Anda di halaman 1dari 63

1

PENERAPAN E-LEARNING CHAMILLO DENGAN


MODEL BLENDED LEARNING BERBANTUAN
G-MEET UNTUK MENGETAHUI HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA

Proposal Skripsi
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi

oleh
Wiwit Anggraini
4401416077

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2020
2

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tetaplah bersyukur dengan segala yang terjadi, yakinlah semua pasti ada
hikmahnya. Kunci bahagia dan sukses adalah rasa syukur, semangat, sabar dan
ikhlas. Tidak perlu takut salah, karena terkadang dari suatu kesalahan yang tanpa
disengaja akan membuka pintu kemudahan yang lain.

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua dan keluarga besar atas


doa dan restu sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini.
2. Teman-teman yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
3. Guru dan siswa yang telah bersedia
membantu penulis dalam penelitian.
4. Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
5. Universitas Negeri Semarang.
3

PRAKATA

Alhamdullilahirabil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Penerapan
E-learning dengan Blended Learning Pada Materi Virus dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesarnya-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan


kesempatan untuk menyelesaikan studi di UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin
dan kemudahan administrasi dalam melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Kepala Prodi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan
skripsi.
5. Dr. Sigit Saptono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, serta dorongan dengan penuh
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Siti Alimah, M.Pd. selaku dosen penguji I yang telah memberikan
saran dan pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Drs. Ibnul Mubarok, M.Sc. selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang telah berbagi ilmu dan bermacam pengetahuan.
9. Ibu dan bapak tercinta, yang senantiasa mendoakan dengan tulus,
pengorbanan, memberikan dukungan dan kasih sayang yang tiada henti
hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Solikhin, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Mranggen
yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
11. Bu Ira (Dwi Emi Irawati, S.pd.) selaku guru biologi SMA Negeri 2
Mranggen yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan
penulis dalam melaksanakan penelitian.
12. Siswa kelas X MIPA 4 tahun ajaran 2019/2020 atas kesediaannya menjadi
responden dalam penelitian.
13. Rizky, Nurhasanah, Hikmah, Rakian, Ulya, Anes, Yumna, Umi Yasifun,
Andry, Indra selaku sahabat saya yang memberikan dukungan dan
semangat dalam penyusunan skripsi.
4

14. Niam, Eta, Novia, Nabil, Sofia selaku sahabat yang berkenan memberikan
bantuan dan saran dalam penyusunan skripsi.
15. Teman-teman rombel 3 pendidikan biologi angkatan 2016 dan
temanteman jurusan biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan motivasi, dukungan, dan kebersamaannya.
16. Semua pihak yang berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali
untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang sebaik-
baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan bahan ajar serta menjadi bahan kajian dalam
bidang ilmu yang terkait. Aamiin.

Semarang, 15 Oktober 2020

Penulis
5

DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
1.5 Penegasan Istilah................................................................................................5
1.5.1 E-learning management system...................................................................6
1.5.2 Blended Learning.........................................................................................9
1.5.3 Hasil Belajar Kognitif................................................................................11
1.5.4 Materi Virus...............................................................................................12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 E-learning management system.......................................................................13
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan E-learning.........................................................14
2.2 Blended Learning............................................................................................18
2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning.............................................20
2.3 Hubungan E-learning, Blended Learning dan Kognitif .................................23
2.4 Materi Virus Menurut Kurikulum 2013..........................................................26
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan.........................................................................28
2.6 Kerangka Berfikir............................................................................................30
2.7 Hipotesis..........................................................................................................31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................32
3.2 Subjek Penelitian.............................................................................................32
3.3 Variabel Penelitian..........................................................................................32
3.4 Desain Penelitian.............................................................................................32
3.5 Prosedur Penelitian..........................................................................................33
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data..............................................................38
3.7 Metode Analisis Data......................................................................................39
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian...........................................................................................
4.2 Pelaksanaan Penelitian.......................................................................................
4.3 Data dan Hasil Analisis Penelitian.....................................................................
4.3.1 Hasil Belajar Kognitif.....................................................................................
4.3.2 Tanggapan Siswa............................................................................................
4.4 Kendala Penelitian.............................................................................................
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................
Saran........................................................................................................................

ii
6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang selalu dapat berkembang seiring
perkembangan zaman. Secara umum, pendidikan berkenaan dengan peningkatan
kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda
kearah yang diharapkan dalam proses pembelajaran (Sukmadinata dan Syaodih.
2012). Semakin berkembangnya zaman, semua sistem pembelajaran mengalami
perubahan dan perkembangan, mulai materi, model pembelajaran, media
pembelajaran. Hal itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Sistem pembelajaran
yang diharuskan dilakukan secara online atau daring, membuat para pendidik untuk
menciptakan pembelajaran yang mengharuskan untuk menggunakan teknologi
informasi sebaik mungkin.
Biologi merupakan salah satu ilmu dasar yang menentukan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan mempelajari biologi kita akan
mempunyai kemampuan berpikir logis, sistematis dan kreatif dalam memecahkan
masalah (Setiyalin et al. 2017). Hal tersebut tentu dapat diwujudkan dengan adanya
pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
melibatkan interaksi antara siswa dan guru serta bersifat menyenangkan dan materi
dapat dipahami dengan baik. Menurut Setyosari (2017), pembelajaran yang efektif
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar
peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh guru.
Interaksi pembelajaran berkaitan erat dengan Kurikulum 2013, karena dalam
Kurikulum 2013 siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut
Muhammedi (2016), Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan
mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, serta terampil
menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi. Beberapa keterampilan
yang dibutuhkan pada abad 21 ini antara lain: kemampuan berpikir kritis, kolaborasi
dan kepemimpinan, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Keterampilan ini harus
disiapkan oleh semua instansi pemerintah dan lingkungan pendidikan. Di bidang
2

pendidikan khususnya di SMA, salah satu perjuangan yang bisa dilakukan adalah
menyediakan media dan model pembelajaran yang relevan.
Dalam proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, siswa diberi
kesempatan untuk aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan yang didapatkan sehingga peserta didik akan lebih mampu
mengembangkan dirinya (Kemendikbud. 2013). Dengan demikian, hal tersebut
mampu meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Keberhasilan belajar
ditentukan dari pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta keaktifan dan
kemandirian siswa. Tenaga pengajar sebagai pengelola pembelajaran hendaknya
mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman, interaktif, menyenangkan dan
mampu mengupayakan terbentuknya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Gustina et al. (2019) kenyataannya yang banyak terjadi saat ini dalam
proses pembelajaran, salah satunya adalah kurang aktifnya peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga menjadikan proses pembelajaran hanya berorientasi
pada pengajar. Selain itu keadaan pandemi mengaharuskan guru dan siswa lebih aktif
dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal, guru cenderung memberi materi langsung dalam
e-learning Chamillo dan siswa diminta untuk membaca materi yang telah diberikan,
sehingga banyak keluhan yang disampaikan siswa maupun guru terkait pemahaman
siswa terhadap materi. Selain itu dengan situasi seperti saat ini, harus banyak
pengulangan dalam pembelajaran, dan harus ada kombinasi pembealajarn online
dengan pembelajaran di kelas (Singh. 2021). Penggunaan variasi metode
pembelajaran dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dalam kelas dan juga
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dalam masa pandemi ini keadaan lebih
sulit dari sebelumnya. Interaksi antara siswa dan guru tidak dapat dilakukan secara
langsung, sehingga pemberian materi tidak disertai penjelasan guru secara langsung.
Hal itu menyebabkan siswa sulit memahami materi. Pengalaman penggunaan sistem
daring yang lebih lama juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa Asarta dan
Schmidt. 2020).
3

Salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah siswa merasa


senang dan termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pemakaian media
dan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan motivasi siswa, karena
peserta didik terangsang dan memiliki minat yang baru untuk membangkitkan
motivasi belajar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kondisi saat ini
yaitu blended learning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sapita dan Suryanti (2020)
bahwa ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan
menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan. Dengan
diterapkannya model dengan media yang sesuai dapat menciptakan suasana belajar
yang interaktif, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Model pembelajaran blended learning dilakukan dengan menggabungkan
antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Model Pembelajaran ini
dapat dibantu dengan media yang mendukung yaitu e-learning seperti classroom dan
sebagainya maupun e-learning website buatan sekolah (Lestari et al. 2021). E-
learning teruji efektifitas meningkatkan hasil belajar peserta didik (Tiari et al. 2020).
Selain merupakan model pembelajaran yang inovatif, model blended learning juga
dapat meningkatkan motivasi siswa dan mengurangi rasa bosan siswa apabila selalu
memandang buku atau membaca.
Berdasarkan observasi, SMA mranggen selama masa pandemi ini
menggunakan e-learning management system berbasis Chamillo, namun sebagian
besar guru di SMA N 2 Mranggen masih banyak yang menggunakan metode
pemberian materi melalui PPT atau sumber lainnya berbentuk bacaan, belum ada
penjelasan langsung yang dilakukan untuk interaksi kepada siswa. Hal itu
dikarenakan banyaknya materi yang harus disampaikan kepada siswa, sehingga
ditakutkan materi yang disampaikan belum mencakup keseluruhan. Guru
mengharapkan siswa membaca materi yang telah diberikan. Namun pada
kenyataannya, tidak semua siswa benar-benar membaca materi tersebut, bahkan tidak
jarang siswa yang sudah membaca namun belum memahami, sehingga guru memberi
solusi untuk memberikan siswa kesempatan bertanya memalui chat whatapps. Studi
4

awal telah dilakukan di SMAN 2 Mranggen. Studi difokuskan pada aspek metode dan
media terkait pendukung penelitian.
Kelebihan SMAN 2 Mranggen dipilih sebagai tempat penelitian karena
ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi
siswa, yaitu dengan pembuatan web Chamillo, yang berupa e-learning. Selain itu,
sekolah pernah memberikan bantuan untuk kuota belajar. Selain itu, kebanyakan
siswa sudah memiliki smartphone maupun akses internet sehingga dapat mengakses
e-learning Chamillo. Chamillo dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat
lain seperti komputer dan laptop. SMAN 2 Mranggen menyediakan lab komputer
yang dilengkapi dengan jaringan internet serta perpustakaan sekolah yang
menyediakan berbagai buku referensi.
Berdasarkan kelebihan dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu
pembelajaran bermodel Blended Learning yang diterapkan pada web e learning yang
telah diterapkan sekolah. Dengan penerapan Blended Learning dalam e-learning
Chamillo, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Virus.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian skripsi
dengan judul “Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan Model
Blended Learning Untuk Mengetahui Hasil Belajar Kognitif Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi virus
melalui penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi Virus melalui
penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
5

Penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai penerapan E-Learning


Management System Chamillo dengan model blended learning dalam
mengetahui hasil belajar kognitif dan motivasi siswa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan mengenai pengaruh penerapan penerapan E-
Learning Management System Chamillo dengan model blended learning
pada materi Virus untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.
1.4.2.2 Bagi Guru
1. Memberikan gambaran mengenai hasil belajar kognitif siswa.
2. Memberikan wawasan kepada guru dalam menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan siswa untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
3. Meningkatkan kinerja guru dalam memberikan pembelajaran kepada
siswa.
1.4.2.3 Bagi Sekolah
1. Memberi masukan dalam pengembangan pembelajaran biologi di sekolah
1.4.2.4 Bagi Siswa
1. Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa
1.5 Penegasan Istilah
Dalam rangka memberikan gambaran dalam menelaah isi penelitian, maka
dijelaskan mengenai ruang lingkup yang diteliti serta batasan sebagai berikut:
1.5.1 Chamillo / E-learning management system
Chamillo merupakan salah satu E-learning management system yang
dikembangkan oleh SMA N 2 Mranggen. Pembelajaran dengan sistem ini dilakukan
semenjak pembelajaran di sekolah dilakukan secara daring. Penerapan Chamillo
dimaksudkan agar gur dapat dengan lebih mudah melakukan proses pembelajaran
dalam memberikan materi, memberikan link sumber belajar, memberikan soal, serta
merekap nilai siswa. Kelebihan e-learning ini yaitu terdapat rekap kehadiran siswa
secara otomatis beserta lama siswa saat membaca materi dan mengerjakan soal yang
6

diberikan oleh guru, sehingga guru dapat lebih mudah melakukan pengecekan. Selain
itu e-learning ini dilengkapi dengan fitur chat, sehingga siswa dapat melakukan atau
menyampaikan pertanyaan kepada guru.
Chamillo dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat komputer,
sehingga dapat mempermudah siswa dalam mengakses pembelajaran. Dalam proses
log-in dapat dilakukan dengan akun masing-masing dengan menuliskan nama akun
dan password sehingga akun tiap siswa tidak dapat dibuka oleh siswa lain. Dengan
ini diharapkan siswa lain tidak dengan mudah mengambil atau mencontoh hasil
pekerjaan siswa lainnya.
Materi pelajaran yang telah diupload dalam Chamillo dapat dibuka maupun
didownload oleh siswa. Dalam penelitian ini, untuk memastikan siswa membaca
materi, peneliti meminta siswa untuk membaca dan mencatat materi terutama pada
hal yang belum dipahami, untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. Guru
dapat memantau berapa lama siswa membuka materi sehingga dapat membantu
memastikan bahwa siswa telah melihat dan membaca materi yang diberikan.

Berikut tampilan Chamillo yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran

Gambar 1. Tampilan Chamillo bagian progres siswa


7

Gambar 2. Tampilan Chamilo bagian pemberian materi yang dapat diberikan melalui
berbagai fitur, bisa disesuaikan dengan keinginan guru

Gambar 3. Tampilan Chamilo bagian menu materi yang dapat didownload siswa
8

1.5.2 Blended Learning


Blended Learning merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang
menggabungkan sistem tatap muka dan sistem online. Dalam model blended learning,
siswa tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh guru, tetapi dapat
mencari materi dalam berbagai cara, seperti mencari ke perpustakaan, menanyakan
kepada teman sekela, membuka website, juga menggunakan media-media lain berupa
software dan tutorial pembelajaran.
Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran dengan model Blended Learning
menggunakan G-Meet, sehingga tatap muka apabila tidak dapat dilaksanakan secara
langsung di dalam kelas, dapat dilakukan melalui internet, sebagai contoh memakai
G-Meet. Hal itu maksudkan agar sistem pembelajaran tetap dapat dilakukan
dimanapun. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran dengan pendekatan saitifik,
yaitu meliputi apersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Scenario blended learning dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah Media Kegiatan Waktu
G-Meet Apersepsi dan Motivasi
(blended - Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran
Pendahuluan learning): 10 menit
- Guru memotivasi peserta didik dengan
Tatap menggali pengetahuan yang dimiliki
muka - siswa diberi stimulus untuk bertanya
Kegiatan inti G-Meet Eksplorasi
(blended - Guru menjelaskan pendahuluan materi
learning) - siswa diberi kesempatan untuk
mendalami materi
Tatap
- Siswa diberi kesempatan untuk 35 menit
muka: mengemukakan pendapat tentang materi
yang diberikan
- Guru menanggapi pendapat siswa dan
menjelaskan materi lebih dalam
Chamillo - Guru memberi materi yang dapat diakses 20 menit
: online melalui Chamillo dengan akun siswa
- Siswa mencatat dan memahami materi
yang diberikan
9

Elaborasi
- Siswa diberi waktu untuk saling
G-Meet 10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
10 menit
muka memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya

Langkah Media Kegiatan Waktu


G-Meet Apersepsi dan Motivasi
(blended - Guru memberi stimulus siswa untuk
Pendahuluan learning): mengingat materi yang telah dipelajari 25 menit
- siswa menyampaikan hal-hal yang telah
Tatap
dipelajari dalam materi
muka
Chamillo -siswa mengerjakan soal post test yang
Kegiatan inti 50 menit
: online diberikan guru pada web Chamillo
G-Meet Konfirmasi
(blended - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa
Penutup learning): dan memberi penjelasan untuk 15 enit
Tatap menguatkan materi yang sudah dipelajari
muka

1.5.3 Hasil Belajar Kognitif


Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001)
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Penge- (Pemaha (Aplikasi) (Analisis) (sintesis) (Evaluasi
lama tahuan) -man) )
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Mengin- (Me- (Meng- (Meng- (meng- (Men-
Revisi gat) mahami) aplikasi- analisis) evaluasi) cipta)
kan)

Berdasarkan taksonomi bloom yang telah direvisi, penelitian ini bertujuan


untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif level C2, C4, C5 dan C6. Pada
10

soal diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan cara berfikir siswa


sehingga indikator tersebut dapat dicapai. Akan diberikan soal pada sebelum
pembelajaran (untuk mengetahui kemampuan siswa dan mendapatkan nilai pretest)
dan setelah pembelajaran (untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan
mendapatkan nilai posttest). Dalam penelitian ini, hasil belajar kognitif diukur dengan
pemberian soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sebagai pretest dan post test. Soal
yang diberikan sesuai materi dan kisi-kisi yang ada.
1.5.4 Materi Virus
Penelitian ini mengambil K.D, sebagai berikut:
3.4 Menganalisis struktur, replikasi dan peran virus dalam kehidupan
Indikator dalam materi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi komponen dan fungsinya dalam struktur tubuh virus
2. Menganalisis sistem replikasi pada virus
3. Mengevaluasi hubungan antar virus dan lingkungan
4. Mencipta atau membuat poster himbauan bahaya virus terkait penyakit
HIV/AIDS dan penyakit lainnya.
Materi yang dipelajari mencakup beberapa sub bab, sebagai berikut:
1. Ciri-ciri virus
2. Sistem reproduksi virus
3. Peran virus dalam kehidupan
Dalam penelitian ini, pertemuan akan dilakukan sebanyak 2 kali. Pada
pertemuan pertama, guru akan memberikan materi melalui Chamillo, kemudian siswa
mencatat dan memahami materi untuk selanjutnya dilaksanakan diskusi melalui G-
Meet. Disetiap pertemuan diterapkan aplikasi model blended learning dengan materi
diberikan melalui Chamillo sebelumnya sehingga siswa dapat mengakses dan
mengunduh materi yang akan dibahas saat pembelajaran blended learning. Pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan review materi kemudian post test, untuk
mengetahui kemampuan hasil belajar siswa.
11

BAB 2

KAJIAN

2.1 E-Learning Management System


E-Learning Management System muncul sebagai solusi dari banyaknya
permasalahan yang muncul akibat keterbatasan waktu, tempat dan jumlah pertemuan
antara guru dan siswa. Sistem Manajemen Pembelajaran sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran menawarkan beberapa keunggulan sehingga dapat memecahkan
masalah yang sering muncul dalam pembelajaran proses pembelajaran. Dengan ini
pembelajaran akan tetap terlaksana meski tidak di dalam kelas (Muhardi et al. 2020).
Platform e-learning dapat dikembangkan dan dibuat menarik sehingga dapat
memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan menggunakannya, misal dibuat diskusi
ataupun melalui pesan dalam e-learning tersebut. Berdasarkan penelitian Rakic et al.
(2020), kelompok dari berbagai jenis siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran.
Dengan ini pengajar dapat lebih fokus dalam memberikan materi dan meningkatkan
nilai.

2.1.1 Kelebihan dan kekurangan E-learning


E-learning memudahkan pembelajaran jarak jauh namun membutuhkan biaya
pengembangan yang lebih besar, serta membutuhkan pembelajaran yang mendalam
terkait implementasi e-learning agar manfaat yang diperoleh didapat secara optimal,
serta mempermudah pengembangan di masa depan (Muniasamy dan Alasiry. 2020).
Pengembangan dan desain sistem pembelajaran e-learning meliputi analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Respon siswa dalam pembelajaran
positif, merasa tertarik dan puas (Rabiman. 2020).
Penerapan LMS merupakan upaya terbaik agar pembelajaran tetap terlaksana
dengan mudah, meskipun terkadang terdapat kesulitan dalam akses internet. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa faktor yang memiliki pengaruh
terbanyak dalam akademik yaitu faktor sistem pembelajaran dan penggunaan internet
(Juarez et al. 2020). Berdasarkan penelitian ini terdapat korelasi positif antara
12

penerapan LMS dengan kinerja pengajar. LMS dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitas kerja. Selain itu juga dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif karena
dapat mempermudah proses pembelajaran, termasuk penugasan dan komunikasi.
LMS dapat dikembangkan menjadi lebih baik sesuai perkembangan zaman
(Luckyardi dan Syaroni. 2020).
Selain itu menurut beberapa penelitian, penerapan e-learning memiliki
dampakpositif dalam motivasi belajar siswa. Radyati (2020) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh persepsi mahasiswa tentang e-learning pada minat belajar dan
motivasi belajar dan Nurwijayati (2020) bahwa terdapat hubungan positif antara
persepsi terhadap metode pembelajaran e-learning dengan motivasi belajar.
Penerapan e-learning dalam kesiapan belajar siswa untuk mengontrol tanggungjawab
individu dalam pembelajaran dan menciptakan inisiatif terhadap pembelajaran.
Penggunaan e-learning baik untuk strategi pembelajaran selama pandemi,
namun dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka secara langsung, hubungan
emosional dosen dan mahasiswa maupun siswa dan guru kurang terpenuhi sehingga
perlu kombinasi kelas virtual (Hermawan. 2020). Hal ini dapat dilakukan dengan
penerapan model blended learning dengan menggunakan aplikasi zoom ataupun G-
meet sebagai pertemuan tatap muka yang dilakukan secara daring atau online. E-
learning teruji efektifitas meningkatkan hasil belajar peserta didik serta dinilai lebih
praktis dalam pembelajaran, terutama dimasa pandemi saat ini (Tiari et al. 2020).
2.2 Blended Learning
Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan
menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan
Suryanti. 2020). Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam pemilihan
model pembelajaran yang dapat mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran serta
kualitas hasil belajar. Model pembelajaran ini diketahui dapat mengatasi keterbatasan
terkait pembelajaran online dan tatap muka.
Blended learning merupakan kegiatan pembelajaran yang sebagian besar telah
diambil alih secara online dan tidak menghabiskan pembelajaran di kelas dengan
13

menggunakan teknologi berbasis komputer untuk mencapai pembelajaran yang


mandiri dan aktif. Blended learning menggunakan dua atau lebih metode pengiriman
instruksional untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa, sebagai
contoh mengirimkan konten teoritis secara online atau melalui media elektronik
lainnya dan menggunakan ruang kelas untuk pengajaran langsung dan ujian praktik.
Pembelajaran secara online memiliki fleksibilitas yang tinggi yaitu siswa dapat
mengakses informasi atau pengetahuan terkait materi pembelajaran dimanapun dan
kapanpun secara mandiri. Selain itu pembelajaran online membuat kegiatan belajar
menjadi lebih menarik dan interaktif (Chaiyo et al. 2017). Hal ini menegaskan bahwa
pembelajaran blended learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperluas pengetahuan dan menekankan pada kemandirian siswa untuk belajar
(Surya. 2019).
Blended learning menggabungkan aspek pembelajaran berbasis web/ internet,
streaming video, komunikasi audio, dengan pembelajaran tradisional secara tatap
muka langsung (Sjukur, 2012). Fasilitas pendukung pembelajaran dengan metode
blended learning antara lain yaitu: komputer/ Hanphone android, dan koneksi
internet. Blended learning merupakan kombinasi pembelajaran secara tatap muka
langsung dan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
berupa E-learning sebagai media pembelajaran yang lebih modern dan menarik
(Rizkiyah, 2015). Pembelajaran berbasis E-learning memungkinkan pembelajaran
dilakukan secara virtual penuh, namun pembelajaran secara tatap muka langsung
masih dibutuhkan untuk interaksi dan berkomunikasi secara langsung antara guru
dengan siswa atau antara satu siswa dengan siswa yang lain.
Blended learning mengunakan LMS dapat diterapkan dan menjadi strategi
yang cukup efektif dalam pembelajaran (Adistana. 2021). Blended learning harus
meliputi konteks, metode dan teknologi. Sitem pembelajaran ini harus mendapatkan
perhatian lebih, dikarenakan pengelolaan kelas tidak dapat dilakukan secara langsung
(Cronje. 2020). Harus banyak pengulangan dalam pembelajaran, dan harus ada
kombinasi pembelajaran online dengan pembelajaran di kelas (Singh. 2021).
14

