Proposal Skripsi
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Wiwit Anggraini
4401416077
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Tetaplah bersyukur dengan segala yang terjadi, yakinlah semua pasti ada
hikmahnya. Kunci bahagia dan sukses adalah rasa syukur, semangat, sabar dan
ikhlas. Tidak perlu takut salah, karena terkadang dari suatu kesalahan yang tanpa
disengaja akan membuka pintu kemudahan yang lain.
PERSEMBAHAN
PRAKATA
14. Niam, Eta, Novia, Nabil, Sofia selaku sahabat yang berkenan memberikan
bantuan dan saran dalam penyusunan skripsi.
15. Teman-teman rombel 3 pendidikan biologi angkatan 2016 dan temanteman
jurusan biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan motivasi, dukungan, dan kebersamaannya.
16. Semua pihak yang berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali untaian
doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang sebaik-baiknya
dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan bahan ajar serta menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang
terkait. Aamiin.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4
1.5 Penegasan Istilah ............................................................................................... 5
1.5.1 E-learning management system .................................................................. 6
1.5.2 Blended Learning ........................................................................................ 9
1.5.3 Hasil Belajar Kognitif ............................................................................... 11
1.5.4 Materi Virus .............................................................................................. 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 E-learning management system ...................................................................... 13
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan E-learning ......................................................... 14
2.2 Blended Learning ............................................................................................ 18
2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning ............................................ 20
2.3 Hubungan E-learning, Blended Learning dan Kognitif ................................. 23
2.4 Materi Virus Menurut Kurikulum 2013 .......................................................... 26
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................ 28
2.6 Kerangka Berfikir............................................................................................ 30
2.7 Hipotesis.......................................................................................................... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 32
3.2 Subjek Penelitian............................................................................................. 32
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................................... 32
3.4 Desain Penelitian ............................................................................................. 32
3.5 Prosedur Penelitian.......................................................................................... 33
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................................... 39
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian ..........................................................................................
4.2 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................................
4.3 Data dan Hasil Analisis Penelitian ....................................................................
4.3.1 Hasil Belajar Kognitif ....................................................................................
4.3.2 Tanggapan Siswa ...........................................................................................
4.4 Kendala Penelitian ............................................................................................
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................................................
Saran ........................................................................................................................
ii
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang selalu dapat berkembang seiring
perkembangan zaman. Secara umum, pendidikan berkenaan dengan peningkatan
kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda
kearah yang diharapkan dalam proses pembelajaran (Sukmadinata dan Syaodih. 2012).
Semakin berkembangnya zaman, semua sistem pembelajaran mengalami perubahan
dan perkembangan, mulai materi, model pembelajaran, media pembelajaran. Hal itu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Sistem pembelajaran yang diharuskan
dilakukan secara online atau daring, membuat para pendidik untuk menciptakan
pembelajaran yang mengharuskan untuk menggunakan teknologi informasi sebaik
mungkin.
Biologi merupakan salah satu ilmu dasar yang menentukan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena dengan mempelajari biologi kita akan mempunyai
kemampuan berpikir logis, sistematis dan kreatif dalam memecahkan masalah
(Setiyalin et al. 2017). Hal tersebut tentu dapat diwujudkan dengan adanya
pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran melibatkan
interaksi antara siswa dan guru serta bersifat menyenangkan dan materi dapat dipahami
dengan baik. Menurut Setyosari (2017), pembelajaran yang efektif dapat didefinisikan
sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana
yang diharapkan oleh guru.
Interaksi pembelajaran berkaitan erat dengan Kurikulum 2013, karena dalam
Kurikulum 2013 siswa dan guru harus berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut
Muhammedi (2016), Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dan
mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, serta terampil
menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi. Beberapa keterampilan
yang dibutuhkan pada abad 21 ini antara lain: kemampuan berpikir kritis, kolaborasi
dan kepemimpinan, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Keterampilan ini harus
disiapkan oleh semua instansi pemerintah dan lingkungan pendidikan. Di bidang
2
pendidikan khususnya di SMA, salah satu perjuangan yang bisa dilakukan adalah
menyediakan media dan model pembelajaran yang relevan.
Dalam proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, siswa diberi
kesempatan untuk aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan yang didapatkan sehingga peserta didik akan lebih mampu
mengembangkan dirinya (Kemendikbud. 2013). Dengan demikian, hal tersebut
mampu meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Keberhasilan belajar
ditentukan dari pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta keaktifan dan
kemandirian siswa. Tenaga pengajar sebagai pengelola pembelajaran hendaknya
mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman, interaktif, menyenangkan dan
mampu mengupayakan terbentuknya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Gustina et al. (2019) kenyataannya yang banyak terjadi saat ini dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah kurang aktifnya peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga menjadikan proses pembelajaran hanya berorientasi
pada pengajar. Selain itu keadaan pandemi mengaharuskan guru dan siswa lebih aktif
dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan observasi awal, guru cenderung memberi materi langsung dalam
e-learning Chamillo dan siswa diminta untuk membaca materi yang telah diberikan,
sehingga banyak keluhan yang disampaikan siswa maupun guru terkait pemahaman
siswa terhadap materi. Selain itu dengan situasi seperti saat ini, harus banyak
pengulangan dalam pembelajaran, dan harus ada kombinasi pembealajarn online
dengan pembelajaran di kelas (Singh. 2021). Penggunaan variasi metode pembelajaran
dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dalam kelas dan juga dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dalam masa pandemi ini keadaan lebih sulit dari
sebelumnya. Interaksi antara siswa dan guru tidak dapat dilakukan secara langsung,
sehingga pemberian materi tidak disertai penjelasan guru secara langsung. Hal itu
menyebabkan siswa sulit memahami materi. Pengalaman penggunaan sistem daring
yang lebih lama juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa Asarta dan Schmidt.
2020).
3
Salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah siswa merasa senang
dan termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pemakaian media dan model
pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan motivasi siswa, karena peserta didik
terangsang dan memiliki minat yang baru untuk membangkitkan motivasi belajar.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kondisi saat ini yaitu blended
learning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sapita dan Suryanti (2020) bahwa ditengah
pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan pembelajaran daring
sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan menggunakan teknologi sebagai
jembatan untuk mentransfer pengetahuan. Dengan diterapkannya model dengan media
yang sesuai dapat menciptakan suasana belajar yang interaktif, sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat.
Model pembelajaran blended learning dilakukan dengan menggabungkan
antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Model Pembelajaran ini
dapat dibantu dengan media yang mendukung yaitu e-learning seperti classroom dan
sebagainya maupun e-learning website buatan sekolah (Lestari et al. 2021). E-learning
teruji efektifitas meningkatkan hasil belajar peserta didik (Tiari et al. 2020). Selain
merupakan model pembelajaran yang inovatif, model blended learning juga dapat
meningkatkan motivasi siswa dan mengurangi rasa bosan siswa apabila selalu
memandang buku atau membaca.
