Anda di halaman 1dari 12

GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)


FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

PENDIDIKAN INKLUSI DALAM MEMAJUKAN


PENDIDIKAN NASIONAL
Oleh
I Nyoman Temon Astawa
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
temonastawa@gmail.com

Abstract

Inclusion education has more in common with the concepts underlying 'Education for All',
and 'School quality improvement'. Furthermore, it is also said that inclusive education is a
shift from anxiety about a particular group to an effort that is focused on overcoming
obstacles to learning and achievement. Improving the quality of education is one of the main
pillars of development in education in Indonesia. Quality education will produce intelligent
and competent human resources.
Keywords: Inclusive Education, National Education.

I. PENDAHULUAN Pendidikan menentukan model manusia yang


Pendidikan merupakan proses akan dihasilkan. Pendidikan juga memberikan
memanusiakan manusia secara manusiawi kontribusi yang sangat besar terhadap
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kemajuan suatu bangsa, dan merupakan
kondisi serta perkembangan zaman. Di wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan
samping itu pengertian pendidikan menurut konstitusi serta sarana dalam membangun
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan
SISDIKNAS, yakni usaha sadar dan terencana memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula
dan secara progresif akan membentuk
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
kemandirian dan kreatifitas. Melalui
pembelajaran agar peserta didik secara aktif pendidikan bangsa kita dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, memiliki rasa percaya diri untuk bersanding
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di
akhlak mulia, serta keterampilan yang dunia.
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Dengan demikian peningkatan mutu
negara. pendidikan merupakan satu pilar pokok
Kemajuan suatu bangsa sangat pembangunan dalam pendidikan di Indonesia.
ditentukan oleh kemampuan sumber daya Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan
manusia yang dimiliki serta sumber daya sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan
lainnya.. Untuk mewujudkan sumber daya kompetitif. Untuk mewujudkan hal tersebut
manusia yang memiliki daya saing global diperlukan upaya peningkatan mutu
serta membawa bangsa kita mampu bersaing pendidikan secara komprehensif dan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, berkelanjutan dari semua pihak. Berbagai
menjadikan pendidikan sebagai salah satu upaya telah dan sedang dilakukan untuk
aspek kehidupan yang paling menentukan. meningkatkan mutu pendidikan nasional.
65
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Salah satunya dengan membuat berbagai Tunanetra, SLB Tunadaksa, SLB Tunalaras,
langkah seperti yang dirumuskan dalam dan sebagainya. SDLB menampung berbagai
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional jenis anak yang berkelainan menjadi satu,
Nomor 20 Tahun 2003. Dirumuskan bahwa sehingga dalam satu sekolah atau bahkan satu
dasar pendidikan nasional yakni Pancasila dan kelas terdiri dari berbagai macam peserta
Undang-undang dasar Republik Indonesia didik yang berkelainan, misalnya tunarungu,
tahun 1945 serta memiliki tujuan untuk tunadaksa, tunanetra, tunalaras, tunagrahita,
mengembangkan kemampuan dan dan sebagainya. Adapun pendidikan terpadu
membentuk watak serta peradaban bangsa adalah sekolah regular yang menampung anak
yang bermartabat dalam rangka berkelainan dengan kurikulum, guru, sarana
mencerdaskan kehidupan bangsa, pengajaran, dan kegiatan belajar mengajarnya
mengembangkan potensi peserta didik agar sama. Namun jenis ini biasanya hanya masih
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa menampung anak tunanetra saja, itu pun
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak terkadang masih banyak sekolah yang
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, keberatan untuk menampungnya.
dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Undang-Undang II. PEMBAHASAN
Sistem Pendidikan Nasional juga 2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
menegaskan bahwa setiap warga negara Sampai saat ini dukungan terhadap
mempunyai hak yang sama. pendidikan inklusi semakin berkembang,
Permasalahan pendidikan di Indonesia namun demikian pemahaman maupun
tampaknya perlu mendapat perhatian yang pandangan terhadapnya masih relatif banyak
sangat serius. Masalah-masalah di lapangan perbedaan atau bahkan silang pendapat. Hal
terkait dengan hal ini masih sering kita jumpai ini disebabkan oleh adanya pengertian
ibarat jamur di musin hujan, tumbuh pendidikan inklusi yang bersifat progresif,
berkembang silih berganti secara simultan; sehingga mengalami penyempurnaan secara
dari pemberantasan buta-huruf, putus sekolah, terus menerus sejalan dengan semakin
kenakalan remaja, gepeng, sampai pada mendalamnya renungan orang terhadap
peluang untuk mendapat kesempatan dalam praktik pelaksanan pendidikan inklusi itu
pendidikan (terutama untuk para penyandang sendiri. Mengapa kemudian batasan
disabilitas), dan lain-lain. pengertian tentang pendidikan inklusi ini
Pendidikan bagi peserta penyandang menjadi penting, karena akan mendasari
disabilitas di Indonesia telah diwadahi melalui prinsip-prinsip dan nilai-nilai pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 inklusi itu sendiri. Hal yang sangat nyata,
tentang Pendidikan Luar Biasa. Pendidikan banyak sekali masyarakat mengatakan bahwa
bagi peserta didik penyandang disabilitas ini pendidikan inklusi ini merupakan versi lain
disediakan dalam tiga jenis lembaga dari Pendidikan Luar Biasa. Pada hal, lima
pendidikan, yakni: Sekolah Luar Biasa (SLB), tahun setelah Salamanca UNESCO (2009:13)
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan mengatakan bahwa pendidikan inklusi telah
Pendidikan Terpadu. Sekolah Luar Biasa berkembang sebagai suatu gerakan untuk
(SLB) sebagai lembaga pendidikan yang menantang kebijakan dan praktik ekslusi.
tertua, menampung peserta didik yang jenis Lahirnya Pendidikan Inklusi salah satunya
kelainannya sama. Contohnya: SLB dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB pendidikan.
66
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Stubb (2002: 37) mengatakan, bahwa dayanya. Konsep utama yang terkait dengan
konsep pendidikan inklusif memiliki lebih pendidikan inklusi adalah:
banyak kesamaan dengan konsep yang 1. Konsep-konsep tentang anak
melandasi ‘pendidikan untuk semua’, dan a. Semua anak berhak memperoleh
‘peningkatan mutu sekolah’. Selanjutnya pendidikan di dalam sekolah.
dikatakan pula, bahwa pendidikan inklusi b. Semua anak dapat belajar, dan siapa pun
merupakan pergeseran dari kecemasan dapat mengalami kesulitan dalam belajar.
tentang suatu kelompok tertentu menjadi c. Semua anak membutuhkan dukungan untuk
upaya yang difokuskan untuk mengatasi belajar.
hambatan untuk belajar dan berprestasi. d. Pengajaran yang terfokus kepada anak
Definisi tentang pendidikan inklusi bermanfaat bagi semua anak.
yang dilahirkan dari Seminar Agra pada tahun 2. Konsep-konsep tentang sistem pendidikan
1998, merumuskan bahwa pendidikan inklusi: dan persekolahan
1. Lebih luas daripada pendidikan formal: a. Pendidikan lebih luas dari persekolahan
mencakup pendidikan di rumah, masyarakat, formal.
sistem nonformal dan formal. b. Sistem pendidikan yang fleksibel dan
2. Mengakui bahwa semua anak dapat belajar. responsive.
3. Memungkinkan struktur, sistem dan c. Lingkungan pendidikan yang memupuk
metodologi pendidikan memenuhi kebutuhan kemampuan dan ramah.
semua anak. d. Peningkatan mutu sekolah-sekolah yang
4. Mengakui dan menghargai berbagai efektif.
perbedaan pada diri anak: usia, gender, etnik, e. Pendekatan sekolah yang menyeluruh dan
bahasa, kecacatan, status HIV/Aids dan lain- kolaborasi antar mitra.
lain. 3. Konsep-konsep tentang keberagaman dan
5. Merupakan proses yang dinamis yang diskriminasi
senantiasa berkembang sesuai dengan budaya a. Memberantas diskriminasi dan tekanan
dan konteksnya. untuk mempraktekkan eksklusi.
6. Merupakan bagian dari strategi yang lebih b. Merespon/merangkul keberagaman sebagai
luas untuk mempromosikan masyarakat yang sumber kekuatan, bukan masalah.
inklusif. c. Pendidikan inklusif mempersiapkan siswa
Definisi mutakhir lain dari Ofsted yang untuk masyarakat yang menghargai dan
dikutib dalam Ainscow (2001), mengatakan menghormati perbedaan.
bahwa sebuah sekolah yang mempraktekkan 4. Konsep-konsep tentang proses untuk
pendidikan inklusif merupakan sekolah yang mempromosikan inklusi
memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, a. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
pencapaian, sikap dan kesejahteraan setiap inklusi.
anak. Selajutnya dikatakan pula bahwa b. Meningkatkan partisipasi nyata bagi semua
sekolah yang efektif adalah sekolah yang orang.
mempraktekkan pendidikan inklusif. c. Kolaborasi, kemitraan.
Definisi di atas menggambarkan sebuah d. Metodologi partisipatori, penelitian
model pendidikan inklusif yang mendasarkan tindakan, penelitian kolaboratif.
pada berbagai konsep utama tentang suatu 5. Konsep-konsep tentang sumberdaya
sistem, stakeholder, proses, dan sumber a. Membuka jalan ke sumber daya setempat.
b. Redistribusi sumberdaya yang ada.
67
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