Pengalaman penggunaan sistem daring yang lebih lama juga berpengaruh


pada tingkat keberhasilan siswa Asarta dan Schmidt. 2020). Metode pembelajaran ini
memiliki dampak yang signifikan dengan adanya kombinasi antara penerapan sains
dan teknologi (Seage and Türegün 2020). Berdasarkan penelitian, penerapan blended
learning dengan LMS dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Inovasi
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemandirian siswa, dengan belajar tidak
hanya dari guru. Dengan LMS juga dapat mengembangkan ketrampilan penggunaan
teknologi dalam pembelajaran untuk berinteraksi dan membahas permasalahan
bersama terkait materi (Tubagus et al. 2020). Blended learning menunjukkan hasil
peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran. Efektif dalam meningkatkan
pembelajaran kognitif. Kelas yang diterapkan blended learning lebih baik daripada
online learning ataupun hanya face to face leaning (Aji et al. 2021).
2.2.1 Kelebihan dan kekurangan blended learning
Implementasi teori blended learning dalam menyeimbangkan kapabilitas
belajar pada era digital. Diperlukan dua aspek kombinasi pembelajaran, e-learning
dan konvensional, dikarenakan keduanya memiliki peran dan sisi positif masing-
masing. E-learning dapat memudahkan pembelajaran dan meningkatkan ketrampilan
teknologi, sedangkan konvensional dapat meningkatkan aspek sikap dan pemahaman
siswa (Rohman dan Hartanto. 2020). Model pembelajaran ini dapat dijadikan
alternatif keterbatasan waktu tatap muka di kelas dan untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif (Puspitorini et al. 2020). Tantangan implementasi meningkatkan
banyak faktor seperti perubahan proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajar,
namun belajar dalam menerapkan sistem ini (Bruggeman et al. 2021)
Blended Learning dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa karena
mereka dapat memilih informasi dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masing-masing (Sofiana, 2015) menyatakan bahwa pebelajar dan pengajar
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran face-to-face dan aktifitas online.
Generasi Z lebih tertarik dengan metode pembelajaran yang dikaitkan dengan sistem
online, dengan penerapan teknologi informasi. Hal tersebut diaggap sebagai solusi
untuk mempersiapkan generasi yag lebih maju (Masitoh. 2018).
15

Menurut Rusman (2012) terdapat 3 alasan forum tatap muka secara langsung
masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Alasan tersebut yaitu:
1. Perlunya forum untuk menjelaskan mekanisme pembelajaran yang akan
dilalui dengan siswa.
2. Perlunya memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap siswa.
3. Perlunya pemberian pelatihan yang cukup dalam menggunakan teknologi
seperti komputer atau android yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran.
Menurut Kusairi sebagaimana dikutip oleh Husamah (2014), kelebihan blended
learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri yang
tersedia secara online dengan menggunakan media elektronik.
2. Siswa dapat berkomunikasi atau berdiskusi dengan guru atau siswa lain di
luar jam tatap muka.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam pembelajaran di
kelas dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh guru.
4. Guru dapat menambahkan materi pelajaran melalui media pembelajaran
online dengan fasilitas internet.
5. Guru dapat menyelenggarakan kuis dan memanfaatkan hasil tes dengan
efektif.
Kekurangan model pembelajaran blended learning, yaitu: Media pembelajaran
yang dibutuhkan beragam, tidak semua siswa memiliki fasilitas seperti: android,
komputer, dan akses internet. Apabila sarana dan prasarana tidak mendukung maka
akan sulit untuk diterapkan. Namun saat ini hal tersebut tidak menjadi masalah besar
karena saat ini hampir setiap individu ataupun pembelajar pasti tidak akan lepas dari
smartphone, baik hanya untuk berkomunikasi, belajar, bermain game, ataupun hanya
sekedar mengunggah sesuatu ke media sosial (Solviana. 2020).
16

2.3 Hubungan blended learning dan e-learning dengan Kognitif


Neisser (Syah. 2010) menyatakan bahwa istilah kognitif berasal dari kata
cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Kognitif memiliki makna
luas yang berarti perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Berdasarkan
perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain
atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, dan keyakinan (Lubis dan Ikhsan 2015).
Pembelajaran siswa yang kontekstual, dapat melatih berpikir kritis, menguasai
teknologi, kooperatif, dan berkolaborasi sangat diperlukan dalam memecahkan
masalah. Tuntutan kurikulum saat ini mengharapkan siswa memiliki kecakapan
kognitif, kemampuan dalam dunia nyata, dan berakhlak mulia serta lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran nantinya guru sebagai sumber informasi
utama akan berubah menjadi pembelajar yang lebih ideal dengan permasalahan yang
real dan berorientasi pada siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dan terlibat aktif dalam mencari informasi (Insyasiska et al. 2017).
Struktur proses kognitif dalam dimensi taksonomi Bloom terdiri dari
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dan
mencipta (C6). Proses kognitif tersebut digolongkan dari tingkatan ranah
pengetahuan yang sederhana sampai pada tingkatan untuk mencipta/membuat. Jadi
mahasiswa sangat perlu untuk menggali dan melatih kemampuan kognitifnya. Karena
kemampuan kognitif dihasilkan dari adanya kegiatan berpikir sebagai pusat
pengendali dari aktivitas manusia. Adanya perbedaan kemampuan kognitif
Mahasiswa dapat disebabkan karena gaya belajar mahasiswa yang berbeda-beda,
serta daya tangkap (Wiyoko dan Aprizan. 2020), Karena penyampaian materi dari
dosen yang baik akan berbanding lurus dengan pemahaman siswa yang baik,
sehingga ada pengaruh penjelasan dosen terhadap pemahaman siswa (Amin &
Alimni, 2019)
Hasil belajar terdiri dari dimensi atau aspek kognitif, aspek sikap dan aspek
ketrampilan. Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir,
17

mengetahui, dan pemecahan masalah. Menurut Wahyuni (2018) Aspek kognitif


adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenan dengan proses mental
terdiri dari tingkat pengetahuan dan sebagainya. Aspek sikap adalah ranah berfikir
yang meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Aspek
ketrampilan adalah merupakan aspek yang berhubungan dengan olah gerak.
Dimensi kognitif memiliki beberapa level dan indikator yang berbeda.
Berdasarkan revisi takosonomi bloom (Anderson. 2001), level dalam hasil belajar
dimensi kognitif yaitu terdiri dari (1) C1 (mengingat), pada level ini menuntut siswa
untuk mengingat (recall) informasi yang teah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
terminologi pemecahan masalah dan sebagainya, (2) C2 (memahami) Tingkat
pemahaman (komprehensip), Kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuankemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, (3) C3 (mengaplikasikan)
merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang
timbul, (4) C4 (menganalisis) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi. Dalam
hal ini siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan
dengan cara membandingkan gagasan tersebut standart prinsip atau prosedur yang
telah dipelajari, (5) C5 (mengevaluasi) mengharapkan siswa mampu membuat
penilaian dan keputusan tentang nilai gagasan metode produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu, (6) C6 (mencipta).
Aspek pembelajaran yang dinilai di sekolah meliputi berbagai ranah, termasuk
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Namun Pada kenyataannya, dalam menilai hasil
belajar sering ditafsirkan hanya dengan penilaian ranah kognitif saja. Penilaian yang
terfokus pada produk (kognitif) mengakibatkan peserta didik mengabaikan sikap dan
proses imliah karena untuk mengerjakan soal peserta didik cukup dengan menghafal
rumus-rumus saja. Instrumen penilaian dengan tes formal, banyak digunakan selama
ini dan cukup efektif digunakan pada penilaian aspek kognitif. Namun tes ini
dianggap belum mampu mengukur kemampuan yang sebenarnya karena baru pada
aspek produk saja dan belum mencakup aspek-aspek lain seperti aspek keterampilan
18

proses sains. Hal ini disebabkan tes hanya sering memperkuat kemampuan menghafal
daripada memahami (Subekti dan Ariswan. 2016)
Hasil belajar kognitif merupakan gambaran tingkat penguasaan peserta didik
terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya atau penguasaan peserta didik terhadap
sesuatu dalam kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan atau teori yang melibatkan
pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual yang meliputi penarikan
kembali atau pengakuan dari fakta-fakta, pola prosedural, dan konsep dalam
pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual peserta didik (Erina dan
Kuswanto. 2015). Kemampuan kognitif juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
gaya/model pembelajaran, media pembelajran dan motivasi.
Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, diperlukan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran konvensional dapat digunakan di
samping menggunakan model pembelajaran e-learning. Dalam mengunakan model
pembelajaran e-learning harus memperhatikan aplikasi e-learning yang interaktif,
jaringan internet serta proses interaksi dan forum dalam berdiskusi (Righo dan
Sundari. 2019).

