2023/2024
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Pengertian Inklusif
Kata “inklusif” berasal Bahasa Inggris, yaitu “Inclusion” yang berarti ‘mengajak masuk’
atau‘mengikut sertakan’. Nah, dapat disimpulkan bahwa “inklusif” adalah upaya untuk
menerima sekaligus berinteraksi dengan orang lain meskipun orang tersebut memiliki
perbedaan dengan diri kita. Singkatnya, hal ini hampir sama dengan toleransi yang mana
harus diterapkan dalam masyarakat multikultural.
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang terbuka, mengakomondasi dan
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
membutuhkan pendidikan layanan khusus untuk mengakui pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan kelas yang sama tanpa diskriminatif.
Pengertian yang lain menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.32 Tahun
2008 tentang standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa
pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus karena kelainan fisik,emosional, mental, intelektual,sosial,dan memiliki
potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk belajar bersama sama dengan peserta didik lain
pada satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan dengan cara menyediakan
sarana dan prasarana,pendidik,tenaga kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebetuhan individu peserta didik.
Sikap ini secara tidak langsung mengajak kita untuk memahami permasalahan yang
dialami oleh orang lain, sehingga kita tidak asal men-judge saja. Maka dari itu, sikap ini
dapat diterapkan di masyarakat multikultural, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Contoh sederhana dari sikap ini misalnya menghormati seseorang yang
lebih tua, menghargai waktu ibadah orang lain, dan masih banyak lainnya. Keberadaan sikap
inklusif seharusnya diajarkan oleh keluarga dan sekolah sejak dini, supaya dapat “menempel”
hingga dewasa. Sebab nanti ketika sudah dewasa, kita akan bertemu banyak orang dengan
perbedaan etnis, budaya, latar belakang, status, hingga pola pikir, sehingga kita harus
menghargai adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Menurut Budiyanto (2017), tujuan pendidikan inklusif dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum adalah memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya kepada
semua anak, khususnya anak-anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus. Sedangkan
tujuan khusus yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan
pendidikan, meningkatkan perolehan hasil belajar bagi semua peserta didik , meningkatkan
pemberdayaan nilai-nilai budaya lokal dalam seluruh proses penyelenggaran pendidikan dan
meningkatkan peran tiga komponen ( orang tua, masyarakat dan pemerintah ) dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Di setiap satuan pendidikan pada dasarnya memiliki ABK. Oleh karena itu, perlakuan
khusus kepada peserta didik lebih ditekankan pada konsep filosofis pendidikan inklusif
daripada pelabelan sebagai penyandang sekolah inklusif. Filosofi Pendidikan inklusif
merupakan layanan pendidikan khusus yang berupaya memenuhi kebutuhan siswa sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhanya..Filosofi Pendidikan Inklusif pada satuan pendidikan
adalah sebuah kondisi dimana seseorang/sekelompok siswa diperlakukan sama dengan siswa
pada umumnya dengan pemahaman intergral terhadap latar belakangnya termasuk sudut
pandang yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dalam bentuk keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa secara
penuh dengan menggunakan kurikulum biasa. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya
pelayanan dan bantuan guru kelas atau guru bidang studi semaksimal mungkin dengan
memeperhatikan petunjuk-petunjuk khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di
kelas biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut dengan keterpaduan penuh. Dalam
keterpaduan ini, guru pembimbing khusus hanya berfungsi sebagai konsultan bagi kepala
sekolah, guru kelas/guru bidang studi, atau orang tua anak berkebutuhan khusus.
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus, belajar di kelas biasa dengan
menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran
tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak
noormal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru
pembimbing khusus (GPK) dengan menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan
yang sesuai. Untuk keperluan teersebut di ruang bimbingan khusus dilengkai dengan
peralatan khusus untuk memberikan latihan dan bimbingan khusus. Misalnya untuk anak tuna
netra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi mobilitas.
Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut juga keterpaduan sebagian.
Dalam keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan
kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah umum yang melaksanakan
program pendidikan tepadu. Keterpaduan ini disebut juga dengan keterpaduan
lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi. Pada tingkat keterpaduan ini, guru
pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana program di kelas khusus. Pendekatan,
metode, dan cara penilaian yang digunakan adalah pendekatan, metode, dan cara penilaian
yang digunakan di SLB. Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, yang
artinya anak berkebutuhan khusus yang dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non
akademik, seperti olah raga, ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahatatau
acara lain yang diadakan oleh sekolah.
1. Setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam satu kelas atau
kelompok.
2. Hari sekolah diatur penuh dengan tugas-tugas pembelajaran kooperatif dengan
perbedaan pendidikan dan kefleksibelan dalam memilih dengan sepuas hati.
3. Guru bekerja sama dan mendapat pengetahuan pendidikan umum, khusus dan teknik
belajar individu serta keperluan-keperluan pelatihan dan bagaimana
mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan individu dalam pengorganisasian
kelas.
Walaupun beragam namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini, menjadi
kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi dengan saling
membutuhkan. Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, keberagaman termasuk di
dalamnya anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu bentuk kebhinekaan, seperti
halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya, atau agama Sistem pendidikan harus
memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar peserta didik yang beragam,
sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi
yang nampak atau dicita–citakan dalam kehidupan sehari–hari.
b. Landasan Yuridis
c. Landasan Empiris
Terkait dengan landasan empiris, hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi dan
penempatan peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah, kelas, atau tempat khusus seperti
Sekolah luar Biasa tidak efektif dan diskriminatif, peneliti merekomendasikan pendidikan
khusus secara segregatif hanya diberikan secara terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang
tepat (Heller, Holtzman dan Messick, 1982). Hasil metaanalisis yang dilakukan oleh Carlberg
dan Kavale (1980) terhadap 50 buah penelitian, Wang dan Baker (1985/1986) terhadap 11
buah penelitian, dan Baker (1994) terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan inklusif berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial
anak berkebutuhan khusus dan teman sebayanya.
d. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis merupakan suatu landasan yang digunakan oleh pendidik untuk dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencapai tujuannya, yaitu membimbing
peserta didik ke arah tujuan tertentu, yaitu agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah
dengan mandiri
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2021/06/pendidikan-inklusif-pengertian-
prinsip.html?m=1
https://wwwgramediacom.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
inklusif/amp/?usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM
%3D&_js_v=a9&_gsa=1#referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&csi=0&share=https%3A%2F%2Fwww.gramedia.com
%2Fliterasi%2Finklusif%2F
https://www.scribd.com/document/548904602/MAKALAH-PENDIDIKAN-
INKLUSI-PRINSIP-PRINSIP-PENDIDIKAN-INKLUSIF