Oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
Prinsip dasar layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai
berikut yaitu Keseluruhan anak (all the children), kenyataan (reality), program yang
dinamis (a dynamic program) , kesempatan yang sama (equality of opportunity),
kerjasama (cooperative), kasih sayang, keperagaan, kemampuan anak, pembiasaan,
latihan, pengulangan, dan penguatan.
Secara umum, pendekatan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus ada dua, yaitu (1) pendekatan kelompok/klasikal, dan (2) pendekatan individual.
Pendekatan kelompok, memilki kelebihan dalam hal pelaksanaan dari segi waktu, tenaga,
dan biaya. Sedangkan pendekatan individual, pencapaian kompetensi yang diharapkan
tentu akan lebih baik dan lebih efektif, sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-
masing anak. Selain itu, jika berorientasi ke pencapaian hasil belajar anak, ada dua
pendekatan yang digunakan dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus, yaitu
pendekatan remidial dan pendekatan akseleratif. Pendekatan remidial bertujuan untuk
membantu anak berkebutuhan khusus dalam upaya mencapai kompetensi yang
ditentukan dengan lebih menekankan pada hambatan atau kekurangan yang ada pada
anak berkebutuhan khusus. Pendekatan remidial didasarkan pada bagian-bagian sub
kompetensi yang belum dicapai oleh anak.
Fasilitas pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus bergantung pada
karakteristik masing-masing anak. Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra adalah braille
dan peralatan orientasi mobilitas, serta media pelajaran yang menungkinkan anak untuk
memanfaatan fungsi perabaan dengan optimal. Fasilitas pendidikan bagi anak tunarungu
meliputi audiometer, hearing aids, telephone-typewriter, mikro komputer, audiovisual,
tape recorde, spatel, cermin. Fasilitas pendidikan untuk anak tunagrahita adalah latihan
sensomotorik dan pembentukan motorik halus. Fasilitas pendukung pendidikan untuk
anak tunadaksa berkaitan dengan aksesibilitas gedung dan ruangan dan fasilitas
fisioterapi, terapi bermain, dan terapi okupasi. Selain itu, bagi anak tunadaksa adalah
fasilitas mobilisasi meliputi kruk, splint, brace, dan kursi roda. Fasilitas pendukung
pendidikan bagi anak tunalaras lebih berkaitan dengan fasilitas terapi bermain, terapi
okupasi, dan fisioterapi.
3.2 Saran
Dari uraian materi diatas sudah sangat jelas bahwa anak berkebutuhan khusus itu
beragam. Jadi sebagai seorang guru sebelum melakukan suatu pendekatan terhadap
peserta didik tersebut harus mengetahui terlebih dahulu anak tersebut termasuk dalam
anak kebutuhan khusus yang mana. Dengan demikian, agar mempermudah dalam
melakukan pendekatan sesuai dengan kebutuhannya serta bisa mencapai tujuan yang
diharapkan dari pendekatan-pendekatan yang dilakukan.