiki indikator penilaian dan
kesesuaian materi pembelajaran dan ahli meminta peneliti untuk mengganti
instrument penilaian yang di gunakan. Sesuai dengan kritik dan masukan yang di
58

berikan. Maka peneliti memperbaiki indikator dan materi yang akan di gunakan
dalam pembelajaran di kelas. Hasil uji coba oleh ahli materi dapat di lihat pada
tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Penilaian Ahli Konten/ Materi
No Aspek yang dinilai Skor
1 Media yang dikembangkan relavan dengan kompetensi 4
anak usia 5-6 tahun
2 Media yang dikembangkan relavan dengan kompetensi 4
dasar nak usia 5-6 tahun
3 Media yang dikembangkan relavan dengan tujuan 4
pembelajaran anak usia 5-6 tahun
4 Media yang dikembangkan dapat digunakan untuk 4
pengembangan aspek kognitif
5 Media yang dikembangkan dapat digunakan untuk 4
pengembangan aspek kognitif berpikir simbolik anak
usia 5-6 tahun
6 Media yang digunakan relavan dengan perkembangan 5
kognitif anak usia 5-6 tahun
7 Media yang dikembangkan sesuai dengan kehidupan 5
sehari-hari anak usia 5-6 tahun
8 Kesesuaian media ular tangga dengan karakteristik anak 5
usia 5-6 tahun
9 Media bola angka ini mudah digunakan dalam 5
pembelajaran anak usia 5-6 tahun
Jumlah Skor 40
Persentase 88%
Kriteria Sangat
baik

Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat di jelaskan bahwa terdapat lima
skor penilain yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5. Skor 1 artinya sangat kurang, skor 2 artinya
kurang, skor 3 artinya cukup, skor 4 artinya baik dan skor 5 artinya sangat baik. 5
aspek penilaian memperoleh skor 4 artinya baik dan 4 aspek penilaian
memperoleh skor 5 yang artinya sangat baik. Dan Berdasarkan hasil penilaian
ahli materi maka, dapat di jelaskan sebagai berikut : ada 5 skor dalam
penilaian, dari 5 skor di atas di peroleh hasil dari jumlah skor yaitu 40 .
Karena skor 4 memperoleh 20 skor dan skor 5 memperoleh 20 skor , dan
jumlah penilaian di kali dengan skor yaitu 9 butir penilaian x 5 butir skor = 45.
59

Jadi , jumlah skor di bagi dengan jumlah penilaian di kali dengan 100 %.
Maka hasilnya 40/45x 100% = 88 %.
Adapun masukan dan saran yang di berikan oleh ahli materi yang sesuai
dengan media bola angka berwarna adalah sebagai berikut :
1) Harus menggunakan metode yang bervariasi
2) Media yang di gunakan harus membuat anak berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran
3) Media yang disiapkan sangat bagus sesuai dengan sikon ana
2. Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran
Instrument ahli media pembelajaran, yang di kembangkan oleh peneliti di
konsultasi kepada media, apakah layak atau tidak digunakan dalam penelitian ini.
Untuk mengetahui kegiatan dari media bola angka di lihat dari kuisioner yang
telah di isi oleh ahli media seperti yang di paparkan di bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Ahli Media


No Aspek yang Deskriptif Skor
60

dinilai
1 Spatial Media bola angka menggunakan prinsip 4
Contiguit contiguity, jika angka ditempatkan
y berdekatan dengan gambar
2 Unsur Ketepatan pemilihn gambar dengan 4
gambar/f materi
oto
3 Fungsi Ketepatan menampilkan fungsi dari 4
gambar gambar/foto
4 Penggunaan Ketepatan mematuhi prinsip 5
warna penggunaan media yakni: warna untuk
membedakan dari setiap elemen,
memfokuskan akses untuk link dan
penerapan yang konsisten
5 Kontras Produk menggunakan warna hanya 5
warna untuk meningkatkan perhatian dan
membangkitkan respon emosionala anak
6 Warna Medi bola angka berwarna mematuhi 5
latar prinsip, dimana latar disandingkan
dengan warna lain dan tingkat kecerahan
tinggi, sedang dan mengggunakan
gradasi warna untuk kecukupan
kontraks antara simbol dan latar .
7 Panduan Media bola angka dilengkapi dengan 5
buku panduan yang diprint secara
terpisah
8 Kemasan Media bola angka dikemas dan disimpan 5
dengan baik
Jumlah skor 37
Persentase 92%
Kriteria Sangat
baik

Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat di jelaskan bahwa terdapat 8 butir
indikator penilaian yang di gunakan untuk memvalidasi produk pengembangan.
Terdapat 5 skor penilaian pada kusioner di atas adalah skor 1 artinya sangat
kurang , skor 2 artinya kurang , skor 3 artinya cukup, skor 4 artinya baik, dan skor
5 artinya sangat baik. Dan Berdasarkan hasil penilaian ahli media maka, dapat
di jelaskan sebagai berikut : ada 5 skor dalam penilaian, dari 5 skor di atas
di peroleh hasil dari jumlah skor yaitu 37 . Karena skor 4 memperoleh 12 skor
dan skor 5 memperoleh 25 skor , dan jumlah penilaian di kali dengan skor
61