c. Memandang orang (anak, orang tua, dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
anggota kelompok termajinalisasi dan lain- pendidikan.
lain) sebagai sumberdaya utama. 2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
d. Sumberdaya yang tepat yang terdapat di yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
dalam sekolah dan pada tingkat lokal diskriminatif bagi semua peserta didik
dibutuhkan untuk berbagai anak, misalnya sebagaimana yang dimaksud pada huruf a.
braille, alat asistif. Menurut O’Neil seperti yang dikutib oleh
Di Indonesia, pendidikan inklusif secara resmi Mohammad Takdir Ilahi (2013), bahwa
yang dipahami oleh pemerintah dan banyak pendidikan inklusi sebagai sistem layanan
dirujuk oleh masyarakat, didefinisikan pendidikan mempersyaratkan agar semua
sebagai berikut: pendidikan inklusi anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah
dimaksudkan sebagai system layanan terdekat, di kelas regular secara bersama-sama
pendidikan yang mengikutsertakan anak dengan teman seusiannya.
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan Pada akhirnya inklusi, merupakan
anak sebayanya di sekolah regular yang sebuah filosofi pendidikan dan sosial, dalam
terdekat dengan tempat tinggalnya. inklusi semua orang adalah bagian yang
Penyelenggaraan pendidikan inklusif berharga dalam kebersamaan, apapun
menuntut pihak sekolah melakukan perbedaannya. Sehingga dalam pendidikan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana inklusi berarti semua anak, tidak terlepas dari
dan prasarana pendidikan, maupun system kemampuan maupun ketidakmampuannya,
pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis kelamin, status social-ekonomi, suku,
kebutuhan individu peserta didik (Direktorat latar belakang budaya atau Bahasa dan agama
PSLB. 2004). menyatu dalam satu komunitas sekolah yang
Dalam pasal 1 Peraturan Menteri sama.
Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif bagi Ppserta didik 2.2 Model Pendidikan Inklusi
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi Menurut Suyanto & Mudjito A.K. (20012: 5),
kecerdasan dan/atau bakat istimewa ada tiga model pendidikan untuk
menyebutkan, bahwa: pendidikan inklusif menggabungkan anak berkebutuhan khusus
adalah system penyelenggaraan pendidikan dengan anak normal dalam satu lingkungan
yang memberikan kesempatan kepada semua belajar, yakni:
peserta didik yang memiliki kelainan dan a. Mainstream, adalah sistem pendidikan yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat menempatkan anak-anak berkebutuhan
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau khusus di sekolah umum, mengikuti
pembelajaran dalam satu lingkungan kurikulum akademis yang berlaku, dan guru
pendidikan secara bersama-sama dengan juga tidak harus melakukan adaptasi
peserta didik pada umumnya. kurikulum. Diikuti oleh anak-anak yang sakit
Pada pasal 2 peraturan tersebut namun tidak berdampak pada kemampuan
menjelaskan, bahwa Pendidikan inklusi kognisinya.
bertujuan: b. Integrasi, adalah menempatkan anak-anak
1. Memberikan kesempatan yang seluas- berkebutuhan khusus dalam kelas anak-anak
luasnya kepada semua peserta didik yang normal, dimana mereka mengikuti pelajaran-
memiliki kelainan fisik, emosi, mental, dan pelajaran yang dapat mereka ikuti dari
sosial atau memiliki potensi kecerdasan gurunya. Sedangkan untuk mata pelajaran
68
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