1.4 Materi Virus Berdasarkan Kurikulum 2013


Materi Virus termuat dalam kurikulum 2013 tepatnya pada KD 3.4 dan 4.4. KD
3.4 yaitu menganalisis data Virus, penyebab, dan dampaknya bagi kehidupan, dan
KD 4.4 Melakukan kampanye tentang bahaya virus dalam kehidupan terutama
bahaya AIDS berdasarkan tingkat virulensinya. Materi virus terdapat pada kelas X
semester 1, Kurikulum 2013. Materi Virus sangat penting untuk diterapkan agar
siswa dapat memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan, serta daya
tahan tubuh.
Virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun karena kemampuannya
menyebabkan penyakit diantara organisme. Permasalahan mengenai virus adalah
tentang hidup atau tidaknya sosok virus. Pada akhir 1800-an peneliti menganggap
virus mempunyai kesamaan dengan bakteri dan merupakan bagian dari bentuk
kehidupan sederhana. Akan tetapi beberapa lainnya menganggap virus tidak
19

melakukan reproduksi sehingga dianggap suatu makhluk yang tidak hidup. Penemuan
virus diawali dengan ditemukannya penyakit mosaik pada tanaman tembakau yang
menghambat pertumbuhan. Hal tersebut terjadi karena adanya infeksi yang terjadi
pada daun tanaman tembakau.
Struktur Virus
Virus berukuran sangat kecil. Virus tersusun dari asam nukleat (DNA atau
RNA) yang terbungkus oleh selubung protein (kapsid) yang tersusun atas kapsomer.
Keberagaman ukuran dan bentuk yang dimiliki virus tidak mengubah struktur secara
umum. Sejumlah virus memiliki struktur aksesori yang membantu virus menginfeksi
inang, seperti amplop bermembran mengelilingi kapsid virus influenza dna banyak
virus lainnya yang ditemukan pada hewan.
ciri-ciri yang dimiliki virus adalah sebagai berikut.
1) Virus bersifat benda hidup, karena bisa berkembang biak jika berada di
dalam sel hidup.
2) Virus bersifat benda mati, karena tidak melakukan metabolisme, tidak
bernapas, tidak bergerak, dan berbentuk kristal jika berada di luar sel hidup.
3) Memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA saja
4) Berukuran sangat kecil, yaitu antara 20 dan 300 nm.
Macam-macam bentuk virus:
1) Berbentuk batang, contohnya TMV (Tobacco Mosaic Virus).
2) Berbentuk batang dan berujung oval seperti peluru, contohnya Rhabdovirus.
3) Berbentuk bulat, contohnya HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
Orthomyxovirus.
4) Berbentuk filamen atau benang, contohnya virus Ebola.
5) Berbentuk polihedral, contohnya Adenovirus.
6) Berbentuk seperti huruf T, contohnya bakteriofag, yaitu virus yang
menyerang bakteri Escherichia coli.
Replikasi Virus
Siklus Lisis (Lytic Cycle)
20

Siklus reproduksi fag yang mencapai puncaknya pada kematian sel inang
disebut dengan Lytic Cycle. Alasan tersebut mengacu pada infeksi akhir ketika
bakteri lisis dan melepaskan fag-fag yang dihasilkan dalam suatu sel. Setiap fag akan
menginfeksi sel yang sehat dan beberapa siklus lisis yang terjadi secara berturut-turut
yang pada akhirnya akan menghancurkan seluruh bakteri dalam beberapa waktu.
Perakitan fag hanya terjadi melalui siklus lisis (Virulent phage).
Siklus Lisogenik (Lysogenic cycle)
Replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Virus dapat memperbanyak
diri dengan atau tanpa membunuh sel inang. Istilah lisogenik menyiratkan bahwa
profag mampu menghasilkan fag aktif yang melisiskan sel inang. Sebuah sel yang
terinfeksi dapat dengan cepat menghasilkan populasi bakteri yang besar, yang
membawa virus dalam bentuk profag.
Peran Virus dalam Kehidupan
1. Penyakit virus pada hewan
Infeksi yang dilakukan oleh virus akan menghasilkan gejala-gejala yang
berbeda di setiap sel inangnya. Penyebaran penyakit oleh virus dikarenakan adanya
mutasi dari virus yang sebelumnya sudah ada, populasi yang kecil dan terisolasi, dan
penyebaran dari hewan lain yang telah mengalami infeksi.
2. Penyakit virus pada tumbuhan
Persebaran penyakit atau infeksi disebarkan melalui dua proses. Pertama,
tanaman terinfeksi dari sumber eksternal (penularan horisontal) karena virus
menginfeksi tumbuhan dengan menembus lapisan sel epidermis. Kedua, penularan
infeksi vertikal terjadi ketika perbanyakan sel melalui biji yang sebelumnya sudah
terinfeksi. (Campbell et al. 2010).

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan keefektifan penerapan Blended
Learning dan juga e-learning, terutama pada masa pandemi seperti saat ini.
Berdasarkan penelitian oleh Tiari et al (2020), E-learning teruji efektifitas
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dikatakan efektif karena pembelajaran
21

dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Dengan ini pembelajaran akan tetap
terlaksana meski tidak di dalam kelas (Muhardi et al. 2020). Selain efektif, adapun
keuntungan yang dapat diperoleh yaitu Platform e-learning dapat dikembangkan dan
dibuat menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan
menggunakannya, misal dibuat diskusi ataupun melalui pesan dalam e-learning
tersebut Rakic et al. (2020).

Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan
menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan
Suryantini. 2020). Menurut Lestari et al (2020) penerapan e-learning dalam kesiapan
belajar dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Kekurangan
dari sistem pembelajaran dengan model blended learning dan e-learning yaitu
penerapannya membutuhkan kualitas sarana yang mendukung, seperti device yang
dibutuhkan dan jaringan internet yang cukup untuk dapat mengakses pembelajaran.

Permasalahan yang terjadi dalam penerapan pembelajaran pada masa pandemi


ini yaitu sulitnya siswa memahami materi yang diberikan, sehingga dibutuhkan model
blended learning. Implementasi teori blended learning dalam menyeimbangkan
kapabilitas belajar pada era digital. Diperlukan dua aspek kombinasi pembelajaran, e-
learning dan konvensional, dikarenakan keduanya memiliki peran dan sisi positif
masing-masing. E-learning dapat memudahkan pembelajaran dan meningkatkan
ketrampilan teknologi, sedangkan konvensional dapat meningkatkan aspek sikap dan
pemahaman siswa (Rohman dan Hartanto. 2020). Model pembelajaran ini dapat
dijadikan alternatif keterbatasan waktu tatap muka di kelas dan untuk meningkatkan
hasil belajar kognitif (Puspitorini et al. 2020)
22

2.6 Kerangka Berpikir


Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka,maka disusun kerangka berpikir
seperti berikut

Pembelajaran biologi di SMA

Fakta : Teori/harapan :
 Sulitnya pembelajaran di kala  Sesuai dengan kurikulum
pandemi 2013, perlu peningkatkan
 Kebanyakan siswa tidak dapat pembelajaran interaktif.
memahami materi yang  Guru berperan sebagai
disampaikan fasilitator dan motivator
 Banyaknya materi yang harus  Siswa dapat belajar secara
disampaikan ke siswa aktif dan mandiri

Solusi :
 Penerapan Chamillo dengan model Blended Learning dapat digunakan sebagai
model pembelajaran yang interaktif dan menarik sehingga siswa dapat lebih
mudah berinteraksi dengan guru saat pemberian materi berlangsung

Potensi :
 Penerapan Blended Learning dapat digunakan dengan bantuan G-Meet/zoom

Langkah penelitian :
 Kelas eksperimen (Chamillo/E-learning smandam + model Blended Learning)
 Kelas kontrol (Chamillo/E-learning smandam + model online course)

Harapan :
 Peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol
23

2.7 Hipotesis
Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA materi Virus kelas X
semester 1.
24

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Mraggen yang berlokasi di Jl.
Pucang Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 pada bulan Juli s/d Oktober 2020.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021 SMA Negeri 2 Mraggen. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik puporsive sampling, yaitu dengan bantuan pemilihan kelas oleh
guru bidang studi berdasarkan beberapa pertimbangan. Sampel yang diambil yaitu 2
kelas, sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti
dengan tujuan untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono 2013). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: penerapan e-learning Chamilo dengan model blended
learning.
2. Variabel terikat: hasil belajar kognitif siswa
3. Variabel kontrol: materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperimen, yaitu dilakukan dengan
adanya kelompok kontrol sehingga tidak dapat mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dan metode ini dikembangkan untuk
mengatasi kesulitas dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian
(Sugiyono. 2011). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol dipilih secara random. Dalam desain ini baik kelompok
25

eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan. Kelas eksperimen yang


mendapatkan perlakuan sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
Desain Post-test Only Control Group Design digambarkan dalam tabel 3.1
E O1 X O2
K O1 O2

Keterangan:
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
O1 = pretest
O2 = post test
X = pembelajaran dengan penerapan blended learning

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sampel terdiri dari 2 kelas
dengan perlakuan yang berbeda. Kelas Eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan
penerapan e-learning Chamillo dengan model blended learning menggunakan G-
Meet. Sedangkan kelas kontrol hanya dengan penerapan e learning Chamillo dengan
model konvensional. Pada akhir pembelajaran diberi post test untuk kedua kelas
tersebut, untuk mengetahui perbedaan hasil percobaan.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap analisis.
3.5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Melakukan observasi awal yang dilakukan untuk mendapatkan data di
sekolah yang meliputi nama, nilai, dan melakukan identifikasi kemampuan
siswa.
2. Menyusun desain pembelajaran menggunakan e-learning Chamillo dengan
model blended learning pada kelas eksperimen dan model konvensional
pada kelas kontrol.
26

3. Menyusun instrument berupa soal tes/evaluasi yang digunakan sebagai alat


untuk melakukan penelitian mengukur kemampuan kognitif siswa, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta angket non test untuk analisis
motivasi siswa.
Soal tes hasil belajar yang dibuat oleh peneliti dibuat berdasarkan materi yang
telah diberikan oleh peneliti. Materi tes hasil belajar ini sesuai dengan kurikulum
serta kompetensi dasar yang telah dirancang oleh sekolah dan guru mata pelajaran
Biologi. Sebelum peneliti memberikan tes hasil belajar ini kepada siswa,
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
agar materi tes dapat sesuai dengan materi yang diinginkan oleh guru serta untuk
mengukur tingkat kesukaran soal yang diberikan kepada siswa. Tes ini dibuat untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran serta mengetahui tingkat
penguasaan materi pembelajaran siswa yang menggunakan model pembelajaran
Blended Learning.
Soal-soal tes terlebih dahulu diukur untuk menentukan validitas, reliabilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Soal yang digunakan sebagai alat ukur yaitu
soal yang valid, reliabel, dan mempunyai daya pembeda cukup baik, baik atau baik
sekali. Soal yang tidak valid dan berdaya pembeda jelek tidak digunakan (Arikunto,
2013). Analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini menggunakan rumus,
sebagai berikut:
1) Validitas

Analisis validitas butir soal menggunakan korelasi product moment. Rumusan


korelasi product moment yang digunakan yaitu:

n ∑ x i yi −(∑ x i )(∑ y i)
rxy=
√ {n ∑ x 2−( ∑ x ) 2 }{ n∑ y 2−( ∑ y ) 2 }
i i i i

Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
N : jumlah peserta
∑x : jumlah skor item
∑y : jumlah skor total
27

∑xy : jumlah perkalian skor item dengan skor total


∑x2: jumlah kuadrat skor item
∑y2 : jumlah kuadrat

Kriteria validitas menurut Rudyatmi & Rusilowati (2014) sebagai berikut.


Tabel 3.2 Kriteria validitas
Koefisien Korelasi Kategori
R < 0,2 Sangat rendah
0,2 ≤ r < 0,4 Rendah
0,4 ≤ r < 0,6 Sedang
0,6 ≤ r < 0,8 Tinggi
0,8 ≤ r < 1,0 Sangat tinggi

Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung validitas yaitu
dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan dengan
menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara melakukan uji
validitas dengan SPSS yaitu dengan membuat skor total masing-masing variabel ->
memasukkan data ke dalam SPSS -> klik analyze -> klik correlate -> memasukkan
seluruhitem variabel x ke Variabels -> cek list Pearson; two tailed -> klik OK

2) Reliabilitas
Reliabilitas dapat diukur dengan rumus K-R 21 yaitu (Arikunto 2013):

r11 =
k
( k −1 )(1− M (kVt
k−M )
)

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir soal
M = skor rata-rata
Vt = varians total

Variansi total dapat dicari dengan rumus:


28

(∑ X )2
2
∑X −
N
Vt =
N

Keterangan:

Vt = variansi total
∑X = jumlah skor total
∑X)2 = kuadrat dari jumlah skor total
N = banyaknya siswa
Kriteria reliabilitas soal yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas tes
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 - 0,20 Rendah Sekali
0,21 - 0,40 Rendah
0,41 - 0,60 Cukup
0,61 - 0,80 Baik
0,81 - 1,00 Baik sekali
Sumber: Rudyatmi & Rusilowati (2014)

Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung reliabilitas yaitu
dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan
dengan menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara
melakukan uji validitas dengan SPSS yaitu klik analyze -> scale -> reliability
analysis -> pilih variabel pada jendela reliability analysis -> klik statistic ->
klik OK

3) Daya Pembeda

Kriteria daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut.