yaitu: 8 butir indikator penilaian x 5 butir skor = 40. Jadi , jumlah skor di
bagi dengan jumlah penilaian di kali dengan 100 %. Maka hasilnya 37/40x
100% = 92 %.
Uji coba ahli media pembelajaran ini di lakukan oleh ahli media yang telah
di pilih oleh peneliti yaitu Bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana M.Pd. Uji coba
di lakukan untuk mengetahui kelayakan serta untuk meningkatkan kualitas dari
media bola angka berwarna. Dengan perolehan skor dari ahli media maka media
ini layak di gunakan.
Adapun masukan dan saran dari ahli media terhadapat media bola angka
berwarna sebagai berikut : 1) Media harus di kembangkan sesuai dengan tema dan
sub tema 2) Symbol symbol yang ada pada bola harus sesuai tema dan sub tema
3) Media yang di buat harus bulat 4) Kontars warna pada media bola angka harus
dapat menarik perhatian murid 5) Media bola angka harus di kemas dan di simpan
pada tempat yang baik 6) Warna pada boks bola angka harus sesuai dengan warna
pada bola angka
3. Instrument Buku Panduan Oleh Ahli Materi dan Ahli Media
Pembelajaran
Buku panduan adalah buku yang menyajikan cara penggunaan media, sebelum
di gunakan buku panduan tersebut di uji kelayakan oleh ahli materi dan ahli media
pembelajaran. Untuk mengetahui kelayakan dari buku panduan ini di lihat dari
kusioner yang telah di berikan.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Buku Panduan oleh Ahli Materi Pembelajaran
No Aspek yang dinilai Skor
1 Ruang lingkup informasi yang disajikan pada buku 4
panduan sudah selesai
2 Cara penyajian dan pengorganisasian panduan sudah 4
selesai
3 Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif 4
4 Buku panduan memberikan informasi yang jelas 4
sebelum media dijalankan
5 Buku panduan dibuat untuk memudahkan kegiatan 5
dalam proses pembelajaran dikelas
Jumlah Skor 21
Persentase 84%
Kriteria Sangat
62

baik

Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dapat di jelaskan bahwa terdapat 8 butir
indikator penilaian yang di gunakan untuk menilai kelayakan buku panduan yang
di buat oleh peneliti. Terdapat 5 skor penilaian dan memiliki kriteria masing-
masing adalah sebagai berikut. Skor 1 artinya sangat kurang, skor 2 artinya
kurang, skor 3 artinya cukup, skor 4 artinya baik, skor 5 artinya sangat baik.
Dan Berdasarkan hasil penilaian buku panduan maka, dapat di jelaskan
sebagai berikut : ada 5 skor dalam penilaian, dari 5 skor di atas di peroleh
hasil dari jumlah skor yaitu 21. Karena skor 4 memperoleh 16 skor dan skor 5
memperoleh 5 skor , dan jumlah penilaian di kali dengan skor yaitu: 5 butir
indikator penilaian x 5 butir skor = 25. Jadi , jumlah skor di bagi dengan
jumlah penilaian di kali dengan 100 %. Maka hasilnya 21/25x 100% = 84%
Saran yang di berikan oleh ahli materi tentang buku panduan adalah : 1) Buku
panduan harus di cantumkan rencana pembelajaran, 2) Buku panduan harus di
kembangkan dengan cara penggunaan aktivitas guru dan anak, 3) Buku panduan
harus di lengkapi dengan langkah-langkah dalam pembelajaran
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Buku Panduan oleh Ahli Media Pembelajaran
No Aspek yang dinilai Skor
1 Ruang lingkup informasi yang disajikan pada buku 4
panduan sudah selesai
2 Cara penyajian dan pengorganisasian panduan sudah 4
selesai
3 Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif 4
4 Buku panduan memberikan informasi yang jelas 4
sebelum media dijalankan
5 Buku panduan dibuat untuk memudahkan kegiatan 5
dalam proses pembelajaran dikelas
Jumlah Skor 21
Persentase 84%
Kriteria Sangat
baik

Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa terdapat 8 butir indikator penilaian


yang di gunakan untuk menilai kelayakan buku panduan yang di buat oleh
63

peneliti untuk menilai kelayakan dari buku panduan media bola angka. Dan
Berdasarkan hasil penilaian buku panduan maka, dapat di jelaskan sebagai
berikut : ada 5 skor dalam penilaian, dari 5 skor di atas di peroleh hasil dari
jumlah skor yaitu 21. Karena skor 4 memperoleh 16 skor dan skor 5
memperoleh 5 skor , dan jumlah penilaian di kali dengan skor yaitu: 5 butir
indikator penilaian x 5 butir skor = 25. Jadi , jumlah skor di bagi dengan
jumlah penilaian di kali dengan 100 %. Maka hasilnya 21/25x 100% = 84%.
4.1.1.3 Analisis dan Revisi
Analisis data draft 1 pengembangan ini merupakan analisis hasil data
deskripsi kualitatif dan kuantitatif uji ahli materi pembelajran dan ahli media
pembelajaran.
1. Analisis Data Deskripsi dan Kuantitatif Ahli Isi/Materi
Instrument ahli materi yang di gunakan untuk memvalidasi materi
pembelajaran yang di buat di nyatakan layak untuk di gunakan dalam penelitian.
Indikator penilaian yang tercantum di dalamnya yaitu untuk menilai materi
pembelajaran yang akan di laksanakan.
Berdasarkan hasil penilaian ahli materi yang di sajikan pada tabel 4.1 maka dapat
di hitung persentase tingkat pencapaian media sebagai berikut:
∑X
P = x 100%
∑ xi