Berdasarkan observasi, SMA mranggen selama masa pandemi ini
menggunakan e-learning management system berbasis Chamillo, namun sebagian
besar guru di SMA N 2 Mranggen masih banyak yang menggunakan metode
pemberian materi melalui PPT atau sumber lainnya berbentuk bacaan, belum ada
penjelasan langsung yang dilakukan untuk interaksi kepada siswa. Hal itu dikarenakan
banyaknya materi yang harus disampaikan kepada siswa, sehingga ditakutkan materi
yang disampaikan belum mencakup keseluruhan. Guru mengharapkan siswa membaca
materi yang telah diberikan. Namun pada kenyataannya, tidak semua siswa benar-
benar membaca materi tersebut, bahkan tidak jarang siswa yang sudah membaca
namun belum memahami, sehingga guru memberi solusi untuk memberikan siswa
kesempatan bertanya memalui chat whatapps. Studi awal telah dilakukan di SMAN 2
4
Mranggen. Studi difokuskan pada aspek metode dan media terkait pendukung
penelitian.
Kelebihan SMAN 2 Mranggen dipilih sebagai tempat penelitian karena
ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi
siswa, yaitu dengan pembuatan web Chamillo, yang berupa e-learning. Selain itu,
sekolah pernah memberikan bantuan untuk kuota belajar. Selain itu, kebanyakan siswa
sudah memiliki smartphone maupun akses internet sehingga dapat mengakses e-
learning Chamillo. Chamillo dapat diakses melalui smartphone maupun perangkat lain
seperti komputer dan laptop. SMAN 2 Mranggen menyediakan lab komputer yang
dilengkapi dengan jaringan internet serta perpustakaan sekolah yang menyediakan
berbagai buku referensi.
Berdasarkan kelebihan dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu
pembelajaran bermodel Blended Learning yang diterapkan pada web e learning yang
telah diterapkan sekolah. Dengan penerapan Blended Learning dalam e-learning
Chamillo, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Virus.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian skripsi dengan
judul “Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan Model Blended
Learning Untuk Mengetahui Hasil Belajar Kognitif Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi virus melalui
penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended learning?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran materi Virus melalui
penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended learning.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai penerapan E-Learning
Management System Chamillo dengan model blended learning dalam
mengetahui hasil belajar kognitif dan motivasi siswa.
5
Gambar 2. Tampilan Chamilo bagian pemberian materi yang dapat diberikan melalui
berbagai fitur, bisa disesuaikan dengan keinginan guru
Gambar 3. Tampilan Chamilo bagian menu materi yang dapat didownload siswa
8
Elaborasi
G-Meet - Siswa diberi waktu untuk saling
10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended
dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
muka 10 menit
memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya
BAB 2
KAJIAN
penerapan LMS dengan kinerja pengajar. LMS dapat meningkatkan produktivitas dan
kualitas kerja. Selain itu juga dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif karena
dapat mempermudah proses pembelajaran, termasuk penugasan dan komunikasi. LMS
dapat dikembangkan menjadi lebih baik sesuai perkembangan zaman (Luckyardi dan
Syaroni. 2020).
Selain itu menurut beberapa penelitian, penerapan e-learning memiliki
dampakpositif dalam motivasi belajar siswa. Radyati (2020) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh persepsi mahasiswa tentang e-learning pada minat belajar dan
motivasi belajar dan Nurwijayati (2020) bahwa terdapat hubungan positif antara
persepsi terhadap metode pembelajaran e-learning dengan motivasi belajar. Penerapan
e-learning dalam kesiapan belajar siswa untuk mengontrol tanggungjawab individu
dalam pembelajaran dan menciptakan inisiatif terhadap pembelajaran.
Penggunaan e-learning baik untuk strategi pembelajaran selama pandemi,
namun dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka secara langsung, hubungan
emosional dosen dan mahasiswa maupun siswa dan guru kurang terpenuhi sehingga
perlu kombinasi kelas virtual (Hermawan. 2020). Hal ini dapat dilakukan dengan
penerapan model blended learning dengan menggunakan aplikasi zoom ataupun G-
meet sebagai pertemuan tatap muka yang dilakukan secara daring atau online. E-
learning teruji efektifitas meningkatkan hasil belajar peserta didik serta dinilai lebih
praktis dalam pembelajaran, terutama dimasa pandemi saat ini (Tiari et al. 2020).
2.2 Blended Learning
Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan menggunakan
teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan Suryanti.
2020). Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam pemilihan model
pembelajaran yang dapat mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran serta kualitas
hasil belajar. Model pembelajaran ini diketahui dapat mengatasi keterbatasan terkait
pembelajaran online dan tatap muka.
Blended learning merupakan kegiatan pembelajaran yang sebagian besar telah
diambil alih secara online dan tidak menghabiskan pembelajaran di kelas dengan
13
Pengalaman penggunaan sistem daring yang lebih lama juga berpengaruh pada
tingkat keberhasilan siswa Asarta dan Schmidt. 2020). Metode pembelajaran ini
memiliki dampak yang signifikan dengan adanya kombinasi antara penerapan sains
dan teknologi (Seage and Türegün 2020). Berdasarkan penelitian, penerapan blended
learning dengan LMS dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Inovasi
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemandirian siswa, dengan belajar tidak
hanya dari guru. Dengan LMS juga dapat mengembangkan ketrampilan penggunaan
teknologi dalam pembelajaran untuk berinteraksi dan membahas permasalahan
bersama terkait materi (Tubagus et al. 2020). Blended learning menunjukkan hasil
peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran. Efektif dalam meningkatkan
pembelajaran kognitif. Kelas yang diterapkan blended learning lebih baik daripada
online learning ataupun hanya face to face leaning (Aji et al. 2021).
2.2.1 Kelebihan dan kekurangan blended learning
Implementasi teori blended learning dalam menyeimbangkan kapabilitas
belajar pada era digital. Diperlukan dua aspek kombinasi pembelajaran, e-learning dan
konvensional, dikarenakan keduanya memiliki peran dan sisi positif masing-masing.
E-learning dapat memudahkan pembelajaran dan meningkatkan ketrampilan teknologi,
sedangkan konvensional dapat meningkatkan aspek sikap dan pemahaman siswa
(Rohman dan Hartanto. 2020). Model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif
keterbatasan waktu tatap muka di kelas dan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
(Puspitorini et al. 2020). Tantangan implementasi meningkatkan banyak faktor seperti
perubahan proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajar, namun belajar dalam
menerapkan sistem ini (Bruggeman et al. 2021)
Blended Learning dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa karena
mereka dapat memilih informasi dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing (Sofiana, 2015) menyatakan bahwa pebelajar dan pengajar berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran face-to-face dan aktifitas online. Generasi Z lebih tertarik
dengan metode pembelajaran yang dikaitkan dengan sistem online, dengan penerapan
teknologi informasi. Hal tersebut diaggap sebagai solusi untuk mempersiapkan
generasi yag lebih maju (Masitoh. 2018).