BA−BB
DP= 1
N
2
Keterangan:

DP = daya pembeda soal


BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes
29

Klasifikasi daya beda menurut Arikunto (2013) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda


Koefisien Korelasi Kategori

DP≤0,00 Sangat Jelek


0,00<DP≤0,20 Jelek
0,20<DP≤0,40 Cukup
0,40<DP≤0,70 Baik
0,70<DP≤1,00 Sangat Baik
Sumber: Arikunto (2013)

4) Taraf Kesukaran

Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah:


B
P=
JS
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal
JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Tabel 3.5 Indeks kesukaran soal
Indeks Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: Rudyatmi & Rusilowati (2014)

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45


menit. Tahap pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti.

Secara garis besar pelaksanaan pertemuan pertama yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
30

a. Memberikan materi kepada kelas eksperimen dan kontrol melalui e-learning


chamillo
b. Memberikan waktu 30 menit untuk membaca dan memahami materi,
kemudian siswa menjawab pertanyaan yang tersedia
c. Melaksanakan tanya jawab dan pembahasan materi selama 30 menit,
kemudian 30 menit terakhir untuk diskusi terkait jawaban untuk soal yang
telah disediakan dalam materi.
Secara garis besar pelaksanaan pertemuan kedua yang dilakukan adalah sebagai
berikut.

a. Melakukan pembahasan atau pengulangan materi untuk memperkuat


pemahaman siswa, dilakukan melalui G-Meet meeting, untuk mempermudah
penjelasan (dengan tatap muka secara daring) dan memudahkan siswa dalam
berdiskusi maupun bertanya kepada guru atau sesama siswa, dilakukan
selama 55 menit.
b. Memberikan waktu 35 menit untuk mengerjakan soal post test sebagai
metode untuk untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa setelah
melaksanakan pembelajaran.
c. Memberikan angket motivasi dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Pemberian angket dilakukan pada jam pelajaran dalam
pertemuan terakhir di luar jam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu sebagai
berikut:
Pendekatan: saintifik
Model: Blended Learning

Langkah Media Kegiatan Waktu


Pendahuluan G-Meet Apersepsi dan Motivasi 10 menit
(blended - Guru menginformasikan tujuan
learning): pembelajaran
- Guru memotivasi peserta didik dengan
31

Tatap menggali pengetahuan yang dimiliki


muka - siswa diberi stimulus untuk bertanya
G-Meet Eksplorasi
(blended - Guru menjelaskan pendahuluan materi
learning) - siswa diberi kesempatan untuk
mendalami materi
Tatap
- Siswa diberi kesempatan untuk 35 menit
muka: mengemukakan pendapat tentang materi
yang diberikan
- Guru menanggapi pendapat siswa dan
menjelaskan materi lebih dalam
Chamillo - Guru memberi materi yang dapat diakses
melalui Chamillo dengan akun siswa
Kegiatan inti : online
- Siswa mencatat dan memahami materi 20 menit
yang diberikan

Elaborasi
- Siswa diberi waktu untuk saling
G-Meet 10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
10 menit
muka memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya

Langkah Media Kegiatan Waktu


G-Meet Apersepsi dan Motivasi
(blended - Guru memberi stimulus siswa untuk
Pendahuluan learning): mengingat materi yang telah dipelajari 25 menit
- siswa menyampaikan hal-hal yang telah
Tatap
dipelajari dalam materi
muka
Chamillo -siswa mengerjakan soal post test yang
Kegiatan inti 50 menit
: online diberikan guru pada web Chamillo
G-Meet Konfirmasi
(blended - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa
Penutup learning): dan memberi penjelasan untuk 15 menit
Tatap menguatkan materi yang sudah dipelajari
muka
32

 Hasil Belajar Kognitif


Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001)
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Penge- (Pemaha (Aplikasi) (Analisis) (sintesis) (Evaluasi
lama tahuan) -man) )
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Mengin- (Me- (Meng- (Meng- (meng- (Men-
Revisi gat) mahami) aplikasi- analisis) evaluasi) cipta)
kan)

3.5.3 Pengambilan Data


Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut.
a. Pengambilan data hasil tes melalui skor pretest dan posttest.
b. Pengambilan data tanggapan siswa melalui angket
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Jenis data yang telah dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua yaitu data utama dan
data penunjang. Data utama pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang
berupa pretest dan posttest dalam pembelajaran dengan penerapan Quizizz dengan
model Blended Learning. Data penunjangnya yaitu tanggapan siswa dengan adanya
penerapan aplikasi Quizizz dengan model Blended Learning.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini terdapat dua data, yaitu data nilai hasil belajar siswa
dengan adanya penerapan aplikasi Quizizz dengan model Blended Learning dan
tanggapan siswa. Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data dalam penelitian ini secara subjek, dan waktu pengambilan data
dalam penelitian ini secara ringkas dijelaskan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data.
33

Target Teknik Instrumen Subjek Waktu


Hasil belajar Tes Soal pretest dan Siswa Awal dan akhir
kognitif posttest pembelajaran
Tanggapan siswa Non tes Lembar angket Siswa Akhir
(angket) tanggapan siswa pembelajaran

3.7 Metode Analisis Data


Analisis data merupakan langkah akhir dalam penelitian. Analisis data ini
bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan.
3.7.1 Analisis Tes Hasil Belajar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data (kelas kontrol dan kelas
eksperimen) berdistribusi normal atau tidak. Data dari nilai posttest telah didapatkan,
kemudian dua kelas diuji untuk mengetahui nilai posttest kedua kelas berdistribusi
normal.
Rumus yang digunakan untuk uji normalitas menggunakan Chi kuadrat
menurut Sugiyono (2010), yaitu:
k
2 (fo−fh)2
X =∑
i=1 fh
Keterangan:
X2 = harga Chi kuadrat
fo = frekuensi hasil pengamatan
fh = frekuensi yang diharapkan
i = jumlah kelas interval

Kriteria pengujian jika χ 2hitung ≤ χ 2tabel dengan derajat kebebasan dk = n-1 dan
taraf signifikan 5%, maka data berdistribusi normal.
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi
sampel (Arikunto 2013). Dua kelompok dikatakan homogen jika kedua kelompok
mempunyai varians yang sama. Sifat homogen ini merupakan syarat untuk
34

melakukan uji t dalam membuktikan hipotesis. Pada penelitian ini dalam menguji
homogenitas menggunakan uji F. Hipotesis pengujian:
H0 : σ12 = σ22, artinya nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang sama atau homogen.
H1 : σ12 ≠ σ22, artinya nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang berbeda.
Untuk menguji kesamaan dua varian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Vb
F hitung=
Vk

Keterangan :
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
Kriteria pengujian, jika Jika Fhitung < Ftabel dengan dk = n-1 dan taraf
signifikan 5%, maka H0 diterima yang artinya posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian yang sama atau homogen (Sugiyono, 2010).

b. Uji dua pihak


Uji dua rata-rata menggunakan uji dua pihak. Uji dua pihak digunakan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan dengan adanya perlakuan. Dalam penelitian
ini uji dua pihak digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dan menentukan hasil
yang lebih baik. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Keterangan:
μ1 = rata-rata nilai kelas eksperimen
μ2= rata-rata nilai kelas kontrol
b. Menentukan statistik yang dipakai
35

Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t dua
pihak.
c. Menentukan taraf signifikan (α)
Taraf signifikan (α) yaitu dipakai dalam penelitian ini adalah α % dengan peluang

1
(1 − a)
2
d. Menentukan kriteria pengujian hipotesis

H0 : μ1 = μ2, diterima bila -ttabel < thitung < ttabel

Ha : μ1 ≠ μ2, diterima bila untuk harga t lainnya

e. Menentukan statistik hitung dengan rumus:

Hipotesis diatas diuji dengan menggunakan rumus uji-t dua pihak, dengan

menggunakan rumus tersebut:

1) Jika s1= s2 rumus yang digunakan yaitu (Sudjana, 2005)

x́ 1−x́
∑x
2

t hitung = 1 1 dengan 𝑥 ̅=
s
√ +
n1 n2
N

( n1−1 ) s 21 + ( n2−1 ) s22


s2 =
√ n1 +n2 −2

keterangan:

x́ 1 = nilai rata-rata hasil posttest kelompok eksperimen


x́ 2 = nilai rata-rata hasil posttest kelompok kontrol
S12 = variansi pada kelompok eksperimen
S22 = variansi pada kelompok kontrol
S = simpangan baku gabungan
n1 = jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelompok kontrol
36

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mraggen yang beralamatkan di
Jalan Pucang Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 pada bulan Juli s/d Oktober 2020. Data penelitian terdiri dari data utama
dan data pendukung. Data utama dalam penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif
yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Data pendukungnya meliputi angket
tanggapan siswa. Sebelum soal diujikan kepada siswa, dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi pembelajaran siswa di dalam
kelas yang dilakukan pada masa PPL. Kemudian dilanjutkan pada April 2020.
Selanjutnya dilakukan observasi pada kelas X pada bulan Agustus 2020. Selain itu
dilakukan wawancara kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan. Kemudian 28
Agustus 2020 menemui guru mata pelajaran untuk berdiskusi terkait topik penelitian,
materi yang akan diajarkan, kelas yang akan digunakan dalam penelitian serta jadwal
pelaksanaan penelitian.
Pembelajaran di kelas dilaksanakan pada tanggal 26 September 2020, 3
Oktober, 10 Oktober. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan e-
learning Chamillo. Pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan secara konvensional,
yaitu dengan pemberian materi dan tugas melalui e-learning Chamillo, dan untuk
kesempatan bertanya ataupun berdiskusi dilakukan melalui fitur chat ataupun chat
pada grup WA. Sedangkan untuk kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan
memberikan materi melalui e-learning Chamillo yang dapat didownload dan dibaca
oleh siswa yang selanjutnya dapat didiskusikan melalui link G-Meet yang telah
disediakan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan melalui rekap presensi bahwa
terdapat 2 siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan mengalami
37

kendala HP atau device yang dimilikinya mengalami kerusakan, sedangkan siswa lain
mengalami kendala pada sinyal yang mengakibatkan siswa mengalami kendala saat
mengakses pembelajaran melalui G-meet, sehingga tidak mengikuti diskusi dalam G-
meet namun masih dapat mengerjakan soal yang dikirimkan melalui WA. Kendala
yang ada dengan baik dapat diatasi walaupun tidak sedikit yang mengalami kendala
terutama pada sinyal, namun selebihnya tidak mengalami kendala yang berarti
kecuali telat masuk atau presensi.
Berdasarkan penelitian, pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak dua
kali, sedangkan pertemuan ketiga dilakukan post test pada materi tersebut. Pertemuan
ketiga dilakukan selama 45 menit (1jam mata pelajaran), dengan 10 menit persiapan
dan review materi , selanjutnya 30 menit untuk mengerjakan tes. Pengambilan data
yang dilakukan peneliti memiliki jangka waktu sekitar bulan Oktober, dikarenakan
September masih dilakukan pembelajaran di kelas. Pembelajaran dilakukan satu kali
dalam seminggu, sehingga minggu pertama bulan Oktober peneliti mendapat
kesempatan untuk pengambilan data.

