SKRIPSI
Oleh
NIM. 711331117024
Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi ini merupakan hasil karya orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pencabutan gelar akademik.
Yang membuat
Pernyataan;
i
ii
iii
CURRICULUM VITAE
A. Identitas
Nama : Maria Elen Tedjadinata
Tempat, Tanggal lahir : Manado, 08 Desember 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Perum Kalawat Jaga X, Minahasa Utara
Nama Orang Tua : Yuswanda Tedjadinata
: Alice Pangau, SE
B. Riwayat Pendidikan
Tahun 2005 – 2011 : SD Advent 3 Paal 2
Tahun 2011 – 2014 : SMP Frater Don Bosco Manado
Tahun 2014 – 2017 : SMA Negeri 1 Manado
Tahun 2017 – sekarang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado,
Jurusan Gizi Program Studi Gizi dan
Dietetika
iv
Kata Pengantar
Segala puji, syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan
Yesus Kristus yang senantiasa menuntun penulis dalam menyusun skripsi ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga bersyukur karena
Tuhan Yesus juga memberikan orang-orang yang sudah memberikan dukungan
dan doa bagi penulis dalam menyusun skripsi ini. Karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Elisabet N. Barung, M.Kes, Apt selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado yang telah membantu demi kelancaran
proses pendidikan,
2. Rudolf Boyke Purba, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politenik
Kesehatan Manado, juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I saya yang
telah memberikan bimbingan, koreksi dan saran pada skripsi ini demi
kelancaran perkuliahan selama pendidikan.
3. Vera T Harikedua, SST, MPH selaku Ketua Program Studi Gizi dan
Dietetika yang sudah banyak membantu dalam proses perkuliahan dan
sebagai Anggota Penguji I Skripsi saya yang sudah memberikan saran,
dan koreksi demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Ana B. Montol, S.Pd, M.Si selaku Ketua Penguji Skripsi saya yang sudah
memberikan saran, dan koreksi demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Ir. Fred A. Rumagit, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II saya
yang telah memberikan bimbingan, koreksi dan saran pada penulisan
skripsi ini.
6. Daniel Robert, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
sudah banyak membantu dan membimbing selama perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
dan bimbingan selama menjalankan perkuliahan disini terlebih khusus Ibu
Rivolta G.M. Walalangi, SST, M.Si yang sudah membantu saya dalam
penyusunan skripsi ini.
v
8. Hukum Tua dan seluruh pegawai Desa Kalawat yang sudah membantu
dan memberikan izin untuk dapat melaksanakan penelitian di Desa
Kalawat.
9. Panelis-panelis yang sudah bersedia menjadi subjek penelitian dan
bersedia membantu demi kelancaran penelitian
10. Kedua orang tua saya, (Yusawanda Tedjadinata dan Alice Pangau), kedua
kakak saya (Teti dan Dea), keluarga besar Tedjadinata-Pangau, terima
kasih sudah mendukung saya, memberikan semangat, motivasi, materi
dan kasih sayang serta doa yang tak berkesudahan sehingga saya boleh
sampai di saat ini.
11. Marchelino Lumingas sebagai kekasih yang sudah banyak membantu dan
memberikan dukungan dari proses perkuliahan hingga dalam penyusunan
skripsi ini.
12. Teman- teman seperjuangan D4 Gizi angkatan 2017 terutama para
sahabat-sahabat terkasih (Ka Clara, Ni Made Dewi, Yani, Tabitha,
Sheren, Jelita, Findi, Taoshin, Joshua, Gerry, Gerald, Firman, Rima, Eka,
Sisi, Sasa, Wulan, Sindy, Mei dan Gloria) yang sudah membantu dari
proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
13. Sahabat saya (Nina, Tiara, Vani, Gerald, Apfia, Edis, Gabby, Vasco,
Lingmei, Jennifer, Ni Komang Desi, Yohanna) yang sudah membantu dan
memberikan dukungan dari proses penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang tak sempat
dituliskan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari segi materi maupun dalam teknik penulisan. Oleh sebab itu
penulis mengharakan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
vi
Daftar Isi
Halaman Judul
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian......................................................... i
Lembar Persetujuan .......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Curriculum Vitae .............................................................................................. iv
Kata Pengantar ................................................................................................. v
Daftar Isi........................................................................................................... vii
Daftar Lampiran ............................................................................................... ix
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Abstrak ............................................................................................................. xi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................................... 4
2. Tujuan Khusus............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II. Tinjauan Pustaka
A. Bubble Pearls ................................................................................ 5
B. Daun Kelor .................................................................................... 6
C. Zat Besi ......................................................................................... 8
D. Remaja Putri .................................................................................. 11
E. Uji Organoleptik ............................................................................ 13
F. Kerangka Teori .............................................................................. 21
G. Kerangka Konsep .......................................................................... 22
H. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 23
BAB III. Metode Penelitian
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 24
vii
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 24
D. Definisi Operasional....................................................................... 24
E. Subjek Penelitian............................................................................ 25
F. Instrument Penelitian ..................................................................... 26
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 26
H. Prosedur Pembuatan Bubuk Daun Kelor dan Bubble Pearls ......... 27
I. Jalan Penelitian .............................................................................. 29
J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 30
K. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 30
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil ............................................................................................. 32
B. Pembahasan .................................................................................. 40
viii
Daftar Lampiran
ix
Daftar Tabel
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka per 100 gram ...................... 5
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Serbuk Daun Kelor per 100 gram ....................... 8
Tabel 4. Kompisisi Zat Gizi Formula Bubble Pearls Bubuk Daun Kelor ....... 29
x
Tedjadinata, Maria Elen. 2021. Pengembangan Bubble Pearls Bubuk Daun
Kelor Sebagai Sumber Zat Besi Bagi Remaja Putri di Desa Kalawat.