15
Menurut Rusman (2012) terdapat 3 alasan forum tatap muka secara langsung
masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Alasan tersebut yaitu:
1. Perlunya forum untuk menjelaskan mekanisme pembelajaran yang akan
dilalui dengan siswa.
2. Perlunya memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap siswa.
3. Perlunya pemberian pelatihan yang cukup dalam menggunakan teknologi
seperti komputer atau android yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran.
Menurut Kusairi sebagaimana dikutip oleh Husamah (2014), kelebihan blended
learning adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri yang
tersedia secara online dengan menggunakan media elektronik.
2. Siswa dapat berkomunikasi atau berdiskusi dengan guru atau siswa lain di luar
jam tatap muka.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam pembelajaran di kelas
dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh guru.
4. Guru dapat menambahkan materi pelajaran melalui media pembelajaran online
dengan fasilitas internet.
5. Guru dapat menyelenggarakan kuis dan memanfaatkan hasil tes dengan
efektif.
Kekurangan model pembelajaran blended learning, yaitu: Media pembelajaran
yang dibutuhkan beragam, tidak semua siswa memiliki fasilitas seperti: android,
komputer, dan akses internet. Apabila sarana dan prasarana tidak mendukung maka
akan sulit untuk diterapkan. Namun saat ini hal tersebut tidak menjadi masalah besar
karena saat ini hampir setiap individu ataupun pembelajar pasti tidak akan lepas dari
smartphone, baik hanya untuk berkomunikasi, belajar, bermain game, ataupun hanya
sekedar mengunggah sesuatu ke media sosial (Solviana. 2020).
16
kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenan dengan proses mental terdiri
dari tingkat pengetahuan dan sebagainya. Aspek sikap adalah ranah berfikir yang
meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Aspek
ketrampilan adalah merupakan aspek yang berhubungan dengan olah gerak.
Dimensi kognitif memiliki beberapa level dan indikator yang berbeda.
Berdasarkan revisi takosonomi bloom (Anderson. 2001), level dalam hasil belajar
dimensi kognitif yaitu terdiri dari (1) C1 (mengingat), pada level ini menuntut siswa
untuk mengingat (recall) informasi yang teah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
terminologi pemecahan masalah dan sebagainya, (2) C2 (memahami) Tingkat
pemahaman (komprehensip), Kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuankemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, (3) C3 (mengaplikasikan)
merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul,
(4) C4 (menganalisis) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi. Dalam hal ini
siswa diharapkan dapat menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut standart prinsip atau prosedur yang telah dipelajari,
(5) C5 (mengevaluasi) mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai gagasan metode produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu,
(6) C6 (mencipta).
Aspek pembelajaran yang dinilai di sekolah meliputi berbagai ranah, termasuk
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Namun Pada kenyataannya, dalam menilai hasil
belajar sering ditafsirkan hanya dengan penilaian ranah kognitif saja. Penilaian yang
terfokus pada produk (kognitif) mengakibatkan peserta didik mengabaikan sikap dan
proses imliah karena untuk mengerjakan soal peserta didik cukup dengan menghafal
rumus-rumus saja. Instrumen penilaian dengan tes formal, banyak digunakan selama
ini dan cukup efektif digunakan pada penilaian aspek kognitif. Namun tes ini dianggap
belum mampu mengukur kemampuan yang sebenarnya karena baru pada aspek produk
saja dan belum mencakup aspek-aspek lain seperti aspek keterampilan proses sains.
Hal ini disebabkan tes hanya sering memperkuat kemampuan menghafal daripada
memahami (Subekti dan Ariswan. 2016)
18
menghambat pertumbuhan. Hal tersebut terjadi karena adanya infeksi yang terjadi pada
daun tanaman tembakau.
Struktur Virus
Virus berukuran sangat kecil. Virus tersusun dari asam nukleat (DNA atau RNA)
yang terbungkus oleh selubung protein (kapsid) yang tersusun atas kapsomer.
Keberagaman ukuran dan bentuk yang dimiliki virus tidak mengubah struktur secara
umum. Sejumlah virus memiliki struktur aksesori yang membantu virus menginfeksi
inang, seperti amplop bermembran mengelilingi kapsid virus influenza dna banyak
virus lainnya yang ditemukan pada hewan.
ciri-ciri yang dimiliki virus adalah sebagai berikut.
1) Virus bersifat benda hidup, karena bisa berkembang biak jika berada di dalam
sel hidup.
2) Virus bersifat benda mati, karena tidak melakukan metabolisme, tidak
bernapas, tidak bergerak, dan berbentuk kristal jika berada di luar sel hidup.
3) Memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA saja
4) Berukuran sangat kecil, yaitu antara 20 dan 300 nm.
Macam-macam bentuk virus:
1) Berbentuk batang, contohnya TMV (Tobacco Mosaic Virus).
2) Berbentuk batang dan berujung oval seperti peluru, contohnya Rhabdovirus.
3) Berbentuk bulat, contohnya HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
Orthomyxovirus.
4) Berbentuk filamen atau benang, contohnya virus Ebola.
5) Berbentuk polihedral, contohnya Adenovirus.
6) Berbentuk seperti huruf T, contohnya bakteriofag, yaitu virus yang menyerang
bakteri Escherichia coli.
Replikasi Virus
Siklus Lisis (Lytic Cycle)
Siklus reproduksi fag yang mencapai puncaknya pada kematian sel inang disebut
dengan Lytic Cycle. Alasan tersebut mengacu pada infeksi akhir ketika bakteri lisis
dan melepaskan fag-fag yang dihasilkan dalam suatu sel. Setiap fag akan menginfeksi
20
sel yang sehat dan beberapa siklus lisis yang terjadi secara berturut-turut yang pada
akhirnya akan menghancurkan seluruh bakteri dalam beberapa waktu. Perakitan fag
hanya terjadi melalui siklus lisis (Virulent phage).
Siklus Lisogenik (Lysogenic cycle)
Replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Virus dapat memperbanyak
diri dengan atau tanpa membunuh sel inang. Istilah lisogenik menyiratkan bahwa
profag mampu menghasilkan fag aktif yang melisiskan sel inang. Sebuah sel yang
terinfeksi dapat dengan cepat menghasilkan populasi bakteri yang besar, yang
membawa virus dalam bentuk profag.
