Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan atau layanan berasal dari bahasa asing yaitu service. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai perihal atau cara
melayani; usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan;
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
Suatu pelayanan dikatakan berhasil atau berkualitas tinggi jika layanan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan para pengguna layanan. Oleh karena itu,
antara kebutuhan dan pelayanan memiliki keterkaitan yang tidak dapat
dipisahkan.
Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Sama seperti anak
normal lain, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak dalam memperoleh
layanan pendidikan yang layak. Cara yang paling efektif dalam membantu
anak berkebutuhan khusus adalah dengan menyediakan bentuk layanan
pendidikan yang memadai dan disesuaikan dengan karakteristik individu
anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan pendidikan
secara khusus karena keterbatasannya. Beberapa penanganan yang dapat
digunakan untuk layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah
layanan pendidikan Home Schooling dan layanan pendidikan di Rumah Sakit.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang layanan
pendidikan Home Schooling serta layanan pendidikan di Rumah Sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis layanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Apa saja bidang layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Bagaimanakah layanan pendidikan Homeschooling bagi ABK?
4. Bagaimanakah layanan pendidikan di Rumah Sakit bagi ABK?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan jenis-jenis layanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
2. Menjelaskan bidang layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
3. Mendeskripsikan layanan pendidikan Homeschooling bagi ABK
4. Mendeskripsikan layanan pendidikan di Rumah Sakit bagi ABK

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Layanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Bagi anak berkebutuhan khusus layanan mempunyai makna yang cukup
besar karena memang mereka memerlukan pelayanan ekstra, yang berbeda
dari layanan yang diberikan kepada orang-orang normal.
Sesuai dengan kebutuhan anak luar biasa jenis pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Layanan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, seperti
kebutuhan yang berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan
berbagai jenis gangguan kesehatan, melibatkan berbagai profesional seperti
ahli terapi fisik (physical therapist occupational therapist) dan dokter ahli.
b. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan sosial emosional, seperti
kebutuhan yang berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan atau masyarakat sekitar, menghadapi peristiwa penting dalam
hidup, dan kebutuhan bersosialisasi. Layanan ini melibatkan psikolog dan
pekerja sosial.
c. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan, yang merupakan
kebutuhan terbesar para penyandang keluarbiasaan, melibatkan ahli
pendidikan dari berbagai bidang dan psikolog. Sesuai dengan luasnya
bidang layanan ini, berbagai model pelayanan telah dikembangkan.

2.2 Bidang Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan anak berkebutuhan khusus mempunyai empat bidang
layanan, yaitu:
1. Layanan Prevensi
Layanan prevensi adalah layanan yang dilakukan untuk mencegah
agar hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami seorang
anak tidak berdampak lebih jauh kepada aspek-aspek perkembangan
lainnya. Layanan prevensi ini sedapat mungkin untuk mengurangi
hambatan belajar dan hambatan perkembangan, bahkan jika
memungkinkan dilakukan untuk menghilangkan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan pada seorang anak secara dini.

2
2. Layanan Intervensi
Layanan intervensi dimaksudkan untuk menangani hambatan belajar
dan hambatan perkembangan, agar mereka dapat berkembang secara
optimal. Oleh karena itu target layanan intervensi adalah perkembangan
optimal yang harus dicapai oleh seorang anak yang mengalami hambatan
perkembangan dan hambatan belajar, sebagai akibat ketunaan.
3. Layanan Kompensatoris
Layanan kompensatoris dimaksudakan untuk memfasilitasi anak yang
mengalami hambatan pada aspek tertentu (kehilangan fungsi penglihatan,
pendengaran, hambatan perkembangan kognitif, motorik serta emosi dan
tingkah laku), dialihkan kepada fungsi lain yang memungkinkan dapat
menggantikan fungsi yang hilang. Misalnya kehilangan fungsi
penglihatan, dikompensasikan ke fungsi perabaan (menulis dengan huruf
Braille), kehilangan fungsi pendengaran dikompensasikan ke fungsi
penglihatan (berbicara dengan bahasa isyarat).
4. Layanan Pengembangan Potensi
Layanan pengembangan potensi dimaksudkan untuk membantu
peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan potensi dan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak, baik kognitif, afektif,
psikomotorik, bakat dan kreativitas, keterampilan maupun kecakapan
khusus lain, sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat.