Keterangan:
P = Presentase
∑x = jawaban responden dalam suatu item
∑xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = konstanta
∑x =9x5=45%
∑xi =40dari 5 nilai ideal x 9 butir instrumen
P = 40/45x100%=88%

Tabel 4.5 Tingkat Validasi


Prosentase Keterangan
64

86%-100% Sangat valid


71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid
Sumber: Buku Panduan Skripsi Edisi III (Revisi),( 2019:77)
Berdasarkan hasil di atas maka dapat di simpulkan bahwa hasil validasi oleh
ahli materi pada 9 aspek yang sudah di nilai yaitu berjumlah 45 skor dengan
persentase 88 % dan masuk pada kriteria” sangat valid”. Sangat valid karena
media bola angka layak untuk di uji coba. Bobot pada instrument sebanyak 5,
maka persentase di hitung 40/45x100=88%. Hasil kalkulasi sebesar 88% berada
pada kriteria “sangat valid” maka media balok angka tidak di revisi lagi oleh
peneliti. Namun masih ada masukan dan saran dari ahli di perbaiki dim as yang
akan dating.
2. Analisis Data Deskripsi dan Kuantitatif Ahli Media
Instrument yang di isi oleh ahli media pembelajaran untuk divalidasi untuk
mengetahui kelayakan dari media bola angka. Dari hasil penilian dapat di
simpulkan bahwa instrument ahli media pembelajaran layak di gunakan oleh
peneliti untuk melanjutkan penelitian pengembangan.
Berdasarkan hasil pengisian instrument oleh ahli media pembelajaran sebagai
mana sudah di paparkan pada tabel 4.2 maka dapat di hitung persentase tingkat
pencpaian media bola angka
∑X
P = x 100%
∑ xi

Keterangan:
P = Presentase
∑x = jawaban responden dalam suatu item
∑xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = konstanta
∑x =8x5 =40%
∑xi =37dari 5 nilai ideal x 9 butir instrumen
P = 37/40x100%=92%
Tabel 4.6 Tingkat Validasi
65

Prosentase Keterangan
86%-100% Sangat valid
71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid
Sumber: Buku Panduan Skripsi Edisi III (Revisi), (2019:77)
Berdasarkan rumus di atas maka di peroleh hasil dari jumlah skor 40 yaitu

92% dengan kategori”sangat valid” krena media bola angka layak di gunakan

untuk pembelajaran. Di tetatpkan bobot setiap butir dengan kriteria angka yaitu 5,

maka prosentase di hitung =92% dari media bola angka tidak perlu di revisi,

namum masih ada saran dan masukan oleh ahli untuk menjadi perbaikan di masa

mendatang.

4.2 Analisis Data Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Buku Panduan

Buku panduan penggunaan media bola angka di validasi oleh ahli media dan

ahli materi untuk mengetahui kelayakan dari buku panduan penggunaan media

bola angka. Sesuai hasil yang telah diisi pada instrument buku panduan layak di

gunakan dengan komponen yang cocok untuk menilai buku panduan.

Berdasarkan hasil pengisian instrument buku panduan yang sudah dipaparkan

tabel 4.3 maka dapat di hitung persentase tingkat pencapaian penggunaan buku

panduan.
∑X
P = x 100%
∑ xi

Keterangan:
P = Presentase
∑x = jawaban responden dalam suatu item
∑xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = konstanta
∑x =21
∑xi =21 dari (5 nilai x 5 butir instrument) + ( 5 nilai x 5 butir
instrument)
66

P = 21/25x100%=84%
Tabel 4.7 Tingkat Validasi
Prosentase Keterangan
86%-100% Sangat valid
71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid
Sumber: Buku Panduan Skripsi Edisi III (Revisi), (2019:77)
Berdasarkan hasil di atas maka dari 8 aspek di nilai dapat di simpulkan
dengan jumlah skor sebanyak 21 dengan hasil yang di peroleh adalah 25 dengan
porsentase 84% masuk pada kategori “valid” dengan kesimpulan layak untuk di
gunakan tanpa revisi.

4.2.1 Revisi Draft 1 Pengembangan


1. Revisi Ahli Materi
Ada beberapa masukan dan saran di berikan oleh ahli materi tentang
pengembangan media bola angka adalah:
1) Media harus menggunakan metode yang bervariasi
Berdasarkan saran dan masukan ,peneliti harus mampu membuat media
bervariasi agar anak tidak mudah bosan. Dan peneliti harus melakukan proes
pembelajaran secara menyenangkan, interaktif, memotivasi dan memberikan
kesempatan untuk anak melakukan hal yang di inginkan.
2) Media yang di gunakan harus membuat anak berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran
3) Media yang disiapkan sangat bagus sesuai dengan sikon anak
2. Revisi Ahli Media
Ada beberapa masukan dari ahli media adalah sebagai berikut:
1) Media harus di kembangkan sesuai dengan tema dan sub tema
2) Symbol symbol yang ada pada bola harus sesuai tema dan sub tema
3) Media yang di buat harus bulat
4) Kontars warna pada media bola angka harus dapat menarik perhatian muri
5) Media bola angka harus di kemas dan di simpan pada tempat yang baik
6) Warna pada boks bola angka harus sesuai dengan warna pada bola angka
67

