Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”


Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI

Dieni Laylatul Zakia


Program Magister Pendidikan Luar Biasa UNS
dienizuhri@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasiperan dan tugas guru pembimbing
khusus di sekolah inklusi, menemukan dampak yang dialami sekolah inklusi dengan tidak tersedianya
guru pembimbing khusus dan mengetahui upaya sekolah untuk mengatasi dampak tidak tersedianya
guru pembimbing khusus di sekolah inklusi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi
kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi kepala sekolah, guru pembimbing khusus dan guru kelas. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GPK
masih bertugas seperti guru pada umumnya yaitu berdiri di kelas dan mengajar anak-anak
berkebutuhan khusus. GPK ini mengajar layaknya guru kelas dan bahkan ada juga yang menjadi guru
kelas karena permasalahan kekurangan guru yang dialami pihak sekolah. Dampak yang dialami
sekolah dengan tidak tersedianya guru pembimbing khusus dalam pendidikan inklusi adalah
pemenuhan kebutuhan ABK terutama program khususnya tidak terpenuhi, ABK dianggap sebagai
pengganggu dalam kelancaran pelaksanaan program pendidikan; guru kelas tidak dapat memfasilitasi
kebutuhan ABK di kelas; kebijakan sekolah untuk menerima siswa-siswa normal dan ABK dengan
tingkat hambatan yang ringan. Sedangkan ABK dengan tingkat hambatan sedang dan berat langsung
diarahkan ke SLB. Untuk mengatasi tidak tersedianya GPK dilakukan upaya dengan mengangkat
GPK honorer, bekerja sama dengan SLB terdekat untuk mendatangkan guru kunjung.

Kata kunci: Guru Pembimbing Khusus, Pendidikan Inklusi, Inklusi

PENDAHULUAN Landasan filosofi utama dalam


Pendidikan inklusi merupakan penyelenggaraan pendidikan inklusi di
konsekuensi lanjut dari kebijakan global Indonesia adalah filsafat Pancasila yang
Education for All (Pendidikan untuk semua) memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”
yang dicanangkan oleh UNESCO 1990 merupakan lambang dan simbol pengakuan
sebagai hasil darikonferensi dunia di bahwa Indonesia merupakan negara
Salamanca pada tanggal 7-10 Juni 1994 multibudaya, multietnik, dan multibahasa, adat
kemudiandilanjutkan dengan Deklarasi Dakar istiadat, agama dan kepercayaan sebagai
pada tahun 2000 yangmerupakan kerangka sebuah kekayaan yang harus dijaga, dipelihara
kerja untuk merespon kebutuhan dasar dan dikembangkan dalam kerangka NKRI
wargamasyarakat yang menggariskan bahwa (Yusuf, 2014: 3). Bertolak dari filosofi Bhineka
pendidikan harus dapatmenyentuh semua Tunggal Ika, kelainan (kecacatan) dan
lapisan masyarakat tanpa mengenal batas, berkeberbakatan hanyalah satu bentuk
ras,agama, dan kemampuan potensial yang kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku,
dimiliki oleh setiap pesertadidik. ras, bahasa, budaya, atau agama. Di dalam
Pendidikan inklusi ini sejalan dengan individu berkelainan pastilah dapat ditemukan
semangat dan jiwa UUD 1945 Pasal 31 keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di
tentang hak setiap warga negara untuk dalam individu berbakat pastilah terdapat juga
memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU kecacatan tertentu, karena tidak ada mahluk di
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan
Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur dan keunggulan tidak memisahkan peserta
mengenai pendidikan khusus dan pendidikan didik satu dengan lainnya, seperti halnya
layanan khusus. Sedang pemerataan perbedaan suku, bahasa, budaya, atau
kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan agama. Hal ini harus diwujudkan dalam sistem
khusus dilandasi pernyataan Salamanca pendidikan. Sistem pendidikan harus
Tahun 1994 yang merupakan perluasan tujuan memungkinkan terjadinya pergaulan dan
Education For All (EFA) interaksi antar siswa yang beragam, sehingga
mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 110
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

asuh dengan semangat toleransi seperti cara untuk mengatasi hambatan-hambatan


halnya yang dijumpai atau dicita-citakan dalam anak dalam belajar, (3) Pendidikan inklusif
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sistem membawa makna bahwa anak mendapat
pendidikan yang dikembangkan di Indonesia kesempatan utuk hadir (di sekolah),
adalah pendidikan untuk semua (education for berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar
all) yang diperuntukkan bagi semua warga yang bermakna dalam hidupnya, dan (4)
negara Indonesia tanpa kecuali. Pendidikan inklusif diperuntukkan bagi anak-
Sekalipun secara formal pendidikan anak yang tergolong marginal, esklusif dan
inklusi di Indonesia baru dilaksanakan dalam membutuhkan layanan pendidikan khusus
satu dasa warsa terakhir, namun diyakini dalam belajar.
bahwa secara alamiah pendidikan inklusi Penyelenggara pendidikan inklusif
sudah berlangsung sejak lama. Hal ini tidak dilakukan oleh sekolah inklusi yang telah
lepas dari faktor-faktor filosofi, sosial, maupun ditunjuk oleh dinas kabupaten/kota atau dinas
budaya Indonesia yang sangat menghargai provinsi. Sekolah inklusi merupakan satuan
dan menjunjung tinggi kebhinnekaan atau pendidikan formal atau sekolah reguler yang
keberagaman. menyelenggarakan pendidikan dengan
Dalam Permendiknas No 70 Tahun mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus
2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi anak dan/atau mengalami hambatan dalam akses
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi pendidikan untuk memperoleh pendidikan
kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang bermutu bersama-sama dengan peserta
menegaskan bahwa pendidikan inklusif adalah didik lain pada umumnya sesuai dengan
sistem penyelenggaraan pendidikan yang kebutuhan peserta didik. Jadi sekolah ini
memberikan kesempatan kepada semua menyediakan akses pembelajaran yang
peserta didik yang memiliki kelainan dan memungkinkan semua anak termasuk ABK,
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat dapat belajar bersama-sama dengan anak
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pada umumnya (Yusuf, 2014: 14).
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan Menurut data yang ada di Direktorat
secara bersama-sama dengan peserta didik Pembinaan PKLK Dikdas (2013) dalam Yusuf
pada umumnya (Pasal 1). (2014: 1), jumlah sekolah inklusi di Indonesia
Pendidikan inklusi merupakan suatu pada tahun 2007 sekitar 925 satuan
pendekatan pendidikan yang inovatif dan pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK) dan
strategis untuk memperluas akses pendidikan pada tahun 2013 telah mencapai sekitar 2.100
bagi semua anak berkebutuhan khusus satuan pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK).
termasuk anak penyandang cacat. Dalam Hal ini menunjukkan respon masyarakat dalam
konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi penyelenggaraan pendidikan inklusi sangat
juga dapat dimaknai sebagai satu bentuk positif.
reformasi pendidikan yang menekankan sikap Sedangkan dalam Yusuf (2014: 16)
anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak terdapat data yang dikeluarkan Direktorat
dan kesempatan, keadilan, dan perluasan Pembinaan SLB Tahun 2008 yang
akses pendidikan bagi semua, peningkatan menyebutkan bahwa pada tahun 2007
mutu pendidikan, upaya strategis dalam terdapat 15.076 siswa ABK yang bersekolah di
menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta sekolah inklusi (12%) dan 66.425 siswa ABK
upaya merubah sikap masyarakat terhadap (88%) bersekolah di SLB. Data ini
anak berkebutuhan khusus. Dalam konteks menunjukkan jika pendidikan inklusi tidak
pendidikan luar biasa di Indonesia, pendidikan dikembangkan, akan ada anak usia sekolah
inklusi merupakan suatu alternatif, pilihan, sejumlah 12% yang kemungkinan besar tidak
inovasi, atau terobosan/pendekatan baru mendapatkan akses pendidikan. Sehingga
disamping pendidikan segregasi yang sudah semakin banyak sekolah inklusi yang
berjalan lebih dari satu abad dalam mendidik dikembangkan maka semakin besar peluang
anak berkebutuhan khusus (ABK). ABK mendapatkan akses pendidikan.
Pendidikan inklusif memiliki empat Mutu pendidikan inklusi secara
karakteristik makna yaitu: (1) Pendidikan umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
Inklusif adalah proses yang berjalan terus lain: kurikulum, kualitas tenaga pendidik,
dalam usahanya menemukan cara-cara sarana-prasarana, dana, manajemen,
merespon keragaman individu anak, (2) lingkungan dan proses pembelajaran. Faktor
Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara- tenaga pendidik (guru) memiliki peran yang

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 111
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

sangat besar dalam pencapaian kualitas remidi ataupun pengayaan, (5) Memberikan
pendidikan secara umum. Standar kompetensi bimbingan secara berkesinambungan dan
guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau membuat catatan khusus kepada anak-anak
dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan berkebutuhan khusus selama mengikuti
pengetahuan dan berperilaku layaknya kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami
seorang guru untuk menduduki jabatan jika terjadi pergantian guru, (6) Memberikan
fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan bantuan (berbagi pengalaman) padaguru kelas
jenjang pendidikan (Majid 2008: 06). dan/atau guru mata pelajaran agar mereka
Sekolah penyelenggara pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan
inklusif perlu didukung oleh tenaga pendidik kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
keahlian khusus dalam proses pembelajaran Berdasarkan uraian diatas, maka GPK dalam
dan pembinaan anak-anak berkebutuhan melaksanakan tugas dan fungsinya harus
khusus secara umum. Salah satu tenaga memahami secara utuh dan mendalam serta
khusus yang diperlukan adalah Guru tidak dapat digantikan oleh guru lain, sebab
Pembimbing Khusus (GPK). GPK sesuai perannya berbeda dibandingkan dengan guru
dengan buku pedoman penyelanggara bidang studi lain.
pendidikan inklusif tahun 2007 adalah guru Pedoman Tendik (2007) menyatakan
yang mempunyai latarbelakang pendidikan bahwa perekrutan GPK terdapat tiga alternatif
khusus/Pendidikan luar biasa atau yang yaitu: pertama, melalui kerjasama guru SLB
pernah mendapat pelatihan tentang pendidikan terdekat; kedua, merekrut guru dengan
khusus/luar biasa, yang ditugaskan di sekolah kualifikasi PLB dan guru reguler yang
inklusif. memperoleh pelatihan tentang ABK dan
Buku Pedoman Pembinaan Tendik ketiga, dari klinik-klinik pendidikan atau pusat
Direktur PSLB (2007) mengungkapkan pengembangan anak, sehingga dilapangan
Kompetensi GPK selain dilandasi oleh empat muncul beragam kualifikasi yang berbeda-
kompetensi utama (pedagogik, kepribadian, beda menjadi GPK.Dengan munculnya
profesional, dan sosial), secara khusus juga kualifikasi pendidikan GPK yang bermacam-
berorientasi pada tiga kemampuan utama, macam, pelaksanaan peran dan tugas GPK
yaitu: (1) kemampuan umum (general ability) dapat berlangsung optimal atau tidak.
adalah kemampuan yang di perlukan untuk Penelitian yang dilakukan oleh
mendidik peserta didik pada umumnya (anak Sunanto dalam Sunaryo (2009:13)diantaranya
normal), (2) kemampuan dasar (basic ability) menyatakan bahwa: (1) pada awalnya
adalah kemampuan yang diperlukan untuk pembelajaran diterima oleh guru kelas, kini
mendidik peserta didik berkebutuhan khusus, bergeser pada ketergantungan pada guru
dan (3) kemampuan khusus (specific ability) khusus atau guru pendamping. Hal ini
adalah kemampuan yang diperlukan untuk menyebabkan kreativitas guru tidak
mendidik peserta didik kebutuhan khusus jenis berkembang, (2) motivasi, kerjasama dalam
tertentu (spesialis). Oleh karena itu, seorang mengatasi masalah tidak tampak dan tidak
GPK tidak hanya memerlukan 4 kompetensi dilakukan melalui kolaborasi sebab seluruh
utama seorang guru tetapi juga harus memiliki aktivitas belajar ABK dari perencanaan,
kompetensi khusus yang digunakan untuk pelaksanaan dan evaluasi diserahkan
menangani anak berkebutuhan khusus. sepenuhnya kepada guru pendamping, (3)
Pedoman Khusus Penyelenggara guru pendamping yang berkualifikasi PLB
Inklusi tahun 2007 tugasGPK antara lain belum memiliki keberanian untuk meluruskan
adalah (1) Menyusun instrumen asesmen sesuai konsepnya.
pendidikan bersama-sama dengan guru kelas Dalam sistem inklusif, kurikulum
dan guru mata pelajaran, (2) Membangun pendidikan harus bersifat fleksibel,
sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan setiap
dan orang tua peserta didik, (3) Melaksanakan peserta didik. Sistem pendidikan inklusif
pendampingan ABK pada kegiatan pem- memungkinkan dilakukannya “diferensiasi
belajaran bersama-sama dengan guru pembelajaran”, baik dari aspek metode
kelas/guru mata pelajaran/guru bidang studi, maupun materi.Untuk merealisasikan itu
(4) Memberikan bantuan layanan khusus bagi semua, sehingga keberadaan GPK sangat
anak-anak berkebutuhan khusus yang diperlukan. GPK-lah yang bertugas membantu
mengalami hambatan dalam mengikuti sekolah, dalam hal ini guru-guru mata
kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa pelajaran dan guru kelas untuk melakukan

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 112
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

differensiasi tersebut. Ketika di sekolah inklusi Indonesia sejak tahun 2003. Sebagai
tidak tersedia GPK, tentu akan timbul penyelenggara pendidikan inklusi adalah
permasalahan terutama untuk anak sekolah inklusi. Sekolah inklusi ini merupakan
berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah perubahan sekolah reguler yang
tersebut. Dan diperlukan beberapa upaya menyelenggarakan pendidikan dengan
untuk mengatasi permasalahan tersebut yang mengikutsertakan ABK dan/atau yang meng-
kaitannya dengan ketersediaan GPK. alami hambatan dalam akses pendidikan untuk
Berdasarkan uraian latar belakang memperoleh pendidikan yang bermutu
permasalahan diatas, maka timbul per- bersama-sama dengan peserta didik lain pada
masalahan untuk diteliti yaitu: (1) bagaimana umumnya sesuai dengan kebutuhan peserta
optimalisasi peran dan tugas GPK di sekolah didik. Jadi sekolah inklusi merupakan sekolah
inklusi, dan (2) Apakah dampak yang dialami dimana ABK dan anak normal belajar secara
sekolah inklusi dengan tidak tersedianya guru bersama-sama dalam satu lingkungan
pembimbing khusus. pembelajaran.
Mutu pendidikan inklusi secara
METODE umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
Metode yang digunakan dalam lain: kurikulum, kualitas tenaga pendidik,
penelitian ini adalah penelitian kualitatif sarana-prasarana, dana, manajemen,
deskriptif. Dengan penelitian ini diharapkan lingkungan dan proses pembelajaran.Faktor
dapat mengungkap berbagai informasi tenaga pendidik (guru) memiliki peran yang
kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti sangat besar dalam pencapaian kualitas
dan penuh makna, yang juga tidak menolak pendidikan secara umum. Kondisi ini
informasi kuantitatif dalam bentukangka dimungkinkan karena posisi guru yang sangat
maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek akan dominan dalam berinteraksi dengan peserta
dilihat kecenderungan,pola pikir, ketidak- didik dalam proses pembelajaran.Standar
teraturan, serta tampilan perilaku dan kompetensi guru adalah suatu ukuran yang
integrasinyasebagaimana dalam studi kasus ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
genetik. Strategi yang digunakan dalam penguasaan pengetahuan dan berperilaku
penelitian ini adalah studi kasus (casestudy). layaknya seorang guru untuk menduduki
Karena permasalahan dan fokus penelitian jabatan fungsional sesuai bidang tugas,
sudah ditentukan. kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Subyek penelitian dalam penelitian Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-
kebijakan ini adalah 4 sekolah dasar mengajar di sekolah inklusif, yang peserta
penyelenggara pendidikan inklusi di didiknya terdiri atas anak-anak normal dan
Kabupaten Sukoharjo, yaitu SD Negeri anak-anak berkebutuhan khusus, selain guru
Bulakan I, SD Karangwuni I, SD Ngreco V dan kelas dan guru mata pelajaran, perlu didukung
SD Kadokan V. Sumber data dalam penelitian oleh tenaga pendidik keahlian khusus dalam
ini meliputi kepala sekolah, guru pembimbing proses pembelajaran dan pembinaan anak-
khusus dan guru kelas. Pengumpulan data anak berkebutuhan khusus secara umum.
dilakukan dengan wawancara, observasi, Salah satu tenaga khusus yang diperlukan
dokumentasi dan angket. adalah Guru Pembimbing Khusus (GPK)yang
bertugas sebagai pendamping guru kelas dan
HASIL PEMBAHASAN guru mata pelajaran dalam melayani anak
Peraturan Menteri Pendidikan berkebutuhan khusus agar potensi yang
Nasional (Permen Diknas) nomor 70 tahun dimiliki berkembang secara optimal.
2009 tentang Pendidikan Inklusif, menyatakan Permendiknas No 70 Tahun 2009
bahwa, yang dimaksud dengan pendidikan Pasal 10 tentang pendidikan inklusif
inklusif adalah sistem penyelenggaraan menyatakan bahwa Guru Pembimbing Khusus
pendidikan yang memberikan kesempatan (GPK) yang berada pada sekolah pen-
kepada semua peserta didik yang memiliki yelenggara pendidikan inklusi paling sedikit 1
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan orang guru. Hal serupa juga disampaikan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti dalam Peraturan Walikota Surakarta No 9
pendidikan atau pembelajaran dalam satu Tahun 2013 bahwa Pemerintah Daerah dan/
lingkungan pendidikan secara bersama-sama atau penyelenggara pendidikan inklusi
dengan peserta didik pada umumnya. menyediakan guru pembimbing khusus pada
Pendidikan inklusi sudah digulirkan pemerintah sekolah-sekolah regular bagi siswa-siswi

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 113
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

berkebutuhan khusus yang membutuhkan. dari pos-pos anggaran yang memungkinkan


Dengan demikian, sekolah inklusi diwajibkan untuk “dititipi” biaya operasional GPK.
menyediakan minimal 1 orang guru Akibatnya, alokasinya sangat kecil, sehingga
pembimbing khusus (GPK) GPK hanya sekali-sekali saja datang ke
Berdasarkan hasil observasi di 4 sekolah umum penyelenggara pendidikan
sekolah inklusi Kabupaten Sukoharjo, inklusif. Hal serupa juga dialami GPK Honorer
ditemukan ada 1 sekolah yang tidak memiliki yang gajinya sangat kecil karena alokasi dana
guru pembimbing khusus (GPK). Hal ini untuk GPK sangat kecil. Dari segi karier, GPK
disebabkan guru pembimbing khusus di dengan kualifikasi PLB tidak akan diangkat
sekolah tersebut merupakan guru SLB PNS dan mendapatkan tunjangan ketika berada di
yang dikarenakan adanya pengalihan sekolah inklusi. Akibatnya guru dengan
wewenang SLB ke Pemerintah Provinsi Jawa kualifikasi PLB akan lebih memilih untuk
Tengah per 1 September 2015 guru tersebut bekerja di SLB daripada di sekolah inklusi. Dan
mendapatkan SK mutasi ke SLB N Sukoharjo yang menjadi GPK di sekolah inklusi berasal
sehingga di sekolah tersebut terjadi dari berbagai kualifikasi ilmu. Padahal jika
kekosongan guru pembimbing khusus. tidak ada GPK, sekolah inklusi tersebut tidak
Sedangkan 3 sekolah lainnya guru akan dapat menyelenggarakan pendidikan
pembimbing khususnya merupakan guru inklusi dengan optimal. Hal ini menunjukkan
honorer. bahwa kontribusi GPK dalam penyelenggaraan
Sebagaimana pengertian GPK yang pendidikan inklusi sangat vital.
tercantum dalam buku pedoman pe- Dalam Pedoman Khusus Pe-
nyelanggara pendidikan inklusif tahun 2007 nyelenggara Inklusi tahun 2007 tugasGPK
adalah guru yang mempunyai latarbelakang antara lain adalah (1) Menyusun instrumen
pendidikan khusus/Pendidikan luar biasa atau asesmen pendidikan bersama-sama dengan
yang pernah mendapat pelatihan tentang guru kelas dan guru mata pelajaran, (2)
pendidikan khusus/luar biasa, yang ditugaskan Membangun sistem koordinasi antara guru,
di sekolah inklusif. Hal ini menunjukkan pihak sekolah dan orang tua peserta didik, (3)
sebagian besar Guru Pembimbing Khusus Melaksanakan pendampingan ABK pada
merupakan Guru PLB/SLB yang diper- kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan
bantukan/ ditugaskan ke sekolah inklusi. guru kelas/guru mata pelajaran/guru bidang
Pelaksanaan peran dan tugas GPK tidak akan studi, (4) Memberikan bantuan layanan khusus
berjalan optimal ketika ada guru SLB yang bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang
diperbantukan ke sekolah inklusi, dan mengalami hambatan dalam mengikuti
menganggap bahwa fungsi GPK adalah kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa
merupakan tugas tambahan dari guru-guru remidi ataupun pengayaan, (5) Memberikan
sekolah luar biasa. Karena hanya sebagai bimbingan secara berkesinambungan dan
tugas tambahan dan tugas ini juga tidak membuat catatan khusus kepada anak-anak
memberikan kontribusi berarti. Sehingga berkebutuhan khusus selama mengikuti
dalam melaksanakannya juga tidak optimal. kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami
Untuk mendapatkan kenaikan jenjang, guru jika terjadi pergantian guru, (6) Memberikan
harus mengumpulkan serangkaian kredit poin bantuan (berbagi pengalaman) padaguru kelas
yang diperoleh dari beberapa kegiatan, baik dan/atau guru mata pelajaran agar mereka
kegiatan pokok maupun kegiatan tambahan. dapat memberikan pelayanan pendidikan
Tentu saja kredit poin terbesar diperoleh dari kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
pelaksanaan tugas-tugas pokok. Tugas pokok Hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan,
guru adalah “mengajar di kelas”. Sementara, peran dan tugas GPK mengalami
tugas GPK lebih banyak bersifat konsultasi penambahan. Seorang GPK bukan guru kelas
dan melakukan fungsi koordinasi. Jika dan juga bukan guru mata pelajaran, tetapi
diperlukan, memang ada tatap muka dengan guru yang berfungsi menjembatani kesulitan
siswa berkebutuhan khusus. Namun, dalam yang dihadapi ABK, dan guru kelas/ mata
prakteknya, hal ini tidak dinilai sama dengan pelajaran dalam pembelajaran.
mengajar di kelas. Berdasarkan observasi di lapangan,
Dari sisi operasional, tak ada alokasi ditemukan terjadinya penambahan peran dan
dana khusus untuk membiayai pelaksanaan tugas GPK di beberapa sekolah yang
fungsi GPK oleh guru-guru SLB. Biaya diobservasi yaitu GPK juga bertugas sebagai
operasional GPK biasanya hanya diambilkan guru kelas. Hal ini disebabkan karena adanya

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 114
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

kekurangan guru yang dialami di sekolah dibuat. GPK merupakan satu-satunya guru
inklusi tersebut. Penambahan peran dan tugas yang memiliki pengetahuan, kompetensi,
GPK ini tentu akan berdampak pada kemampuan dan keterampilan dalam
pembelajaran anak berkebutuhan khusus. memahami karakteristik ABK, menangani dan
Mereka tidak akan dapat terlayani dengan baik mengembangkan potensi ABK sesuai dengan
dan optimal. karakteristik ABK masing-masing. Guru yang
Terjadinya kekosongan guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan
pembimbing khusus (GPK) di sekolah inklusi khusus dalam pendidikan ABK akan
akan memberikan pengaruh/dampak yang mengalami kesulitan dalam membantu ABK di
berarti dalam keberhasilan penyelenggaraan sekolah regular. Demikian halnya dengan
pendidikan inklusi di sekolah tersebut. Dampak pengetahuan yang kurang memadai tentang
terbesar dialami pada pembelajaran anak ABK akan menimbulkan persepsi yang kurang
berkebutuhan khusus karena dengan tidak tepat yang akibatnya dapat memunculkan
tersedianya guru pembimbing khusus, sikap yang negatif terhadap ABK. Oleh karena
kebutuhan ABK tidak dapat terlayani dengan itu adanya GPK sangat membantu anak
semestinya dan maksimal terutama kebutuhan berkebutuhan khusus dalam proses pem-
akan pengetahuan kompensatoris. ABK tidak belajarannya. Sehingga dapat dikatakan
mendapatkan fasilitator/mediator yang sesuai bahwa fungsi, peran dan tugas GPK dalam
untuk menemukan dan mengembangkan pendidikan inklusi sangat berarti.
potensi yang ada dalam diri mereka, karena
guru kelas mereka tidak memiliki kompetensi KESIMPULAN
dan pemahaman tentang anak berkebutuhan Berdasarkan hasil pembahasan di
khusus. Selain dampak bagi ABK, juga atas, dapat disimpulkan bahwa peran dan
berdampak bagi manajemen sekolah inklusi. tugas guru pembimbing khusus (GPK) dalam
Dengan tidak adanya GPK, sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusi sangat
kehilangan satu komponen penting dalam penting dan berarti. Hanya saja pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan inklusi. Karena peran dan tugas GPK masih belum optimal
GPK merupakan satu-satunya guru yang yang disebabkan karena adanya penambahan
memiliki kompetensi untuk memahami peran dan tugas GPK sebagai guru kelas,
kebutuhan dan cara penanganan ABK dalam serta kesejahteraan dan keberlanjutan karier
mengembangkan potensi diri ABK tersebut. guru pembimbing khusus (GPK) yang masih
Sehingga pelaksanaan program kerja belum diperhatikan.
penyelenggaraan pendidikan inklusi pun tidak Di beberapa sekolah inklusi masih
dapat dilakukan dengan maksimal jika tanpa ditemukan kekosongan guru pembimbing
adanya GPK. khusus, sehingga dapat memberikan dampak
Untuk mengatasi dampak yang dalam proses pembelajaran anak ber-
ditimbulkan tidak tersedianya guru pembimbing kebutuhan khusus yang tidak dapat terlayani
khusus (GPK) di sekolah inklusi, sebagaimana secara maksimal. Sehingga diperlukan usaha
yang tercantum dalam Pedoman Tendik (2007) untuk mengatasi dampak tersebut dengan
adalah dengan melakukanperekrutan GPK melakukan perekrutan melalui kerjasama guru
yang dapat dilakukan dengan tiga alternatif SLB terdekat, merekrut guru dengan kualifikasi
yaitu: pertama, melalui kerjasama guru SLB PLB dan guru reguler yang memperoleh
terdekat; kedua, merekrut guru dengan pelatihan tentang ABK dan dari klinik-klinik
kualifikasi PLB dan guru reguler yang pendidikan atau pusat pengembangan anak.
memperoleh pelatihan tentang ABK dan
ketiga, dari klinik-klinik pendidikan atau pusat DAFTAR PUSTAKA
pengembangan anak.
Seorang Guru Pembimbing Khusus Depdiknas. 2007. Pedoman Khusus
(GPK) merupakan pilar penyangga pendidikan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
inklusi. Artinya dengan adanya GPK di sekolah tentang Pengadaan dan Pembinaan
inklusi akan menjadi salah satu faktor Tenaga Pendidik. Jakarta: Direktorat
keberhasilan karena dapat memperkuat dan Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
memperkokoh penyelenggaraan program
pendidikan inklusi. Sedangkan tidak adanya Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang
GPK di sekolah inklusi akan dapat meroboh- Pendidikan Inklusif Bagi Anak yang
kan bangunan pendidikan inklusi yang sudah Memiliki Kelainan dan Memiliki

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 115
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Meretas Sukses Publikasi Ilmiah Bidang Pendidikan Jurnal Bereputasi”
Kerjasama Program Studi S-3 Ilmu Pendidikan, Program Studi S-2 Pendidikan Luar Biasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan ISPI Wilayah Jawa Tengah
Surakarta, 21 November 2015
ISBN: 978-979-3456-52-2

Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Yusuf, Munawir. 2014. Evaluasi Diri Sekolah
Istimewa. Inklusi: Panduan bagi Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusi.
Peraturan Walikota Surakarta No 9 Tahun Solo: Tiga Serangkai.
2013 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan. Yusuf, Munawir. 2014. Manajemen Sekolah
Berbasis Pendidikan Inklusif. Solo:
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Tiga Serangkai.
Sistem Pendidikan Nasional

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNS & ISPI JAWA TENGAH 2015 116

Anda mungkin juga menyukai