(Dibimbing oleh Rudolf B. Purba, SKM, M.Kes sebagai Pembimbing I dan Ir.
Fred A. Rumagit, M.Kes sebagai Pembimbing II).
ABSTRAK
Bubble Tea menjadi tren dikalangan remaja. Dalam penyajian Bubble Tea,
Pearls memegang peranan penting karena menjadi daya tarik utama dalam
minuman tersebut. Pengembangan produk berupa Bubble Pearls dengan
penambahan bubuk daun kelor dapat menjadikan bubble pearls memiliki nilai gizi
yang lebih selain hanya gula dan kalori serta mudah dikonsumsi. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk mencegah anemia pada remaja putri adalah memanfaatkan
tanaman lokal yang ada pada masyarakat yaitu daun kelor. Daun kelor yang
dikeringkan menjadi serbuk memiliki kandungan gizi yang lebih banyak daripada
saat tanaman ini berbentuk daun mentah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap bubble pearls bubuk daun kelor
sebagai sumber zat besi bagi remaja putri.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang dilakukan pada 25
panelis tidak terlatih. Pengumpulan data diperoleh dari formulir organoleptik dari
kedua formula yang diuji. Analisis data Bivariat menggunakan Uji Wilcoxon
untuk melihat perbedaan tingkat kesukaan panelis dengan kemaknaan p = 0,05.
Hasil uji tingkat kesukaan produk Bubble Pearls diperoleh formula 2
memiliki nilai rata – rata tertinggi dengan nilai 2,32 yaitu agak suka. Tidak ada
perbedaan yang nyata tingkat kesukaan Bubble Pearls pada atribut rasa, warna,
aroma dan tekstur. Analisis perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap produk
Bubble Pearls menggunakan uji Wilcoxon didapati nilai p = 0,233 yang
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata tingkat kesukaan panelis terhadap
produk Bubble Pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2.
Kata Kunci : Bubble Pearls, bubuk daun kelor
xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan gizi, baik gizi makro maupun gizi mikro (Kliegman & Nelson,2007;
WHO, 2005 dalam Patimah). Dilihat dari Riset Kesehatan Dasar 2013 para remaja
masih mengalami masalah gizi khususnya gizi mikro yaitu Anemia dengan
prevalensi usia 15-24 tahun adalah 18,4% serta prevalensi anemia untuk jenis
kelamin perempuan adalah 23,9%. Kejadian anemia yang banyak diderita wanita
pada umumnya dan remaja putri khususnya, adalah akibat remaja putri setiap
bulan mengalami haid atau menstruasi, masukan gizi tidak seimbang yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau perilaku
Akib dan Sumarmi (Stang J, 2005) mengatakan bahwa kebiasaan makan akan
mempengaruhi asupan gizi sehari-hari. Kebiasaan makan tidak sehat, seperti tidak
makan pagi, kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makanan siap saji, dalam
mengakibatkan asupan lemak, gula sederhana, garam (Na), kalori dan protein
lebih besar daripada yang diperlukan tetapi asupan vitamin A, tiamin, besi dan
kalsium lebih sedikit dari yang dianjurkan (Almatsier dkk, 2011). Hasil penelitian
Akib dan Sumarmi (2017) persentase asupan Fe yang kurang pada remaja putri di
1
asrama putri kampus C Universitas Airlangga sebesar 95% dan persentase asupan
Bubble Tea menjadi tren dikalangan remaja, 80% konsumen Share Tea (salah
satu brand Bubble Tea) berusia 13-23 tahun, 80% konsumen Share Tea
konsumen Share Tea berjenis kelamin perempuan (Ransulangi dkk, 2017). Hasil
penelitian dari Jae dkk (2017) menunjukkan bahwa Bubble Tea (Milk Tea dengan
tambahan Bubble Pearls) untuk ukuran gelas kecil (473 mL) memiliki jumlah
gula 38 gram, dan jumlah kalorinya adalah 299 kkal. Ukuran gelas besar (946 mL)
memiliki jumlah gula 57 gram, dan jumlah kalori 448 kkal. Dalam penyajian
Bubble Tea, Pearls memegang peranan penting karena menjadi daya tarik utama
masakan sehari-hari dengan proses yang sederhana seperti direbus atau ditumis
sebagai sayur (Wadu dkk, 2021). Daun kelor dapat diubah menjadi produk
setengah jadi yaitu bubuk kelor yang dapat diolah menjadi berbagai varian
penambahan bubuk daun kelor dapat menjadikan bubble memiliki nilai gizi yang
lebih selain hanya gula dan kalori serta mudah dikonsumsi. Fortififikasi dari
defisiensi besi dan anemia gizi besi (Aaron dkk, 2015). Salah satu upaya yang
2
tanaman lokal yang ada pada masyarakat yaitu daun kelor (Yulianti dkk, 2016).
