1. KONSEP LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Konsep layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus mencakup
pendekatan yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Anak berkebutuhan khusus (ABK) Merujuk pada anak yang mengalami kelainan atau keterbatasan, baik fisik, mental-intelektual, maupun sosial-emosional. Konsep layanan pendidikan untuk ABK mencakup strategi pembelajaran yang inovatif, peran guru dalam memberikan bimbingan, adaptasi kurikulum, serta peran guru pendamping khusus. Kurikulum Merdeka di Indonesia disebut dapat mewadahi seluruh peserta didik, termasuk anak berkebutuhan khusus. Peran guru dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus sangatlah berpengaruh, dan mereka diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk mengembangkan potensi diri mereka melalui pendidikan di sekolah. Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus mencakup beberapa aspek, seperti strategi pembelajaran, peran guru, adaptasi kurikulum, dan peran guru pendamping khusus. Konsep layanan ini didasarkan pada pemahaman akan kebutuhan khusus setiap anak dan upaya untuk memberikan pendekatan yang sesuai dan inklusif. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa setiap anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang unik, dan pendekatan pendidikan untuk mereka haruslah holistik dan disesuaikan. Hal ini melibatkan peran guru, strategi pembelajaran, serta kondisi kurikulum untuk memastikan bahwa anak- anak ini mendapatkan kesempatan yang adil dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Adapun beberapa aspek layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu: 1. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. Beberapa strategi umum meliputi: Pemahaman Kebutuhan Khusus : Penting untuk memahami jenis kebutuhan khusus anak, apakah itu cacat fisik, gangguan perkembangan, atau kebutuhan pendidikan khusus lainnya. Penggunaan Metode Pembelajaran yang Beragam : Mengintegrasikan berbagai metode pembelajaran, seperti visual, auditori, dan kinestetik, untuk memastikan bahwa anak dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Terapis : Melibatkan orang tua dan terapis dalam merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pengakuan dan Penguatan Prestasi : Memberikan pengakuan dan penguatan positif terhadap pencapaian anak, sehingga mereka merasa termotivasi dan percaya diri. Penting untuk dicatat bahwa strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap anak berkebutuhan khusus, dan konsultasi dengan para ahli seperti psikolog, guru pendidikan khusus, dan terapi adalah langkah penting dalam merancang strategi yang efektif. 2. Peran Guru Peran guru dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah penting. Mereka harus memiliki penguasaan, keterampilan, dan komitmen dalam memberikan bimbingan, konseling, serta pengembangan individu yang kreatif dan sesuai dengan kebutuhan anak. Guru juga harus memahami hambatan dan kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus, serta mampu menghadapi anak-anak tersebut dengan layanan khusus untuk mengembangkan potensi mereka. Selain itu, guru juga berperan dalam meningkatkan strategi pembelajaran, memfasilitasi interaksi antara anak berkebutuhan khusus dan anak reguler, serta memberikan dukungan yang diperlukan. Pendidikan inklusif dan program-program di sekolah inklusi juga bertujuan untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, peran guru dalam konteks ini sangat menentukan keberhasilan anak berkebutuhan khusus dalam mengembangkan diri mereka. 3. Adapatasi kurikulum Adaptasi kurikulum pada anak berkebutuhan khusus adalah suatu cara penyesuaian aktivitas belajar yang dilakukan pada tahap perolehan, tahap ulangan, tahap kecakapan, tahap mempertahankan, tahap perluasan, tahap penyesuaian, dan tahap penyesuaian. Kurikulum Merdeka merupakan instrumen penting yang berkontribusi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif. Model pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani siswa dengan berbagai kebutuhan belajar. Ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam implementasinya di sekolah, kurikulum umum perlu dilakukan adaptasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain: pengaturan tutor sejawat, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek. 4. Peran guru pendamping khusus Guru pendamping khusus adalah guru yang bekerja secara langsung dengan mendampingi anak berkebutuhan khusus selama proses pembelajaran berlangsung di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Peran guru pendamping khusus yaitu memahami berbagai kesulitan belajar serta cara menangani anak berkebutuhan khususdengan baik dan memungkinkannya menerima pendidikan secara optimal. Tugas guru pendamping khusus antara lain: melakukan identifikasi dan asesmen terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, menyusun program pendidikan individu (PPI) siswaanak berkebutuhan khusus (ABK), melaksanakan pengajaran kompensatif yaitu remedial, menyediakan dan mengelola alat bantu pengajaran, memberikan layanan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pelajaran di kelas umum, memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat catatan khusus kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah umum dan sekolah kejurusan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi
2. BENTUK-BENTUK LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat
dirangkummenjadi tiga kelompok besar, yaitu:
Bentuk Layanan Segregasi
Sistem layanan segregasi yaitu penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan umum. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB merupakan bentuk unit pendidikan dengan penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. Ada beberapa sekolah atau layanan pendidikan yang dapat dikatagorikan sistem segregasi ini, yaitu sebagai berikut:
1. Sekolah Khusus/Sekolah Luar Biasa
2. Sekolah Luar Biasa Berasrama
3. Sekolah Luar Biasa dengan Kelas Jauh
4. Sekolah Luar Biasa dengan Guru Kunjung
Bentuk Layanan Integrasi
Bentuk layanan pendidikan integrasi ( mainstreaming) seringkali disebut dengan istilah sekolah terpadu. Bentuk layanan pendidikan ini merupakan integrasi sosial, instruksional dan temporal anak berkebutuhan khusus dengan teman-teman lainnya yang “normal”, yang didasarkan pada kebutuhan pendidikan yang diukur secara individu. Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas dalam jumlah tertentu dari jumlah siswa keseluruhan. Hal ini untuk menjaga beban guru kelas tidak terlalu berat, dibandingkan jika guru harus melayani berbagai macam jenis anak berkebutuhan khusus. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berkenutuhan khusus, di sekolah disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah atau anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus. Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), bentuk ketiga yaitu: 1. Kelas Biasa
2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
3. Bentuk Kelas Khusus
3. LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan
“setiap warga berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap warga ank a wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarah. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Pendidikan inklusif sebagai layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama anak normal (non-ABK) usia sebayanya di kelas ank ar/biasa yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah Dasar terdekat merupakan mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Terdapat beberapa bentuk layanan pendidikan inklusi, antara lain: 1. Layanan Pendidikan Inklusif di Sekolah Umum : Anak-anak berkebutuhan khusus belajar dalam kelas yang sama dengan anak normal, dengan menggunakan kurikulum sekolah tersebut yang telah dimodifikasi dan disesuaikan. 2. Sekolah Luar Biasa (SLB) : Salah satu bentuk pendidikan inklusi adalah SLB, di mana siswa dapat belajar dalam keanekaragaman dan keunikan serta mengeksplor potensi diri tanpa ada diskriminasi. Pendidikan inklusi menawarkan lingkungan belajar yang kolaboratif dan mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat belajar dan berinteraksi secara wajar dengan sesamanya