3. Revisi Buku Panduan


Buku panduan yang dibuat oleh peneliti diberi masukan dan saran oleh ahli
media dan ahli materi. Masukan dan saran yang diberikan adalah bahasa yang
digunakan harus bisa dipahami, dicantumkan cara-cara menggunakan media Bola
angka , dan tujuan dari media bola angka dan penutup. Dari itu peneliti membuat
buku panduan media bola angka dengan bahasa yang logis, aktivitas guru dan
anak saat menggunakan media bola angka.
4.2.2 Draft II Pengembangan
1. Penyajian Data Draft II Pengembangan
Instrumen ahli desain pembelajaran diberikan kepada ahli desain yang
dipilih oleh peneliti pada tanggal 17 06 2021 untuk mengisi instrumen sesuai
kuisioner yang di berikan dan untuk mengetahui kelayakannya.
2. Validasi Instrumen Ahli Desain
Instrumen yang digunakan untuk menilai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian yang dibuat dikoreksi terlebih dahulu oleh pembimbing dan
dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Dibawah ini dipaparkan
hasil validasi instrumen ahli desain pembelajaran.

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Ahli desain terhadap Produk Pengembangan


Media Bola Angka
No Komponen Deskripsi Skor
1 Kelengkapan Identitas mapel, KI, KD, tujuan,dan 4
komponen indikator
68

RPPH
2 Kesempurnaan Rumusan KD sesuai Permendiknas 5
rumusan KD
3 Ketepatan Mengacu pada konsep pengembangan 4
rumusan tujuan model ADDIE
4 Keluasan Mengacu pada tujuan yang dirumuskan 4
rumusan tujuan dari setiap KD
5 Ketepatan Mengacu pada ketepatan menggunakan 4
merumuskan kata kerja operasional
indikator
6 Keluasan Mengacu pada indicator yang dirumuskan 4
merumuskan dari KD
indikator
7 Ketepatan Ketepatan metode yang digunakan dengan 4
memilih metode tujuan pembelajaran yang dirumuskan
8 Kesesuaian Kesesuaian metode dengan teknik yang 4
metode dengan digunakan
teknik
9 Keseuaian Materi dalam prodak pengembangan 5
materi dengan sesuai dengan tujuan pembelajaran
tujuan
10 Suplemen Materi pembelajaran disertakan dengan 4
materi suplemen pengayaan materi
11 Suplemen Materi pembelaajaran sertakan dengan 4
latihan suplemen latihan pengayaan materi
12 Ketepatan Metode yang digunakan cocok dengan 4
memilih tujuan
Asesmen
13 Keseuaian Instrument yang digunakan sesuai dengan 4
memilih metode asesmen
instrument
14 Ketepatan Materi dalam produk mengacu pada 5
menuliskan ketepatan memilih kalimat Tanya
pertanyaan
15 Kenampakan Produk pengembangan ini tampak jelas 4
strategi dalam tahapan belajarnya
desain
16 Panduan Media bola angka dileengkapi dengan 5
buku panduan yang diprint secara terpisah
17 Kemasan Media bola angka ini dikemas dan 5
disimpan dengan baik
Jumlah Skor 73
Persentase 85%
Kriteria Sangat
baik
69

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat disimpulkan bahwa uji coba ahli desain
pembelajaran media bola angka terdapat 17 butir indikator penilaian. Uji coba
desain media pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan sesuai
dengan kuisioner yang diisi oleh peneliti. Hasil yang sudah dinilai oleh ahli dapat
dilihat melalui skor penilaian, jumlah skor maksimal 73 karena skor 4
memperoleh 48 skor + 5 skor memperoleh 25 skor. Jumlah skor yan di peroleh 17
butir indikator x 5 skor= 85, jadi untuk jumlah porsentasi akhir yaitu
73/85x100%=85%.
Namun sebelum melakukan penilaian ahli desain memberikan masukan dan
saran kepada peneliti yaitu:1) Pemilihan KI yang tepat, 2) Kompetensi dasar harus
sesuai dengan kegiatan pada saat pembelajaran, 3) Indikator diturunkan dari
kompetensi dasar, 4) Materi kegiatan harus sesuai dengan indikator, 5) Penilaian
diturunkan dari indicator
4.2.3 Analisis Penyajian Data Draft II Pengembangan
4.2.3.1 Analisis Data Deskriptif dan Kuantitatif Ahli Desain Pembelajaran
1. Analisis Data Deskriptif Kualitatif Ahli Desain Pembelajaran
Instrumen yang diisi oleh ahli desain pembelajaran layak digunakan oleh
peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan media bola angka. Instrumen
yang digunakan untuk memvalidasi desain yang sudah dicantumkan sesuai
patokan yang cocok.
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang sudah dibuat oleh
peneliti lalu di uji coba oleh ahli desain pembelajaran, setelah itu ahli memberikan
kritikan dan saran. Kritikan dan saran yang di berikan ahli adalah harus
memperhatikan KI, KD, indikator, materi pembelajaran, dan penilaian serta pada
saat proses pembelajaran berlansung guru harus memberikan pelajaran yang
menyenagkan kepada anak, harus sesuai dengan topik pembahasan, mengenalkan
pada anak warna dan simbol-simbol huruf. Sesuai dengan penilaian uji coba ahli
desain pada tabel 4.8 dapat dihitung porsentase menggunakan rumus yang sudah
ada
70

∑X
P= X 100%
∑ xi
Keterangan:
P = Presentase
∑x = jawaban responden dalam satu item
∑xi = jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = konstanta
∑x= 73%
∑xi = 85 dari 5 nilai ideal x 17 butir instrumen
P = 73/85X100 =85.8%
Tabel 4.9 Tingkat Validasi
Prosentase Keterangan
86%-100% Sangat valid
71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid

sumber: Buku Panduan Penulisan Skripsi Edisi III (Revisi), (2019:77)


Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa desain
pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dengan jumlah bitir penilaian sebayak 17
dan ditetapkan butir penilaian ada 5 maka prosentase untuk instrumen ahli desain
pembelajaran adalah 85: (5x17)x100 =85,8% dengan kriteria “valid” dari itu
maka desain RPPH layak digunakan untuk penelitian. RPPH dan media layak
digunakan tanpa direvisi.