Daun kelor memiliki kandungan zat besi sebanyak 28,2 mg/100 gram serbuk daun
(Bey, 2010) hal ini menunjukkan bahwa daun kelor 25 kali lebih banyak
mengandung zat besi daripada bayam, 3 kali lebih banyak daripada kacang
almond serta zat besi pada daun kelor 1,77 kali lebih banyak yang diserap
kedalam darah (Krisnadi, 2015). Daun kelor yang dikeringkan menjadi serbuk
memiliki kandungan gizi yang lebih banyak daripada saat tanaman ini berbentuk
yang dikonsumsi dua kali sehari sebanyak dua butir sekali minum pada ibu hamil
(40%) kadar Hb naik 1gr/dl, 19 responden (54%) kadar Hb naik 2gr/dl dan 2
responden (6%) naik 3 gr/dl. Hasil penelitian dari Yulianti (2016) yang
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
aroma dan tekstur bubble pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bubble Pearls
Bubble pearls merupakan bola-bola mutiara atau juga disebut mutiara sagu,
pacar cina dan tapioka pearls. Bubble pearls merupakan topping (isian) dari
bubble Tea. Bubble pearls memiliki ukuran biasanya lima sampai sepuluh
millimeter. Bubble ini terbuat dari tepung tapioka yang merupakan tepung pati
Liu Han Chieh, tahun 1983, adalah orang yang pertama kali memperkenalkan
singkong mutiara (tapioka pearl) pada negara Taiwan, yang kemudian banyak
digunakan sebagai bahan tambahan pada toko penjual Bubble tea. Saat
5
dasar minuman dan terlihat seperti gelembung-gelembung, sehingga orang
tumpukan mutiara tapioka didasar minuman. Minuman dasar yang biasa disajikan
dengan mutiara tapioka adalah jus, teh, susu, campuran es krim, atau campuran
susu, tergantung kreatifitas penjual nya. Bubble pearls yang digunakan umumnya
berwarna hitam, tetapi saat ini sudah ada variasinya. Tekstur kekenyalan mutiara
tapioka harus pas, tidak terlalu keras, dan juga tidak terlalu lembek yang bisa
B. Daun kelor
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
6
Berdasarkan morfologi Moringa Oleifera terdiri dari Akar, Batang, Daun,
Bunga, Buah atau Polong, dan Biji. Daun Kelor Merupakan jenis daun bertangkai
karena hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Tangkai daun berbentuk
silinder dengan sisi atas agak pipih, menebal pada pangkalnya dan permukaannya
daunnya tidak bertoreh dan termasuk ke dalam bentuk bangun bulat telur. Ujung
dan pangkal daunnya membulat (rotundatus) diamana ujungnya tumpul dan tidak
membentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan
terusan tangkai daun selain itu, dari ibu tulang itu ke arah samping keluar tulang–
mempunyai tepi daun yang rata (integer) dan helaian daunnya tipis dan lunak.
Berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaannya licin (laevis) dan
berselaput lilin (pruinosus) dan merupakan daun majemuk menyirip gasal rangkap
Kandungan Zat besi dalam daun kelor adalah sebanyak 28,2 mg/100 gram
serbuk daun (Bey, 2010) hal ini menunjukkan bahwa daun kelor 25 kali lebih
banyak mengandung zat besi daripada bayam, 3 kali lebih banyak daripada
kacang almond serta zat besi pada daun kelor 1,77 kali lebih banyak yang diserap
kedalam darah (Krisnadi, 2015). Daun kelor dapat dibuat menjadi bubuk untuk
7
yang dikeringkan menjadi serbuk memiliki kandungan gizi yang lebih banyak
daripada saat tanaman ini berbentuk daun mentah (Zubaydah dkk, 2018).
C. Zat besi
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa.
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh : sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkur elektron dalam sel,
dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuh. Besi
8
hemoglobin dan myoglobin makanan hewani, dan besi-nonhem dalam makanan
nabati.
dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Berbeda dengan vitamin C,
asam fitat dan faktor lain dalam serat serealia dan asam oksalat didalam sayuran
polifenol dan terdapat didalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah
memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke
Sebagian besar besi berada dalam hemoglobin, yaitu molekul protein mengandung
besi dari sel darah merah dan myoglobin didalam otot. Hemoglobin didalam darah
kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari
melepas oksigen didalam sel-sel otot. Beberapa bagian dari otak mempunyai
transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferrin. Kadar besi dalam darah
meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang
pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisensi besi
9
berpengaruh negative terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
berfungsi. Disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat
bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain yang
Sumber besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber
baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi
Zat besi membantu merangsang produksi sel darah merah untuk mengganti
kehilangan darah selama menstruasi. Asupan zat gizi khususnya besi yang kurang,
homeostatis besi. Anemia kekuranngan zat besi adalah sebuah kondisi dimana
berkurangnya jumlah sirkulasi sel darah merah per millimeter kubik darah,
suatu hasil dari keperluan yang lebih besar atas cadangan besi daripada yang
disuplai.
10
Kebutuhan besi selama masa remaja meningkat. Pertumbuhan pada remaja
putri biasanya dimulai satu tahun setelah puncak pertumbuhan. Tambahan besi
diperlukan untuk mengganti besi yang hilang bersama darah waktu haid.
