Proposal Skripsi
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Wiwit Anggraini
4401416077
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Tetaplah bersyukur dengan segala yang terjadi, yakinlah semua pasti ada
hikmahnya. Kunci bahagia dan sukses adalah rasa syukur, semangat, sabar dan
ikhlas. Tidak perlu takut salah, karena terkadang dari suatu kesalahan yang tanpa
disengaja akan membuka pintu kemudahan yang lain.
PERSEMBAHAN
PRAKATA
14. Niam, Eta, Novia, Nabil, Sofia selaku sahabat yang berkenan memberikan
bantuan dan saran dalam penyusunan skripsi.
15. Teman-teman rombel 3 pendidikan biologi angkatan 2016 dan
temanteman jurusan biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan motivasi, dukungan, dan kebersamaannya.
16. Semua pihak yang berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali
untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang sebaik-
baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan bahan ajar serta menjadi bahan kajian dalam
bidang ilmu yang terkait. Aamiin.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
1.5 Penegasan Istilah................................................................................................5
1.5.1 E-learning management system...................................................................6
1.5.2 Blended Learning.........................................................................................9
1.5.3 Hasil Belajar Kognitif................................................................................11
1.5.4 Materi Virus...............................................................................................12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 E-learning management system.......................................................................13
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan E-learning.........................................................14
2.2 Blended Learning............................................................................................18
2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning.............................................20
2.3 Hubungan E-learning, Blended Learning dan Kognitif .................................23
2.4 Materi Virus Menurut Kurikulum 2013..........................................................26
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan.........................................................................28
2.6 Kerangka Berfikir............................................................................................30
2.7 Hipotesis..........................................................................................................31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................32
3.2 Subjek Penelitian.............................................................................................32
3.3 Variabel Penelitian..........................................................................................32
3.4 Desain Penelitian.............................................................................................32
3.5 Prosedur Penelitian..........................................................................................33
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data..............................................................38
3.7 Metode Analisis Data......................................................................................39
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian...........................................................................................
4.2 Pelaksanaan Penelitian.......................................................................................
4.3 Data dan Hasil Analisis Penelitian.....................................................................
4.3.1 Hasil Belajar Kognitif.....................................................................................
4.3.2 Tanggapan Siswa............................................................................................
4.4 Kendala Penelitian.............................................................................................
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................
Saran........................................................................................................................
ii
6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang selalu dapat berkembang seiring
perkembangan zaman. Secara umum, pendidikan berkenaan dengan peningkatan
kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda
kearah yang diharapkan dalam proses pembelajaran (Sukmadinata dan Syaodih.
2012). Semakin berkembangnya zaman, semua sistem pembelajaran mengalami
perubahan dan perkembangan, mulai materi, model pembelajaran, media
pembelajaran. Hal itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Sistem pembelajaran
yang diharuskan dilakukan secara online atau daring, membuat para pendidik untuk
menciptakan pembelajaran yang mengharuskan untuk menggunakan teknologi
informasi sebaik mungkin.
Biologi merupakan salah satu ilmu dasar yang menentukan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan mempelajari biologi kita akan
mempunyai kemampuan berpikir logis, sistematis dan kreatif dalam memecahkan
masalah (Setiyalin et al. 2017). Hal tersebut tentu dapat diwujudkan dengan adanya
pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
melibatkan interaksi antara siswa dan guru serta bersifat menyenangkan dan materi
dapat dipahami dengan baik. Menurut Setyosari (2017), pembelajaran yang efektif
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar
peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh guru.
Interaksi pembelajaran berkaitan erat dengan Kurikulum 2013, karena dalam
Kurikulum 2013 siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut
Muhammedi (2016), Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan
mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, serta terampil
menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi. Beberapa keterampilan
yang dibutuhkan pada abad 21 ini antara lain: kemampuan berpikir kritis, kolaborasi
dan kepemimpinan, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Keterampilan ini harus
disiapkan oleh semua instansi pemerintah dan lingkungan pendidikan. Di bidang
2
pendidikan khususnya di SMA, salah satu perjuangan yang bisa dilakukan adalah
menyediakan media dan model pembelajaran yang relevan.
Dalam proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, siswa diberi
kesempatan untuk aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan yang didapatkan sehingga peserta didik akan lebih mampu
mengembangkan dirinya (Kemendikbud. 2013). Dengan demikian, hal tersebut
mampu meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Keberhasilan belajar
ditentukan dari pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta keaktifan dan
kemandirian siswa. Tenaga pengajar sebagai pengelola pembelajaran hendaknya
mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman, interaktif, menyenangkan dan
mampu mengupayakan terbentuknya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Gustina et al. (2019) kenyataannya yang banyak terjadi saat ini dalam
proses pembelajaran, salah satunya adalah kurang aktifnya peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga menjadikan proses pembelajaran hanya berorientasi
pada pengajar. Selain itu keadaan pandemi mengaharuskan guru dan siswa lebih aktif
dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal, guru cenderung memberi materi langsung dalam
e-learning Chamillo dan siswa diminta untuk membaca materi yang telah diberikan,
sehingga banyak keluhan yang disampaikan siswa maupun guru terkait pemahaman
siswa terhadap materi. Selain itu dengan situasi seperti saat ini, harus banyak
pengulangan dalam pembelajaran, dan harus ada kombinasi pembealajarn online
dengan pembelajaran di kelas (Singh. 2021). Penggunaan variasi metode
pembelajaran dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dalam kelas dan juga
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dalam masa pandemi ini keadaan lebih
sulit dari sebelumnya. Interaksi antara siswa dan guru tidak dapat dilakukan secara
langsung, sehingga pemberian materi tidak disertai penjelasan guru secara langsung.
Hal itu menyebabkan siswa sulit memahami materi. Pengalaman penggunaan sistem
daring yang lebih lama juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa Asarta dan
Schmidt. 2020).