2.3 Layanan Pendidikan Homeschooling bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Sama seperti anak
normal lain, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak dalam memperoleh
pendidikan yang layak. Cara yang paling efektif dalam membantu anak
berkebutuhan khusus adalah dengan menyediakan bentuk layanan pendidikan
yang memadai dan disesuaikan dengan karakteristik individu. Anak
berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan pendidikan secara khusus
karena keterbatasannya. Fakta yang ada memperlihatkan bahwa anak
berkebutuhan khusus dengan karakteristik berat tidak mampu ikut serta dalam
sekolah khusus formal sehingga memerlukan suatu metode pendidikan
alternatif. Program sekolah di rumah (Homeschooling Program) dapat

3
dijadikan pendidikan alternatif yang dapat membantu anak berkebutuhan
khusus dalam belajar. Tenaga pendidik dalam Homeschooling dapat
memaksimalkan perhatiannya kepada apa yang menjadi kebutuhan anak
didiknya dibandingkan dengan program pendidikan lainnya. Dalam dunia
pendidikan Homeschooling merupakan suatu situasi belajar mengajar dimana
anak yang sebagian besar waktu belajar di sekolahnya dihabiskan di dalam
atau sekitar rumah sebagai ganti dari menghadiri sekolah konvensional.
Homeschooling itu legal tertera dalam kebijakan mengenai pendidikan di
Indonesia diatur dalam UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas). Di dalam UU tersebut disebutkan mengenai keberadaan 3 (tiga)
jalur pendidikan yang diakui oleh pemerintah, yaitu : jalur pendidikan formal
(sekolah), non-formal (kursus dll), dan informal (pendidikan oleh keluarga
dan lingkungan). Ketentuan mengenai pendidikan informal diatur dalam pasal
27 yang berbunyi : (1) kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui sama dengan
pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
Pelaksanaan Homeschooling bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus
dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten,
dan kontinyu. Kurikulum yang dipakai dalam program ini disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Keberhasilan program Homeschooling bagi anak
berkebutuhan khusus ini didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas yang
memadai dan perhatian pada orang tua dari anak berkebutuhan khusus
tersebut.
Prinsip-prinsip layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus telah
diterapkan pada sistem pendidikan homeschooling. Pendidikan dalam system
homeschooling berpusat pada anak. Pelajaran yang diberikan ditentukan
sendiri oleh anak, sesuai bakat dan minat. Pelajaran diberikan menggunakan
media-media yang kreatif dan praktik langsung, tidak selalu menggunakan
media teks book yang membuat anak bosan. Anak berkebutuhan khusus
biasanya memiliki bakat khusus dan Homescooling dapat
mengembangkannya secara lebih maksimal dibandingkan dengan sekolah