4.2.3.2 Revisi Draft II Pengembangan


1. Revisi Ahli Desain
Ada masukan yang diberikan oleh ahli desan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Memperhatikan pemilihan KI dan KD harus sesuai tema pembelajaran
2) Indikator diturunkan dari kompetensi dasar
71

3) Materi pembelajaran harus sesuai dengan indicator


4) Penilaian dilihat dari kemampuan anak dan sesuai dengan tujuan
5) Penilaian aspek pada anak harus sesuai dengan tujuan
Sesuai dengan masukan yang diberikan oleh ahli peneliti telah melakukan
revisi untuk mengetahui kelayakan. Maka desain pembelajaran media bola angka
dinyatakan layak untuk melakukan penelitian sesuai saran.

4.2.4 Draft III Pengembangan


4.2.4.1 Validasi Instrumen
1. Instrumen Uji Perorangan
Sesudah melakukan tingkat yaitu draft I dan draft II sebagai produk
pengembangan yang sudah direvisi sesuai masukan dan saran dari ahli materi, ahli
media dan ahli desain pembelajaran laulu dilanjutkan draft III pengembangan,
pada draft III ini kita membahas tentang uji coba perorangan dan kelompok kecil.
Menurut Tessmer menyatakan uji perseorangan dapat menilai dua aspek kualitas
intrinsik dan dampaknya dalam pembelajaran. Peneliti melakukan uji coba
perorangan dengan melibatkan 3 orang siswa usia 5-6 tahun di TKK Negeri
Radha tujuan melakuan uji coba perorangan ini yaitu untuk mengetahui
informasi yang akan digunakan untuk merevisi kelayakan penggunaan media bola
angka yang dikembangkan oleh peneliti. Adapun instrumen yang sudah diisi
sesuai kuisioner adalah terlihat pada tabel 4.10 dibawah ini

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Media Bola Angka Pada Uji Coba Perseorangan
No Komponen-komponen Responden
1 2
1 Angka dalam media bola angka dapat dilihat jelas oleh anak 1 1
2 Media bola angka yang dilihat anak sangat menarik 1 1
3 Anak-anak menyukai media bola angka 1 1
4 Media yang ibu buat dapat membuat anak-anak semangat 1 1
72

belajar
5 Anak-anak merasa senang dengan media yang dikembangkan 1 0
Jumlah Skor 5 4
Total skor untuk 2 responden 9
Persentase 90%
Kriteria Sangat baik

Berdasarkan tabel 4.10 di atas yang melibatkan 3 orang anak usia 5-6 tahun
di TKK Negeri Radha. Tujuan melakukan uji coba perorangan adalah untuk
mengetahui kelayakan dari media bola angka, untuk mendapatkan informasi
tentang kemampuan menggunakan media bola angka. Hasil dari instrument di
atas maka dapat disimpulkan bahwa, hasil skor peritem adalah 5 dan 4 dan jumlah
skor perolean adalah 9 (5 + 4) , jumlah skor maksimal 10 (5 butir instrument x 2
butir skor responden) persentasi akhir 90% (9/10x 100%)
2. Validasi Instrumen Uji Coba Kelompok Kecil
Karena sudah melakukan uji coba perorangan pada tahap ini yaitu
melakukan uji coba kelompok kecil, pada tahap ini peneliti meneliti anak usia 5-6
tahun dengan jumlah 5 orang siswa di TKK Negeri Radha. Yang dilakukan oleh
peneliti dan siswa pada saat uji coba kelompok kecil adalah peneliti membagikan
siswa dalam bentuk kelompok yaitu satu kelompok terdiri dari 2 orang siswa,
menyuruh anak untuk memperhatikan perintah, sehingga anak dengan mudah
melakukan permainan menggunakan media bola angka. Adapun instrumen uji
coba kelompok kecil yaitu terlihat pada tabel 4.11 di bawah ini

Tabel 4.11 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil


No Komponen Anak

1 2 3 4 5
1 Bentuk media bola 1 1 1 1 1
angka sudah jelas
2 Bentuk media bola 1 1 1 1 1
angka sangat menarik
3 Bentuk media bola 1 1 1 1 1
angka yang dibuat
disukai anak
73

4 Anak-anak menyukai 1 1 1 1 1
media bola angka
5 Anak-anak merasa senang 0 0 0 0 0
ketika diperlihatkan media
bola angka
Jumlah skor 4 4 4 4 4
Total skor untuk 5 anak 20
Persentase 80%
Kriteria Sangat baik

Sesuai dengan tabel 4.11 bahwa opsi yang ditentukan adalah 2 yaitu opsi “ya”
dan “tidak” maka dapat dijelaskan jika memilih opsi “ya” nilainya I dan memilih
opsi “tidak” maka nilainya 0. Hasil dari instrument di atas maka dapat
disimpulkan bahwa, hasil skor peritem adalah 4, dan jumlah skor perolean adalah
20 , jumlah skor maksimal 25 (5 butir instrument x 5 butir skor responden)
persentasi akhir 80% (20/25x 100%).
Adapun saran dan masukan yang diberikan oleh ahli bahwa media ini
menarik untuk digunakan dalam pembelajaran dan dapat digunakan untuk
mengembangkan aspek kognitif dalam mengenal bilangan untuk anak usia dini.
Uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akan
digunakan untuk mengetahui kelayakan dari media bola angka.