Peran Virus dalam Kehidupan
1. Penyakit virus pada hewan
Infeksi yang dilakukan oleh virus akan menghasilkan gejala-gejala yang berbeda
di setiap sel inangnya. Penyebaran penyakit oleh virus dikarenakan adanya mutasi dari
virus yang sebelumnya sudah ada, populasi yang kecil dan terisolasi, dan penyebaran
dari hewan lain yang telah mengalami infeksi.
2. Penyakit virus pada tumbuhan
Persebaran penyakit atau infeksi disebarkan melalui dua proses. Pertama,
tanaman terinfeksi dari sumber eksternal (penularan horisontal) karena virus
menginfeksi tumbuhan dengan menembus lapisan sel epidermis. Kedua, penularan
infeksi vertikal terjadi ketika perbanyakan sel melalui biji yang sebelumnya sudah
terinfeksi. (Campbell et al. 2010).
Ditengah pandemi yang terjadi, tidak ada cara lain selain mengoptimalkan
pembelajaran daring sehingga pembelajaran daring dapat dilakukan dan menggunakan
teknologi sebagai jembatan untuk mentransfer pengetahuan (Sepita dan Suryantini.
2020). Menurut Lestari et al (2020) penerapan e-learning dalam kesiapan belajar dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Kekurangan dari sistem
pembelajaran dengan model blended learning dan e-learning yaitu penerapannya
membutuhkan kualitas sarana yang mendukung, seperti device yang dibutuhkan dan
jaringan internet yang cukup untuk dapat mengakses pembelajaran.
Fakta : Teori/harapan :
• Sulitnya pembelajaran di kala • Sesuai dengan kurikulum
pandemi 2013, perlu peningkatkan
• Kebanyakan siswa tidak dapat pembelajaran interaktif.
memahami materi yang • Guru berperan sebagai
disampaikan fasilitator dan motivator
• Banyaknya materi yang harus • Siswa dapat belajar secara
disampaikan ke siswa aktif dan mandiri
Solusi :
• Penerapan Chamillo dengan model Blended Learning dapat digunakan sebagai
model pembelajaran yang interaktif dan menarik sehingga siswa dapat lebih
mudah berinteraksi dengan guru saat pemberian materi berlangsung
Potensi :
• Penerapan Blended Learning dapat digunakan dengan bantuan G-Meet/zoom
Langkah penelitian :
• Kelas eksperimen (Chamillo/E-learning smandam + model Blended Learning)
• Kelas kontrol (Chamillo/E-learning smandam + model online course)
Harapan :
• Peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol
23
2.7 Hipotesis
Penerapan E-Learning Management System Chamillo dengan model blended
learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA materi Virus kelas X
semester 1.
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Mraggen yang berlokasi di Jl. Pucang
Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa
Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 pada
bulan Juli s/d Oktober 2020.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021 SMA Negeri 2 Mraggen. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik puporsive sampling, yaitu dengan bantuan pemilihan kelas oleh
guru bidang studi berdasarkan beberapa pertimbangan. Sampel yang diambil yaitu 2
kelas, sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti
dengan tujuan untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono 2013). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: penerapan e-learning Chamilo dengan model blended
learning.
2. Variabel terikat: hasil belajar kognitif siswa
3. Variabel kontrol: materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi-eksperimen, yaitu dilakukan dengan
adanya kelompok kontrol sehingga tidak dapat mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dan metode ini dikembangkan untuk
mengatasi kesulitas dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian (Sugiyono.
2011). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pretest-Posttest
Control Group Design. Dalam desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol dipilih secara random. Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun
25
Keterangan:
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
O1 = pretest
O2 = post test
X = pembelajaran dengan penerapan blended learning
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sampel terdiri dari 2 kelas dengan
perlakuan yang berbeda. Kelas Eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan penerapan
e-learning Chamillo dengan model blended learning menggunakan G-Meet. Sedangkan
kelas kontrol hanya dengan penerapan e learning Chamillo dengan model
konvensional. Pada akhir pembelajaran diberi post test untuk kedua kelas tersebut,
untuk mengetahui perbedaan hasil percobaan.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap analisis.
3.5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Melakukan observasi awal yang dilakukan untuk mendapatkan data di sekolah
yang meliputi nama, nilai, dan melakukan identifikasi kemampuan siswa.
2. Menyusun desain pembelajaran menggunakan e-learning Chamillo dengan
model blended learning pada kelas eksperimen dan model konvensional pada
kelas kontrol.
26
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
N : jumlah peserta
∑x : jumlah skor item
∑y : jumlah skor total
∑xy : jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑x2: jumlah kuadrat skor item
∑y2 : jumlah kuadrat
27
Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung validitas yaitu dengan
menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan dengan
menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara melakukan uji
validitas dengan SPSS yaitu dengan membuat skor total masing-masing variabel ->
memasukkan data ke dalam SPSS -> klik analyze -> klik correlate -> memasukkan
seluruhitem variabel x ke Variabels -> cek list Pearson; two tailed -> klik OK
2) Reliabilitas
Reliabilitas dapat diukur dengan rumus K-R 21 yaitu (Arikunto 2013):
𝑘 𝑀(𝑘−𝑀)
r11 =(
𝑘−1
) (1 − 𝑘𝑉𝑡
)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir soal
M = skor rata-rata
Vt = varians total
Keterangan:
28
Vt = variansi total
∑X = jumlah skor total
∑X)2 = kuadrat dari jumlah skor total
N = banyaknya siswa
Kriteria reliabilitas soal yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas tes
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 - 0,20 Rendah Sekali
0,21 - 0,40 Rendah
0,41 - 0,60 Cukup
0,61 - 0,80 Baik
0,81 - 1,00 Baik sekali
Sumber: Rudyatmi & Rusilowati (2014)
Adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk menghitung reliabilitas yaitu
dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan
dengan menggunakan SPSS versi 22 dengan rumus yang sesuai. Alur cara
melakukan uji validitas dengan SPSS yaitu klik analyze -> scale -> reliability
analysis -> pilih variabel pada jendela reliability analysis -> klik statistic ->
klik OK
3) Daya Pembeda
𝐵𝐴−𝐵𝐵
DP= 1
2
𝑁
Keterangan:
0,00<DP≤0,20 Jelek
0,20<DP≤0,40 Cukup
0,40<DP≤0,70 Baik
0,70<DP≤1,00 Sangat Baik
Sumber: Arikunto (2013)
4) Taraf Kesukaran
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal
JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Tabel 3.5 Indeks kesukaran soal
Indeks Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: Rudyatmi & Rusilowati (2014)
Secara garis besar pelaksanaan pertemuan pertama yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu sebagai
berikut:
Pendekatan: saintifik
Model: Blended Learning
Elaborasi
G-Meet - Siswa diberi waktu untuk saling
10 menit
bertanya ataupun bertanya kepada guru
(blended
dan memberi pendapat
learning) Konfirmasi
Tatap - Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan
muka 10 menit
memberi penjelasan untuk menguatkan
materi yang sudah dipelajari
Penutup - siswa diminta untuk mempelajari materi
berikutnya sebelum disampaikan oleh 5 menit
guru pada pertemuan berikutnya
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Penge- (Pemaha (Aplikasi) (Analisis) (sintesis) (Evaluasi
lama tahuan) -man) )
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom (Mengin- (Me- (Meng- (Meng- (meng- (Men-
Revisi gat) mahami) aplikasi- analisis) evaluasi) cipta)
kan)
Pada penelitian ini terdapat dua data, yaitu data nilai hasil belajar siswa dengan
adanya penerapan aplikasi Quizizz dengan model Blended Learning dan tanggapan
siswa. Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data dalam penelitian ini secara subjek, dan waktu pengambilan data
dalam penelitian ini secara ringkas dijelaskan pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Jenis data, metode pengumpulan data, instrumen, subjek, dan waktu
pengambilan data.