4
umum lainnya. Homeschooling juga sangat memperhatikan kebutuhan
masing-masing anak (individualitas), hal ini sesuai dengan model pendidikan
untuk anak berkebutuhan khusus.
Homeschooling dianggap efektif karena mempunyai keleluasaan dalam
menyusun kurikulum. Kurikulum bersifat individual, dimana setiap anak
dibutakan program khusus berdasarkan kekhususan dan keunikan yang
dimilikinya yang didalamnya tidak hanya mencakup apa-apa yang akan
diberikan pada anak dalam jangka pendek dan jangka panjang tetapi juga
pendekatan apa yang digunakan untuk itu dan disesuaikan dengan kecerdasan
anak. Homeschooling memungkinkan sistem Long Distance Learning.
Beberapa anak berkebutuhan khusus memiliki kebatasan fisik maupun
kondisi kesehatan fisik yang sangat rentan, dengan model homeschooling
memungkinkan anak dapat terpenuhi hak belajarnya dengan modul-modul
yang disediakan serta memanfaatkan media maya dalam berkomunikasi
dengan tutor, dengan bekerjasama dengan pihak keluarga.
Guru mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak
dibandingkan subjek didik. Guru memandu dan mengarahkan keinginan serta
bakat anak. Dalam homeschooling anak juga dibiasakan dengan atmosfer
sosial yang kooperatif dan demokratis. Hal ini melatih kebutuhan anak
berkebutuhan khusus akan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain.
Demokratis sangat terlihat pada sistem homeschooling, apa yang akan anak
pelajari dan dimana mereka belajar, anak bebas memilih. Anak tidak mudah
bosan, mereka cenderung merasa sedang bermain ketimbang belajar.
Kelebihan layanan pendidikan homeschooling bagi anak berkebutuhan
khusus, antara lain:
a. Keluarga berkesempatan mendesain sendiri program Homeschooling yang
sesuai bagi anak berkebutuhan khusus
b. Orang tua dapat memonitor perkembangan anak secara langsung dan
memudahkan tenaga pendidik untuk memberikan perhatian sehingga
pendidikan berlangsung secara optimal.
c. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi
keluarga.
d. Kegiatan pembelajarannya bisa lebih focus.

5
e. Lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang
tidak didapatkan di sekolah.
f. Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini dan mengikuti standar waktu
yang ditetapkan oleh home schooling.
g. Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga relatif
terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang.
h. Biaya pendidikan disesuaikan dengan keadaan orang tua, home schooling
dapat menjadi alternatif bentuk layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus.
i. Homeschooling tidak mengenal sistem tinggal kelas, jadi sangat efektif
bagi anak Slow Learner karena sistem tinggal kelas akan menurunkan
harga diri anak dan menurunkan penghargaan anak terhadap dirinya
sendiri.
Kekurangan layanan pendidikan homeshooling bagi anak berkebutuhan
khusus, antara lain:
a. Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua
b. Sosialisasi dengan teman sebaya menjadi relatif rendah.
c. Anak relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara
sosial.
d. Perlindungan orang tua  dapat memberikan efek samping
ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang
kompleks yang tidak terprediksi sebelumnya.
e. Kematangan kepribadian anak otomatis terlambat karena jarang terpapar
dengan masalah interaksi sosial.

2.4 Layanan Pendidikan di Rumah Sakit bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Mengingat tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan
mempelajari materi sesuai tahapan yang diberikan, proses perkembangan dan
tingkat pencapaian program pun tidak sama antara satu anak dengan anak
yang lainnya, kurikulum pun harus dapat dipilih, dimodifikasi dan
dikembangakan oleh terapis dengan bertitik tolak pada kebutuhan dan
kemampuan masing-masing anak sesuai usianya serta memperhatikan
sumberdaya/lingkungan yang ada. Sehubungan dengan penetapan program

6
tersebut, orangtua sering begitu menggebu-gebu ingin mengejar ketinggalan
anak berkebutuhan khusus yang dibimbingnya sehingga mengesampingkan
kesiapan mental anak saat akan belajar.
Salah satu layanan pendidikan dilaksanakan di Rumah Sakit, yang sering
disebut dengan Orthopedagogik. Orthopedagogik adalah layanan pendidikan
bagi anak-anak yang membutuhkan pendidikan khusus. Pelayanan ini
biasanya dibutuhkan oleh anak-anak autisme, down's syndrome, mental
retardasi maupun anak-anak yang memiliki gangguan belajar khusus seperti
anak-anak dengan gangguan disleksia, diskalkulia maupun disgrafia dimana
secara umum kemampuan taraf inteligensinya dalam batas normal.
Ortopedagogik sering dibagi dua macam, yaitu ortopedagogik umum dan
ortopedagogik khusus. Ortopedagogik umum berkenaan dengan pendidikan
bagi anak luar biasa pada umumnya, sedangkan ortopedagogik khusus
berkenaan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar biasa.