4.2.5 Analisis Dan Revisi Draft III


1. Analisis Data Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Uji Coba Perorangan
Pada tahap uji coba perorangan ini di lakukan penelitian kepada 3 orang
anak usia 5-6 tahun untuk mengetahui kelayakan media bola angka sesuai
pengisian instrumen oleh guru kelas B, Manfaat dari penelitian menggunakan bola
angka adalah untuk mengenalkan anak lambang bilangan , melatih aspek kognitif
anak, karena sudah dilakukan penilaian pada tabel 4.10 maka prosentase tingkat
pencapaian dapat dihitung menggunakan rumus:
∑X
P= x100%
∑ xi
74

Keterangan
P= Presentase
∑x= jawaban responden dalam satu item
∑xi= jumlah nilai ideal dalam satu item
100%= konstanta
∑x =5+4=9
∑xi=9/10x100%=90%
Tabel 4.12 Tingkat Validasi
Prosentase Keterangan
86%-100% Sangat valid
71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid
Sumber: Buku Panduan Penulisan Skripsi Edisi III (Revisi), (2019:77)

Berdasarkan hasil penilaian pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa hasil
penyajian memperoleh nilai skor 9 dan setelah dihitung menggunakan rumus
hasilnya adalah 90%. Hasil kalkulasi sebesar 90 % berada pada kategosi “Sangat
valid”. Mendapatkan hasil ini diperoleh dari hasil penelitian anak usia 5-6 tahun
di TKK Negeri Radha dengan jumlah 3 orang anak. Tujuan dari uji coba
perorangan adalah untuk mengetahui minat dan bakat anak terhadap media bola
angka. Dari hasil kriteria yang sudah dihitung sebanyak 90% maka dari situ media
balok huruf dikategorikan layak di uji coba tanpa revisi.
2. Analisis Data Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Uji Coba Kelompok
Kecil
Pada tahap uji coba kelompok kecil ini dilakukan penelitian kepada 5 orang
anak usia 5-6 tahun di TKK Negeri Radha . Adapun instrumen yang diisi guru
kelas B sebanyak 5 butir indikator diisi sesuai kuisioner yang diberikan untuk
mengetahui kelayakan media bola angka. Tujuan melakukan uji coba ini adalah
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam aspek kognitif yaitu anak mampu
mengenal lambang bilangan, dapat menghitung angka maka dari situ peneliti
melihat bahwa media bola angka dapat mengembangkan aspek kognitif anak usia
5-6 tahun.
75

Berdasarkan hasil pada tabel 4.12 maka dapat dihitung porsentase tingkat
pencapaian dalam uji coba kelompok kecil menggunakan media bola angka
∑X
P= ∑ xi X 100%

Keterangan
P= Presentase
∑x= jawaban responden dalam satu item
∑xi= jumlah nilai ideal dalam satu item
100%= konstanta
∑x=9 dari (5 nilai × 3 butir intrumen) + (4 nilai × 5 butir intrumen)
ΣΧi = 10 dari 5 nilai ideal × 5 butir instrumen
P = 9/10 × 100% = 90%
Tabel 4.13 Tingkat Validasi
Prosentase Keterangan
86%-100% Sangat valid
71%-85% Valid
56%-70% Cukup valid
<55% Kurang valid
Sumber: buku panduan penulisan skripsi edisi III (Revisi), (2019:77)
Berdasarkan hasil kalkulasi penilaian pada instrumen uji coba kelompok
kecil memperoleh prosentase 90 % maka hasil uji coba tersebut berada pada
kategori “sangat valid”. Adapun saran dan masukan yang diberikan adalah media
bola angka tidak perlu direvisi.
4.2.6 Revisi Draft III Pengembangan
Ada beberapa saran dan masukan pada tahap uji coba perorangan dan
kelompok kecil ini adalah menarik untuk mempengaruhi aspek kognitif pada
anak, anak semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran.
.3 Prodauk Akhir
Penelitian ini menghasilkan desain pengembangan media bola angka hasil
yang dilakukan oleh peneliti adalah menghasilkan produk yang dikembangkan
untuk aspek kognitif anak usia 5-6 tahun. Oleh karena itu media bola angka akan
76

menjadi pembahasan dan mendapatkan hasil-hasil uji coba terhadap media bola
angka.