akademis lainnya anak-anak berkebutuhan juga mempunyai hak hidup yang sama antara
khusus itu memperoleh pengganti di kelas satu dengan lainnya.
yang berbeda dan terpisah. Penempatan c. Landasan Yuridis, berbagai peraturan dan
integrasi itu tidak sama dengan integrasi perundang telah diterbitkan dalam rangka
pengajaran dan itegrasi sosial, karena pelaksanaan pendidikan inklusi ini, di
tergantung pada dukungan yang diberikan antaranya:
sekolah. 1) UUD 1945 (amandemen) pasal 31, ayat
c. Inklusi, adalah sistem penyelenggaraan 1 dan 2 tentang hak untuk pendidikan.
pendidikan yang memberikan kesempatan 2) UU No. 20 tahu 2003 pasal 5, ayat 1
kepada semua peserta didik yang memiliki sampai dengan 4 tentang system pendidikan
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan Nasional.
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti 3) UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49,
pendidikan atau pembelajaran dalam tentang perlindungan anak.
lingkungan pendidikan secara bersama-sama 4) UU No. 4 tahun 1997 pasal 5, tentang
dengan peserta didik pada umumnya penyandang anak cacat.
(Permendiknas No. 70 tahun 2009) 5) PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai
dengan 142, tentang Pengelolaan dan
2.3. Landasan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pendidikan.
Pendidikan Inklusif 6) Permendiknas No. 70 tahun 2009, tentang
Landasan penyelengaraan pendidikan inklusi Pendidikan inklusif
di Indonesia didasari oleh lima pilar besar, 7) Surat Edaran Dirjen Manajemen
yakni landasan filosofis, relegius, yuridis, Pendidikan Dasar dan Menengah,
pedagogis dan empiris. Kemendiknas No. 380/C.C6/MN/2003,
a. Landasan filosofis, pendidikan inklusi di tanggal 20 Januari 2003.
Indonesia tidak lepas dari tatanan atau aturan- 8) Deklarasi Bandung: “Indonesia Menuju
aturan dasar kehidupan bangsa yang tidak Pendidikan Inklusif” tanggal 11-14 Agustus
tertulis, namun masih sangat kuat untuk 2004.
membangun landasan kebijakan. Falsafah d. Landasan Pedagogis, pada UU No. 20 tahun
berasal dari lambang burung Garuda 2003 pasal 3, disebutkan bahwa tujuan
Pancasila yang kakinya mencengkeram pita pendidikan nasional adalah berkembangnya
bertuliskan Bhineka Tunggal Ika, maknanya potensi peserta didik agar menjadi manusia
adalah berbeda-beda tapi tetap satu. Dalam yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
bentuk kesatuannya diwujudkan dengan lima Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
sikap atau sila yakni Pacasila. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
b. Landasan Relegius, sebagai bangsa yang warga Negara yang demokratis dan
relegius (beragama), memiliki keyakinan bertanggungjawab. Melalui pendidikan
yang kuat bahwa Tuhan adalah segalanya. peserta didik berkelainan dibentuk menjadi
Semua yang ada di dunia, semata hanya warga Negara yang demokratis dan
milikNya, dan manusia diciptakan hanyanyah bertanggungjawab, yakni individu yang
sebagai hamba yang selalu memohon berkah mampu menghargai perbedaan, berpartisipasi
dan kebaikan. Bangsa yang percaya Kepada dalam masyarakat.
Tuhan, meyakini bahwa semua manusia e. Landasan Empiris, mengacu dari penelitian
dilahirkan dalam keadaan suci. Di hadapan yang banyak dilakukan di Negara-negara
Tuhan manusia adalah sama, oleh karenanya Barat sejak tahun 1980-an (diseponsori oleh
69
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

The National Academy Of Science), hasilnya dengan kemampuan akademik rata-rata dan di
menunjukan klasifikasi dan penempatan anak atas rata-rata mengunakan kurikulum normal
berkelainan di sekolah, kelas, atau tempat atau kurikulum modifikasi; anak kemampuan
khusus tidak efektif dan diskriminatif. akademik sedang (dibawah rata-rata)
disiapkan kurikulum funsional/ vokasional;
2.4 Prinsip Pendidikan Inklusi dan anak sangat rendah disiapkan kurikulum
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, pengembangan bina diri, juga disiapkan
pendidikan inklusif merupakan strategi untuk kurikulum komponsatoris.
pemerataan kesempataan memperoleh b. Tenaga Pendidik (guru)
pendidikan, dan juga merupakan strategi Dalam hal ini diperlukan guru yang
peningkatan mutu pendidikan. Tentunya hal professional; memiliki pengetahuan,
ini merupakan tanggung jawab pemerintah ketrampilan dan sikap tentang materi yang
untuk menyusun strategi ini. akan diajarkan/dilatihkan, memahami siswa.
b. Prinsip Kebutuhan individual, setiap anak Seorang guru dituntut menguasai sejumlah
memiliki kebutuhan dan kemampuan yang keterampilan yang berkaitan dengan proses
berbeda, sehingga pendidikan inklusi harus pembelajaran, antara lain menguasai bahan
berorientasi pada Program Pembelajaran ajar, mengelola kelas, menggunakan metode,
Indidvidu (PPI), pendidikan didasarkan pada media, dan sumber belajar, serta kemampuan
kebutuhan anak. untuk melakukan penilaian, baik proses
c. Prinsip Kebermaknaan, pendidikan inklusif maupun hasil.
harus menjaga komunitas kelas yang ramah, c. Input Peserta Didik
menerima keanekagaramaan dan menghargai Kemampuan awal dan karakter siswa menjadi
perbedaan. acuhan utama dalam mengembangkan
d. Prinsip Keberlajutan, pendidikan inklusif kurikulum dan bahan ajar serta
harus diselenggarakan secara berkelanjutan penyelenggaraan proses belajar mengajar.
pada semua jenjang pendidikan. Implikasinya antara lain perlu dipikirkan:
e. Prinsip Keterlibatan, dalam siapa input siswanya?, apakah semua peserta
menyelenggarakan pendidikan inklusif harus didik berkelainan dapat mengikuti kelas
melibatkan seluruh komponen pendidikan regular?, bagaimana identifikasinya?, apa alat
terkait. identifikasinya? Siapa yang akan terlibat
dalam indentifikasi?
2.5. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan d. Lingkungan dan Penyelenggara Sekolah
Pendidikan Inklusi Bila dicermati, maka lingkungan sangat
a. Fleksibilitas Kurikulum (Bahan Ajar) berpengaruh sekali terhadap penyelenggaraan
Kurikulum sebaiknya berorientasi pada pendidikan inklusi. Selain lingkungan sekitar,
kebutuhan anak supaya anak tidak merasa peran orang tua, kepala sekolah, dan
mendapat tekanan secara psikologis. pemerintah juga sangat menetukan kualitas
Kurikulum harus memiliki tujuan/capaian, pendidikan inklusi.
dan dalam perkembanganya harus dinamis e. Sarana dan Prasarana
dan konstruktif. Dalam pendidikan inklusi, keberhasilan pendidikan inklusi. Sarana dan
kurikulum menggunakan kurikulum sekolah prasarana sebaiknya disesuaikan dengan
regular yang dimodifikasi. Ada 3 model kurikulum (bahan ajar) yang telah
kurikulum yang mungkin perlu dipersiapkan dikembangakan. Sarana dan prasarana
untuk pendidikan inklusi yakni, untuk anak menurut Wahyuningrum seperti yang dikutib
70
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

oleh Mohammad takdir Ilahi (2013: 186) Selain itu ada beberapa hal yang harus
terdiri dari fasilitas fisik dan fasilitas uang. mendapat perhatian dalam pelaksanaan
Selanjutnya dikatakan bahwa sarana pendidikan inklusif ini:
pendidikan dalam pendidikan inklusif adalah 1. Sekolah harus menyediakan kondisi kondisi
seperangkat peralatan, bahan dan perabotan kelas yang hangat, ramah, menerima
yang langsung digunakan dalam proses keanekaragaman dan menghargai perbedaan
pendidikan di sekolah. dengan menerapkan kurikulum dan
f. Evaluasi Pembelajaran pembelajaran yang interaktif.
Dalam evaluasi belajar, sebagaimana 2. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan
disebutkan dalan Permendiknas No. 70 tahun profesi atau sumberdaya alam lain dalam
2009 pasal 7 samapi 9: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1) Penilaian hasil belajar bagi peserta didik 3. Guru dituntut melibatkan orang tua secara
pendidikan inklusif mengacu pada jenis bermakna dalam proses pendidikan.
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang 4. Kepala sekolah dan guru yang nanti akan
bersangkutan. jadi Guru Pembimbing Khusus (GPK), harus
2) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran mendapatkan pelatihan bagaimana
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan menjalankan sekolah inklusi.
sesuai dengan standar nasional pendidikan 5. GPK harus mendapatkan pelatihan teknis
atau di atas nasional pendidikan wajib memfasilitasi anak ABK.
mengikuti unjian nasional. 6. Asesmen di sekolah dilakukan untuk
3) Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengetahui ABK dan tindakan yang
mengikuti pembelajaran berdasarkan diperlukan. Mengadakan bimbingan khusus,
kurikulum yang dikembangkan di bawah atas kesalahpahaman dan kesepakatan dengan
standar pendidikan mengikuti ujian yang orang tua ABK.
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang 7. Mengidentifikasi hambatan berkait dengan
bersangkutan. kelainan fisik, social, dan maslah lainnya
4) Peserta didik yang menyelesaikan dan terhadap akses dan pembelajaran.
lulus sesuai dengan standar nasional 8. Melibatkan masyarakat dalam melakukan
pendidikan mendapatkan ijazah yang perencanaan dan monitoring mutu pendidikan
blangkonya dikeluarkan oleh pemerintah. bagi semua anak. (Suyanto & Mudjito AK.
5) Peserta didik yang memiliki kelainan yang 2012: 39).
menyelasaikan pendidikan berdasarkan
kurikulumyang dikembangkan oleh satuan 2.6. Kendala-Kendala Pelaksanaan
pendidikan di bawah standar nasional Pendidikan Inklusi
pendidikan mendapatkan Surat Tanda Tamat Kebijakan pemerintah sebagai
Belajar yang blangkonya dikeluarkan oleh komitmen untuk mewujudkan
satuan pendidikan yang bersangkutan. penyelenggaraan pendidikan inklusif di
6) Peserta didik yang memperoleh Surat Indonesia, dapat ditandai dengan lahirnya
Tamat Belajar dapat melanjutkan pendidikan Undang-undang sebagai berikut:
pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi 1. UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang
pada satuan pendidikan yang pernyandang anak cacat
menyelenggarakan pendidikan inklusif atau 2. UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49
satuan pendidikan khusus. tentang perlindungan anak

71
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

3. UU No. 20 tahun 2003 pasal 5, ayat 1 dari dua kategori bersar, yaitu non-
sampai dengan 4 tentang system pendidikan implemetation dan unsuccessfull
Nasional. implementation. Dalam kontek pendapat
4. Surat Edaran Dirjen Manajemen Hogwood & Gunn, apa yang telah dilakukan
Pendidikan Dasar dan Menengah, pemerintah untuk mengimplementasikan
Kemendiknas No. 380/C.C6/MN/2003, kebijakannya tidak termasuk dalam dua
tanggal 20 Januari 2003. kategori ini, namun juga tidak serta merta
5. Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang dianggap sebagai keberhasilan yang mutlak.
Pendidikan Inklusif Untuk mengevaluasi apakah implementasi
6. PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai kebijakan tersebut sudah berhasil atau belum,
dengan 142, tentang Pengelolaan dan maka harus pula ditinjau dari sisi makna
Penyelenggaraan Pendidikan. pendidikan inklusi dan konten kebijakan yang
Bahkan pada tahun 2002 pemerintah secara meladasi implementasi kebijakannya.
resmi mulai melakukan proyek ujicoba di Misalnya dalam makna pendidikan inklusi
sembilan propinsi yang memiliki pusat disebutkan dalam pasal 1 Peraturan Menteri
sumber, dan sejak saat itu lebih dari 1500 Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009
siswa berkelainan telah bersekolah di sekolah menyebutkan, bahwa pendidikan inklusi
regular, dan pada tahun 2005 meningkat adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
menjadi 6.000 siswa atau 5,11% dari seluruh yang memberikan kesempatan kepada semua
jumlah anak berkebutuhan khusus. Sedangkan peserta didik yang memiliki kelainan dan
pada tahun 2007 meningkat menjadi 7,5% memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
atau 15.181 siswa yang tersebar di 796 istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
sekolah inklusif yang terdiri dari 17 TK, 648 pembelajaran dalam satu lingkung pendidikan
SD, 75 SLTP, dan 56 SLTA (Sunaryo. secara bersama-sama dengan peserta didik
2009:6). pada umumnya; Kemudian dilanjutkan dalam
Hal ini berarti pemerintah telah pasal 2, bahwa Pendidikan inklusi bertujuan:
berupaya untuk mengimplementasikan a. Memberikan kesempatan yang seluas-
kebijakan yang telah dibuat. Dari data yang luasnya kepada semua peserta didik yang
diperoleh, tampaknya implementasi yang memiliki kelainan fisik, emosi, mental,dan
telah dilakukan menunjukan kuantitas yang sossial atau memiliki potensi kecerdasan
progresif, namun pertanyaannya, apakah dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
benar implementasi tersebut telah berhasil? pendidikan. b. Mewujudkan penyelenggaraan
Seperti dikatakan Pressman dan Wildavsky pendidikan yang menghargai
dalam Solichin Abdul Wahab (2014: 135), keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi
bahwa: …proses untuk melaksanakan semua peserta didik sebagaimana yang
kebijakan perlu mendapatkan perhatian yang dimaksud pada huruf a. pertanyaannya makna
seksama. Oleh sebab itu, keliru jika kita ini telah terwujud menjadi sebuah kenyataan
menganggap bahwa proses tersebut dengan dalam implementasi kebijakan? Tentunya hal
sendirinya akan berlangsung mulus. ini masih dapat disanggah dengan perkataan
Sedangkan Hogwood & Gunn dalam dalam mana mungkin kebijakan itu mampu
buku yang sama (2014: 128-129), mengatakan menhasilkan perubahan seketika. Apapun
bahwa kebijakan public itu sebenarnya sanggahannya evaluasi tetap harus diarahkan
mengandung resiko untuk gagal. Kegagalan pada pemahaman makna dari pendidikan
dalam implementasi kebijakan bisa dilihat inklusi itu sendiri.
72
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Berikut dari sisi konten kebijakan pelaksanaan implementasi kebijakan tentang


yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 pendidikan inklusi. Menurut Sunardi (2009)
pasal 3, yang menyebutkan bahwa tujuan ada beberapa dilema yang perlu ditangani
pendidikan nasional adalah berkembangnya dengan kebijakan khusus, yakni:
potensi peserta didik agar menjadi manusia a. Sistem penerimaan siswa baru, khususnya
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan di tingkat pendidikan menengah dan atas yang
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, menggunakan nilai ujian nasional sebagai
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi kreteria penerimaan. Siswa hanya dapat
warga Negara yang demokratis dan diterima kalau hasil ujian nasionalnya
bertanggungjawab. Melalui pendidikan memenuhi standar minimal yang telah
peserta didik berkelainan dibentuk menjadi ditetapkan oleh masing-masing sekolah.
warga Negara yang demokratis dan b. Dijadikannya pencapaian hasil ujian
bertanggungjawab, yakni individu yang nasional sebagai kriteria sekolah bermutu,
mampu menghargai perbedaan, berpartisipasi bukan diukur dari kemampuannya dalam
dalam masyarakat. Tentunya ini masih mengoptimalkan kemampuan siswa secara
menjadi pekerjaan besar untuk komperhensip sesuai dengan keragaman.
mengiplementasikan kebijakan tersebut. c. Penggunaan label sekolah inklusi dan
Belum lagi pada kenyataan yang riil yang adanya PP. no. 19 tahun 2005 tentang standar
terjadi di lapangan tentang pendidikan inklusi Nasional Pendidikan, pasal 41 ayat 1 tentang
saat ini. Walau sudah diterbitkan kebijakan keharusan untuk memiliki tenaga
yang secara yuridis mempunyai kekuatan kependidikan khusus bagi sekolah inklusi
hukum, namun dalam implentasinya masih sebagai alasan melakukan penolakan
banyak persoalan-persoalan yang terjadi, masuknya anak berkelainan ke sekolah yang
misalnya: bersangkutan, yang ditandai dengan
1. Isu pemahaman pendidikan inklusi yang munculnys gejala ‘esklusivisme baru’, yaitu
masih disamakan dengan integrase, sehingga menolak anak berkebutuhan khusus dengan
siswa harus menyesuaikan dengan system di alasan belum memiliki tenaga khusus atau
sekolah sekolahnya bukan sekolah inklusi.
2. Isu kebijakan sekolah yang tidak mau d. Kurikulum pendidikan umum yang ada
menerima siswa berkebutuhan khusus dengan sekarang ini belum mengakomodasi
dalih tidak memiliki tenaga pendidik, fasilitas keberadaan anak-anak yang memiliki
dan sebagainya. perbedaan kemampuan (difabel).
3. Isu tentang proses pebelajaran, misalnya e. Masih dipahaminya pendidikan inklusi
guru masih belum bisa menerjemahkan secara dangkal, yaitu semata-mata
kurikulum yang fleksibel, menetukan tujuan memasukkan anak disabled children ke
sampai pada evaluasi. sekolah regular, tanpa upaya untuk
4. Isu kondisi guru, belum adanya guru yang mengakomodasi kebutuhan khhususnya.
memiliki kualitas memadai sebagai guru Kondisi ini dapat menjadikan anak tetap
pendidikan inklusi tereklusi dari lingkungan karena anak merasa
5. Isu tentang lingkungan, dan sebagainya tersisih, terisolasi, ditolak, tidak nyaman,
Dari berbagai dilema yang terjadi pada sedih, marah, dan sebagainya. Pada hal makna
pendidikan inklusi di Indonesia, setidaknya inklusi adalah ketika lingkungan kelas atau
harus segera diantisipasi dengan kebijakan- sekolah mampu memberikan rasa senang,
kebijakan khusus agar tidak menghalangi menerima, ramah, bersahabat, peduli,
73
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

mencintai, menghargai, serta hidup dan membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,


belajar dalam kebersamaan. dan mengevaluasi peserta didik pada satuan
f. Munculnya lebel khusus yang sengaja pendidikan tertentu yang melaksanakan
diciptakan oleh pemerintah maupun program pendidikan inklusi.
masyarakat yang cenderung membentuk sikap Tenaga pendidik meliputi: guru kelas, guru
eklusivisme, seperti sekolah unggulan, mata pelajaran, (Pendidikan Agama,
sekolah berstandar internasional (SBI), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), dan
Sekolah Rintisan Berstandar Internasional Guru Pembimbing Khusus (GPK). Guru
(RSBI), Sekolah favorit, sekolah percontohan, Pembimbing Khusus adalah guru yang
kelas akselerasi, serta sekolah-sekolah yang bertugas mendampingi anak berkebutuhan
berbasis agama. Kondisi ini tentu dapat khusus dalam proses belajar mengajar di kelas
berdampak kepada sekolah inklusi sebagai reguler yang berkualifikasi Pendidikan Luar
sekolah kelas dua (second class), karena Biasa (PLB) atau yang pernah mendapatkan
menerima ABK sama dengan special school pelatihan tentang penyelenggaraan sekolah
(imam Subakhan. 2009) inklusif. Guru Pembimbing Khusus adalah
g. Masih terbatasnya perhatian dan keseriusan guru yang memiliki kualifikasi/latar belakang
pemerintah dalam mempersiapkan pendidikan pendidikan luar biasa yang bertugas
inklusi secara matang dan komperhensif, baik menjembatani kesulitan Anak Berkesulitan
dari aspek sosialisasi, penyiapan sumberdaya, Belajar (ABK) dan guru kelas/ma-pel dalam
maupun uji coba metode pembelajaran, proses pembelajaran serta melakukan tugas
sehingga hanya terkesan program khusus yang tidak dilakukan oleh guru pada
eksperimental (Cak Fu. 2005). umumnya. Subagya (2011).

2.7. Persyaratan Sekolah Penyelenggara 2.8. Kelebihan dan Manfaat Pendidikan


Pendidikan Inklusi Inklusi
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi Pentingnya pendidikan inklusi terus
perlu didukung oleh tenaga pendidik keahlian menerus dikembangkan karena memiliki
khusus dalam proses pembelajaran dan kelebihan dan manfaat. Menurut Staub dan
pembinaan anak-anak berkebutuhan khusus Peck (1994/1995) ada lima manfaat atau
secara umum. Salah satu tenaga khusus yang kelebihan program inklusi yaitu:
diperlukan adalah Guru Pembimbing Khusus 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan
(GPK). Dalam Permendiknas No. 70 Tahun anak non ABK di sekolah menengah,
2009 tentang Pedoman Implementasi hilangnya rasa takut pada anak berkebutuhan
Pendidikan Inklusi, ada 8 (delapan) khusus akibat sering berinteraksi dengan anak
komponen yang harus mendapatkan perhatian berkebutuhan khusus.
dari pemangku kepentingan (stakeholder) 2. Anak non ABK menjadi semakin
sekolah inklusif, yaitu : (1) peserta didik, (2) toleran pada orang lain setelah memahami
kurikulum, (3) tenaga pendidik, (4) kegiatan kebutuhan individu teman ABK.
pembelajaran, (5) penilaian dan sertifikasi, (6) 3. Banyak anak non ABK yang
manajemen sekolah, (7) penghargaan dan mengakui peningkatan selfesteem sebagai
saksi, (8) pemberdayaan masyarakat. Tenaga akibat pergaulannya dengan ABK, yaitu dapat
Pendidik yang terdapat dalam point ke tiga meningkatkan status mereka di kelas dan di
adalah pendidik profesional yang mempunyai sekolah.
tugas utama mendidik, mengajar,
74
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

4. Anak non ABK mengalami dalam masyarakat tempat mereka hidup; dan
perkembangan dan komitmen pada moral 2) Proses sosial yang tejadi pada orang yang
pribadi dan prinsip-prinsip etika dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
5. Anak non ABK yang tidak menolak terpilih dan terkontrol (khususnya yang
ABK mengatakan bahwa mereka merasa datang dari sekolah), sehingga mereka dapat
bahagia bersahabat dengan ABK memperoleh perkembangan kemampuan
Dengan demikian orang tua murid yang tidak sosial dan kemampuan individu yang optimal.
memiliki anak dengan kebutuhan khusus tidak Berpijak dari beberapa uraian di atas,
perlu kuatir bahwa pendidikan inklusi dapat maka pendidikan adalah usaha sadar, terarah
merugikan pendidikan anaknya justru malah dan sistematis, terencana dalam memberikan
akan menguntungkan. bimbingan atau bantuan untuk membentuk
kepribadian dan mengembangkan manusia
2.9. Pendidikan Inklusi dari Perspektif sebagai makhluk individu, makhluk susila dan
Agama Hindu makhluk beragama (religius).
Istilah pendidikan, secara etimologi Agama sebagai pengetahuan
berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogis kerohanian menyangkut hal-hal yang bersifat
yang terdiri dari kata pals dan again. Pais metafisika. Kamus istilah Agama Hindu,
berarti anak dan again yang berarti menguraikan asal kata ‘agama’ dari kata ‘a’
membimbing. Jadi kata paedagogis berarti yang berarti ‘tidak’ dan ‘gam’ yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. ‘pergi’ (Tim Penyusun, 2002:1). Agama
Istilah ini juga diartikan suatu ilmu yang merupakan bagian dari tri pramana yaitu:
berhubungan dengan anak (Harati, 1982:1). pratyaksa pramana, anumana pramana, dan
Kata pendidikan berakar dari kata agama pramana. Agama berarti pengetahuan
‘didik’ yang berarti memelihara dan memberi yang diajarkan oleh Guru suci. Jadi, agama
latihan mengenai akhlak dan kecerdasan diartikan sebagai sesuatu yang tidak pergi atau
pikiran (Poerwadanninta, 2007:250). Setelah yang tidak bergerak dan bersifat langgeng
mendapat awalan pe- dan akhiran -an maka (abadi). Agama Hindu meyakini bahwa
berubah menjadi “pendidikan” yang berarti sesuatu yang abadi itu adalah Ida Sang Hyang
perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) Widhi Wasa (Tuhan). Demikian juga pada
mendidik (Poerwadarminta, 2007:250). ajaran-ajaran yang diwahyukan adalah ajaran
Pendidikan merupakan proses yang mengandung kebenaran abadi dan
interaksi yang bertujuan. Interaksi terjadi di fleksibel serta relevan sepanjang jaman.
antara guru dengan siswa guna meningkatkan Pendidikan agama merupakan unsur
perkembangan mental dan psikologis siswa penting dalam pembentukan sikap, moral,
menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Lebih budi pekerti seorang anak didik yang
lanjut, Idris (1981:4) mengungkapkan bahwa dilaksanakan mulai dengan pendidikan di
pendidikan atau paedagogie adalah usaha lingkungan keluarga, sekolah hingga di
sadar yang dilakukan orang dewasa untuk masyarakat. Pendidikan moral terkait erat
mempengaruhi anak dalam usaha dengan pendidikan agama yang dianut.
membimbing menjadikan dewasa secara Pendidikan agama Hindu merupakan proses
jasmani dan rohani. Menurut Dictionary of memahami pengetahuan agama secara utuh,
Education, pendidikan didefinisikan sebagai: penanaman sikap secara benar dan
1) Proses seseorang mengembangkan meningkatkan keterampilan beragama pada
kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya di
75
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

setiap peserta didik sesuai dengan isi ajaran for Disable Children in Indonesia.
agama Hindu. Tsukuba: CRICED – University of
Tsukuba.
III. SIMPULAN Suyanto & Mudjito. AK. 2012. Masa Depan
Pendidikan inklusi adalah pendidikan Pendidikan Inklusif. Kementerian
yang bermuatan pada nilai-nilai kesetaraan, Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
hak asasi, serta kemanusian yang diwujudkan Jendral Pendidikan Dasar.
dalam kerangka pendidikan untuk semua. UNESCO. 2009. Policy Guideline on
Berbagai kebijakan telah dilahirkan oleh Inclusion in Education. France: the
pemerintah dalam upaya mendorong United Nations Educational, Scientifi c
terwujudnya pendidikan inklusi. and Cultural Organization
Implementasi kebijakan yang telah dilakukan William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis
masih banyak menghadapi kendala-kendala Kebijakan Publik: Edisi Kedua. Judul
yang lahir dan segara dibutuhkan upaya asli: Public Policy Analysis: An
melahirkan kebijakan khusus pula. Introduction. Second Edition.
Diterjemahkan: Samodra Wibawa, dkk.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta:Gadjah Mada University
Ary H Gunawan. Sosiologi Press.
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.2010
Mohammad Takdir Ilahi. 2013. Pendidikan
Inklusi: Konsep & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mudjito. AK, Harizal, Elfindri. 2012.
Pendidikan Inklusif: Tuntunan untuk
Guru, Siswa dan Orang Tua anak
berkebutuhan Khusus dan layanan
Khusus. Jakarta: Baduose Media.
S. Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara. 1995
Solichin Abdul Wahab. 2011. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik. Malang:
UMM press.
………….. 2014. Analisis Kebijakan: Dari
Formulasi ke Penyusunan Model-model
Implementasi Kebijakan Publik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sue Stubbs. 2002. Pendidikan Inklusif: Ketika
Hanya Ada Sedikit Sumber. Judul asli:
Inclusif Education: Where There Are
Few Resources. Dialihbahsakan oleh:
Susi Septaviana. Bandung: Jurusan
Pendidikan Luar Biasa UPI.
Sunardi (2009). Issues and Problems on
Implementation of inclusive Education
76
Pendidikan Inklusi Dalam MemajukanPendidikan Nasional
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Nyoman Temon Astawa
Denpasar

Anda mungkin juga menyukai