Dosen pengampu :
Disusun Oleh:
Izzaturrohmah 2201012597
Puji dan syukur selalu kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
selalu memberikan rahmat, taufiq, hidayah dan petunjuk hingga selesainya
artikel ILMU PENDIDIKAN ISLAM “Pendidikan Islam Inklusif”.
Untuk itulah artikel ini kami siapkan, dan semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua dan menjadi sumber referensi tambahan bagi penulis
publikasi serupa di masa mendatang.
Jombang,22,mei 2023
Penyusun
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan masalah...........................................................................................
BAB II PEMBAHSAN..........................................................................................
A.KESIMPULAN.............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAPTAR PUSTAKA...........................................................................................
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia ialah negara yang berpotensial dalam berbai
area, galat satunya ialah Pendidikan Indonesia wajib pada
sesuaikan dengan kondisi kekinian. .Keniscayaan akan design
pendidikan yang lebih baik telah menjadi "kewajiban" bersama
dalam usaha merealisasikannya. Melakukan suatu usaha
pembebasan terhadap pendidikan yang selama ini banya
diwarnai dengan nilai yang menghegemoni kreativitas berfikir
murid sudah mengharuskan kita berusaha merubah sambil
menyampaikan konsep baru ihwal pendidikan yang sebenarnya.
memberikan sepenuhnya peluang pada murid pada rangka
pengembangan kemampuannya sesuai dengan ability nya, akan
berimplikasi positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya
secara alamiah (nature).1
1
pemerintah juga berkewajiban secara terus menerus melakukan
berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
rakyat. Apalagi bila merujuk kepada HDI pada tahun 2011
Indonesia berada di No.124 dari 187 Negara, sedangkan di Asia
Pasifik, Indonesia berada di No.12 dari 21 Negara.2
2
pada antara permasalahan tadi merupakan realitas masih
banyaknya siswa yang berkategori mempunyai keterbatasan
fisik juga mental. dia tidak mendapatkan hak pendidikan serta
pengajaran sebagaimana yang dinikmati oleh anak yang typical
lainnya. istilah yang biasa digunakan bagi mereka merupakan
disabel atau difabel. Information baru yg dirilis Kementerian
Kesehatan 2010, menyebut jumlah penderita difabel mencapai
3,11 persen asal populasi penduduk atau lebih kurang 6,7 jiwa.
sementara Bila mengacu pada baku organisasi kesehatan global
WHO menggunakan persyaratan yg lebih ketat lagi tentunya,
diketahui jumlah penyandang cacat pada indonesia mencapi 10
juta jiwa. berasal jumlah itu, separo lebih merupakan anak yang
tidak atau belum mendapat kesempatan menikmati pendidikan.
Jumlah kaum tunanetra sendiri menurut information WHO tahun
2002 mencapai 1,lima% dari all out populasi, jauh lebih tinggi
daripada negara berkembang lain mirip Bangladesh (1%), India
(0,7%), Thailand (0,tiga%). Selama ini pemerintah telah
memberikan akses pendidikan bagi Anak berkebutuhan khusus
(ABK) dengan difasilitasi di sekolah SLB. tetapi keberadaan
forum itu selama ini tidak relatif memberikan fasilitas yang
memadai bagi perkembangan ABK.
3
pada sisi lain, pendidikan Islam menjadi sebuah sistem
yang secara konsep, metode juga menjadi soul sudah
diimplementasikan di madrasah, pesantren serta institusi
pendidikan Islam lainnya, merupakan sebuah keniscayaan Jika
forum pendidikan Islam berusaha melakukan aneka macam
inovasi dan pembaharuan secara menyeluruh pada rangka
menaikkan kualitasnya. Hal ini sejalan dengan kritik yang
dikemukakan sang Fazlur Rahman yg menyoroti kemunduran
pendidikan Islam seraya memberikan solusi dengan
menekankan pentingnya wangsit pemikiran menggunakan
kriteria-krieria nyata bagi keberhasilan pendidikan Islam.3
3
Fazlur Rahman juga lebih memilih istilah Intelektual Islam dari pada
Pendidikan Islam karena dipandang lebih elaboratif .Lihat Fazlur Rahman,
Islam and Modernity :Transformation of Intellectual Tradition (Chicago: The
Chicago University, 1982).