respon kekebalan (Almatsier dkk, 2011). Angka kecukupan besi remaja putri usia
10-12 tahun adalah 8 mg, 13-15 tahun adalah 15 mg, dan 16-18 tahun adalah 15
D. Remaja putri
Secara etimologi, remaja berasal dari bahasa latin adolescere atau to grow up
petumbuhan kedua yang cepat setelah anak-anak. Masa remaja ditandai dengan
(Kliegman dan Nelson 2007, Mehndiratta, 2011 dalam Patimah). Remaja dapat
1. Remaja awal (10/13 – 14/15 tahun) yang ditandai oleh kejadian pubertas dan
eksperimentasi
11
3. Remaja akhir (18-21 tahun) merupakan suatu masa pembuatan keputusan
fisik, diantaranya:
Anemia menjadi masalah gizi utama pada remaja khususnya remaja putri. Hal
ini disebabkan karena merupakan masa kejar tumbuh dan juga karena remaja putri
disebabkan karena asupan zat besi yang kurang. Angka kecukupan zat besi bagi
remaja putri usia 12-17 tahun per hari diperlukan 8 mg – 15 mg (Kemenkes, AKG
2019). Pendapatan keluarga berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan, dimana
seseorang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan
Kebiasaan makan para remaja juga menjadi salah satu faktor yang dapat
12
mengkonsumsi mengkonsumsi sumber protein hewani, mengkonsumsi jenis buah-
Kebiasaan makan pada remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya,
kehidupan social, dan kegiatan yang dilakukan diuar rumah selain itu iklan juga
reproduksi yaitu :
hamil, berat badan lahir rendah (BBLR), kesakitan dan kematian ibu,
masa kehamilan
E. Uji Organoleptik
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi,
13
mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
2014).
produk yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat inderawi produk.
Dalam uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan
dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu
produk karena berhubungan langsung dengan selera konsumen selain itu, metode
ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatan
panelis terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental sehingga
panelis menjadi jenuh dan kepekaan menurun, serta dapat terjadi salah
panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tidak terlatih dan panel
melalui pengalaman dan latihan yang lama meskipun keahlian yang diperoleh itu
merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkan keahlian itu perlu
latihan yang tekun dan terus menerus. Berikut jenis-jenis panelis tersebut Amir
(Anonim, 2013 ) :
14
1. Panel Perseorangan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan
2. Panel Terbatas
Panel ini terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga
bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenali dengan baik faktor-faktor
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 5-15 orang yang mempunyai kepekaan cukup
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel ini dapat dipilih dari kalangan terbatas
15
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang yang dapat terdiri dari orang awam
yang dipilih berdasarkan jenis kelamin suku-suku bangsa, tingkat sosial dan
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
pengujian (ruangan & waktu pengujian), panelis, penyajian contoh dan cara
penilaian contoh.
1. Kondisi pengujian
A. Ruangan
bagian, yaitu ruang pengujian yang terdiri dari bilik pencicip dan
16
75 cm, bagian dinding bilik yang berhadapan dengan panelis
Kelembaban 40%-60%.
B. Waktu pengujian
tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu sekitar pukul 09.00-11.00
17
2. Panelis
Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6 orang,
C. Berbadan sehat, bebas dari penyakit THT, tidak buta warna serta
gangguan psikologis;
G. Tidak melakukan uji pada saat sakit influenza dan sakit mata;
H. Tidak memakan makanan yang sangat pedas pada saat makan siang, jika
tangan dengan sabun yang tidak berbau pada saat dilakukan uji bau.
3. Penyajian contoh
18
dilakukan pada suhu 100°C dengan membungkus produk dalam
sangat bervariasi sesuai dengan ukuran, jenis produk dan peralatan yang
plastik/alumunium foil.
C. Penyajian contoh mewakili produk yang akan diuji baik bentuk maupun
D. Penyajian contoh dalam wadah yang sama baik ukuran, bentuk maupun
bahan.
rupa sehingga suhu produk yang diinginkan tidak berubah pada saat
pengujian berlangsung.
diuji. Angka yang digunakan terdiri dari lima digit dan diambil secara
acak
19
4. Cara penilaian contoh
Contoh yang telah siap diuji disajikan dalam bilik-bilik pencicipan. Uji
rasa dilengkapi dengan air sirup, air putih, tisu, dan peralatan lain yang
A. Uji deskripsi
kondisi contoh.
B. Uji hedonik
20
F. Kerangka Teori
Bubuk Daun
Kelor
Bubble Pearls
Bubuk Daun
Kelor
Mutu Produk
Pangan
21
G. Kerangka Konsep
Formula 1
Formula 2
Uji Organoleptik
Tingkat
Kesukaan (aroma,rasa,warna
,tekstur)
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
22
H. Hipotesis Penelitian
1. Ho (hipotesisi nihil)
Tidak ada perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma
dan tekstur bubble pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2
2. Ha (hipotesis alternative)
Ada perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma dan
tekstur bubble pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2 .
23
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Tahun 2021. Tempat pelaksanaan
C. Variabel Penelitian
Variabel independen atau bebas adalah bubble pearls bubuk daun kelor.
D. Definisi Operasional
Bola-bola mutiara yang terbuat dari bahan dasar tepung tapioka dengan
serbuk
3. Uji Organoleptik
24
4. Tingkat Kesukaan
terhadap bubble pearls formula 1 dan formula 2 yang diuji dengan skala
5. Remaja Putri
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yang
terdiri dari 25 orang remaja putri berusia 12-17 tahun yang berdomisili di
Desa Kalawat
3. Berbadan sehat, bebas dari penyakit THT, tidak buta warna serta
gangguan psikologis
7. Tidak melakukan uji pada saat sakit influenza dan sakit mata
25
9. Tidak menggunakan kosmetik seperti parfum dan lipstik serta
F. Instrumen Penelitian
1. Bahan
kelor adalah bubuk daun kelor, tepung tapioka, gula pasir, agar-agar dan air
2. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat yang
digunakan untuk membuat bubuk daun kelor, bubble pearls, alat untuk uji
timbangan, gelas biasa, saringan, talenan, wadah aluminium foil dan juga
G. Prosedur Penelitian
3. Merekrut para remaja usia 12-17 tahun di Desa Kalawat untuk menjadi
26
H. Prosedur Pembuatan Bubuk Daun Kelor dan Bubble Pearls
mengambil daun yang masih segar. Daun kelor yang diperoleh dicuci
dengan air yang mengalir, lalu disortasi basah untuk memisahkan dengan
komponen pengotor setelah itu daun kelor yang sudah dicuci bersih
diblansir selama 2 menit di air yang mendidih setelah itu diangkat dan
blansir ini dilakukan agar bubuk kelor yang dihasilkan dapat menyatu
dengan adonan tepung tapioka dan juga dapat menginaktivasi enzim yang
ada pada daun kelor, mematikan mikroba, mengurangi bau langu dan
C. Masukkan dalam wadah tersebut bubuk daun kelor, tepung tapioka, dan
E. Dalam gelas tersebut masukkan gula aren dan air hangat lalu campur
27
F. Setelah itu, campurkan air gula tadi kedalam wadah berisi bubuk daun
kelor, tepung tapioka dan nutrijel agarasa dan bentuk menjadi suatu
tidak menempel satu sama lain, baluri dengan sedikit tepung tapioka
Tepung Tapioka 35 35
Nutrijel agarasa 7 7
Gula aren 30 30
Air 30 30
28
Tabel 4. Kompisisi Zat Gizi Formula Bubble Pearls Bubuk Daun Kelor
I. Jalan Penelitian
Kalawat. Pengumpulan panelis dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi 1 pukul
10.00 – 11.30 WITA dan sesi 2 pukul 15.00 – 16.00 WITA hal ini
pandemi.
2. Panelis yang dipersilahkan masuk adalah yang memakai masker dan juga
dahulu handsanitizer
29
4. Panelis mencoba bubble pearls dari masing-masing formula yang sudah
disediakan pada wadah alumunium foil dan diberi keterangan kode antara
formula 1 (123) dan formula 2 (456). Sebelum mencoba formula yang lain
5. Panelis mengisi kuesioner yang sudah dibagikan yaitu mengisi nama dan
centang pada skala yang dipilih pada masing-masing formula mulai dari
rasa, warna, aroma dan tekstur dengan menggunakan uji skala hedonic
yaitu :
Suka (3)
Data Primer diperoleh dari data umum panelis dan hasil pengujian
skala hedonic yang diisi oleh panelis tidak terlatih yaitu remaja putri usia 12-
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diisi di Microsoft Excel yaitu nama, usia, dan
30
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
dari bubble bubuk daun kelor dan usia subjek penelitian yang dilihat atau
b. Analisis Bivariat
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
menganalisis karakteristik bahan pangan dan bahan lain yang diterima oleh indra
2014). Uji organoleptik dilakukan oleh 25 panelis tidak terlatih yaitu remaja putri
yang ada di Desa Kalawat dalam uji organoleptik ini ada dua formula yang dibuat
panelis. Distibusi usia subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut.
32
Berdasarkan tabel diatas, diketahui distribusi subjek penelitian yang paling
banyak adalah usia 17 tahun yaitu sebanyak 7 orang (28%) dan yang paling
sedikit adalah usia 12 tahun dan 14 tahun yaitu sebanyak 2 orang (8%).
a. Rasa
Rasa menjadi salah satu atribut uji organoleptik dalam penelitian ini.
Panelis akan memberikan nilai kesukaan mereka pada produk Bubble Pearls
yang diberikan dengan kriteria penilaian yaitu suka, agak suka dan tidak suka.
Hasil penilaian tingkat kesukaan atribut rasa dapat dilihat pada tabel 6 sebagai
berikut.
Tabel 6. Distribusi Tingkat Kesukaan Rasa Pada Bubble Pearls Bubuk Daun
Kelor
Hasil Pengujian
1 Suka 5 20 10 40
2 Agak 15 60 8 32
Suka
3 Tidak 5 20 7 28
Suka
Jumlah 25 100 25 100
bubuk daun kelor pada formula 1 memperoleh nilai agak suka sebanyak 60%
33
b. Warna
Warna menjadi salah satu atribut uji organoleptik dalam penelitian ini.
Panelis akan memberikan nilai kesukaan mereka pada produk Bubble Pearls
yang diberikan dengan kriteria penilaian yaitu suka, agak suka dan tidak suka.
Hasil penilaian tingkat kesukaan atribut warna dapat dilihat pada tabel 7
sebagai berikut.
Hasil Pengujian
1 Suka 13 52 15 60
2 Agak 8 32 9 36
Suka
3 Tidak 4 16 1 4
Suka
Jumlah 25 100 25 100
bubuk daun kelor pada formula 1 memperoleh nilai suka sebanyak 52%
c. Aroma
Aroma menjadi salah satu atribut uji organoleptik dalam penelitian ini.
Panelis akan memberikan nilai kesukaan mereka pada produk Bubble Pearls
34
yang diberikan dengan kriteria penilaian yaitu suka, agak suka dan tidak suka.
Hasil penilaian tingkat kesukaan atribut aroma dapat dilihat pada tabel 8
sebagai berikut.
Hasil Pengujian
1 Suka 11 44 11 44
2 Agak 10 40 12 48
Suka
3 Tidak 4 16 2 8
Suka
Jumlah 25 100 25 100
bubuk daun kelor pada formula 1 memperoleh nilai suka sebanyak 44%
panelis dan formula 2 memperoleh nilai agak suka sebanyak 48% panelis.
d. Tekstur
Tekstur menjadi salah satu atribut uji organoleptik dalam penelitian ini.
Panelis akan memberikan nilai kesukaan mereka pada produk Bubble Pearls
yang diberikan dengan kriteria penilaian yaitu suka, agak suka dan tidak suka.
Hasil penilaian tingkat kesukaan atribut tekstur dapat dilihat pada tabel 9
sebagai berikut.
35
Tabel 9. Distribusi Tingkat Kesukaan Tekstur Pada Bubble Pearls Bubuk
Daun Kelor
Hasil Pengujian
1 Suka 7 28 12 48
2 Agak 10 40 7 28
Suka
3 Tidak 8 32 6 24
Suka
Jumlah 25 100 25 100
bubuk daun kelor pada formula 1 memperoleh nilai agak suka sebanyak 40%
mengambil nilai rata – rata antara formula 1 dan formula 2. Nilai rata – rata
tingkat kesukaan produk Bubble Pearls dapat dilihat pada tabel 10 sebagai
berikut.
Tabel 10. Distribusi nilai rata-rata tingkat kesukaan produk Bubble Pearls
formula 1 dan formula 2
Formula Rata-rata
Formula 1 2,15
Formula 2 2,32
tingkat kesukaan produk bubble pearls bubuk daun kelor didapati hasil yang
36
paling tinggi antara formula 1 dan formula 2 yaitu pada formula 2 dengan
untuk mengambil nilai rata – rata masing- masing atribut antara formula 1
dan formula 2. Nilai rata – rata tingkat kesukaan masing – masing atribut
Tabel 11. Nilai rata-rata tingkat kesukaan atribut pada bubble pearls bubuk
daun kelor formula 1 dan formula 2
Sampel Atribut
bubuk dan kelor didapati formula 2 memiliki nilai paling tinggi pada seluruh
menunjukkan nilai 0,233 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan tingkat
kesukaan panelis terhadap bubble pearls bubuk daun kelor formula 1 dan
formula 2.
Hasil uji perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma,
dan tekstur bubble pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2
37
menggunakan uji Wilcoxon didapati nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma, dan tekstur
pada setiap usia. Kecukupan zat besi usia 10 – 12 adalah 8 mg dan usia 13-18
pemenuhan angka kecukupan zat besi pada produk bubble pearls bubuk daun
Formula 1 4,07
13 – 18 15 27,13
10 - 12 8 68,5
Formula 2 5,48
13 – 18 15 36,53
besi formula 1 pada usia 10 - 12 tahun adalah 50,8% dan usia 13 – 18 tahun
38
B. Pembahasan
1. Rasa
Atribut yang dinilai dalam uji organoleptik produk bubble salah satunya
adalah rasa. Rasa adalah tanggapan indera terhadap rangsangan saraf, seperti
manis, pahit, masam terhadap indra pengecap, atau panas, dingin, nyeri terhadap
indra perasa (KBBI). Cita rasa merupakan salah satu sifat sensori yang penting
rasa yaitu sebesar 2,12 atau pada rentang skala agak suka hal ini tidak sejalan
ditambah proporsi serbuk daun kelor, maka rasa yang dihasilkan semakin tidak
disukai. Rasa yang dihasilkan formula 2 bubble pearls bubuk daun kelor memiliki
rasa yang manis yang didapat dari gula aren dan terdapat rasa khas teh yang mirip
seperti matcha. Matcha saat ini sudah dikenal dikalangan masyarakat bahkan pada
remaja karena sudah menjadi salah satu varian rasa dalam minuman manis.
Semakin banyak daun kelor yang ditambahkan maka semakin berasa kelor
atau berasa pahit (Rosyidah, 2016). Rasa pahit dikarenakan kandungan asam
amino pada daun kelor yang berperan sebagai salah satu komponen pembentuk
rasa dan aroma. Rasa pahit disebabkan oleh adanya hidrolisis asam-asam amino
yang terjadi pada proses pemanasan selama pengolahan. Rasa pahit kelor ini dapat
dinetralisir dengan penambahan bahan seperti gula aren dan juga nutrijel agarasa
rasa Vanilla sehingga mengurangi rasa pahit dari kelor selain itu, rasa pahit kelor
39
dapat dikurangi dengan mencuci bersih daun kelor dan diblansir pada air yang
Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata tingkat kesukaan panelis (p >0,05) terhadap rasa bubble pearls
bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2. Hasil yang menunjukkan tidak adanya
perbedaan pada atribut rasa karena perbandingan bubuk daun kelor pada formula
1 dan formula 2 hanya berbeda 5 g bubuk daun kelor sehingga tidak menimbulkan
2. Warna
Atribut yang dinilai dalam uji organoleptik produk bubble salah satunya
penampilan tidak menarik waktu disajikan akan mengakibatkan selera orang yang
yaitu sebesar 2,56 atau pada rentang skala agak suka. Warna yang dihasilkan pada
produk bubble pearls ini berwarna hijau gelap berbeda dengan warna bubble
ada perbedaan nyata tingkat kesukaan panelis (p >0,05) terhadap warna bubble
pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2. Hasil yang menunjukkan tidak
40
adanya perbedaan pada atribut warna formula 1 dan formula 2 karena warna hijau
dari daun kelor memiliki kandungan klorofil. Menurut (Krisnadi, 2015) daun
kelor memiliki konsentrasi klorofil yang tinggi. Perlakuan daun kelor diblansir
selama 2 menit di air mendidih membuat warna daun kelor lebih gelap daripada
yang tidak diblansir inilah yang menjadikan warna kedua formula berwarna hijau
gelap karena bubuk daun kelor itu sendiri menghasilkan warna hijau gelap
3. Aroma
Atribut yang dinilai dalam uji organoleptik produk bubble salah satunya
adalah aroma. Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit diklasifikasikan
Aroma bisa timbul secara alami maupun karena proses pengolahan, seperti
2,36 atau pada rentang nilai agak suka. Kelor memiliki bau yang langu yang
disebabkan oleh enzim protease (Fathimah dan Wardani, 2014)). Semakin tinggi
jumlah penambahan daun kelor maka bubble pearls yang dihasilkan semakin kuat
beraroma daun kelor. Menurut Trisnawati dan Nisa (2015), daun kelor segar yang
di blansir selama 5 menit dapat menginaktivasi enzim penyebab bau langu. Daun
kelor yang dipakai dalam produk bubble pearls mendapat perlakuan diblansir
41
selama 2 menit hal ini tidak menghilangkan seluruh aroma langu namun
ada perbedaan nyata tingkat kesukaan panelis (p >0,05) terhadap aroma bubble
pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2 hal ini sejalan dengan penelitian
(Sidabutar, 2018) bahwa tidak ada perbedaan aroma Crackers tepung daun kelor
dan tepung lele hal ini dinilai dari jumah bahan tepung dan daun kelor serta
tepung ikan lele. Dalam penelitian ini taraf perbandingan antara tepung tapioka
dan bubuk daun kelor tidak terlalu besar sehingga aroma yang dihasilkan tidak
4. Tekstur
Atribut yang dinilai dalam uji organoleptik produk bubble salah satunya
yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh bahan komposisi yang digunakan saat
proses pengolahan.
2,24 atau pada rentang nilai agak suka. Tekstur yang dimiliki dari bubble pearls
bubuk daun kelor adalah kenyal hal ini disebabkan karena bahan utama dari
pembuatan bubble pearls adalah tepung tapioka dan nutrijel agarasa merupakan
bahan yang membuat tekstur kenyal. Penambahan daun kelor tidak merubah
42
Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan nyata tingkat kesukaan panelis (p > 0,05) terhadap tekstur bubble
pearls bubuk daun kelor formula 1 dan formula 2 hal ini sejalan dengan penelitian
(Rahmawati dan Adi, 2016) bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan tekstur
permen jeli daun kelor. Tekstur yang dihasilkan pada produk bubble pearls
bubuk daun kelor adalah kenyal. Kedua formula yang diujikan menggunakan
tepung tapioka dan nutrijel agarasa yang sama jumlahnya sehingga menghasilkan
tekstur yang tidak berbeda. Pengurangan tepung tapioka dan nutrijel agarasa akan
berpengaruh besar terhadap tekstur bubble pearls yang dihasilkan. Tepung tapioka
tekstur yang kenyal berasal dari ikatan gel yang dihasilkan (Syaeftiana, 2017).
5. Manfaat dan Kandungan Gizi Produk Bubble Pearls Bubuk Daun Kelor
Formulasi produk Bubble Pearls bubuk daun kelor terdiri dari dua formula
yaitu formula 1 dengan perbandingan tepung tapioka dan bubuk daun kelor
kontribusi zat besi sebesar 50,8% pada usia 10 -12 tahun dan 27,13% pada usia 13
– 18 tahun. Formula 2 memberikan kontribusi zat besi sebesar 68,5% pada usia 10
Daun kelor dapat diubah menjadi produk setengah jadi yaitu bubuk yang
memiliki kandungan gizi zat besi lebih tinggi daripadi daun mentahannya. Zat
darah dan otot jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi. Bubuk daun kelor yang merupakan produk setengah
43
jadi dapat dikembangkan menjadi bubble pearls sebagai topping minuman manis
yang bisa dibuat untuk variasi olahan daun kelor dapat menambah nilai gizi dan
44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur Bubble
Pearls bubuk daun kelor memperoleh nilai agak suka pada formula 2.
2. Tidak ada perbedaan yang nyata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa,
warna, aroma dan tekstur Bubble Pearls bubuk daun kelor formula 1 dan
formula 2
3. Tidak ada perbedaan yang nyata tingkat kesukaan panelis terhadap produk
B. Saran
terbaik yang dapat dilakukan terhadap karakteristik fisik dan sensori produk
bubble pearls bubuk daun kelor agar dapat lebih diterima di masyarakat.
yang dapat dipadankan dengan bubble pearls bubuk daun kelor sebagai topping
atau isian.
Dapat dilakukan uji kadar zat besi pada produk bubble pearls bubuk daun
kelor agar dapat mengetahui dengan pasti kandungan zat besi yang ada pada
45
Daftar Pustaka
Akib, A., & Sumarmi, S. (2017). Kebiasaan Makan Remaja Putri yang
Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance. Amerta Nutr,
1(2:105-116).
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bey, H. (2010). All Things Moringa : The Story of an Amazing Tree of Life.
Retrieved from www.allthingsmoringa.com
Fathimah, & Wardani. (2014). Ekstraksi dan Karakterisasi Enzim Protease dari
Daun Kelor . Jurnal Teknologi Pertanian .15(3)
Hamidiyah, A., Ningsih, D. A., & Fitria, L. (2019). Pengaruh Fortifikasi Kelor
Terhadap Organoleptik Nugget. Conference On Innovation and
Application of Science and Technology , 2(1:151-158).
46
Jae, E. M., Green, D. B., & Kim, L. (2017). Calories and Sugars in Boba Milk
Tea: Implications for Obesity Risk in Asian Pasific Islanders. Journal
Food Science & Nutrition, 5(1:38-45).
KBBI. (2016). Rasa. Retrieved Juni 16, 2021, from Kamus Besar Bahasa
Indonesia Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/rasa
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Retrieved Mei 7, 2020, from
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riske
sdas%202013.pdf
Kemenkes RI. (2019). Angka Kecukupan Gizi 2019. Retrieved Mei 7, 2020, from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_201
9_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_In
donesia.pdf
Kliegman , R., & Nelson, W. E. (2007). Nelson Textbook of Pediatric 18th ed.
Philadelphia: PA Saunders.
Lara, P. Y., & Lee, M. (2019). Bubble Tea Craze on Grabfood! Retrieved April
29, 2020, from https://www.grab.com/sg/blog/bubble-tea-craze-on-
grabfood/
Pardede , N. (2002). Masa Remaja : Dalam Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
47
Putri, E. F. (2009). Sifat Fisik dan Organlopetik Bakso Daging Sapi Pada Lama
Postmortem yang Berbeda dengan Penambahan Keragenan . Bogor:
Institut Pertanian Bogor Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan Fakultas Peternakan .
Rahmawati, P. S., & Adi, A. C. (2016). Daya Terima dan Zat Gizi Permen Jeli
dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringa Oleifera). Media Gizi
Indonesia, 11(1:86-93).
Setyaningsih , D., Apriyanto, A., & Sari, M. (2010). Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Stang, J., & Story, M. (2005). Adolescent Nutrition-Nutrition Through the Life
Cycle . USA: Thomsom Wadsworth.
Wadu , J., Linda, A. M., Retang, E. K., & Saragih, E. C. (2021). Pemanfaatan
Daun Kelor Sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Makanan di Kelurahan
Kambaniru. Selaparang : Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan ,
4(2:87-90).
48
Yulianti, H., Veni, H., & Alasiry, E. (2016). Pengaruh Ekstrak Daun Kelor
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di SMU
Muhammadiyah Kupang. JST Kesehata, 6(3:399-404).
Zubaydah, W. O., Fia, W., Adawia, S., Novitasari, Rahmasari, & Hasanudin, D.
D. (2018). Formulasi Minuman Efferscent Mix Serbuk Daun Kelor
(Moringa Oleifera). Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan, 4(2:63-65).
49
Lampiran 1. Lembar Formulir Uji Organoleptik
Lembar Uji Organoleptik
PETUNJUK UMUM
1. Kuisioner ini merupakan alat bantu pengumpulan data dalam rangka
penyusunan tugas akhir skripsi Maria Elen Tedjadinata (711331117024)
mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado.
2. Identitas responden tidak akan dinyatakan di dalam naskah tugas akhir.
3. Semua data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk penyelesaian studi
dan tidak akan disalahgunakan.
Identitas Responden
Nama:
Umur:
Uji Organoleptik
Instruksi:
1. Dihadapan Anda terdapat dua sampel dengan kode 123 dan 456 . Anda
diminta untuk mencicipi dan merasakan satu persatu sampel tersebut.
2. Sebelum merasakan sampel yang berikutnya, Anda diminta untuk minum air
putih yang sudah disediakan.
3. Berikanlah penilaian terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur dengan cara
memberikan tanda check list (√) pada kolom tingkat kesukaan terhadap
sampel.
4. Jangan membandingkan antara sampel satu dengan yang lainnya.
50
Lampiran 2. Surat Keterangan Layak Etik
51
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
52
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
53
Lampiran 5. Dokumentasi
54
55
56
57
Lampiran 6. Master Tabel
58
formula 1 formula 2
rasa warna aroma tekstur total rata-rata rasa warna aroma tekstur total rata-rata
2 2 1 2 7 1.75 3 3 3 3 12 3
3 2 3 3 11 2.75 1 2 3 2 8 2
1 2 1 1 5 1.25 1 2 1 1 5 1.25
2 3 1 1 7 1.75 3 3 3 2 11 2.75
2 3 2 3 10 2.5 3 3 2 3 11 2.75
2 3 3 2 10 2.5 3 3 3 3 12 3
1 3 3 2 9 2.25 1 3 3 2 9 2.25
2 3 3 2 10 2.5 3 3 3 3 12 3
1 1 2 1 5 1.25 3 2 3 2 10 2.5
2 2 3 1 8 2 1 3 2 3 9 2.25
2 1 3 2 8 2 1 3 2 1 7 1.75
2 3 2 3 10 2.5 2 1 3 1 7 1.75
3 3 2 2 10 2.5 3 3 2 3 11 2.75
2 2 2 1 7 1.75 1 2 2 3 8 2
2 3 2 1 8 2 2 2 2 1 7 1.75
2 3 3 1 9 2.25 3 3 2 3 11 2.75
1 1 2 2 6 1.5 3 3 2 3 11 2.75
2 3 2 2 9 2.25 2 3 2 1 8 2
1 2 1 3 7 1.75 1 2 1 3 7 1.75
3 3 2 3 11 2.75 2 2 2 3 9 2.25
2 1 2 1 6 1.5 3 3 2 2 10 2.5
3 3 3 3 12 3 2 3 3 2 10 2.5
2 2 3 2 9 2.25 2 2 3 2 9 2.25
2 2 3 2 9 2.25 2 2 3 3 10 2.5
3 3 3 3 12 3 2 3 2 1 8 2
total rata-rata 2.15 total rata-rata 2.32
59
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
2. Uji perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap atribut rasa, warna, aroma
dan tekstur formula 1 dan formula 2
Test Statistiksb
3. Uji perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap produk bubble pearls bubuk
daun kelor formula 1 dan formula 2
Test Statistiksb
formula_2 -
formula_1
Z -1.192a
60
4. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
Statistiks
N Valid 25 25 25 25 25 25 25 25
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g
61
25