Kondisi sekolah

Dipilihnya sekolah ini dikarenakan beberapa faktor pendukung. Berdasarkan


pengalaman selama PPL dan observasi di sekolah tersebut, guru memiliki kegiatan
yang cukup padat dalam mengajar tiap kelas. Selain itu materi yang harus diajarkan
juga cuku banyak, sehingga guru biasa memberi materi kemudian siswa diminta
untuk membaca dan memahami setelah materi diberikan. Dikarenakan terjadi
pandemi yang mengakibatkan sekolah harus melakukan pembelajaran via daring,
maka setiap pembelajaran wajib menggunakan e-learning Chamillo yang merupakan
web e-learning yang dikembangkan oleh sekolah tersebut. Sama halnya dengan e-
learning pada umumnya, e-learning ini digunakan untuk pembelajaran oleh siswa
maupun guru. Guru memberikan materi maupun tugas melalui e-learning tersebut.
Begitu pula dengan siswa yang menggunakan e-learning untuk mengunduh materi
oleh guru, mengerjakan soal yang diberikan, maupun mengunggah tugas dari guru.
38

Guru akan melakukan penilaian melalui e-learning tersebut, serta dapat melihat rekap
siswa yang telah melakukan presensidi kelas dan mengunggah tugas, mengunduh
materi atau soal yang diberikan serta melihat berapa lama siswa mengikuti kelas
untuk membaca materi yang telah diberikan.

4.1.2 Kegiatan penelitian


Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama dengan agenda pemberian materi kepada siswa,


peneliti menggunggah materi di e-learning Chamillo. Pembelajaran untuk pertemuan
pertama dilakukan dengan pembukaan awal pembelajaran di Chamillo, kemudian
siswa mengunduh materi yang sudah disediakan. Setelah itu siswa diminta untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang ada di materi (PPT) sebagai stimulasi sebelum
membaca materi. Kemudian siswa diberi waktu untuk mencatat materi selama 25
menit, kemudian selama 10 menit siswa akan dipersilahkan bertanya terkait materi
yang sudah dipahami, sambil melakukan diskusi kelas. Kemudian diskusi
dilanjutkanmenggunakan G-Meet untuk saling berinteraksi dan memahami penjelasan
atau konfirmasi jawaban oleh guru (peneliti).

Pertemuan II

Untuk pertemuan berikutnya, agenda dalam kelas yaitu diskusi atau tanya
jawab. Guru (peneliti) memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian siswa diminta
segera menjawab. Selain guru, siswa lain juga diberi kesempatan untuk saling
bertanya atau memberi jawaban. Untuk meningkatkan motivasi dalam agenda kelas
tersebut, guru akan memberi nilai plus untuk siswa-siswa yang aktif bertanya
maupun menjawab. Berdasarkan penelitian, Pembelajaran atau agenda kelas tersebut
dilakukan melalui G-meet selama 10 menit persiapan (menunggu teman-teman yang
terlambat serta mempersiapkan alat tulis dan sebagainya) 5 pembukaan (guru
memberi salam pembuka, salah satu siswa memimpin do’a, guru memberi motivasi
dan stimulasi), 60 menit kegiatan inti, 15 menit penutup (salah satu siswa diberi
kesempatan untuk menyimpulkan hasil pembahasan pada pertemuan itu, guru
39

memberikan penegasan materi, guru mengingatkan siswa untuk membaca ulang dan
memahami materi, dan mengingatkan bahwa minggu depan akan diadakan tes)

Pertemuan III

Pada pertemuan terakhir, pertemuan dilakukan selama 60 menit dengan 5


menit pembukaan, 10 menit review materi, 35 menit siswa mengerjakan tes, dan 10
menit penutup. Siswa mengerjakan tes pada google form, namun pada kenyataanya
adapun siswa yang saat itumengalami kendala dengan masalah internet atau
sebagainya, sehingga beberapa siswa mengerjakan soal yang guru (peneliti) kirim
melalui pesan Whatsapp dengan file berupa word ataupun PDF.

Pelaksanaan pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional atau yang biasa dilakukan saat ini di SMA N 2


Mranggen yaitu dengan menggunakan E-learning Chamillo. Guru memberikan materi
dan siswa diminta untuk memahami materi yang diberikan kemudian diberi
kesempatan untuk bertanya kepada guru melalui fitur chat untuk diskusi bersama.
Namun pembelajaran konvensional tersebut masih belum memiliki dampak yang
signifikan kepada hasil belajar siswa. Berdasarkan survei yang dilakukan kepada
siswa, mereka kurang memahami materi yang diberikan oleh guru dikarenakan masih
kurangnya penjelasan yang diberikan dikarenakan belum adanya model diskusi dalam
pembelajaran yang lebih terorganisir, sehingga diperlukan metode untuk dapat
meningkatkan pemahaman serta motivasi siswa dalam memahami materi yang
disampaikan.

Pembelajaran blended learning

Pembelajaran blended learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang


memiliki dua prinsip, yaitu tatap muka dan tidak tatap muka. Sehingga dapat
diterapkan metode ini dalam pembelajaran dengan menggunakan e-learning Chamillo
berbantuan G-Meet. Penggunaan G-Meet yaitu pada saat pemberian dan penjelasan
materi oleh guru beserta tanya jawab atau diskusi siswa dalam kelas secara virtual,
40

sehingga guru dapat memantau siswa yang benar-benar mengikuti kelas maupun
tidak. Dalam pembelajaran presensi dilakukan sebanyak dua kali yaitu presensi
otomatis pada e-learning Chamillo dan presensi langsung melalui G-Meet.

4.1.3 Data Hasil penelitian


Hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi virus menggunakan
Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet diperoleh dari nilai pretest
dan posttest. Nilai posttest digunakan untuk menentukan kriteria ketuntasan,
sedangkan pretest bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa
sebelum diberikan kegiatan pembelajaran. Hasil nilai pretest diuji normalitas,
homogenitas, dan uji t perbedaan dua rata-rata untuk mengetahui apakah kelas
eskperimen dan kelas kontrol berawal pada kondisi yang sama. Hasil pretest kelas
eksperiment disajikan pada tabel.

Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol

Keterangan Eksperimen (n=33) Kontrol (n=33)


Nilai tertingi 86 84
Nilai terendah 36 28
Nilai rata-rata 62 61
Jumlah siswa tuntas 13 9
Jumlah siswa tidak tuntas 20 24
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pretest kelas eksperimen maupun kontrol
memiliki nilai rata-rata masih berada di bawah KKM 65.

Tabel 4.2 Nilai Postest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol

Keterangan Eksperimen (n=33) Kontrol (n=33)


Nilai tertingi 96 88
Nilai terendah 32 28
Nilai rata-rata 68 64
Jumlah siswa tuntas 22 13
Jumlah siswa tidak tuntas 11 20
41

Tabel 4.2 Uji Normalitas

Gambar 4. Uji normalitas

Gambar 5. Uji homogenitas


42

Gambar 6. Tabel uji t 2 pihak


4.2 Pembahasan uji data

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian soal
post test berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dari 30 soal yang sudah
disesuaikan dengan indikator dan kisi kisi soal, serta diuji validitasnya dan
reliabiltasnya. Berdasarkan penelitian, dilakukan pretest dan posttest untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Siswa dalam kelas kontrol maupun
eksperimen diberi soal pretest, selanjutnya kelas eksperimen diberi perlakuan atau
pembelajaran yang dilaksanakan sebagai penelitian. Setelah pelaksanaan proses
pembelajaran, peneliti melakukan analisis hasil belajar siswa yaitu dengan nilai
pretest dan posttest yang dikerjakan secara individu oleh siswa.
Berdasarkan data yang dihasilkan, terdapat peningkatan hasil belajar yang
dapat dilihat dari nilai rata-rata nilai pretest dan dan posttest yang telah diuji atau
dihitung manual maupun dengan SPSS yang dipakai oleh peneliti. Dalam penelitian
ini dilakukan bebarapa uji yaitu uji normalitas, homogenitas, serta uji-t. Uji t yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji t 2 pihak dikarenakan terdapat dua kelompok
yang saling berhubungan. Dua sampel berpasangan artinya sampel dengan subjek
yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Berikut penjelasan hasil
dari uji yang digunakan
1. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan rumus atau cara perhitungan sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis
label pretest dan posttest. Kemudian pada data view masukkan data nilai pretest dan
posttest. Setelah itu untuk pengujian, klik analyze -> klik descriptive statistics -> klik
eksplore. Kemudian masukkan pretest dan posttest ke dalam test variable list.
Kemudian klik plots dan klik normality. Selanjutnya klik ok.
Berdasarkan uji coba menggunakan SPSS, didapatkan hasil seperti yang
disajikan pada gambar 4. Berdasarkan hasil perhitungan, data menghasilkan nilai sig
untuk normalitas pretest dan posttest > 0,05. Pada posttest mendapatkan nilai sig
0,202 dan pretest 0,154. Berdasarkan ketentuan bahwa nilai sig untuk uji normalitas
43

yaitu >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai dari data tersebut berdistribusi
normal.
2. Uji homogenitas
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang diuji bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas digunakan
untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel (Arikunto 2013). Dua kelompok
dikatakan homogen jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Sifat
homogen ini merupakan syarat untuk melakukan uji t dalam membuktikan
hipotesis.Jika sampel yang diuji bersifat homogen maka baik digunakan atau data
yang diambil baik, sedangkan jika sampel tidak homogen maka tidak dilakukan
pengujian tahap berikutnya.
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan cara sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis label nilai dan kelas.
selanjutnya pada data view masukkan data nilai beserta variabel kelas yang telah
ditentukan. Kemudian klik analyze -> compare means -> one way anova. Klik option,
kemudian klik homogenity dan klik ok.

Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig
untuk homogenitas sebesar 0,063. Nilai tersebut lebih dari 0,05. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku, untuk homogenitas nilai sig > 0,05 maka H0 diterima artinya
data yang disajikan memiliki homogenitas yang sesuai. Sehingga dapat dilakukan uji
selanjutnya. Pada penelitian ini dilakukan uji t 2 pihak.

3. Uji t 2 pihak
Uji dua rata-rata menggunakan uji dua pihak. Uji dua pihak digunakan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan dengan adanya perlakuan. Dalam penelitian
ini uji dua pihak digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dan menentukan hasil
yang lebih baik. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tabel Independent Samples Test menampilkan uji
varian kedua kelompok dan perbedaan.
44

Dalam penelitian ini dilakukan uji t menggunakan SPSS dengan alur sebagai
berikut:

Analyze -> compare means -> masukkan variabel pretest postest pada kolom paired
variables -> klik tombol options -> masukkan confident interval 95% ->klik continue
-> klik ok
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig 0,03. Hal itu
berarti nilai sig kurang dari 0,05. Sehingga hipotesis diterima, bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar kognitif setelah perlakuan. Disamping itu dilakukan uji t juga
pada nilai pretest, yang memiliki nilai sig >0,05, artinya tidak ada perbedaan nilai
pretest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun setelah diberi perlakuan
kemudian di dapatkan nilai posttest, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Selain pada nilai sig, stdr error mean dan mean (rata-
rata) nilai posttest untuk kelas kontroldan kelas eksperimen memiliki perbedaan. Pada
kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Adanya peningkatan pemahaman pada siswa diketahui dari nilai hasil tes yang
dilakukan. Pada tes dengan soal yang sama, siswa mendapatkan skor lebih tinggi
pada tes akhir (posttest) dari tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest).
Meskipun kedua kelas mempunyai peningkatan pada posttest, namun pada kelas
eksperimen terdapat peningkatan yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Selain itu
berdasarkan angket tanggapan siswa, siswa lebih banyak memilih pernyataan setuju
dengan metode pembelajaran yang dilakukan dikarenakan siswa lebih mudah
memahami materi dengan metode yang dilakukan.
Selain itu, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan, siswa diberi agket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah
diberikan. Dari jumlah soal pada angket yang telah diberikan, didapatkan hasil rata-
rata siswa mengalami peningkatan pemahaman materi dan nilai hasil belajar kognitif
dengan adanya perlakuan (penerapan Chamilo dengam model blended learning
berbantuan G-Meet). Pada pernyataan positif yang mengatakan bahwa peningkatan
45

hasil belajar meningkat dengan penerapan e-learning berbantuan G-Meet, rata-rata


siswa menjawab iya.