4
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Pendidikan inklusif
2. Landasan penyelenggaraan Pendidikan inklusif
3. Model-medel Pendidikan inklusif
4. Pendidikan inklusif dalam islam
C. Tujuan masalah
Mengetahui dan Memahami pengertian dan landasan
hukum maupun teori-teori beserta model-model Pendidikan
inklusif, baik dalam Pendidikan nasional umumnya dan
Pendidikan islam khususnya
5
BAB II
PEMBAHSAN
6
terutama setelah adanya kesepakatan internasional tentang hak-
hak anak pada tahun 1989 dan Konferensi Dunia tentang
Pendidikan pada tahun 1991 di Bangkok yang mengeluarkan
deklarasi "Training for All". Deklarasi ini mengikat semua
negara anggota konferensi untuk memberikan layanan
pendidikan yang memadai bagi semua anak tanpa terkecuali,
termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.4.
4
Baker,E.T.(1994). Metaanalysis enidence for non- inclusive Educational
practices. Disertasi. Temple University. Hlm. ii
7
Bukittinggi yang menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi.
Rekomendasi ini menekankan pentingnya pengembangan
program pendidikan inklusif sebagai cara untuk memastikan
bahwa semua anak mendapatkan pendidikan berkualitas dan
layak. Seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan inklusif
di dunia, Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000
telah mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini
merupakan kelanjutan dari program pendidikan terpadu yang
sebelumnya diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an,
namun kurang berkembang. Baru pada tahun 2000, program ini
dihidupkan kembali mengikuti tren global dengan mengadopsi
konsep pendidikan inklusif.5
5
5 Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan Kebutuhan
khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub
8
perbedaan mereka dalam hal fisik, mental, sosial, emosional,
dan bahkan status sosial ekonomi.
6
Herawati Nenden Ineu.pendidikan inklusif. Hlm.2
9
menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap murid, serta mendapatkan bantuan dan
dukungan dari staf pendidikan khusus agar anak-anak dapat
berhasil.
10
kemampuan dan kebutuhan masing-masing murid, serta
mendapatkan bantuan dan dukungan dari tenaga pendidik
khusus agar anak-anak dapat berhasil (konsep yang
dikemukakan oleh Stainback, 1980).
11
tenaga terlatih atau profesional di bidangnya agar dapat
menyusun program pendidikan yang sesuai dan objektif.8
8
ttp://www.csie.org.uk/inclusion/what.html., diakses 28 Maret 2013.
9
J. Dafid Smith, Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua (Bandung: Nuansa,
2009), 397-400
12
Pendekatan pendidikan inklusif yang ketiga mengacu
pada sistem layanan pendidikan di mana anak-anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah terdekat dalam kelas
reguler bersama teman sebayanya. Sekolah yang menerapkan
pendidikan inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi semua
murid dalam satu sekolah yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang sesuai dan menantang, namun
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid,
serta mendapatkan bantuan dan dukungan dari tenaga pendidik
khusus agar anak-anak dapat berhasil.
13
Pendekatan ini menekankan pentingnya integrasi anak-
anak dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan pendidikan
yang biasa, sehingga mereka dapat merasakan pengalaman
belajar yang sama dengan teman sebayanya. Tujuannya adalah
untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, memenuhi
kebutuhan setiap anak, dan memberikan dukungan yang
diperlukan untuk kesuksesan mereka..10
10
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (Direktorat Pendidikan Luar
Biasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2005)
14
sama untuk belajar di sekolah reguler bersama dengan teman
sebaya mereka. Mereka tidak dipisahkan atau diisolasi dalam
setting pendidikan yang terpisah, tetapi menjadi bagian dari
komunitas sekolah yang lebih luas.