.4 Pembahasan
1. Media Pembelajaran Bola Angka.
Media bola angka adalah fasilitas yang penting dalam melakukan
pembelajaran di sekolah karena sangat bermanfaat untuk meningkatkan perhatian
anak. Dengan alat peraga bola, anak diajak secara aktif untuk memperhatikan apa
yang disampaikan oleh guru. Asnawir (2002: 41) Penggunaan media bola angka
ini sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran pengenalan angka bagi
anak usia dini. Selanjutnya, bola angka merupakan suatu media pengajaran yang
penyajiannya secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual
untuk mendapatkan informasi . Penggunan media dalam proses pembelajaran
sangat membantu guru untuk menanamkan konsep tertentu kepada peserta didik,
dan bermanfaat bagi anak untuk memudahkan memahami konsep dari materi
pelajaran yang dipelajari.
1) Identitas Produk dan Spesifikasi Produk
Identitas dan spesifikasi produk media BOLA ANGKA dijabarkan sebagai
berikut ini.
Nama Produk : Media Bola Angka
Model Produk : Bola Angka
Sasaran : Peserta Didik TKK Negeri Radha
Nama Pengembang : fransiska tea
Tahun Produksi : 2021
2) Karakteristik Produk Media Bola Angka
Karakteristik atau ciri dari Media Bola Angka yang dikembangkan dijabarkan
sebagai berikut.
(1) Tahap Awal
Tahap awal pembuatan media ini adalah dengan membuat atau menyusun draf
atau konsep untuk menentukan tema yang tepat untuk anak usia dini dan dapat
diterapkan ke dalam model bola angka isi dan tema yang sudah dibuat yang
terbuat dari kain flanel lalu digunting menyerupai bola, hal-hal yang perlu
77

dilakukan adalah sebelum menjahit untuk memebuat apron sebelumnya harus


membuat pola sebelumnya sesuai ukuran yang sudah disediakan ini juga membuat
petunjuk penggunaan baik guru maupun anak usia dini sebagai pengguna media
yang mendukung anak terhadap pemahaman materi.
(2) Tahap Pengembangan
Pada tahap ini peneliti membahas tentang hasil pengembangan media bola
angka yang sudah direvisi oleh ahli. Hasil pengembangan media bola angka
adalah sebagai berikut

1) Pembuatan Pola

Gambar 4.1 Bentuk Bola


78

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pembuatan pola yang
pola berbentuk bulat, sebanyak 1 kain flanel dan satu warna yang sudah di
masukan kapuk dalam kain flanel yang dibuat sendiri.
2) Pola bola

Gambar 4.2 Pola bola


Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa gambar bola yang
sudah dijahit dari kain flanel yang berwarna-warni lalu dijahit dengan angka dan
warna sangat menarik bagi anak agar anak bisa mengenal barbagai macam warna
dang angka yang ada pada bola.
3) Pola Angka

Gambar 4.3 Pola Angka


Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa pola angka yang
digunting lalu dijahit pada bola dengan hiasan bintang ,bulan,matahari,pelangi,
dimana agar anak dapat mengenal lambang bilangan dengan menggunakan media
79

ini agar merangsang aspek perkembangan kognitif anak melalui lambang bilangan
yang ada.
4) Pola gambar bintang, pelangi, matahari, pelangi

Gambar 4.4 Pola Angka, Bintang , Pelangi, Bulan, Matahari


Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa pola angka yang
digunting lalu dijahit pada bola dengan hiasan bintang ,bulan,matahari,pelangi,
dimana agar anak dapat mengenal lambang bilangan dengan menggunakan media
ini agar merangsang aspek perkembangan kognitif anak melalui lambang bilangan
yang ada.
5) Kain Flanel

Gambar 4.5 Berbagai macam warna kain flanel yang siap dijahit
Berdasarkan gamar 4.5 di atas menggunting kain flanel sesuai dengan pola
yaitu bentuk bulat. pola berbentuk bulatan seperti bola yang dibuat sendiri dari
kain flanel, dan warna harus menarik bagi anak bisa mengenal warna dan bisa
membedahkan warna pada kain flanel yang sudah disediakan.
80

6) Hasil Media Bola Angka Berwarna

Gambar 4.6 Media Bola Angka


Berdasarkan gambar 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa kain flanel yang
digunting lalu dijahit dalam bentuk bola Lalu dijahit dengan angka 1-9 dengan
gambar bintang ,bulan ,matahari, pelangi dan warna yang berdeda-beda agar
menarik bagi anak. Kemudian warna yang ada pada media agar anak bisa
membedahkan warna dan mengenal warna yang ada pada media tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil uji coba yang dilakukan oleh ahli konten/ materi terhadap kualitas
media bola angka berwarna 88% kategorikan“sangat valid”, kualitas media bola
angka berwarna berdasarkan hasil uji coba ahli media 92 % kategorikan “sangat
valid”,kulitas media bola angka berwarna berdasarkan instrument buku panduan
84% di kategorkan“valid”, kualitas media bola angka berwarna berdasarkan uji
coba ahli desain 85% di kategorkan “valid”, kualitas media bola angka berwarna
berdasarkan uji coba perorangan 90% dikategorikan “sangat valid”, kualitas
media bola angka berwarna berdasarkan uji coba kelompok kecil 80%
dikategorikan “svalid”. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji coba media bola
angka berwarna oleh ahli dan anak usia dini di TKK Negeri Radha dinyatakan
layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
81