33
Keterangan:
X2 = harga Chi kuadrat
fo = frekuensi hasil pengamatan
fh = frekuensi yang diharapkan
i = jumlah kelas interval
Kriteria pengujian jika 𝜒 2 hitung ≤ 𝜒 2 tabel dengan derajat kebebasan dk = n-1 dan
uji t dalam membuktikan hipotesis. Pada penelitian ini dalam menguji homogenitas
menggunakan uji F. Hipotesis pengujian:
H0 : σ12 = σ22, artinya nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang sama atau homogen.
H1 : σ12 ≠ σ22, artinya nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
varian yang berbeda.
Untuk menguji kesamaan dua varian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑉𝑏
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑉𝑘
Keterangan :
Vb : varians yang lebih besar
Vk : varians yang lebih kecil
Kriteria pengujian, jika Jika Fhitung < Ftabel dengan dk = n-1 dan taraf
signifikan 5%, maka H0 diterima yang artinya posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai varian yang sama atau homogen (Sugiyono, 2010).
Rumus yang digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t dua pihak.
c. Menentukan taraf signifikan (α)
Taraf signifikan (α) yaitu dipakai dalam penelitian ini adalah α % dengan peluang
1
(1 − 2 𝑎)
Hipotesis diatas diuji dengan menggunakan rumus uji-t dua pihak, dengan
keterangan:
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mraggen yang beralamatkan di
Jalan Pucang Peni Raya, Pucanggading, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2020/2021 pada bulan Juli s/d Oktober 2020. Data penelitian terdiri dari data utama
dan data pendukung. Data utama dalam penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif
yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Data pendukungnya meliputi angket
tanggapan siswa. Sebelum soal diujikan kepada siswa, dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi pembelajaran siswa di dalam
kelas yang dilakukan pada masa PPL. Kemudian dilanjutkan pada April 2020.
Selanjutnya dilakukan observasi pada kelas X pada bulan Agustus 2020. Selain itu
dilakukan wawancara kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan. Kemudian 28
Agustus 2020 menemui guru mata pelajaran untuk berdiskusi terkait topik penelitian,
materi yang akan diajarkan, kelas yang akan digunakan dalam penelitian serta jadwal
pelaksanaan penelitian.
Pembelajaran di kelas dilaksanakan pada tanggal 26 September 2020, 3
Oktober, 10 Oktober. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan menggunakan e-
learning Chamillo. Pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan secara konvensional,
yaitu dengan pemberian materi dan tugas melalui e-learning Chamillo, dan untuk
kesempatan bertanya ataupun berdiskusi dilakukan melalui fitur chat ataupun chat pada
grup WA. Sedangkan untuk kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan
memberikan materi melalui e-learning Chamillo yang dapat didownload dan dibaca
oleh siswa yang selanjutnya dapat didiskusikan melalui link G-Meet yang telah
disediakan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan melalui rekap presensi bahwa
terdapat 2 siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan mengalami
37
kendala HP atau device yang dimilikinya mengalami kerusakan, sedangkan siswa lain
mengalami kendala pada sinyal yang mengakibatkan siswa mengalami kendala saat
mengakses pembelajaran melalui G-meet, sehingga tidak mengikuti diskusi dalam G-
meet namun masih dapat mengerjakan soal yang dikirimkan melalui WA. Kendala
yang ada dengan baik dapat diatasi walaupun tidak sedikit yang mengalami kendala
terutama pada sinyal, namun selebihnya tidak mengalami kendala yang berarti kecuali
telat masuk atau presensi.
Berdasarkan penelitian, pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak dua
kali, sedangkan pertemuan ketiga dilakukan post test pada materi tersebut. Pertemuan
ketiga dilakukan selama 45 menit (1jam mata pelajaran), dengan 10 menit persiapan
dan review materi , selanjutnya 30 menit untuk mengerjakan tes. Pengambilan data
yang dilakukan peneliti memiliki jangka waktu sekitar bulan Oktober, dikarenakan
September masih dilakukan pembelajaran di kelas. Pembelajaran dilakukan satu kali
dalam seminggu, sehingga minggu pertama bulan Oktober peneliti mendapat
kesempatan untuk pengambilan data.
Kondisi sekolah
melakukan penilaian melalui e-learning tersebut, serta dapat melihat rekap siswa yang
telah melakukan presensidi kelas dan mengunggah tugas, mengunduh materi atau soal
yang diberikan serta melihat berapa lama siswa mengikuti kelas untuk membaca materi
yang telah diberikan.
Pertemuan II
Untuk pertemuan berikutnya, agenda dalam kelas yaitu diskusi atau tanya
jawab. Guru (peneliti) memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian siswa diminta
segera menjawab. Selain guru, siswa lain juga diberi kesempatan untuk saling bertanya
atau memberi jawaban. Untuk meningkatkan motivasi dalam agenda kelas tersebut,
guru akan memberi nilai plus untuk siswa-siswa yang aktif bertanya maupun
menjawab. Berdasarkan penelitian, Pembelajaran atau agenda kelas tersebut dilakukan
melalui G-meet selama 10 menit persiapan (menunggu teman-teman yang terlambat
serta mempersiapkan alat tulis dan sebagainya) 5 pembukaan (guru memberi salam
pembuka, salah satu siswa memimpin do’a, guru memberi motivasi dan stimulasi), 60
menit kegiatan inti, 15 menit penutup (salah satu siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan hasil pembahasan pada pertemuan itu, guru memberikan penegasan
39
materi, guru mengingatkan siswa untuk membaca ulang dan memahami materi, dan
mengingatkan bahwa minggu depan akan diadakan tes)
Pertemuan III
sehingga guru dapat memantau siswa yang benar-benar mengikuti kelas maupun tidak.
