a. Pengertian
Fungsi ULD dalam bidang pendidikan, secara rinci disebutkan dalam undang-
undang tentang penyandang disabilitas dinyatakan sebagai berikut.
5. Melakukan deteksi dini dan intervensi dini bagi peserta didik dan calon
peserta didik penyandang disabilitas.
Fungsi lain ULD adalah menyediakan media pembelajaran dan alat bantu
yang diperlukan peserta didik penyandang disabilitas. Ada dua hal yang menjadi
prioritas, yaitu media pembelajaran dan alat bantu. Kedua hal tersebut sangat
berkaitan dengan penyediaan akomomodasi yang layak bagi penyandang
disabilitas.
a. Pengertian
Sumber ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan anak
berkebutuhan khusus, khususnya dalam penangan dan pendidikannya. Dengan
demikian pusat sumber dapat menjadi sumber bagi orang tua, keluarga, sekolah
biasa/sekolah luar biasa, masyarakat dan pemerintah serta pihak lain yang
berkepentingan.
Saat ini yang dimaksud dengan pusat sumber dalam konteks pendidikan
khusus dan pendidikan inklusif adalah sekolah-sekolah khusus atau SLB yang
ditunjuk oleh Dinas Pendidikan setempat. SLB yang menjadi pusat sumber
merupakan SLB Inti atau SLB Pembina yang berada di kabupaten atau kota
setempat.
Meski keberadaannya tidak selalu ada di setiap kabupaten atau kota.
Meskipun pusat sumber itu berada di sekolah khusus tertentu tidak serta merta
pengurusnya berasal dari sekolah tersebut. Pengurus pusat sumber memungkinkan
berasal dari lembaga-lembaga yang berbeda.
3. Sebagai pusat informasi bagi orang tua, keluarga, sekolah khusus dan sekolah
inklusif, serta masyarakat lain di sekitarnya.
4. Sebagai home base guru pembimbing khusus, hingga saat ini lokasi pusat
sumber berada di SLB atau sekolah khusus, dengan demikian pusat sumber
bisa jadi merupakan tempat berkumpulnya guru-guru SLB dan atau Guru
Pembimbing Khusus.
6. Sebagai mediator kerja sama antara sekolah dengan mitra-mitra kerja yang
lain.
2. Partisipasi Masyarakat
(1) Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah
atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali
pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan
sekolah.
Dari ayat 1 ini adalah diharapkan baik sekolah-sekolah negeri dan swasta dapat
menyelenggarakan pendidikan iklusif.
(2) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau
membantu pelaksanaan pengajaran, pembimbingan, dan/atau pelatihan peserta
didik.
Dalam ayat ke 2 ini dapat dikatakan bahwa bagi orang tua yang kebetulan
memiliki keahlian (profesi) dan waktu luang sebagai tenaga pengajar, diharapkan
dapat membantu sebagai tenaga pengajar di kelas inklusif, baik sebagai Guru
Kelas, Guru Bidang Studi, maupun guru Pembimbing Khusus.
(3) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan.
Dalam ayat ini dapat dikatakan bagi orang tua yang berprofesi sebagai Dokter,
Psikolog, Orthopedagog, Therapis, dan profesi lain yang relevan dengan anak-
anak yang memiliki kebutuhan khusus, diharapkan dapat membantu untuk
mengidentifikasi, melakukan asesmen, dan atau memberikan pembelajaran dan
atau pelatihan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
(4) Pengadaan dan atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan
dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat menyelenggarakan antara lain Pusat-
Pusat Sumber (Resources Centres), Pusat-Pusat Rehabilitasi, dan sejenisnya, yang
dapat memberikan pelayanan/bimbingan bagi anakanak yang memiliki kebutuhan
khusus.
(5) Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah,
sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
Dalam ayat ini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan
bantuan baik berupa dana, wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan
bentuk lain yang sejenis, untuk kepentingan pendidikan inklusif bagi anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan.
(6) Pengadaan dana dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa
dana dan atau prasarana pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar di sekolah-sekolah inklusif
(7) Pengadaan dana dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan
untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini, para Pengusaha dan atau masyarakat Industri diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
dapat magang dan atau latihan kerja di instansinya.
Dapat diartikan bahwa masyarakat dapat melibatkan diri dalam: membantu (1)
merencanakan (planning), (2) mengorganisasikan (organizing), (3) mengarahkan
(directing), (4) mengkoordinasikan (coordinating), (5) mengawasi (controlling),
dan (6) mengevaluasi (evaluation), penyelenggaraan sekolah-sekolah inklusif.
Dalam ayat ini dapat diartikan bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan atau pertimbangan berkenaan dengan penentuan
kebijaksanaan dan atau penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan inklusif.
(11) Pemberian bantuan dan kerja sama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan dan/atau kerja
sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan inklusif.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya
bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun juga tergantung pada
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, semakin maju SDM pada daerah
tersebut dan sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, semakin mundur pula SDM pada daerah tersebut.
3. Pengembangan Kurikulum;
7. Manajemen Sekolah;
5. Manajemen sekolah;
7. Pemberdayaan masyarakat.
a. Komite Sekolah
2) Tokoh masyarakat;
3) Tokoh pendidikan;
4) Dunia usaha/industri;
6) Wakil alumni;
7) Wakil siswa.