Selain itu, berdasarkan angket tanggapan siswa, didapat hasil bahwa dengan
penerapan Chamillo berbantuan zoom memiliki dampak positif dalam kegiatan
pembelajaran, dikarenakan siswa dapat lebih memahami materiyang diberikan oleh
guru. Zoom digunakan untuk pertemuan tatap muka dengan diskusi namun dilakukan
secara daring, yang diakibatkan oleh pandemi sehingga tidak ada pertemuan tatap
muka di kelas secara langsung.
Dalam penelitian ini, tidak hanya mengetahui dampak positif dari
pembelajaran yang dilakukan peneliti, namun juga memiliki beberapa kendala, seperti
kesulitan siswa dalam mengakses pembelajaran dikarena terdapat siswa yang
memilikikendala yaitu device yang digunakanya sedang rusak. Adapun siswa yang
izin dikarenakan sakit, namun semuanya masih melaksakan tes, meskipun tes
dikerjakan dalam waktu yang berbeda dengan teman yang lain.
Soal tes diunggah pada Chamillo, yang dapat diatur aksesnya oleh guru atau
peneliti, sehingga siswa hanya dapat mengakses soal satu kali. Setelah waktu yang
ditentukan, siswa sudah tidak diizinkan melihat soal, dikarenakan Chamillo bagian
soal tersebut sudah ditutup. Hal ini diupayakan agar dapat mengurangi kecurangan
siswa dalam mengerjakan soal, apabila ada yang terlambat. Bagi siswa yang
terlambat mengerjakan atau izin sebelumnya, dapat mengerjakan soal di link g-form.
Soal tersebut juga hanya dapat diakses satu kali oleh satu device. Dengan ini
diharapkan siswa benar-benar mengerjakan soal secara mandiri dan jujur.
Berdasarkan nilai hasil pretest sebagian besar siswa memiliki nilai di bawah
KKM, sebanyak 20 siswa pada kelas eksperimen dan 24 siswa pada kelas kontrol,
yaitu sekitar 60% dan 72 % siswa tidak tuntas KKM. Batas KKM yang diterapkan
sekolah yaitu 65. Setelah pembelajaran dilakukan, kedua kelas tersebut memiliki
peningkatan hasil belajar, namun pada kelas kontrol tidak memiliki kenaikan yang
46

signifikan seperti yang terjadi pada kelas eksperimen. Setelah perlakuan terjadi
kenaikan untuk hasil belajar siswa, untuk pretest nilai siswa yang berada di atas KKM
sebanyak 13 anak atau 40%, sedangkan setelah perlakuan, jumlah anak yang
memiliki nilai di atas KKM sebanyak 22 anak atau 67%. Sehigga dengan adanya
perlakuan, nilai hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 27%. Hal
itu berarti dengan adanya perlakuan, maka terdapat peningkatan hasil yang cukup
baik pada hasil belajar kognitif siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aji et al (2021) bahwa Blended
learning menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran. Efektif
dalam meningkatkan pembelajaran kognitif. Kelas yang diterapkan blended learning
lebih baik daripada online learning ataupun hanya face to face leaning. Namun
disamping itu tantangan implementasi meningkatkan banyak faktor seperti perubahan
proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajar, namun belajar dalam menerapkan
sistem ini (Bruggeman et al. 2021).
Selain itu diperlukan adanya pengembangan e-learning. Pengembangan dan
desain sistem pembelajaran e-learning meliputi analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Respon siswa dalam pembelajaran positif, merasa tertarik
dan puas (Rabiman et al. 2020). Platform e-learning dapat dibuat menarik
sehinggadapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan menggunakannya, misal
dibuat diskusi ataupun melalui pesan dalam e-learning (Rakic et al. 2020). e-learning
memudahkan pembelajaran jarak jauh namun membutuhkan biaya pengembangan
yang lebih besar, serta membutuhkan pembelajaran yang mendalam terkait
implementasi e-learning agar manfaat yang diperoleh didapat secara optimal, serta
mempermudah pengembangan di masa depan (Muniasamy dan Alasiry (2020).
Dalam penelitian terdapat beberapa kendala seperti permasalahan jaringan
internet untuk mengakses maupun kebutuhan banyaknya pengulangan materi
pembelajaran. Dalam penelitian Raza et al (2021) juga menjelaskan bahwa Siswa
mengalami kesulitan dalam penerapan online class dkarenakan koneksi internet yang
buruk. Meskipun demikian, Juarez et al (2020) menyatakan bahwa Penerapan LMS
47

merupakan upaya terbaik agar pembelajaran tetap terlaksana dengan mudah,


meskipun terkadang terdapat kesulitan dalam akses internet.
Pada penelitian dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model blended
learning berbantuan G-Meet dengan alasan diterapkannya bantuan kuota kepada
siswa SMA N 2 Mranggen. Hal itu diketahui dengan diadakannya observasi secara
langsung serta wawancara kepada guru mata pelajaran (Bu Dwi Irawati) dan
wawancara kepada siswa melalui telfon via WhatssApp.
Berdasarkan wawancara, dijelaskan bahwa sekolah memberikan bantuan
kuota kepada masing-masing siswa sebesar 10 Gb. Selain itu siswa juga mendapatkan
bantuan kuota dari pemerintah sebesar 50 Gb, yang dapat digunakan untuk akses
pembelajaran dan mencari sumber belajar sehingga dapat memudahkan pembelajaran,
dengan sistem online maupun dengan model blended learning seperti yang telah
diterapkan, juga dapat digunakan untuk mengakses G-Meet, class room, maupun
zoom.
Kuota tersebut diberikan sejak oktober tanggal 5, akan diberikan kepada
siswa, sampai siswa lulus. Namun disamping itu juga terdapat keluhan siswa terkait
sistem pembelajaran yang dinilai kurang dapat meningkatkan pemahaman siswa,
seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang. Sehingga siswa memberi jawaban
positif terhadap angket yang diberikan kepada siswa sebagai data sekunder penelitian.
48

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, disimpulkan


bahwa penerapan E-Learning Chamillo dengan model pembelajaran Blended
Learning pada materi Virus dapat meningkatkan hasil belajar Kognitif siswa SMA N
2 Mranggen.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian disarankan agar guru:

4. Menerapkan model pembelajaran blended learning sebagai solusi apabila


pembelajaran tatap muka tidak dapat dilaksanakan
5. Menerakan e-learning dengan model blended learning untuk pengganti
pembelajaran dengan e-learning berbasis online course untuk meningkatkan hasil
belajar siswa
6. Mengalokasikan pembelajaran demi terlaksananya tujuan pembelajaran
7. Mempertimbangkan hambatan pada saat proses pembelajaran dengan membangun
komunikasi terlebih dahulu
49

DAFTAR PUSTAKA

Adistana, G. A. Y. P. 2021. Meta Analisis Model Blended Learning Menggunakan


LMS dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kejuruan. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(1), 1638-1648.
Aji, R. H. S., Astuti, B., & Saptono, S. 2021. The Analysis of Students’ Cognitive
Learning Outcomes through the Implementation of Blended Learning in
Junior High Schools Science. Journal of Innovative Science Education, 10(1).
Almaiah, M. A., Al-Khasawneh, A., & Althunibat, A. 2020. Exploring the critical
challenges and factors influencing the E-learning system usage during
COVID-19 pandemic. Education and Information Technologies, 25, 5261-
5280.
Almseidein, T., & Mahasneh, O. 2020. Awareness of ethical issues when using an
e-learning system. International Journal of Advanced Computer Science and
Applications, 11(1), 128-131.
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed 2. Cet. 2. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asarta, C. J., & Schmidt, J. R. 2020. The effects of online and blended experience
on outcomes in a blended learning environment. The Internet and Higher
Education, 44, 100708.
Baktiyar, Y., Afghohani, A., & Farahsanti, I. 2020. Hubungan pembelajaran
berbasis e-learning menggunakan aplikasi Google Classroom dengan prestasi
belajar matematika. AKSIOMA: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 11(2), 267-273.
Bruggeman, B., Tondeur, J., Struyven, K., Pynoo, B., Garone, A., &
Vanslambrouck, S. 2021. Experts speaking: Crucial teacher attributes for
implementing blended learning in higher education. The Internet and Higher
Education, 48, 100772.
Cronje, J. 2020. Towards a New Definition of Blended Learning. Electronic
Journal of e-Learning, 18(2), pp114-121.
Erina, R., & Kuswanto, H. 2015. Pengaruh model pembelajaran instad terhadap
keterampilan proses sains dan hasil belajar kognitif fisika di SMA. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 202-211.
Harahap, N. 2014. Hubungan antara motivasi dan aktivitas belajar siswa terhadap
hasil belajar kognitif siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe student teams achievement division pada konsep ekosistem. Visipena,
5(1), 35-46.
Hermawan, I. 2020. E-Learning Berbasis Virtual classroom di Era Covid-19: Iwan
Hermawan. Hawari: Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, 1(1).
50

Hernani, L., Oka, A. A., & Asih, T. 2019. Peningkatan Nilai Kognitif Biologi
Menggunakan Model Blanded Learning berbasis Schoology Peserta Didik
Kelas X4 IPA SMA N 4 Metro Tahun Pelajaran 2018/2019. Bioedukasi,
10(2), 157-162.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan
Keunggulan Pembelajaran Face-To-Face, E-learning Offline-Online, dan
Mobile Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Insyasiska, D., Zubaidah, S., & Susilo, H. 2017. Pengaruh project based learning
terhadap motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan
kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1), 9-21.
Juarez Santiago, B., Olivares Ramirez, J. M., Rodríguez-Reséndiz, J., Dector, A.,
Garcia Garcia, R., González-Durán, J. E. E., & Ferriol Sanchez, F. 2020.
Learning Management System-Based Evaluation to Determine Academic
Efficiency Performance. Sustainability, 12(10), 4256.
Kusumaningrum, D. A., & Marpanaji, E. 2014. Pengembangan E-Learning
Dengan Pendekatan Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran Di Jurusan TKJ
SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan,
1(1), 28-39.
Lestari, S. M. P., Sandayanti, V., Alfino, N. S., & Putri, D. F. 2021. Kesiapan
Belajar Mandiri Pembelajaran E-Learning pada Masa Covid-19 Mahasiswa
Kedokteran Malahayati Angkatan 2017. Jurnal Sosial Sains, 1(3), 210-218.
Lubis, I. R., & Ikhsan, J. 2015. Pengembangan media pembelajaran kimia berbasis
android untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi kognitif peserta
didik SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 191-201.
Luckyardi, S., & Syaroni, D. A. W. 2020. Assessment of Lecturer Satisfaction,
Working Quality and Productivity Toward Learning Management System. In
International Conference on Business, Economic, Social Science, and
Humanities–Economics, Business and Management Track (ICOBEST-EBM
2019) (pp. 56-61)
Mahariyanti, E., & Hadi, S. 2020. Efektivitas Penggunaan Blended Learning
dengan Platform Quipper School terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata
Pelajaran Biologi Kelas XI MIPA di SMAN 2 SELONG. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 6(4), 911-920.
Masitoh. 2018. Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas 2045.
Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3. 13-34
51

