Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NABILA

NIM :161423004

KELAS :D PG-PAUD ( SEM 2 )

MATA KULIAH : ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DOSEN PENGAMPU : SULASTYA NINGSIH, M.Pd

RESUME

1. KONSEP LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Konsep layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus mencakup


pendekatan yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) Merujuk pada anak yang mengalami kelainan atau
keterbatasan, baik fisik, mental-intelektual, maupun sosial-emosional. Konsep
layanan pendidikan untuk ABK mencakup strategi pembelajaran yang inovatif,
peran guru dalam memberikan bimbingan, adaptasi kurikulum, serta peran guru
pendamping khusus. Kurikulum Merdeka di Indonesia disebut dapat mewadahi
seluruh peserta didik, termasuk anak berkebutuhan khusus. Peran guru dalam
proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus sangatlah berpengaruh, dan
mereka diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk
mengembangkan potensi diri mereka melalui pendidikan di sekolah.
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus mencakup beberapa
aspek, seperti strategi pembelajaran, peran guru, adaptasi kurikulum, dan peran
guru pendamping khusus. Konsep layanan ini didasarkan pada pemahaman akan
kebutuhan khusus setiap anak dan upaya untuk memberikan pendekatan yang
sesuai dan inklusif.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang unik, dan pendekatan pendidikan
untuk mereka haruslah holistik dan disesuaikan. Hal ini melibatkan peran guru,
strategi pembelajaran, serta kondisi kurikulum untuk memastikan bahwa anak-
anak ini mendapatkan kesempatan yang adil dan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Adapun beberapa aspek layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus yaitu:
1. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus harus
disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka. Beberapa strategi
umum meliputi:
 Pemahaman Kebutuhan Khusus : Penting untuk memahami
jenis kebutuhan
khusus anak, apakah itu cacat fisik, gangguan perkembangan,
atau kebutuhan pendidikan khusus lainnya.
 Penggunaan Metode Pembelajaran yang Beragam :
Mengintegrasikan berbagai metode pembelajaran, seperti visual,
auditori, dan kinestetik, untuk memastikan bahwa anak dapat
belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
 Kolaborasi dengan Orang Tua dan Terapis : Melibatkan orang
tua dan terapis dalam merancang strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak.
 Pengakuan dan Penguatan Prestasi : Memberikan pengakuan dan
penguatan positif terhadap pencapaian anak, sehingga mereka
merasa termotivasi dan percaya diri.
Penting untuk dicatat bahwa strategi pembelajaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap anak
berkebutuhan khusus, dan konsultasi dengan para ahli seperti
psikolog, guru pendidikan khusus, dan terapi adalah langkah
penting dalam merancang strategi yang efektif.
2. Peran Guru
Peran guru dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus sangatlah penting. Mereka harus memiliki
penguasaan, keterampilan, dan komitmen dalam memberikan
bimbingan, konseling, serta pengembangan individu yang kreatif dan
sesuai dengan kebutuhan anak. Guru juga harus memahami hambatan
dan kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus,
serta mampu menghadapi anak-anak tersebut dengan layanan khusus
untuk mengembangkan potensi mereka. Selain itu, guru juga berperan
dalam meningkatkan strategi pembelajaran, memfasilitasi interaksi
antara anak berkebutuhan khusus dan anak reguler, serta memberikan
dukungan yang diperlukan. Pendidikan inklusif dan program-program
di sekolah inklusi juga bertujuan untuk mendukung perkembangan anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, peran guru dalam konteks ini
sangat menentukan keberhasilan anak berkebutuhan khusus dalam
mengembangkan diri mereka.
3. Adapatasi kurikulum
Adaptasi kurikulum pada anak berkebutuhan khusus adalah suatu
cara penyesuaian aktivitas belajar yang dilakukan pada tahap perolehan,
tahap ulangan, tahap kecakapan, tahap mempertahankan, tahap
perluasan, tahap penyesuaian, dan tahap penyesuaian. Kurikulum
Merdeka merupakan instrumen penting yang berkontribusi untuk
menciptakan pembelajaran yang inklusif. Model pembelajaran inklusi
mengharuskan guru melayani siswa dengan berbagai kebutuhan belajar.
Ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus
sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya
ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam implementasinya di
sekolah, kurikulum umum perlu dilakukan adaptasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Strategi pembelajaran
yang dapat diterapkan antara lain: pengaturan tutor sejawat,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan
pembelajaran berbasis proyek.
4. Peran guru pendamping khusus
Guru pendamping khusus adalah guru yang bekerja secara
langsung dengan mendampingi anak berkebutuhan khusus selama proses
pembelajaran berlangsung di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Peran guru pendamping khusus yaitu memahami berbagai kesulitan
belajar serta cara menangani anak berkebutuhan khususdengan baik dan
memungkinkannya menerima pendidikan secara optimal. Tugas guru
pendamping khusus antara lain: melakukan identifikasi dan asesmen
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, menyusun program
pendidikan individu (PPI) siswaanak berkebutuhan khusus (ABK),
melaksanakan pengajaran kompensatif yaitu remedial, menyediakan dan
mengelola alat bantu pengajaran, memberikan layanan khusus bagi anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pelajaran di kelas umum, memberikan bimbingan secara
berkesinambungan dan membuat catatan khusus kepada pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah umum dan sekolah kejurusan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi

2. BENTUK-BENTUK LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat


dirangkummenjadi tiga kelompok besar, yaitu:

 Bentuk Layanan Segregasi

Sistem layanan segregasi yaitu penyelenggaraan pendidikan yang


dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan
umum. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan
pendidikan pada lembaga pendidikan khusus seperti di Sekolah Luar Biasa
(SLB). SLB merupakan bentuk unit pendidikan dengan penyelenggaraan
sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan
diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. Ada
beberapa sekolah atau layanan pendidikan yang dapat dikatagorikan sistem
segregasi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Sekolah Khusus/Sekolah Luar Biasa

2. Sekolah Luar Biasa Berasrama


3. Sekolah Luar Biasa dengan Kelas Jauh

4. Sekolah Luar Biasa dengan Guru Kunjung

 Bentuk Layanan Integrasi


Bentuk layanan pendidikan integrasi ( mainstreaming) seringkali
disebut dengan istilah sekolah terpadu. Bentuk layanan pendidikan ini
merupakan integrasi sosial, instruksional dan temporal anak berkebutuhan
khusus dengan teman-teman lainnya yang “normal”, yang didasarkan pada
kebutuhan pendidikan yang diukur secara individu.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas dalam jumlah tertentu dari jumlah
siswa keseluruhan. Hal ini untuk menjaga beban guru kelas tidak terlalu
berat, dibandingkan jika guru harus melayani berbagai macam jenis anak
berkebutuhan khusus. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak
berkenutuhan khusus, di sekolah disediakan Guru Pembimbing Khusus
(GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala
sekolah atau anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu GPK juga
berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas
pada kelas khusus. Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), bentuk ketiga
yaitu:
1. Kelas Biasa

2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus

3. Bentuk Kelas Khusus

3. LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang


memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.

Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan


“setiap warga berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap warga ank a wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang
menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”.
Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi
ditengah masyarah.
Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat
perhatian lebih. Pendidikan inklusif sebagai layanan pendidikan yang
mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama anak
normal (non-ABK) usia sebayanya di kelas ank ar/biasa yang terdekat dengan
tempat tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah Dasar terdekat merupakan
mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan
kebutuhan khusus. Terdapat beberapa bentuk layanan pendidikan inklusi, antara
lain:
1. Layanan Pendidikan Inklusif di Sekolah Umum : Anak-anak berkebutuhan
khusus belajar dalam kelas yang sama dengan anak normal, dengan
menggunakan kurikulum sekolah tersebut yang telah dimodifikasi dan
disesuaikan.
2. Sekolah Luar Biasa (SLB) : Salah satu bentuk pendidikan inklusi adalah
SLB, di mana siswa dapat belajar dalam keanekaragaman dan keunikan
serta mengeksplor potensi diri tanpa ada diskriminasi.
Pendidikan inklusi menawarkan lingkungan belajar yang kolaboratif dan
mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka
dapat belajar dan berinteraksi secara wajar dengan sesamanya

Anda mungkin juga menyukai