Kesimpulan akhir media bola angka berwarna layak untuk digunakan dalam
proses pembelajaran di TKK Negeri Radha.
5.2 Saran
Terdapat Beberapa saran mengenai pengembangan Media Bola Angka
Berwarna adalah sebagai berikut.
1. Bagi Anak
Dengan adannya Media Bola Angka yang sudah dikembangkan oleh peneliti
diharapkan kepada anak mampu untuk belajar mengenal lambang bilangan dengan
baik dari media yang sudah dikembangkan.
2. Bagi Pendidik
1) Pendidik perlu lebih kreatif dalam penggunaan media Bola Angka
Berwarna ini sebagai Media pembelajaraan dalam meningkatkan
kemampuan mengenal lambang bilangan. Produk ini, dapat memacu
semangat anak belajar sambil bermain.
2) Perlu dilakukan pengembangan Media Bola Angka berwarna dengan tema
lainnya agar penerapan Media Bola Angka Berwarna dapat lebih sering
diterapkan untuk anak usia dini.
3) Bagi peneliti selanjutnya
(1) Perlu dilakukan pengembangan Media Bola Angka berwarna dengan
tema lainnya agar penerapan Media Bola Angka Berwarna dapat lebih
sering untuk anak usia dini.
(2) Produk pengembangan Media Bola Angka Berwarna AUD perlu
memperhatikan aspek ekonomis.
(3) Pengembangan Media Bola Angka Berwarna dibuat untuk peningkatan
kompetensi anak yang lainnya selain mengenal lambang bilangan,
diantaranya aspek motorik, aspek bahasa, aspek sosial-emosional, dan
aspek seni.
.
82

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, dkk. 2010 Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ardy, dkk (2019:98) karakteristik anak usia dini


 (Yogyakarta: Gava Media), hal. 98 ... 37Jaipul L. dkk, Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) ar.google.co.id.http://schol

Asnawir dan Basyiruddin Usman. (2002). Media pembelajaran Jakarta: Ciputat.


Pers. https://repository.widyatama.ac.id

Amirul dkk(2017) Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Setia. ...
Untuk Anak Usia Dini”, Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak,. Vol. 3. (1),. 2017,.
Yogyakarta: ... Raharjo, dkk., 1999, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh.

Amirul, Hadi & Haryono, H. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan.


Bandung: Pustaka Setia.
83

Ardy Wiyani Novan. 2014. Psikologi PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI.


Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Arief S. Sadiman, dkk. 2014. Media Pendidikan (Pengertian Pengembangan, dan


Pemanfaatannya). Jakarta: Grafindo Persada.

Arief Sadiman. (2008). Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Edisi 1. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.


Andiyani, S. L. 2015. Penggunaan Media Bola Huruf pada
KemampuanMengenal Huruf Anak. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bineka Cipta.

Conny dalam isjoni(2011:75) teori belajar behaviorisme (Skripsi)


http://repository.upi.edu

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Perannya Sangat Penting Dalam


Mencapai Tujuan Pembelajaran). Yogyakarta: Gava Media.

Hartati. (2013). Perkembangan belajar pada anak usia dini. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan.

Ilviyantari, Rika. (2017). Hubungan permainan bola dengan kemampuan


mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B1 Di TK PGRI WAY Dadi
Bandar Lampung.Skripsi. Bandar Lampung : Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Khadijah. 2016. Pengembangan Kognitif Anka Usia Dini. Medan. IKAPI

Kezar(yaumi,2013:14)pembelajaran berbasis kecerdasan logis Jakarta:


Prenadamedia Group. Ahmad MUHLISIN. (Jun 2016).
http://repository.fe.unj.ac.id
Pedoman Penulisan Skripsi Citra Bakti Ngada. 2020

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 PAUD


84

Khadijah. 2016. Pengembangan Kognitif Anka Usia Dini. Medan. IKAPI

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta:


Referensi

Mursid. 2015. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mufarizuddin. (2017). Peningkatan kecerdasaan logika matematika anak melalui


bermain kartu angka kelompok B di TK Pembina Bangkinang Kota. Jurnal Obsesi
Pendidikan Anak Usia Dini Volume 1.

Musfiroh, Tadkirotun. (2008).Cerdas melalui bermain. Jakarta: Grasindo.

Masitoh. (2009). Strategi pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyasa(wiyani 2016:98) Manajemen Pembelajaran Anak Usia Dini  


(Yogyakarta : Gava Media, 2016),Penerbit

Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang STPPA (Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak).

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137


Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Rineka Cipta.

Rahman, H.S. 2002 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Galah.

Susiliana (2007). Pengertian media. Jakarta:

Sadiman. (2008). Media Pengajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Suhaidah. (2014). Meningkatkan kecerdasan logika matematika anak pada usia


dini dengan pengenalan warna dan bentuk pada siswa paud “Assyfah” Biaro
Baru kelompok b tahun pembelajaran 2013 / 2014. Skripsi.tidak diterbitkan.

Skinner. J. D. 2012 Audit Quality And Auditor Reputation. The Acounting


Review.

Suyadi, (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Sujiono, dkk. 2007. Metode Pengembangan Kognitif Modul1, Bandung:


Universitas Terbuka.
85

Suyadi & Maulidya Ulfah. 2013 KONSEP DASAR PAUD. Bandung: REMAJA
ROSDAKARYA.

Suyanto. 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Wiyani, Novan Ardi. 2016. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jokjakarta: PT Ar-
ruzz Media.

Widai.(2018). Pengaruh permainan super smart kids terhadap kecerdasan logika


matematika anak kelompok B1 di Raudhatul Athfal Nurul Kawakib Tahun
Pelajaran 2017/2018. Skripsi.Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai