Anda di halaman 1dari 10

Modul 2

Hakikat Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

KEGIATAN BELAJAR 1

Pengertian Pelayanan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia.

A. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK

1. Kegiatan pelayanan (service) merupakan suatu jasa yang diberikan kepada seseorang
atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,pelayanan :

a. Perihal/cara melayani

b. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang.

c. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

Seperti halnya dengan pelayanan, pendidikan juga dapat dimaknai dengan


berbagai cara. Layanan pendidikan mengacu kepada penyediaan jenis layanan yang
sesuai dengan kebutuhan yang dilayani sehingga memungkinkan seseorang
mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan istilah lain dari pelayanan pendidikan
atau layanan pendidikan sengaja ditekankan untuk anak berkelainan karena anak ini
memang mempunyai kebutuhan khusus yang perlu pelayanan khusus pula.

Bagi penyandang kelainan, layanan pendidikan mempunyai makna yang cukup


besar karena memang mereka memerlukan pelayan ekstra, yang berbeda dari
layanan yang diberikan kepada orang-orang yang tidak menyandang kelainan. Sesuai
dengan jenis kelainan yang mereka sandang, mereka mempunyai perbedaan dalam
kemampuan belajar, perkembangan sosio-emosional yang berdampak pada
kemampuan bersosialisasi, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Jenis pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

Perbedaan-perbedaan yang dimiliki seseorang tidak selalu berarti bahwa seorang


penyandang kelainan memerlukan layanan khusus dalam semua bidang atau sepanjang
waktu. Beberapa diantara mereka mungkin hanya memerlukan layanan khusus dalam
bidang tertentu, seperti layanan pendidikan khusus bagi tunarungu atau layanan
kesehatan secara ekstra bagi tunadaksa. Di samping itu, tidak semua penyandang
kelainan memerlukan layanan sepanjang hidup.

Jenis pelayanan pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori sebagai berikut.

a. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik (ahli terapi
fisik)
b. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial (psikolog
dan tenaga sosial )
c. Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan (melibatkan
beberapa ahli dibidang pendidikan dan psikolog).
B. Sejarah Perkembangan

Layanan Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus tumbuh dari satu kesadaran awal bahwa beberapa anak
membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan biasa agar dapat
mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada
tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk
pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Salah satu upaya tersebut dengan mendirikan lembaga-lembaga residensial yang


didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an.
Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi negara yang memimpin negara-negara lain dalam
pengembangan pendidikan khusus di seluruh dunia.

 Dewasa ini, peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam
mengolah system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga
pendidikan tidak hanya sebatas untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga
memberi skill hidup yang diharapkan bermanfaat di masyarakat..

 Lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang normal saja, tapi juga
anak-anak keterbelakangan mental.

KESIMPULAN KEGIATAN BELAJAR 1

Pelayanan pendidikan bagi ABK adalah jasa yang diberikan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan para ABK, sehingga ABK tersebut daapt mengembangkan
potensinya. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan yang
berkaitan dengan emosional-sosial, dan kebutuhan pendidikan. Tersedianya layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor kunci bagi perkembangan
ABK.
KEGIATAN BELAJAR 2
Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

A. PELAYANAN PENDIDIKAN SEGREGASI, INTEGRASI, DAN INKLUSI

1. Layanan Pendidikan Segregasi

Bentuk layanan pendidikan segregasi memisahkan ABK dari anak normal. Dengan
demikian, ABK mempunyai sekolah sendiri, demikian pula anak normal mempunyai
sekolah yang tidak ada kaitannya dengan sekolah untuk ABK.

Alasan para pendukung pelayanan pendidikan terpisah ini antara lain sebagai berikut.

a. Dalam layanan segregasi (terpisah) ABK akan mendapat perlakuan / perhatian yang
lebih intensif karena para guru memang disiapkan khusus untuk melayani mereka.
b. Dalam layanan segregasi, para ABK merasa senasib sehingga dapat bergaul lebih
akrab.
c. Keinginan untuk bersaing dalam pendidikan segregasi mungkin lebih tinggi karena
para ABK merasa mempunyai kemampuan setara sehingga kesempatan untuk
unggul akan semakin terbuka.
2. Layanan Pendidikan Integrasi
Layanan pendidikan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan pendidikan
bagi ABK disekolah yang sama dengan anak normal. Melalui pendidikan terintegrasi,
para ABK dapat menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula anak
normal akan mendapat kesempatan untuk menghayati keanekaragaman dalam hidup.

3. Layanan Pendidikan Inklusi

Terlepas dari berbagai pertentangan antara penganut layanan segregasi dan


integrasi, konsep layanan terpadu tampaknya semakin populer, bahkan sampai pada
bentuk yang paling ekstrem, yang disebut inclusion, yang dalam bahasa indonesia
disebut inklusi, yang pada dasarnya berarti termasuk atau tergolong di dalamnya.
Artinya, setiap anak diakui sebagai bagian dari anak-anak lain yang ada dalam satu
sekolah.

Menurut Margaret Wang , menekankan agar fokus perhatian para pendidik


diletakan pada kekuatan anak, dan bukan pada hal-hal yang menyimpang pada anak.
Oleh karena itu, pengintegrasian anak hendaknya jangan hanya mempertimbangkan
kemampuan dan kebutuhan anak. Setiap penyandang kelainan mempunyai potensi atau
kekuatan untuk mengimbangi kelainan yang disandangnya, dan inilah yang harus
dikembangkan dalam memberikan pelayanan.

B. JENIS PELAYANAN PENDIDIKAN KHUSUS

Secara umum, jenis-jenis layanan pendidikan ini, yang oleh McLaughlin & Lewis (1985)
disebut sebagai model layanan pendidikan, dapat dibedakan dan dideskripsikan sebagai
berikut.

1. Layanan di Sekolah Biasa

Anak-anak berkebutuhan khusus yang memenuhi syarat bersekolah bersama-sama


dengan anak-anak lain disekolah biasa. Model ini yang dapat kita katakan sebagai
integrasi penuh memang merupakan model yang diingini oleh para penganut inklusi
(inclusion), yang menghendaki agar ABK secara penuh dilayani di sekolah biasa yang
terdekat dengan tempat tinggalnya.

Kelebihan dari model inklusi bagi ABK adalah.

a. Mereka mendapat kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan anak normal,
b. Tidak digunakan lagi label kelainan,
c. Mereka tidak perlu mengadakan perjalanan terlampau jauh untuk pergi kesekolah.

Sedangkan Kelemahannya Model Inklusi yaitu:

a. Pembelajaran di kelas biasa mungkin menimbulkan kesulitan belajar


b. Jumlah siswa yang banyak di satu kelas membuat perhatian guru untuk ABK
terbatas,
c. Kegiatan kelompok kecil dan kegiatan individual sering tidak tersedia di sekolah
biasa,
d. Guru tidak mendapat pelatihan khusus untuk menangani ABK.
2. Sekolah Biasa Dengan Guru Konsultan

Dalam Model layanan ini, ABK bersekolah disekolah biasa. Sekolah tersebut di bantu
oleh guru Pendidikan Khusus sebagai konsultan bagi para guru, kepala sekolah, dan
orang tua ABK yang ada di sekolah tersebut.

 Kelebihan

a. Konsultan dapat membantu para guru sehingga memungkinkan tersedianya metode


pembelajaran, program, dan materi yang khas untuk ABK,
b. Dapat melayani lebih banyak siswa,
c. Memberi pengaruh pada lingkungan belajar,
d. Konsultan dapat mengkoordinasikan layanan pendidikan yang komprehensif bagi
ABK.

 Kelemahan

a. Guru pendidikan khusus yang bertindak sebagai konsultan mungkin dianggap


sebagai orang luar, bukan sebagai staff pengajar disekolah tersebut,
b. Pengetahuan konsultan tentang ABK yang di dapat dari pengalaman mengajar
langsung mungkin sangat kurang,
c. Kemungkinan terjadinya pemisahan antara pembelajaran dan Assessment.
3. Sekolah Biasa Dengan Guru Kunjung

Model ini hampir sama dengan model guru konsultan, ABK bersekolah di sekolah
biasa, dengan para guru yang mengajar di sekolah tersebut, di bantu oleh guru kunjung .
Guru kunjung ini adalah guru Pendidikan Khusus yang bertugas di lebih dari satu
sekolah. Oleh karena itu, ia tidak setiap hari berada di sekolah yang sama, melainkan
mempunyai jadwal kunjungan tetap ke sekolah-sekolah tempatnya bertugas.

4. Model Ruang Sumber


Dalam model ini, ABK belajar di kelas/sekolah biasa yang di lengkapi dengan ruang
khusus yang disebut ruang sumber (reseource room) atau dapat pula disebut sebagai
ruang bimbingan khusus. ABK belajar bersama-sama dengan siswa normal namun pada
waktu-waktu tertentu, ABK meninggalkan kelas biasa dan pergi ke ruang sumber untuk
mendapat bimbingan dari Guru Pembimbing Khusus (GPK).

5. Model Kelas Khusus

Dalam layanan ini, layanan untuk ABK di berikan di kelas-kelas khusus, terpisah dari
anak-anak normal. Kelas khusus ini mungkin berada di sekolah biasa, tetapi mungkin
juga di tempat lain. Dengan demikian, ABK mempunyai kelas sendiri, dengan para guru
yang di siapkan untuk melayani ABK jenis tertentu.

6. Model Sekolah Khusus Siang Hari

Model ini menyediakan layanan bagi ABK dalam satu sekolah khusus pada siang hari
(hari sekolah), sedangkan pada waktu-waktu di luar hari/jam sekolah, para ABK berada
di rumah bersama keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

7. Model Sekolah Dalam Panti Asuhan atau Rumah Sakit


Dalam model ini, layanan pendidikan bagi ABK diberikan di panti-panti asuhan atau
rumah sakit tempat ABK di rawat. Misalnya untuk anak-anak yang menderita cerebral
palsy, yang memerlukan perawatan intensif atau bagi penyandang tunaganda, panti
atau rumah sakit merupakan tempat tinggal mereka, sekaligus sebagai tempat
pendidikan bagi mereka.
C. PENDEKATAN KOLABORATIF DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN ABK

Pelayanan pendidikan untuk ABK merupakan satu kegiatan atau proses yang sangat
kompleks yang memerlukan kerjasama dari berbagai pakar/personel yang terkait dengan
ABK. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan terhadap ABK tidak dapat di lakukan seorang
diri, lebih-lebih untuk ABK tingkat parah.

Anggota Tim Pelayanan Pendidikan bagi ABK


1. Guru sekolah biasa

2. Guru pendidikan khusus

3. Pengawas sekolah

4. Kepala sekolah

5. Orang tua ABK

6. ABK sendiri

7. Psikologi sekolah

8. Guru bina wicara dan persepsi bunyi

9. Dokter dari berbagai keahlian (dokter spesialis)

10. Perawat guru

11. Guru pendidikan jasmani yang sudah mendapat pelatihan khusus untuk menangani ABK

12. Ahli terapi fisik

13. Pekerja sosial dan konselor

14. Personel lain, sesuai dengan keperluan

Kolaborasi dilakukan sejak awal perencanaan pelayanan pendidikan sampai dengan


penilaian dan tindak lanjut pelayanan pendidikan. Dalam setiap tahap pelayanan
pendidikan, tim mengambik keputusan tentang tindak lanjut yang harus dilakukan.
Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan pelayanan pendidikan terhadap ABK
merupakan tanggung jawab tim, bukan tanggung jawab perorangan.

KESIMPULAN KEGIATAN BELAJAR 2

Dalam Pendidikan Khusus di kenal tiga bentuk layanan pendidikan. Yaitu layanan pendidikan
terpisah (segregasi), layanan pendidikan terpadu (integrasi), dan layanan pendidikan terpadu
penuh (inklusi).

Anda mungkin juga menyukai