3
awal telah dilakukan di SMAN 2 Mranggen. Studi difokuskan pada aspek metode dan
media terkait pendukung penelitian.
Kelebihan SMAN 2 Mranggen dipilih sebagai tempat penelitian karena
ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi
siswa, yaitu dengan pembuatan web Chamillo, yang berupa e-learning. Selain itu,
sekolah pernah memberikan bantuan untuk kuota belajar. Selain itu, kebanyakan
siswa sudah memiliki smartphone maupun akses internet sehingga dapat mengakses
e-learning Chamillo. Chamillo dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat
lain seperti komputer dan laptop. SMAN 2 Mranggen menyediakan lab komputer
yang dilengkapi dengan jaringan internet serta perpustakaan sekolah yang
menyediakan berbagai buku referensi.
Berdasarkan kelebihan dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu
pembelajaran bermodel Blended Learning yang diterapkan pada web e learning yang
telah diterapkan sekolah. Dengan penerapan Blended Learning dalam e-learning
Chamillo, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Virus.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian skripsi
dengan judul “Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan Model
Blended Learning Untuk Mengetahui Hasil Belajar Kognitif Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi virus
melalui penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi Virus melalui
penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
5
diberikan oleh guru, sehingga guru dapat lebih mudah melakukan pengecekan. Selain
itu e-learning ini dilengkapi dengan fitur chat, sehingga siswa dapat melakukan atau
menyampaikan pertanyaan kepada guru.
Chamillo dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat komputer,
sehingga dapat mempermudah siswa dalam mengakses pembelajaran. Dalam proses
log-in dapat dilakukan dengan akun masing-masing dengan menuliskan nama akun
dan password sehingga akun tiap siswa tidak dapat dibuka oleh siswa lain. Dengan
ini diharapkan siswa lain tidak dengan mudah mengambil atau mencontoh hasil
pekerjaan siswa lainnya.
Materi pelajaran yang telah diupload dalam Chamillo dapat dibuka maupun
didownload oleh siswa. Dalam penelitian ini, untuk memastikan siswa membaca
materi, peneliti meminta siswa untuk membaca dan mencatat materi terutama pada
hal yang belum dipahami, untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. Guru
dapat memantau berapa lama siswa membuka materi sehingga dapat membantu
memastikan bahwa siswa telah melihat dan membaca materi yang diberikan.
Gambar 2. Tampilan Chamilo bagian pemberian materi yang dapat diberikan melalui
berbagai fitur, bisa disesuaikan dengan keinginan guru
Gambar 3. Tampilan Chamilo bagian menu materi yang dapat didownload siswa
8
Elaborasi
- Siswa diberi waktu untuk saling
G-Meet 10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
10 menit
muka memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya
BAB 2
KAJIAN
penerapan LMS dengan kinerja pengajar. LMS dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitas kerja. Selain itu juga dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif karena
dapat mempermudah proses pembelajaran, termasuk penugasan dan komunikasi.
LMS dapat dikembangkan menjadi lebih baik sesuai perkembangan zaman
(Luckyardi dan Syaroni. 2020).
Selain itu menurut beberapa penelitian, penerapan e-learning memiliki
dampakpositif dalam motivasi belajar siswa. Radyati (2020) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh persepsi mahasiswa tentang e-learning pada minat belajar dan
motivasi belajar dan Nurwijayati (2020) bahwa terdapat hubungan positif antara
persepsi terhadap metode pembelajaran e-learning dengan motivasi belajar.
Penerapan e-learning dalam kesiapan belajar siswa untuk mengontrol tanggungjawab
individu dalam pembelajaran dan menciptakan inisiatif terhadap pembelajaran.
Penggunaan e-learning baik untuk strategi pembelajaran selama pandemi,
namun dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka secara langsung, hubungan
emosional dosen dan mahasiswa maupun siswa dan guru kurang terpenuhi sehingga
perlu kombinasi kelas virtual (Hermawan. 2020). Hal ini dapat dilakukan dengan
penerapan model blended learning dengan menggunakan aplikasi zoom ataupun G-
meet sebagai pertemuan tatap muka yang dilakukan secara daring atau online. E-
learning teruji efektifitas meningkatkan hasil belajar peserta didik serta dinilai lebih
praktis dalam pembelajaran, terutama dimasa pandemi saat ini (Tiari et al. 2020).
2.2 Blended Learning
Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan
menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan
Suryanti. 2020). Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam pemilihan
model pembelajaran yang dapat mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran serta
kualitas hasil belajar. Model pembelajaran ini diketahui dapat mengatasi keterbatasan
terkait pembelajaran online dan tatap muka.
Blended learning merupakan kegiatan pembelajaran yang sebagian besar telah
diambil alih secara online dan tidak menghabiskan pembelajaran di kelas dengan
13
Menurut Rusman (2012) terdapat 3 alasan forum tatap muka secara langsung
masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Alasan tersebut yaitu:
1. Perlunya forum untuk menjelaskan mekanisme pembelajaran yang akan
dilalui dengan siswa.
2. Perlunya memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap siswa.
3. Perlunya pemberian pelatihan yang cukup dalam menggunakan teknologi
seperti komputer atau android yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran.
Menurut Kusairi sebagaimana dikutip oleh Husamah (2014), kelebihan blended
learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri yang
tersedia secara online dengan menggunakan media elektronik.
2. Siswa dapat berkomunikasi atau berdiskusi dengan guru atau siswa lain di
luar jam tatap muka.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam pembelajaran di
kelas dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh guru.
4. Guru dapat menambahkan materi pelajaran melalui media pembelajaran
online dengan fasilitas internet.
5. Guru dapat menyelenggarakan kuis dan memanfaatkan hasil tes dengan
efektif.
Kekurangan model pembelajaran blended learning, yaitu: Media pembelajaran
yang dibutuhkan beragam, tidak semua siswa memiliki fasilitas seperti: android,
komputer, dan akses internet. Apabila sarana dan prasarana tidak mendukung maka
akan sulit untuk diterapkan. Namun saat ini hal tersebut tidak menjadi masalah besar
karena saat ini hampir setiap individu ataupun pembelajar pasti tidak akan lepas dari
smartphone, baik hanya untuk berkomunikasi, belajar, bermain game, ataupun hanya
sekedar mengunggah sesuatu ke media sosial (Solviana. 2020).
16
proses sains. Hal ini disebabkan tes hanya sering memperkuat kemampuan menghafal
daripada memahami (Subekti dan Ariswan. 2016)
Hasil belajar kognitif merupakan gambaran tingkat penguasaan peserta didik
terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya atau penguasaan peserta didik terhadap
sesuatu dalam kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan atau teori yang melibatkan
pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual yang meliputi penarikan
kembali atau pengakuan dari fakta-fakta, pola prosedural, dan konsep dalam
pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual peserta didik (Erina dan
Kuswanto. 2015). Kemampuan kognitif juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
gaya/model pembelajaran, media pembelajran dan motivasi.
Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, diperlukan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran konvensional dapat digunakan di
samping menggunakan model pembelajaran e-learning. Dalam mengunakan model
pembelajaran e-learning harus memperhatikan aplikasi e-learning yang interaktif,
jaringan internet serta proses interaksi dan forum dalam berdiskusi (Righo dan
Sundari. 2019).
melakukan reproduksi sehingga dianggap suatu makhluk yang tidak hidup. Penemuan
virus diawali dengan ditemukannya penyakit mosaik pada tanaman tembakau yang
menghambat pertumbuhan. Hal tersebut terjadi karena adanya infeksi yang terjadi
pada daun tanaman tembakau.
Struktur Virus
Virus berukuran sangat kecil. Virus tersusun dari asam nukleat (DNA atau
RNA) yang terbungkus oleh selubung protein (kapsid) yang tersusun atas kapsomer.
Keberagaman ukuran dan bentuk yang dimiliki virus tidak mengubah struktur secara
umum. Sejumlah virus memiliki struktur aksesori yang membantu virus menginfeksi
inang, seperti amplop bermembran mengelilingi kapsid virus influenza dna banyak
virus lainnya yang ditemukan pada hewan.
ciri-ciri yang dimiliki virus adalah sebagai berikut.
1) Virus bersifat benda hidup, karena bisa berkembang biak jika berada di
dalam sel hidup.
2) Virus bersifat benda mati, karena tidak melakukan metabolisme, tidak
bernapas, tidak bergerak, dan berbentuk kristal jika berada di luar sel hidup.
3) Memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA saja
4) Berukuran sangat kecil, yaitu antara 20 dan 300 nm.
Macam-macam bentuk virus:
1) Berbentuk batang, contohnya TMV (Tobacco Mosaic Virus).
2) Berbentuk batang dan berujung oval seperti peluru, contohnya Rhabdovirus.
3) Berbentuk bulat, contohnya HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
Orthomyxovirus.
4) Berbentuk filamen atau benang, contohnya virus Ebola.
5) Berbentuk polihedral, contohnya Adenovirus.
6) Berbentuk seperti huruf T, contohnya bakteriofag, yaitu virus yang
menyerang bakteri Escherichia coli.
Replikasi Virus
Siklus Lisis (Lytic Cycle)
20
Siklus reproduksi fag yang mencapai puncaknya pada kematian sel inang
disebut dengan Lytic Cycle. Alasan tersebut mengacu pada infeksi akhir ketika
bakteri lisis dan melepaskan fag-fag yang dihasilkan dalam suatu sel. Setiap fag akan
menginfeksi sel yang sehat dan beberapa siklus lisis yang terjadi secara berturut-turut
yang pada akhirnya akan menghancurkan seluruh bakteri dalam beberapa waktu.
Perakitan fag hanya terjadi melalui siklus lisis (Virulent phage).
Siklus Lisogenik (Lysogenic cycle)
Replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Virus dapat memperbanyak
diri dengan atau tanpa membunuh sel inang. Istilah lisogenik menyiratkan bahwa
profag mampu menghasilkan fag aktif yang melisiskan sel inang. Sebuah sel yang
terinfeksi dapat dengan cepat menghasilkan populasi bakteri yang besar, yang
membawa virus dalam bentuk profag.
Peran Virus dalam Kehidupan
1. Penyakit virus pada hewan
Infeksi yang dilakukan oleh virus akan menghasilkan gejala-gejala yang
berbeda di setiap sel inangnya. Penyebaran penyakit oleh virus dikarenakan adanya
mutasi dari virus yang sebelumnya sudah ada, populasi yang kecil dan terisolasi, dan
penyebaran dari hewan lain yang telah mengalami infeksi.
2. Penyakit virus pada tumbuhan
Persebaran penyakit atau infeksi disebarkan melalui dua proses. Pertama,
tanaman terinfeksi dari sumber eksternal (penularan horisontal) karena virus
menginfeksi tumbuhan dengan menembus lapisan sel epidermis. Kedua, penularan
infeksi vertikal terjadi ketika perbanyakan sel melalui biji yang sebelumnya sudah
terinfeksi. (Campbell et al. 2010).
dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Dengan ini pembelajaran akan tetap
terlaksana meski tidak di dalam kelas (Muhardi et al. 2020). Selain efektif, adapun
keuntungan yang dapat diperoleh yaitu Platform e-learning dapat dikembangkan dan
dibuat menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan
menggunakannya, misal dibuat diskusi ataupun melalui pesan dalam e-learning
tersebut Rakic et al. (2020).
Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan
menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan
Suryantini. 2020). Menurut Lestari et al (2020) penerapan e-learning dalam kesiapan
belajar dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Kekurangan
dari sistem pembelajaran dengan model blended learning dan e-learning yaitu
penerapannya membutuhkan kualitas sarana yang mendukung, seperti device yang
dibutuhkan dan jaringan internet yang cukup untuk dapat mengakses pembelajaran.
Fakta : Teori/harapan :
Sulitnya pembelajaran di kala Sesuai dengan kurikulum
pandemi 2013, perlu peningkatkan
Kebanyakan siswa tidak dapat pembelajaran interaktif.
memahami materi yang Guru berperan sebagai
disampaikan fasilitator dan motivator
Banyaknya materi yang harus Siswa dapat belajar secara
disampaikan ke siswa aktif dan mandiri
Solusi :
Penerapan Chamillo dengan model Blended Learning dapat digunakan sebagai
model pembelajaran yang interaktif dan menarik sehingga siswa dapat lebih
mudah berinteraksi dengan guru saat pemberian materi berlangsung
Potensi :
Penerapan Blended Learning dapat digunakan dengan bantuan G-Meet/zoom
Langkah penelitian :
Kelas eksperimen (Chamillo/E-learning smandam + model Blended Learning)
Kelas kontrol (Chamillo/E-learning smandam + model online course)
Harapan :
Peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol
23
2.7 Hipotesis
Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA materi Virus kelas X
semester 1.
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Mraggen yang berlokasi di Jl.
Pucang Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 pada bulan Juli s/d Oktober 2020.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021 SMA Negeri 2 Mraggen. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik puporsive sampling, yaitu dengan bantuan pemilihan kelas oleh
guru bidang studi berdasarkan beberapa pertimbangan. Sampel yang diambil yaitu 2
kelas, sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti
dengan tujuan untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono 2013). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: penerapan e-learning Chamilo dengan model blended
learning.
2. Variabel terikat: hasil belajar kognitif siswa
3. Variabel kontrol: materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperimen, yaitu dilakukan dengan
adanya kelompok kontrol sehingga tidak dapat mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dan metode ini dikembangkan untuk
mengatasi kesulitas dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian
(Sugiyono. 2011). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol dipilih secara random. Dalam desain ini baik kelompok
25
Keterangan:
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
O1 = pretest
O2 = post test
X = pembelajaran dengan penerapan blended learning
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sampel terdiri dari 2 kelas
dengan perlakuan yang berbeda. Kelas Eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan
penerapan e-learning Chamillo dengan model blended learning menggunakan G-
Meet. Sedangkan kelas kontrol hanya dengan penerapan e learning Chamillo dengan
model konvensional. Pada akhir pembelajaran diberi post test untuk kedua kelas
tersebut, untuk mengetahui perbedaan hasil percobaan.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap analisis.
3.5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Melakukan observasi awal yang dilakukan untuk mendapatkan data di
sekolah yang meliputi nama, nilai, dan melakukan identifikasi kemampuan
siswa.
2. Menyusun desain pembelajaran menggunakan e-learning Chamillo dengan
model blended learning pada kelas eksperimen dan model konvensional
pada kelas kontrol.
26
n ∑ x i yi −(∑ x i )(∑ y i)
rxy=
√ {n ∑ x 2−( ∑ x ) 2 }{ n∑ y 2−( ∑ y ) 2 }
i i i i
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
N : jumlah peserta
∑x : jumlah skor item
∑y : jumlah skor total
27
Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung validitas yaitu
dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan dengan
menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara melakukan uji
validitas dengan SPSS yaitu dengan membuat skor total masing-masing variabel ->
memasukkan data ke dalam SPSS -> klik analyze -> klik correlate -> memasukkan
seluruhitem variabel x ke Variabels -> cek list Pearson; two tailed -> klik OK
2) Reliabilitas
Reliabilitas dapat diukur dengan rumus K-R 21 yaitu (Arikunto 2013):
r11 =
k
( k −1 )(1− M (kVt
k−M )
)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir soal
M = skor rata-rata
Vt = varians total
(∑ X )2
2
∑X −
N
Vt =
N
Keterangan:
Vt = variansi total
∑X = jumlah skor total
∑X)2 = kuadrat dari jumlah skor total
N = banyaknya siswa
Kriteria reliabilitas soal yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas tes
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 - 0,20 Rendah Sekali
0,21 - 0,40 Rendah
0,41 - 0,60 Cukup
0,61 - 0,80 Baik
0,81 - 1,00 Baik sekali
Sumber: Rudyatmi & Rusilowati (2014)
Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung reliabilitas yaitu
dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan
dengan menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara
melakukan uji validitas dengan SPSS yaitu klik analyze -> scale -> reliability
analysis -> pilih variabel pada jendela reliability analysis -> klik statistic ->
klik OK
3) Daya Pembeda
BA−BB
DP= 1
N
2
Keterangan:
4) Taraf Kesukaran
Secara garis besar pelaksanaan pertemuan pertama yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
30
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu sebagai
berikut:
Pendekatan: saintifik
Model: Blended Learning
Elaborasi
- Siswa diberi waktu untuk saling
G-Meet 10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
10 menit
muka memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya
Pada penelitian ini terdapat dua data, yaitu data nilai hasil belajar siswa
dengan adanya penerapan aplikasi Quizizz dengan model Blended Learning dan
tanggapan siswa. Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data dalam penelitian ini secara subjek, dan waktu pengambilan data
dalam penelitian ini secara ringkas dijelaskan pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data.
33
Kriteria pengujian jika χ 2hitung ≤ χ 2tabel dengan derajat kebebasan dk = n-1 dan
taraf signifikan 5%, maka data berdistribusi normal.
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi
sampel (Arikunto 2013). Dua kelompok dikatakan homogen jika kedua kelompok
mempunyai varians yang sama. Sifat homogen ini merupakan syarat untuk
34
melakukan uji t dalam membuktikan hipotesis. Pada penelitian ini dalam menguji
homogenitas menggunakan uji F. Hipotesis pengujian:
H0 : σ12 = σ22, artinya nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang sama atau homogen.
H1 : σ12 ≠ σ22, artinya nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang berbeda.
Untuk menguji kesamaan dua varian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Vb
F hitung=
Vk
Keterangan :
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
Kriteria pengujian, jika Jika Fhitung < Ftabel dengan dk = n-1 dan taraf
signifikan 5%, maka H0 diterima yang artinya posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian yang sama atau homogen (Sugiyono, 2010).
Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t dua
pihak.
c. Menentukan taraf signifikan (α)
Taraf signifikan (α) yaitu dipakai dalam penelitian ini adalah α % dengan peluang
1
(1 − a)
2
d. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Hipotesis diatas diuji dengan menggunakan rumus uji-t dua pihak, dengan
x́ 1−x́
∑x
2
t hitung = 1 1 dengan 𝑥 ̅=
s
√ +
n1 n2
N
keterangan:
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mraggen yang beralamatkan di
Jalan Pucang Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 pada bulan Juli s/d Oktober 2020. Data penelitian terdiri dari data utama
dan data pendukung. Data utama dalam penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif
yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Data pendukungnya meliputi angket
tanggapan siswa. Sebelum soal diujikan kepada siswa, dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi pembelajaran siswa di dalam
kelas yang dilakukan pada masa PPL. Kemudian dilanjutkan pada April 2020.
Selanjutnya dilakukan observasi pada kelas X pada bulan Agustus 2020. Selain itu
dilakukan wawancara kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan. Kemudian 28
Agustus 2020 menemui guru mata pelajaran untuk berdiskusi terkait topik penelitian,
materi yang akan diajarkan, kelas yang akan digunakan dalam penelitian serta jadwal
pelaksanaan penelitian.
Pembelajaran di kelas dilaksanakan pada tanggal 26 September 2020, 3
Oktober, 10 Oktober. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan e-
learning Chamillo. Pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan secara konvensional,
yaitu dengan pemberian materi dan tugas melalui e-learning Chamillo, dan untuk
kesempatan bertanya ataupun berdiskusi dilakukan melalui fitur chat ataupun chat
pada grup WA. Sedangkan untuk kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan
memberikan materi melalui e-learning Chamillo yang dapat didownload dan dibaca
oleh siswa yang selanjutnya dapat didiskusikan melalui link G-Meet yang telah
disediakan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan melalui rekap presensi bahwa
terdapat 2 siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan mengalami
37
kendala HP atau device yang dimilikinya mengalami kerusakan, sedangkan siswa lain
mengalami kendala pada sinyal yang mengakibatkan siswa mengalami kendala saat
mengakses pembelajaran melalui G-meet, sehingga tidak mengikuti diskusi dalam G-
meet namun masih dapat mengerjakan soal yang dikirimkan melalui WA. Kendala
yang ada dengan baik dapat diatasi walaupun tidak sedikit yang mengalami kendala
terutama pada sinyal, namun selebihnya tidak mengalami kendala yang berarti
kecuali telat masuk atau presensi.
Berdasarkan penelitian, pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak dua
kali, sedangkan pertemuan ketiga dilakukan post test pada materi tersebut. Pertemuan
ketiga dilakukan selama 45 menit (1jam mata pelajaran), dengan 10 menit persiapan
dan review materi , selanjutnya 30 menit untuk mengerjakan tes. Pengambilan data
yang dilakukan peneliti memiliki jangka waktu sekitar bulan Oktober, dikarenakan
September masih dilakukan pembelajaran di kelas. Pembelajaran dilakukan satu kali
dalam seminggu, sehingga minggu pertama bulan Oktober peneliti mendapat
kesempatan untuk pengambilan data.
Kondisi sekolah
Guru akan melakukan penilaian melalui e-learning tersebut, serta dapat melihat rekap
siswa yang telah melakukan presensidi kelas dan mengunggah tugas, mengunduh
materi atau soal yang diberikan serta melihat berapa lama siswa mengikuti kelas
untuk membaca materi yang telah diberikan.
Pertemuan II
Untuk pertemuan berikutnya, agenda dalam kelas yaitu diskusi atau tanya
jawab. Guru (peneliti) memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian siswa diminta
segera menjawab. Selain guru, siswa lain juga diberi kesempatan untuk saling
bertanya atau memberi jawaban. Untuk meningkatkan motivasi dalam agenda kelas
tersebut, guru akan memberi nilai plus untuk siswa-siswa yang aktif bertanya
maupun menjawab. Berdasarkan penelitian, Pembelajaran atau agenda kelas tersebut
dilakukan melalui G-meet selama 10 menit persiapan (menunggu teman-teman yang
terlambat serta mempersiapkan alat tulis dan sebagainya) 5 pembukaan (guru
memberi salam pembuka, salah satu siswa memimpin do’a, guru memberi motivasi
dan stimulasi), 60 menit kegiatan inti, 15 menit penutup (salah satu siswa diberi
kesempatan untuk menyimpulkan hasil pembahasan pada pertemuan itu, guru
39
memberikan penegasan materi, guru mengingatkan siswa untuk membaca ulang dan
memahami materi, dan mengingatkan bahwa minggu depan akan diadakan tes)
Pertemuan III
sehingga guru dapat memantau siswa yang benar-benar mengikuti kelas maupun
tidak. Dalam pembelajaran presensi dilakukan sebanyak dua kali yaitu presensi
otomatis pada e-learning Chamillo dan presensi langsung melalui G-Meet.
Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol
Tabel 4.2 Nilai Postest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian soal
post test berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dari 30 soal yang sudah
disesuaikan dengan indikator dan kisi kisi soal, serta diuji validitasnya dan
reliabiltasnya. Berdasarkan penelitian, dilakukan pretest dan posttest untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Siswa dalam kelas kontrol maupun
eksperimen diberi soal pretest, selanjutnya kelas eksperimen diberi perlakuan atau
pembelajaran yang dilaksanakan sebagai penelitian. Setelah pelaksanaan proses
pembelajaran, peneliti melakukan analisis hasil belajar siswa yaitu dengan nilai
pretest dan posttest yang dikerjakan secara individu oleh siswa.
Berdasarkan data yang dihasilkan, terdapat peningkatan hasil belajar yang
dapat dilihat dari nilai rata-rata nilai pretest dan dan posttest yang telah diuji atau
dihitung manual maupun dengan SPSS yang dipakai oleh peneliti. Dalam penelitian
ini dilakukan bebarapa uji yaitu uji normalitas, homogenitas, serta uji-t. Uji t yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji t 2 pihak dikarenakan terdapat dua kelompok
yang saling berhubungan. Dua sampel berpasangan artinya sampel dengan subjek
yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Berikut penjelasan hasil
dari uji yang digunakan
1. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan rumus atau cara perhitungan sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis
label pretest dan posttest. Kemudian pada data view masukkan data nilai pretest dan
posttest. Setelah itu untuk pengujian, klik analyze -> klik descriptive statistics -> klik
eksplore. Kemudian masukkan pretest dan posttest ke dalam test variable list.
Kemudian klik plots dan klik normality. Selanjutnya klik ok.
Berdasarkan uji coba menggunakan SPSS, didapatkan hasil seperti yang
disajikan pada gambar 4. Berdasarkan hasil perhitungan, data menghasilkan nilai sig
untuk normalitas pretest dan posttest > 0,05. Pada posttest mendapatkan nilai sig
0,202 dan pretest 0,154. Berdasarkan ketentuan bahwa nilai sig untuk uji normalitas
43
yaitu >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai dari data tersebut berdistribusi
normal.
2. Uji homogenitas
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang diuji bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas digunakan
untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel (Arikunto 2013). Dua kelompok
dikatakan homogen jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Sifat
homogen ini merupakan syarat untuk melakukan uji t dalam membuktikan
hipotesis.Jika sampel yang diuji bersifat homogen maka baik digunakan atau data
yang diambil baik, sedangkan jika sampel tidak homogen maka tidak dilakukan
pengujian tahap berikutnya.
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan cara sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis label nilai dan kelas.
selanjutnya pada data view masukkan data nilai beserta variabel kelas yang telah
ditentukan. Kemudian klik analyze -> compare means -> one way anova. Klik option,
kemudian klik homogenity dan klik ok.
Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig
untuk homogenitas sebesar 0,063. Nilai tersebut lebih dari 0,05. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku, untuk homogenitas nilai sig > 0,05 maka H0 diterima artinya
data yang disajikan memiliki homogenitas yang sesuai. Sehingga dapat dilakukan uji
selanjutnya. Pada penelitian ini dilakukan uji t 2 pihak.
3. Uji t 2 pihak
Uji dua rata-rata menggunakan uji dua pihak. Uji dua pihak digunakan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan dengan adanya perlakuan. Dalam penelitian
ini uji dua pihak digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dan menentukan hasil
yang lebih baik. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tabel Independent Samples Test menampilkan uji
varian kedua kelompok dan perbedaan.
44
Dalam penelitian ini dilakukan uji t menggunakan SPSS dengan alur sebagai
berikut:
Analyze -> compare means -> masukkan variabel pretest postest pada kolom paired
variables -> klik tombol options -> masukkan confident interval 95% ->klik continue
-> klik ok
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig 0,03. Hal itu
berarti nilai sig kurang dari 0,05. Sehingga hipotesis diterima, bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar kognitif setelah perlakuan. Disamping itu dilakukan uji t juga
pada nilai pretest, yang memiliki nilai sig >0,05, artinya tidak ada perbedaan nilai
pretest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun setelah diberi perlakuan
kemudian di dapatkan nilai posttest, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Selain pada nilai sig, stdr error mean dan mean (rata-
rata) nilai posttest untuk kelas kontroldan kelas eksperimen memiliki perbedaan. Pada
kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Adanya peningkatan pemahaman pada siswa diketahui dari nilai hasil tes yang
dilakukan. Pada tes dengan soal yang sama, siswa mendapatkan skor lebih tinggi
pada tes akhir (posttest) dari tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest).
Meskipun kedua kelas mempunyai peningkatan pada posttest, namun pada kelas
eksperimen terdapat peningkatan yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Selain itu
berdasarkan angket tanggapan siswa, siswa lebih banyak memilih pernyataan setuju
dengan metode pembelajaran yang dilakukan dikarenakan siswa lebih mudah
memahami materi dengan metode yang dilakukan.
Selain itu, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan, siswa diberi agket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah
diberikan. Dari jumlah soal pada angket yang telah diberikan, didapatkan hasil rata-
rata siswa mengalami peningkatan pemahaman materi dan nilai hasil belajar kognitif
dengan adanya perlakuan (penerapan Chamilo dengam model blended learning
berbantuan G-Meet). Pada pernyataan positif yang mengatakan bahwa peningkatan
45
Selain itu, berdasarkan angket tanggapan siswa, didapat hasil bahwa dengan
penerapan Chamillo berbantuan zoom memiliki dampak positif dalam kegiatan
pembelajaran, dikarenakan siswa dapat lebih memahami materiyang diberikan oleh
guru. Zoom digunakan untuk pertemuan tatap muka dengan diskusi namun dilakukan
secara daring, yang diakibatkan oleh pandemi sehingga tidak ada pertemuan tatap
muka di kelas secara langsung.
Dalam penelitian ini, tidak hanya mengetahui dampak positif dari
pembelajaran yang dilakukan peneliti, namun juga memiliki beberapa kendala, seperti
kesulitan siswa dalam mengakses pembelajaran dikarena terdapat siswa yang
memilikikendala yaitu device yang digunakanya sedang rusak. Adapun siswa yang
izin dikarenakan sakit, namun semuanya masih melaksakan tes, meskipun tes
dikerjakan dalam waktu yang berbeda dengan teman yang lain.
Soal tes diunggah pada Chamillo, yang dapat diatur aksesnya oleh guru atau
peneliti, sehingga siswa hanya dapat mengakses soal satu kali. Setelah waktu yang
ditentukan, siswa sudah tidak diizinkan melihat soal, dikarenakan Chamillo bagian
soal tersebut sudah ditutup. Hal ini diupayakan agar dapat mengurangi kecurangan
siswa dalam mengerjakan soal, apabila ada yang terlambat. Bagi siswa yang
terlambat mengerjakan atau izin sebelumnya, dapat mengerjakan soal di link g-form.
Soal tersebut juga hanya dapat diakses satu kali oleh satu device. Dengan ini
diharapkan siswa benar-benar mengerjakan soal secara mandiri dan jujur.
Berdasarkan nilai hasil pretest sebagian besar siswa memiliki nilai di bawah
KKM, sebanyak 20 siswa pada kelas eksperimen dan 24 siswa pada kelas kontrol,
yaitu sekitar 60% dan 72 % siswa tidak tuntas KKM. Batas KKM yang diterapkan
sekolah yaitu 65. Setelah pembelajaran dilakukan, kedua kelas tersebut memiliki
peningkatan hasil belajar, namun pada kelas kontrol tidak memiliki kenaikan yang
46
signifikan seperti yang terjadi pada kelas eksperimen. Setelah perlakuan terjadi
kenaikan untuk hasil belajar siswa, untuk pretest nilai siswa yang berada di atas KKM
sebanyak 13 anak atau 40%, sedangkan setelah perlakuan, jumlah anak yang
memiliki nilai di atas KKM sebanyak 22 anak atau 67%. Sehigga dengan adanya
perlakuan, nilai hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 27%. Hal
itu berarti dengan adanya perlakuan, maka terdapat peningkatan hasil yang cukup
baik pada hasil belajar kognitif siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aji et al (2021) bahwa Blended
learning menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran. Efektif
dalam meningkatkan pembelajaran kognitif. Kelas yang diterapkan blended learning
lebih baik daripada online learning ataupun hanya face to face leaning. Namun
disamping itu tantangan implementasi meningkatkan banyak faktor seperti perubahan
proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajar, namun belajar dalam menerapkan
sistem ini (Bruggeman et al. 2021).
Selain itu diperlukan adanya pengembangan e-learning. Pengembangan dan
desain sistem pembelajaran e-learning meliputi analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Respon siswa dalam pembelajaran positif, merasa tertarik
dan puas (Rabiman et al. 2020). Platform e-learning dapat dibuat menarik
sehinggadapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan menggunakannya, misal
dibuat diskusi ataupun melalui pesan dalam e-learning (Rakic et al. 2020). e-learning
memudahkan pembelajaran jarak jauh namun membutuhkan biaya pengembangan
yang lebih besar, serta membutuhkan pembelajaran yang mendalam terkait
implementasi e-learning agar manfaat yang diperoleh didapat secara optimal, serta
mempermudah pengembangan di masa depan (Muniasamy dan Alasiry (2020).
Dalam penelitian terdapat beberapa kendala seperti permasalahan jaringan
internet untuk mengakses maupun kebutuhan banyaknya pengulangan materi
pembelajaran. Dalam penelitian Raza et al (2021) juga menjelaskan bahwa Siswa
mengalami kesulitan dalam penerapan online class dkarenakan koneksi internet yang
buruk. Meskipun demikian, Juarez et al (2020) menyatakan bahwa Penerapan LMS
47
BAB 5
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hernani, L., Oka, A. A., & Asih, T. 2019. Peningkatan Nilai Kognitif Biologi
Menggunakan Model Blanded Learning berbasis Schoology Peserta Didik
Kelas X4 IPA SMA N 4 Metro Tahun Pelajaran 2018/2019. Bioedukasi,
10(2), 157-162.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan
Keunggulan Pembelajaran Face-To-Face, E-learning Offline-Online, dan
Mobile Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Insyasiska, D., Zubaidah, S., & Susilo, H. 2017. Pengaruh project based learning
terhadap motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan
kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1), 9-21.
Juarez Santiago, B., Olivares Ramirez, J. M., Rodríguez-Reséndiz, J., Dector, A.,
Garcia Garcia, R., González-Durán, J. E. E., & Ferriol Sanchez, F. 2020.
Learning Management System-Based Evaluation to Determine Academic
Efficiency Performance. Sustainability, 12(10), 4256.
Kusumaningrum, D. A., & Marpanaji, E. 2014. Pengembangan E-Learning
Dengan Pendekatan Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran Di Jurusan TKJ
SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan,
1(1), 28-39.
Lestari, S. M. P., Sandayanti, V., Alfino, N. S., & Putri, D. F. 2021. Kesiapan
Belajar Mandiri Pembelajaran E-Learning pada Masa Covid-19 Mahasiswa
Kedokteran Malahayati Angkatan 2017. Jurnal Sosial Sains, 1(3), 210-218.
Lubis, I. R., & Ikhsan, J. 2015. Pengembangan media pembelajaran kimia berbasis
android untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi kognitif peserta
didik SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 191-201.
Luckyardi, S., & Syaroni, D. A. W. 2020. Assessment of Lecturer Satisfaction,
Working Quality and Productivity Toward Learning Management System. In
International Conference on Business, Economic, Social Science, and
Humanities–Economics, Business and Management Track (ICOBEST-EBM
2019) (pp. 56-61)
Mahariyanti, E., & Hadi, S. 2020. Efektivitas Penggunaan Blended Learning
dengan Platform Quipper School terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata
Pelajaran Biologi Kelas XI MIPA di SMAN 2 SELONG. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 6(4), 911-920.
Masitoh. 2018. Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas 2045.
Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3. 13-34
51
Rakic, S., Tasic, N., Marjanovic, U., Softic, S., Lüftenegger, E., & Turcin, I. 2020.
Student Performance on an E-Learning Platform: Mixed Method Approach.
International Journal of Emerging Technologies in Learning, 15(2).
Raza, S. A., Qazi, W., Khan, K. A., & Salam, J. 2021. Social isolation and
acceptance of the learning management system (LMS) in the time of COVID-
19 pandemic: an expansion of the UTAUT model. Journal of Educational
Computing Research, 59(2), 183-208.
Righo, A., & Sundari, S. 2019. Perbandingan Kemampuan Kognitif: E-Learning
Vs Konvensional Dengan Materi Dokumentasi Keperawatan. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 54-68.
Rizkiyah, A. 2015. Penerapan blended learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ilmu bangunan di kelas X TGB SMK Negeri 7
Surabaya. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan 1, no. 1/JKPTB/15.
Rohman, A., & Hartanto, M. A. 2020. Implementasi Teori Pembelajaran Blended
Learning dalam Menyeimbangkan Kapabilitas Belajar pada Era Digital (Studi
Kasus di Prodi PAI Universitas Alma Ata Yogyakarta). An-Nuha: Jurnal
Kajian Islam, Pendidikan, Budaya Dan Sosial, 7(1), 33-51.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grfindo Persada.
Seage, S. J., & Türegün, M. 2020. The Effects of Blended Learning on STEM
Achievement of Elementary School Students. International Journal of
Research in Education and Science, 6(1), 133-140.
Sepita, S. F., & Suryanti, S. 2020. Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Limnologi. Journal of
Research and Education Chemistry, 2(2), 102-102.
Setyosari, P. 2017. Menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
JINOTEP (Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran) Kajian dan Riset
dalam Teknologi Pembelajaran, 1(1), 20-30.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Singh, H. 2021. Building effective blended learning programs. In Challenges and
Opportunities for the Global Implementation of E-Learning Frameworks (pp.
15-23).
Sjukur, S.B., 2012. Pengaruh blended learning terhadap motivasi belajar dan hasil
belajar siswa di tingkat SMK. Jurnal pendidikan vokasi, 2(3).
Solviana, M.D., 2020. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan di Masa Pandemi
Covid-19 Penggunaan Gamifikasi Daring di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung. Al Jahiz Journal of Biology Education Research, 1(1).
53
Subekti, Y., & Ariswan, A. 2016. Pembelajaran fisika dengan metode eksperimen
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan proses sains.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252-261.
Suparini, S., Rusdi, R., & Ristanto, R. H. 2020. Guided Discovery-Blended
Learning (GDBL): An Innovative Learning to Improve Conceptual Excretory
System. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 5(2), 191-204.
Surya, B.J., 2019. Pengaruh Metode Blended Learning Berbasis Web dan Motivasi
terhadap Hasil Belajar Biologi pada Pokok Bahasan Klasifikasi Makhluk
Hidup di Kelas X SMA Negeri 1 Secanggang Langkat. Jurnal of Biological
Education and Research, 2(1).
Suryani, L., Seto, S. B., & Bantas, M. G. D. 2020. Hubungan Efikasi Diri dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang
Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(2), 275-283.
Taufiqurrochman, R., Muslimin, I., Rofiki, I., & Abah, J. A. 2020. Students’
perceptions on learning management systems of Arabic learning through
blended learning model. Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab, 12(1), 22-36.
Tiari, I., Zulkardi, Z., & Siahaan, S. M. 2020. Pengembangan e-learning berbasis
chamilo pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Jurnal Inovasi
Teknologi Pendidikan, 7(1), 1-11.
Wiratomo, Y., & Mulyatna, F. 2020. Use of learning management systems in
learning efforts during a pandemic. Journal of Mathematical Pedagogy
(JoMP), 1(2).
Wiyoko, T., & Aprizan, A. 2020. Analisis Profil Kemampuan Kognitif Mahasiswa
PGSD Pada Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar. IJIS Edu: Indonesian Journal
of Integrated Science Education, 2(1), 28-34.
54
LAMPIRAN
Nilai pretest dan postest siswa kelas eksperimen
2 Afghan 60 64
3 Afriani 50 56
4 Audi 58 60
5 Ayu 70 72
6 Bernandinus 60 64
7 Cinta 70 80
8 Dia 42 40
9 Dimas 68 68
10 Dinar 50 52
11 Elvina 72 88
12 Elvira 72 88
13 Faqih 64 64
14 Felicia 64 68
15 Fiola 62 60
16 Fircha 64 68
17 Gempar 58 56
18 Ivana 62 64
19 Ivani 64 68
20 Juleo 60 60
21 Kazia 68 72
22 Lailatul 56 60
23 M. Fahmi 58 68
24 M. Roisul 44 44
25 Nicholas 60 64
26 Novitri 68 72
27 Paul 60 60
28 Rahayu 54 64
29 Reva 70 80
30 Selfi 52 56
31 Tsania 70 76
32 Willie 58 28
33 Zaki 58 60
56
Digunaka
25 0,70 Sedang 0,20 Cukup
n
26 0,45 Sedang -0,10 Jelek Dibuang
Digunaka
27 0,65 Sedang 0,40 Baik
n
28 1,00 Mudah -0.10 Jelek Dibuang
Digunaka
29 0,70 Sedang 0,40 Baik
n
Digunaka
30 0,35 Sedang 0,70 sangat baik
n