Mawardi, A. V., Yanti, A. W., & Arrifadah, Y. 2020. Analisis Proses


Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan SoalHOTSDitinjau dari Gaya Kognitif.
JRPM (Jurnal Review Pembelajaran Matematika),5(1), 40-52.
Muhardi, M., Gunawan, S. I., Irawan, Y., & Devis, Y. 2020. Design Of Web
Based LMS (Learning Management System) in SMAN 1 Kampar Kiri Hilir.
Journal of Applied Engineering and Technological Science (JAETS), 1(2), 70-
76.
Muniasamy, A., & Alasiry, A. 2020. Deep Learning: The Impact on Future
eLearning. International Journal of Emerging Technologies in Learning,
15(1).
Musdalifah, M., Baharuddin, B., Jabri, U., Elihami, E., & Mustakim, M. 2021.
Building The Management System: Designs on the use of Blended Learning
Environment. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1783, No. 1, p.
012120).
Noerhandayani, T., Suhara, S., & Solihat, R. 2021. Penggunaan POE-inqury
melalui blended learning terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
materi sistem respirasi. Assimilation: Indonesian Journal of Biology
Education, 4(1), 41-50.
Nurwijayanti, L. E. 2020. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Metode
Pembelajaran E-Learning Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Program
Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Psychopedia
Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, 5(1), 47-52.
Polhun, K., Kramarenko, T., Maloivan, M., & Tomilina, A. 2021. Shift from
blended learning to distance one during the lockdown period using Moodle:
test control of students’ academic achievement and analysis of its results. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1840, No. 1, p. 012053).
Pranyoto, Y. H. 2020. Pengaruh Pembelajaran Online Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Mahasiswa Sekolah Tinggi Katolik St Yakobus Merauke Di Masa
Pandemi Covid-19. Atma Reksa: Jurnal Pastoral dan Kateketik, 5(1), 7-21.
Puspitorini, D. A., Indriyanti, D. R., Pribadi, T. A., & Hardiyanti, L. N. 2020.
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Melalui Pembelajaran Tpsw Berbasis
Hybrid-Learning Materi Sistem Sirkulasi. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1).
Rabiman, R., Nurtanto, M., & Kholifah, N. 2020. Design and Development E-
Learning System by Learning Management System (LMS) in Vocational
Education. Online Submission, 9(1), 1059-1063.
Radyati, A. 2020. Persepsi mahasiswa tentang E-learning google classroom
berpengaruh pada minat dan motivasi belajar. TERAPUTIK: Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 4(2), 88-93.
52

Rakic, S., Tasic, N., Marjanovic, U., Softic, S., Lüftenegger, E., & Turcin, I. 2020.
Student Performance on an E-Learning Platform: Mixed Method Approach.
International Journal of Emerging Technologies in Learning, 15(2).
Raza, S. A., Qazi, W., Khan, K. A., & Salam, J. 2021. Social isolation and
acceptance of the learning management system (LMS) in the time of COVID-
19 pandemic: an expansion of the UTAUT model. Journal of Educational
Computing Research, 59(2), 183-208.
Righo, A., & Sundari, S. 2019. Perbandingan Kemampuan Kognitif: E-Learning
Vs Konvensional Dengan Materi Dokumentasi Keperawatan. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 54-68.
Rizkiyah, A. 2015. Penerapan blended learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ilmu bangunan di kelas X TGB SMK Negeri 7
Surabaya. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan 1, no. 1/JKPTB/15.
Rohman, A., & Hartanto, M. A. 2020. Implementasi Teori Pembelajaran Blended
Learning dalam Menyeimbangkan Kapabilitas Belajar pada Era Digital (Studi
Kasus di Prodi PAI Universitas Alma Ata Yogyakarta). An-Nuha: Jurnal
Kajian Islam, Pendidikan, Budaya Dan Sosial, 7(1), 33-51.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grfindo Persada.
Seage, S. J., & Türegün, M. 2020. The Effects of Blended Learning on STEM
Achievement of Elementary School Students. International Journal of
Research in Education and Science, 6(1), 133-140.
Sepita, S. F., & Suryanti, S. 2020. Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Limnologi. Journal of
Research and Education Chemistry, 2(2), 102-102.
Setyosari, P. 2017. Menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
JINOTEP (Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran) Kajian dan Riset
dalam Teknologi Pembelajaran, 1(1), 20-30.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Singh, H. 2021. Building effective blended learning programs. In Challenges and
Opportunities for the Global Implementation of E-Learning Frameworks (pp.
15-23).
Sjukur, S.B., 2012. Pengaruh blended learning terhadap motivasi belajar dan hasil
belajar siswa di tingkat SMK. Jurnal pendidikan vokasi, 2(3).
Solviana, M.D., 2020. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan di Masa Pandemi
Covid-19 Penggunaan Gamifikasi Daring di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung. Al Jahiz Journal of Biology Education Research, 1(1).
53

Subekti, Y., & Ariswan, A. 2016. Pembelajaran fisika dengan metode eksperimen
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan proses sains.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252-261.
Suparini, S., Rusdi, R., & Ristanto, R. H. 2020. Guided Discovery-Blended
Learning (GDBL): An Innovative Learning to Improve Conceptual Excretory
System. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 5(2), 191-204.
Surya, B.J., 2019. Pengaruh Metode Blended Learning Berbasis Web dan Motivasi
terhadap Hasil Belajar Biologi pada Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk
Hidup di Kelas X SMA Negeri 1 Secanggang Langkat. Jurnal of Biological
Education and Research, 2(1).
Suryani, L., Seto, S. B., & Bantas, M. G. D. 2020. Hubungan Efikasi Diri dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang
Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(2), 275-283.
Taufiqurrochman, R., Muslimin, I., Rofiki, I., & Abah, J. A. 2020. Students’
perceptions on learning management systems of Arabic learning through
blended learning model. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab, 12(1), 22-36.
Tiari, I., Zulkardi, Z., & Siahaan, S. M. 2020. Pengembangan e-learning berbasis
chamilo pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Jurnal Inovasi
Teknologi Pendidikan, 7(1), 1-11.
Wiratomo, Y., & Mulyatna, F. 2020. Use of learning management systems in
learning efforts during a pandemic. Journal of Mathematical Pedagogy
(JoMP), 1(2).
Wiyoko, T., & Aprizan, A. 2020. Analisis Profil Kemampuan Kognitif Mahasiswa
PGSD Pada Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. IJIS Edu: Indonesian Journal
of Integrated Science Education, 2(1), 28-34.
54

LAMPIRAN
Nilai pretest dan postest siswa kelas eksperimen

No. Nama Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest


1 Amalia Sakinah Asti 52 60
2 Ananta fany ambarwati setyoningrum 54 46
3 Armellia Natasya Setiadi 56 68
4 Azzahra Nabila S 78 92
5 azzahra putri nabila 44 62
6 Danendra Fidel Khansa 76 94
7 DANICA HASNA XAVIERA 80 96
8 DARA LUTHFIA PUSPAMAYA JELITA 74 88
9 Eva Alifah 72 84
10 Amalia Sakinah Asti 58 64
11 Ananta fany ambarwati setyoningrum 42 48
12 Fiderlin Belinda Fina Fahriyah 54 58
13 HAFYY SAYIDAH SECHAN 60 92
14 Herlambang Alifio Prasetyo 70 82
15 Icha Widya 46 56
16 Karenina Khanza A 68 86
17 KARINA APRILIANI 64 72
18 Khamilatus sholikhah 56 68
19 M habib Toha aljefri 76 84
20 Muhammad Hanif Al Isyar 78 94
21 Muhammad wafii hanan 60 70
22 NUFAILA QURATIN NAWA 80 92
23 Pradana putra alvian 52 64
24 Queen Firdausia 76 78
25 Rafi Aditya saputra 70 76
26 RAVINKA RISDIANI PUTRI 66 74
27 RENADA WINTA WIJAYA PUTRA 64 72
28 Rianti Revi Mariska 48 64
29 Rizka Aulia Salsabila 50 60
30 Rosyid syamsul alam 56 66
31 Talitha Ariella Atmaranti 60 80
32 TIARA RAHMADANI 80 90
33 VINCENTIUS BAGUS PRIMA PRATAMA 54 54

Nilai pretest dan posttest siswa kelas kontrol

No. Nama Siswa Nilai pretest Nilai postest


1 Abellea 56 60
55

2 Afghan 60 64
3 Afriani 50 56
4 Audi 58 60
5 Ayu 70 72
6 Bernandinus 60 64
7 Cinta 70 80
8 Dia 42 40
9 Dimas 68 68
10 Dinar 50 52
11 Elvina 72 88
12 Elvira 72 88
13 Faqih 64 64
14 Felicia 64 68
15 Fiola 62 60
16 Fircha 64 68
17 Gempar 58 56
18 Ivana 62 64
19 Ivani 64 68
20 Juleo 60 60
21 Kazia 68 72
22 Lailatul 56 60
23 M. Fahmi 58 68
24 M. Roisul 44 44
25 Nicholas 60 64
26 Novitri 68 72
27 Paul 60 60
28 Rahayu 54 64
29 Reva 70 80
30 Selfi 52 56
31 Tsania 70 76
32 Willie 58 28
33 Zaki 58 60
56

lampiran soal uji coba

TINGKAT KESUKARAN DAYA BEDA STATUS


NO
INDEKS TAFSIRAN INDEKS TAFSIRAN SOAL
Digunaka
1 0,90 Mudah 0,20 cukup
n
Digunaka
2 0,75 Mudah 0,50 Baik
n
3 1,00 Mudah 0,00 Jelek  Dibuang
Digunaka
4 0,85 Mudah 0,30 cukup
n
5 0,45 Sedang -0,30 Jelek  Dibuang
Digunaka
6 0,75 Mudah 0,50 Baik
n
Digunaka
7 0,70 Sedang 0,20 cukup
n
Digunaka
8 0,45 Sedang 0,70 sangat baik
n
9 0,40 Sedang -0,20 Jelek Dibuang
Digunaka
10 0,90 Mudah 0,20 cukup
n
Digunaka
11 0,80 Mudah 0,40 Baik
n
12 1,00 Mudah 0,00 Jelek  Dibuang
Digunaka
13 0,85 Mudah 0,30 cukup
n
14 0,50 Sedang -0,30 Jelek  Dibuang
15 0,20 Sukar 0,00 Jelek  Dibuang
Digunaka
16 0,85 Mudah 0,30 cukup
n
Digunaka
17 0,75 Mudah 0,50 Baik
n
18 0,45 Sedang -0,10 Jelek  Dibuang
Digunaka
19 0,60 Sedang 0,20 cukup
n
20 0,25 Sukar 0,10 Jelek  Dibuang
Digunaka
21 0,80 Mudah 0,40 Baik
n
Digunaka
22 0,70 Sedang 0,40 Baik
n
Digunaka
23 0,85 Mudah 0,30 cukup
n
Digunaka
24 0,80 Mudah 0,40 Baik
n
57

Digunaka
25 0,70 Sedang 0,20 Cukup
n
26 0,45 Sedang -0,10 Jelek Dibuang
Digunaka
27 0,65 Sedang 0,40 Baik
n
28 1,00 Mudah -0.10 Jelek Dibuang
Digunaka
29 0,70 Sedang 0,40 Baik
n
Digunaka
30 0,35 Sedang 0,70 sangat baik
n

Anda mungkin juga menyukai