11
Daniel P. Hallahan et.al.,Exceptional Learners: An Introduction to Special
Educatin (Boston: Pearson Education Inc., 2009), 53
15
kelima, dalam ensiklopedi online Wikipedia disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusi yaitu
pendidikan yang memasukkan peserta didik berkebutuhan
khusus untuk bersama-sama dengan peserta didik conventional
lainnya. Pendidikan inklusif adalah mengenai hak yang sama
yang dimiliki setiap anak. Pendidikan inklusif merupakan suatu
arrangements untuk menghilangkan penghalang yang
memisahkan peserta didik berkebutuhan khusus dari peserta
didik common agar mereka dapat belajar dan bekerja sama
secara efektif dalam satu sekolah.12
16
sekolahsekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman
seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi
sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung
pemenuhan kebutuhan khusus setiap peserta didik. Artinya,
dalam pendidikan inklusif tersedia sumber belajar yang kaya
dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu: peserta didik,
ace, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan
inklusif, peserta didik berkebutuhan khusus dididik
bersamasama dengan peserta didik pada umumnya (run of the
mill) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
(Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di
dalam masyarakat terdapat anak run of the mill dan anak
berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu
komunitas. Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
17
harus belajar di tempat , ace, sumber belajar, fasilitas
belajar yang berbeda.
18
kelas yang sama. Sekolah ini menawarkan program pendidikan
yang relevan, menantang, namun sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap siswa. Di samping segalanya, sekolah inklusi
juga merupakan tempat dimana setiap siswa diterima, menjadi
bagian dari kelas dan saling membantu dengan seorang guru 09
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif BAB II.
Pendidikan inklusif dan teman sebaya dan anggota masyarakat
lainnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.15
15
Ibid 09
16
Ibid 11
19
2. Landasan penyelenggaraan Pendidikan inklusif
Secara umum penyelenggaraan pendidikan inklusi
memiliki tiga landasan, yaitu landasan hukum, landasan empiris
dan landasan filosofis. a) dasar hukum
20
C. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 5a (1) Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu, daerah tertinggal atau pedesaan dan masyarakat adat
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Menurut ayat 4, warga negara yang memiliki potensi cerdas dan
berbakat berhak memperoleh pendidikan khusus.
21
f) Ayat 1 Pasal 32 Pendidikan luar biasa adalah pendidikan bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan mengikuti mata
pelajaran karena kelainan fisik, emosional, psikis, atau sosial
dan/atau yang memiliki potensi kecerdasan dan kemampuan
khusus. Butir 2) Pendidikan kedinasan khusus adalah
pendidikan bagi peserta didik yang tinggal di daerah terpencil
atau pedesaan, masyarakat yang biasanya berada di daerah
terpencil atau yang pernah mengalami bencana alam, bencana
sosial dan berada dalam keadaan ekonomi yang kurang mampu.
22
i) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 2 (1) Standar nasional pendidikan
meliputi standar isi, standar komposisi, standar kualifikasi
kelulusan, standar pengajaran dan pendidikan, standar sarana
prasarana, standar administrasi, standar keuangan, dan standar
penilaian pendidikan. . PP No. 19/2005 juga menegaskan bahwa
satuan pendidikan khusus terdiri dari SDLB, SMPLB dan SMA
LB.
b) Dasar empiris
Dasar empiris
23
Kurikulum pendidikan juga memiliki landasan empiris, antara
lain;
24
Pasal 2 Setiap orang berhak untuk menerima semua hak
dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini,
tanpa pengecualian seperti diskriminasi atas dasar ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan
politik atau lainnya, asal kebangsaan atau sosial,
keanggotaan, kelahiran atau yang lainnya. pendapat .
posisi kedua Juga tidak boleh ada diskriminasi atas dasar
status politik, hukum atau internasional dari negara atau
wilayah asal seseorang, apakah itu negara merdeka,
perwalian, koloni atau di bawah kekuasaan orang lain.
perbatasan kedaulatan.
25
Pasal 6 Setiap orang berhak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum di manapun juga.
26
Pasal 11 (1) Setiap tersangka tindak pidana dianggap
tidak bersalah sampai kesalahannya dibuktikan menurut
undang-undang dalam suatu pemeriksaan umum, di
mana ia memperoleh segala jaminan yang diperlukan
untuk pembelaannya. Tidak seorang pun dapat dituntut
dengan kejahatan untuk suatu tindakan atau kelalaian
yang tidak merupakan suatu kejahatan menurut hukum
nasional atau internasional pada saat tindakan itu
dilakukan. Juga tidak dapat dijatuhkan hukuman yang
lebih keras daripada hukum yang seharusnya dijatuhkan
pada saat kejahatan dilakukan.