Dalam pembelajaran presensi dilakukan sebanyak dua kali yaitu presensi otomatis pada
e-learning Chamillo dan presensi langsung melalui G-Meet.
Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol
Tabel 4.2 Nilai Postest Siswa pada Kelas Eksperiment dengan Pembelajaran
Menggunakan Chamillo berbasis blended learning berbantuan G-Meet dan Kelas
Kontrol
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian soal post
test berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dari 30 soal yang sudah disesuaikan
dengan indikator dan kisi kisi soal, serta diuji validitasnya dan reliabiltasnya.
Berdasarkan penelitian, dilakukan pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa. Siswa dalam kelas kontrol maupun eksperimen diberi soal pretest,
selanjutnya kelas eksperimen diberi perlakuan atau pembelajaran yang dilaksanakan
sebagai penelitian. Setelah pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti melakukan
analisis hasil belajar siswa yaitu dengan nilai pretest dan posttest yang dikerjakan
secara individu oleh siswa.
Berdasarkan data yang dihasilkan, terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata nilai pretest dan dan posttest yang telah diuji atau dihitung
manual maupun dengan SPSS yang dipakai oleh peneliti. Dalam penelitian ini
dilakukan bebarapa uji yaitu uji normalitas, homogenitas, serta uji-t. Uji t yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji t 2 pihak dikarenakan terdapat dua kelompok
yang saling berhubungan. Dua sampel berpasangan artinya sampel dengan subjek yang
sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Berikut penjelasan hasil dari uji
yang digunakan
1. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan rumus atau cara perhitungan sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis
label pretest dan posttest. Kemudian pada data view masukkan data nilai pretest dan
posttest. Setelah itu untuk pengujian, klik analyze -> klik descriptive statistics -> klik
eksplore. Kemudian masukkan pretest dan posttest ke dalam test variable list.
Kemudian klik plots dan klik normality. Selanjutnya klik ok.
Berdasarkan uji coba menggunakan SPSS, didapatkan hasil seperti yang
disajikan pada gambar 4. Berdasarkan hasil perhitungan, data menghasilkan nilai sig
untuk normalitas pretest dan posttest > 0,05. Pada posttest mendapatkan nilai sig 0,202
dan pretest 0,154. Berdasarkan ketentuan bahwa nilai sig untuk uji normalitas yaitu
>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai dari data tersebut berdistribusi normal.
43
2. Uji homogenitas
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang diuji bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas digunakan
untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel (Arikunto 2013). Dua kelompok
dikatakan homogen jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Sifat
homogen ini merupakan syarat untuk melakukan uji t dalam membuktikan
hipotesis.Jika sampel yang diuji bersifat homogen maka baik digunakan atau data yang
diambil baik, sedangkan jika sampel tidak homogen maka tidak dilakukan pengujian
tahap berikutnya.
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18
dengan cara sebagai berikut: klik variabel data kemudian tulis label nilai dan kelas.
selanjutnya pada data view masukkan data nilai beserta variabel kelas yang telah
ditentukan. Kemudian klik analyze -> compare means -> one way anova. Klik option,
kemudian klik homogenity dan klik ok.
Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig
untuk homogenitas sebesar 0,063. Nilai tersebut lebih dari 0,05. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku, untuk homogenitas nilai sig > 0,05 maka H0 diterima artinya data yang
disajikan memiliki homogenitas yang sesuai. Sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya.
Pada penelitian ini dilakukan uji t 2 pihak.
3. Uji t 2 pihak
Uji dua rata-rata menggunakan uji dua pihak. Uji dua pihak digunakan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan dengan adanya perlakuan. Dalam penelitian
ini uji dua pihak digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan dan menentukan hasil yang
lebih baik. Data yang digunakan untuk dianalisis adalah nilai posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Tabel Independent Samples Test menampilkan uji varian kedua
kelompok dan perbedaan.
Dalam penelitian ini dilakukan uji t menggunakan SPSS dengan alur sebagai
berikut:
44
Analyze -> compare means -> masukkan variabel pretest postest pada kolom paired
variables -> klik tombol options -> masukkan confident interval 95% ->klik continue
-> klik ok
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai sig 0,03. Hal itu
berarti nilai sig kurang dari 0,05. Sehingga hipotesis diterima, bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar kognitif setelah perlakuan. Disamping itu dilakukan uji t juga
pada nilai pretest, yang memiliki nilai sig >0,05, artinya tidak ada perbedaan nilai
pretest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun setelah diberi perlakuan
kemudian di dapatkan nilai posttest, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Selain pada nilai sig, stdr error mean dan mean (rata-
rata) nilai posttest untuk kelas kontroldan kelas eksperimen memiliki perbedaan. Pada
kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
Adanya peningkatan pemahaman pada siswa diketahui dari nilai hasil tes yang
dilakukan. Pada tes dengan soal yang sama, siswa mendapatkan skor lebih tinggi pada
tes akhir (posttest) dari tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest). Meskipun
kedua kelas mempunyai peningkatan pada posttest, namun pada kelas eksperimen
terdapat peningkatan yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Selain itu berdasarkan angket
tanggapan siswa, siswa lebih banyak memilih pernyataan setuju dengan metode
pembelajaran yang dilakukan dikarenakan siswa lebih mudah memahami materi
dengan metode yang dilakukan.
Selain itu, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan, siswa diberi agket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah
diberikan. Dari jumlah soal pada angket yang telah diberikan, didapatkan hasil rata-
rata siswa mengalami peningkatan pemahaman materi dan nilai hasil belajar kognitif
dengan adanya perlakuan (penerapan Chamilo dengam model blended learning
berbantuan G-Meet). Pada pernyataan positif yang mengatakan bahwa peningkatan
hasil belajar meningkat dengan penerapan e-learning berbantuan G-Meet, rata-rata
siswa menjawab iya.
45
Selain itu, berdasarkan angket tanggapan siswa, didapat hasil bahwa dengan
penerapan Chamillo berbantuan zoom memiliki dampak positif dalam kegiatan
pembelajaran, dikarenakan siswa dapat lebih memahami materiyang diberikan oleh
guru. Zoom digunakan untuk pertemuan tatap muka dengan diskusi namun dilakukan
secara daring, yang diakibatkan oleh pandemi sehingga tidak ada pertemuan tatap
muka di kelas secara langsung.
Dalam penelitian ini, tidak hanya mengetahui dampak positif dari pembelajaran
yang dilakukan peneliti, namun juga memiliki beberapa kendala, seperti kesulitan
siswa dalam mengakses pembelajaran dikarena terdapat siswa yang memilikikendala
yaitu device yang digunakanya sedang rusak. Adapun siswa yang izin dikarenakan
sakit, namun semuanya masih melaksakan tes, meskipun tes dikerjakan dalam waktu
yang berbeda dengan teman yang lain.
Soal tes diunggah pada Chamillo, yang dapat diatur aksesnya oleh guru atau
peneliti, sehingga siswa hanya dapat mengakses soal satu kali. Setelah waktu yang
ditentukan, siswa sudah tidak diizinkan melihat soal, dikarenakan Chamillo bagian soal
tersebut sudah ditutup. Hal ini diupayakan agar dapat mengurangi kecurangan siswa
dalam mengerjakan soal, apabila ada yang terlambat. Bagi siswa yang terlambat
mengerjakan atau izin sebelumnya, dapat mengerjakan soal di link g-form. Soal
tersebut juga hanya dapat diakses satu kali oleh satu device. Dengan ini diharapkan
siswa benar-benar mengerjakan soal secara mandiri dan jujur.
Berdasarkan nilai hasil pretest sebagian besar siswa memiliki nilai di bawah
KKM, sebanyak 20 siswa pada kelas eksperimen dan 24 siswa pada kelas kontrol, yaitu
sekitar 60% dan 72 % siswa tidak tuntas KKM. Batas KKM yang diterapkan sekolah
yaitu 65. Setelah pembelajaran dilakukan, kedua kelas tersebut memiliki peningkatan
hasil belajar, namun pada kelas kontrol tidak memiliki kenaikan yang signifikan seperti
yang terjadi pada kelas eksperimen. Setelah perlakuan terjadi kenaikan untuk hasil
belajar siswa, untuk pretest nilai siswa yang berada di atas KKM sebanyak 13 anak
atau 40%, sedangkan setelah perlakuan, jumlah anak yang memiliki nilai di atas KKM
sebanyak 22 anak atau 67%. Sehigga dengan adanya perlakuan, nilai hasil belajar
kognitif siswa mengalami peningkatan sebesar 27%. Hal itu berarti dengan adanya
46
perlakuan, maka terdapat peningkatan hasil yang cukup baik pada hasil belajar kognitif
siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aji et al (2021) bahwa Blended learning
menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran. Efektif dalam
meningkatkan pembelajaran kognitif. Kelas yang diterapkan blended learning lebih
baik daripada online learning ataupun hanya face to face leaning. Namun disamping
itu tantangan implementasi meningkatkan banyak faktor seperti perubahan proses
pembelajaran, guru tidak hanya mengajar, namun belajar dalam menerapkan sistem ini
(Bruggeman et al. 2021).
Selain itu diperlukan adanya pengembangan e-learning. Pengembangan dan
desain sistem pembelajaran e-learning meliputi analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Respon siswa dalam pembelajaran positif, merasa tertarik
dan puas (Rabiman et al. 2020). Platform e-learning dapat dibuat menarik
sehinggadapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan menggunakannya, misal
dibuat diskusi ataupun melalui pesan dalam e-learning (Rakic et al. 2020). e-learning
memudahkan pembelajaran jarak jauh namun membutuhkan biaya pengembangan
yang lebih besar, serta membutuhkan pembelajaran yang mendalam terkait
implementasi e-learning agar manfaat yang diperoleh didapat secara optimal, serta
mempermudah pengembangan di masa depan (Muniasamy dan Alasiry (2020).
Dalam penelitian terdapat beberapa kendala seperti permasalahan jaringan
internet untuk mengakses maupun kebutuhan banyaknya pengulangan materi
pembelajaran. Dalam penelitian Raza et al (2021) juga menjelaskan bahwa Siswa
mengalami kesulitan dalam penerapan online class dkarenakan koneksi internet yang
buruk. Meskipun demikian, Juarez et al (2020) menyatakan bahwa Penerapan LMS
merupakan upaya terbaik agar pembelajaran tetap terlaksana dengan mudah, meskipun
terkadang terdapat kesulitan dalam akses internet.
Pada penelitian dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model blended
learning berbantuan G-Meet dengan alasan diterapkannya bantuan kuota kepada siswa
SMA N 2 Mranggen. Hal itu diketahui dengan diadakannya observasi secara langsung
47
serta wawancara kepada guru mata pelajaran (Bu Dwi Irawati) dan wawancara kepada
siswa melalui telfon via WhatssApp.
Berdasarkan wawancara, dijelaskan bahwa sekolah memberikan bantuan kuota
kepada masing-masing siswa sebesar 10 Gb. Selain itu siswa juga mendapatkan
bantuan kuota dari pemerintah sebesar 50 Gb, yang dapat digunakan untuk akses
pembelajaran dan mencari sumber belajar sehingga dapat memudahkan pembelajaran,
dengan sistem online maupun dengan model blended learning seperti yang telah
diterapkan, juga dapat digunakan untuk mengakses G-Meet, class room, maupun zoom.
Kuota tersebut diberikan sejak oktober tanggal 5, akan diberikan kepada siswa,
sampai siswa lulus. Namun disamping itu juga terdapat keluhan siswa terkait sistem
pembelajaran yang dinilai kurang dapat meningkatkan pemahaman siswa, seperti yang
sudah dijelaskan pada latar belakang. Sehingga siswa memberi jawaban positif
terhadap angket yang diberikan kepada siswa sebagai data sekunder penelitian.
48
BAB 5
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hernani, L., Oka, A. A., & Asih, T. 2019. Peningkatan Nilai Kognitif Biologi
Menggunakan Model Blanded Learning berbasis Schoology Peserta Didik
Kelas X4 IPA SMA N 4 Metro Tahun Pelajaran 2018/2019. Bioedukasi, 10(2),
157-162.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan
Keunggulan Pembelajaran Face-To-Face, E-learning Offline-Online, dan
Mobile Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Insyasiska, D., Zubaidah, S., & Susilo, H. 2017. Pengaruh project based learning
terhadap motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan
kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1), 9-21.
Juarez Santiago, B., Olivares Ramirez, J. M., Rodríguez-Reséndiz, J., Dector, A.,
Garcia Garcia, R., González-Durán, J. E. E., & Ferriol Sanchez, F. 2020.
Learning Management System-Based Evaluation to Determine Academic
Efficiency Performance. Sustainability, 12(10), 4256.
Kusumaningrum, D. A., & Marpanaji, E. 2014. Pengembangan E-Learning Dengan
Pendekatan Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran Di Jurusan TKJ SMK
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 1(1), 28-
39.
Lestari, S. M. P., Sandayanti, V., Alfino, N. S., & Putri, D. F. 2021. Kesiapan Belajar
Mandiri Pembelajaran E-Learning pada Masa Covid-19 Mahasiswa
Kedokteran Malahayati Angkatan 2017. Jurnal Sosial Sains, 1(3), 210-218.
Lubis, I. R., & Ikhsan, J. 2015. Pengembangan media pembelajaran kimia berbasis
android untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi kognitif peserta didik
SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 191-201.
Luckyardi, S., & Syaroni, D. A. W. 2020. Assessment of Lecturer Satisfaction,
Working Quality and Productivity Toward Learning Management System. In
International Conference on Business, Economic, Social Science, and
Humanities–Economics, Business and Management Track (ICOBEST-EBM
2019) (pp. 56-61)
Mahariyanti, E., & Hadi, S. 2020. Efektivitas Penggunaan Blended Learning dengan
Platform Quipper School terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran
Biologi Kelas XI MIPA di SMAN 2 SELONG. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 6(4), 911-920.
Masitoh. 2018. Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas 2045.
Proceedings of The ICECRS, Volume 1 No 3. 13-34
51
Mawardi, A. V., Yanti, A. W., & Arrifadah, Y. 2020. Analisis Proses Berpikir
Siswa dalam Menyelesaikan SoalHOTSDitinjau dari Gaya Kognitif. JRPM
(Jurnal Review Pembelajaran Matematika),5(1), 40-52.
Muhardi, M., Gunawan, S. I., Irawan, Y., & Devis, Y. 2020. Design Of Web Based
LMS (Learning Management System) in SMAN 1 Kampar Kiri Hilir. Journal
of Applied Engineering and Technological Science (JAETS), 1(2), 70-76.
Muniasamy, A., & Alasiry, A. 2020. Deep Learning: The Impact on Future
eLearning. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 15(1).
Musdalifah, M., Baharuddin, B., Jabri, U., Elihami, E., & Mustakim, M. 2021.
Building The Management System: Designs on the use of Blended Learning
Environment. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1783, No. 1, p.
012120).
Noerhandayani, T., Suhara, S., & Solihat, R. 2021. Penggunaan POE-inqury melalui
blended learning terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran materi sistem
respirasi. Assimilation: Indonesian Journal of Biology Education, 4(1), 41-50.
Nurwijayanti, L. E. 2020. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Metode
Pembelajaran E-Learning Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Program
Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Psychopedia
Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, 5(1), 47-52.
Polhun, K., Kramarenko, T., Maloivan, M., & Tomilina, A. 2021. Shift from
blended learning to distance one during the lockdown period using Moodle: test
control of students’ academic achievement and analysis of its results. In Journal
of Physics: Conference Series (Vol. 1840, No. 1, p. 012053).
Pranyoto, Y. H. 2020. Pengaruh Pembelajaran Online Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Mahasiswa Sekolah Tinggi Katolik St Yakobus Merauke Di Masa
Pandemi Covid-19. Atma Reksa: Jurnal Pastoral dan Kateketik, 5(1), 7-21.
Puspitorini, D. A., Indriyanti, D. R., Pribadi, T. A., & Hardiyanti, L. N. 2020.
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Melalui Pembelajaran Tpsw Berbasis
Hybrid-Learning Materi Sistem Sirkulasi. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1).
Rabiman, R., Nurtanto, M., & Kholifah, N. 2020. Design and Development E-
Learning System by Learning Management System (LMS) in Vocational
Education. Online Submission, 9(1), 1059-1063.
Radyati, A. 2020. Persepsi mahasiswa tentang E-learning google classroom
berpengaruh pada minat dan motivasi belajar. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan
dan Konseling, 4(2), 88-93.
Rakic, S., Tasic, N., Marjanovic, U., Softic, S., Lüftenegger, E., & Turcin, I. 2020.
Student Performance on an E-Learning Platform: Mixed Method Approach.
International Journal of Emerging Technologies in Learning, 15(2).
52
Raza, S. A., Qazi, W., Khan, K. A., & Salam, J. 2021. Social isolation and
acceptance of the learning management system (LMS) in the time of COVID-
19 pandemic: an expansion of the UTAUT model. Journal of Educational
Computing Research, 59(2), 183-208.
Righo, A., & Sundari, S. 2019. Perbandingan Kemampuan Kognitif: E-Learning Vs
Konvensional Dengan Materi Dokumentasi Keperawatan. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 54-68.
Rizkiyah, A. 2015. Penerapan blended learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ilmu bangunan di kelas X TGB SMK Negeri 7
Surabaya. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan 1, no. 1/JKPTB/15.
Rohman, A., & Hartanto, M. A. 2020. Implementasi Teori Pembelajaran Blended
Learning dalam Menyeimbangkan Kapabilitas Belajar pada Era Digital (Studi
Kasus di Prodi PAI Universitas Alma Ata Yogyakarta). An-Nuha: Jurnal
Kajian Islam, Pendidikan, Budaya Dan Sosial, 7(1), 33-51.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grfindo Persada.
Seage, S. J., & Türegün, M. 2020. The Effects of Blended Learning on STEM
Achievement of Elementary School Students. International Journal of
Research in Education and Science, 6(1), 133-140.
Sepita, S. F., & Suryanti, S. 2020. Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa Pada Mata Kuliah Limnologi. Journal of Research
and Education Chemistry, 2(2), 102-102.
Setyosari, P. 2017. Menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
JINOTEP (Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran) Kajian dan Riset
dalam Teknologi Pembelajaran, 1(1), 20-30.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Singh, H. 2021. Building effective blended learning programs. In Challenges and
Opportunities for the Global Implementation of E-Learning Frameworks (pp.
15-23).
Sjukur, S.B., 2012. Pengaruh blended learning terhadap motivasi belajar dan hasil
belajar siswa di tingkat SMK. Jurnal pendidikan vokasi, 2(3).
Solviana, M.D., 2020. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan di Masa Pandemi Covid-
19 Penggunaan Gamifikasi Daring di Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung. Al Jahiz Journal of Biology Education Research, 1(1).
Subekti, Y., & Ariswan, A. 2016. Pembelajaran fisika dengan metode eksperimen
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan proses sains. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252-261.
53
LAMPIRAN
Nilai pretest dan postest siswa kelas eksperimen
2 Afghan 60 64
3 Afriani 50 56
4 Audi 58 60
5 Ayu 70 72
6 Bernandinus 60 64
7 Cinta 70 80
8 Dia 42 40
9 Dimas 68 68
10 Dinar 50 52
11 Elvina 72 88
12 Elvira 72 88
13 Faqih 64 64
14 Felicia 64 68
15 Fiola 62 60
16 Fircha 64 68
17 Gempar 58 56
18 Ivana 62 64
19 Ivani 64 68
20 Juleo 60 60
21 Kazia 68 72
22 Lailatul 56 60
23 M. Fahmi 58 68
24 M. Roisul 44 44
25 Nicholas 60 64
26 Novitri 68 72
27 Paul 60 60
28 Rahayu 54 64
29 Reva 70 80
30 Selfi 52 56
31 Tsania 70 76
32 Willie 58 28
33 Zaki 58 60
56