1. Ortopedagogik sebagai Aplikasi Teori-teori Ilmu Lain


Pada mulanya ortopedagogik bukan merupakan suatu disiplin ilmu
karena hanya merupakan aplikasi dari teori-teori disiplin ilmu tertentu,
terutama ilmu kedokteran dan psikologi. Nama ortopedagogik dalam ilmu
kedokteran dan psikologi hanya sebagai teknik penyembuhan yang
bersifat mendidik yang diarahkan hanya pada usaha-usaha penyembuhan
bagi anak-anak luar biasa yang tergolong cacat atau penyandang
ketunaan, seperti tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tunanetra, dan
sebagainya.
2. Ortopedagogik sebagai Bagian Pedagogik
Bidang telaah atau objek formal ilmu pendidikan atau pedagogik
adalah situasi pendidikan anak untuk mencapai kedewasaan.
Ketidakpuasan akan penyandang ketunaan yang belum terintegrasi
mendorong dimasukkannya ortopedagogik yang semula hanya dipandang
sebagai teknik penyembuhan medik-psikologi ke dalam disiplin ilmu
pendidikan. Dalam ilmu pendidikan, anak baik yang normal maupun yang
tergolong luar biasa, diasumsikan sebagai makhluk yang perlu dididik dan
dapat dididik.

7
3. Ortopedagogik sebagai Disiplin Ilmu yang Otonom
Seperti halnya disiplin ilmu lain, ilmu pendidikan juga berkembang
dengan pesat. Kecenderungan para ilmuwan yang melakukan spesialisasi
telaah keahliannya agar diperoleh tingkat analisis yang lebih tajam dan
lebih seksama juga melanda para ilmuwan dalam bidang pendidikan bagi
anak luar biasa untuk menjadikan ortopedagogik sebagai disiplin ilmu
yang otonom.
4. Ilmu-ilmu Penunjang Ortopedagogik
Ilmu penunjang ortopedagogik adalah didiplin ilmu yang
memungkinkan untuk menjalin kerja sama multidisipliner dengan
ortopedagogik dalam memecahkan masalah pendidikan anak luar biasa.
Melalui pendekatan multidisipliner analisis masalah pendidikan luar biasa
diharapkan menjadi lebih efektif. Berbagai disiplin ilmu yang sering
terlibat dalam kerjasama multidisipliner untuk memecahkan masalah
pendidikan anak luar biasa adalah ilmu kedokteran, biologi, psikologi,
dan sosiologi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Layanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus haruslah memadai
dan berdasarkan karakteristik individu yaitu dengan menyesuaikan
keterbatasan yang ada pada diri anak. Pelaksanaan Homeschooling bagi
pendidikan anak berkebutuhan khusus dilaksanakan berdasarkan prinsip
terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, dan kontinyu. Keberhasilan
program Home schooling bagi anak berkebutuhan khusus ini didukung oleh
kurikulum yang sesuai, fasilitas yang memadai dan perhatian pada orang tua
dari anak berkebutuhan khusus tersebut. Selain itu, layanan pendidikan di
Rumah Sakit juga dapat dilakukan ketika kondisi belum memungkinkan
masuk ke sekolah biasa.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu para orang tua yang
memiliki Anak Berkebutuhan Khusus diharapkan untuk tidak terlalu
memaksakan sang Anak untuk dapat seperti anak normal lainnya. Dan juga
para orang tua harus lebih mempertimbangkan layanan pendidikan manakah
yang lebih cocok untuk anaknya, agar nantinya sang anak dapat sukses dalam
pendidikannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Shaoran. 2012. Pendidikan Anak Luar Biasa.


http://shaoran1401.blogspot.com/2012/03/pendidikan-anak-luar-biasa.html
(Diakses pada 8 Desember 2014)

Sarah, Sayyida. 2011. Bidang Layanan Anak Berkebutuhan Khusus.


http://sayyida-sarah.blogspot.com/2011/12/bidang-layanan-anak-
berkebutuhan-khusus.html (Diakses pada 8 Desember 2014)

Unni. 2013. Aplikasi Teori Progresivisme Terhadap Model Pendidikan


Homeschooling Bagi Anak Autisme. http://unny-unny.blogspot.com/ (Diakses
pada 8 Desember 2014)

10

Anda mungkin juga menyukai