27
Pasal 14 (1) Setiap orang berhak mencari dan menerima
suaka di negara lain untuk melindungi dirinya dari
penganiayaan. (2) Hak ini tidak berlaku untuk
penuntutan yang timbul dari kejahatan selain dari
kebijakan atau tindakan yang bertentangan dengan
tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.
28
Pasal 17 (1) Setiap orang berhak memiliki harta benda
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain.
(2) Harta tidak dapat diambil secara sewenang-wenang
oleh orang iseng.
29
Pasal 21 (1) Setiap orang berhak turut serta dalam
pemerintahan negaranya secara langsung atau melalui
wakil-wakil yang dipilih secara bebas. (2) Setiap orang
berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh
jabatan publik di negaranya. (3) kehendak rakyat harus
menjadi dasar kekuasaan pemerintahan; Kehendak itu
harus diungkapkan dalam pemilihan umum yang
diadakan secara berkala dan melalui pemungutan suara
yang adil, universal dan setara, pemungutan suara
rahasia atau prosedur lain yang menjamin kebebasan
berekspresi.
30
berhak, tanpa diskriminasi, atas upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama. (3) Siapa saja yang buruh berhak
atas upah yang layak dan bermanfaat yang menjamin
kehidupan berharga baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk dirinya sendiri keluarganya dan ditambah jika
perlu jaminan sosial lainnya. (4) Setiap orang berhak
membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja
melindungi kepentingan mereka. Pasal 24 Setiap orang
berhak atas istirahat dan rekreasi, termasuk pembatasan
jam kerja yang wajar dan liburan berkala, namun tetap
dibayar.
31
khusus. Semua anak, lahir di dalam dan di luar Anda
harus mendapatkan jaminan sosial untuk menikah Sama.
32
kepentingan ilmiah. (2) Setiap orang berhak
mendapatkan perlindungan dari manfaat moral dan
material yang diterima sebagai hasil karya ilmiah, sastra
atau seni yang dia ciptakan
33
Pasal 30 Tidak ada sesuatu pun dalam Deklarasi ini
yang diizinkan dimaknai memberi ruang, kelompok
atau orang, hak untuk terlibat dalam suatu kegiatan
sesuatu atau melakukan tindakan yang bertujuan
merusak hak dan kebebasan yang mana juga termasuk
dalam pernyataan ini.18
18
Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10
Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)
https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-deklarasi-universal-hak-
asasi--%24R48R63.pdf
34
8. Hak untuk Mendapatkan Status Kebangsaan
19
Ibid
35
6) Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan
memastikan keunggulan untuk semua, sehingga hasil belajar
setiap orang diakui dan diukur, terutama yang berkaitan dengan
membaca dan berhitung dan kecakapan hidup. D. Resolusi PBB
48/49 tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi
penyandang disabilitas. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Nomor 48/49, 1993. Resolusi tentang Kesempatan yang Sama
bagi Penyandang Cacat (Three Night Basic Rules for the
Handicapped. World Conference on Education for All, 5-9
Maret 1990).
1) Memperluas dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan
anak usia dini yang komprehensif, terutama untuk anak-anak
yang paling tidak beruntung. 2) Hingga tahun 2015, memastikan
akses gratis dan penuh ke pendidikan dasar wajib yang
berkualitas bagi semua anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis minoritas.
3) Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan
orang dewasa terpenuhi melalui akses yang sama ke program
pembelajaran dan kecakapan hidup yang relevan. 4) Mencapai
setengah dari peningkatan literasi orang dewasa pada tahun
2015, terutama untuk perempuan, dan akses yang sama ke
pendidikan dasar dan lanjutan untuk semua orang dewasa. 5)
Penghapusan pembagian pendidikan dasar dan menengah yang
berbeda pada tahun 2005 dan mencapai kesetaraan dalam
pendidikan pada tahun 2015, berfokus pada perempuan untuk
memastikan akses penuh dan setara ke pendidikan dasar yang
berkualitas.
36
6) Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan
memastikan keunggulan untuk semua, sehingga hasil belajar
setiap orang diakui dan diukur, terutama dalam keterampilan
membaca dan berhitung serta kecakapan hidup.
D. Resolusi PBB 48/49 tahun 1993 tentang kesempatan yang
sama bagi penyandang disabilitas. Resolusi PBB No. 48/49
Tahun 1993. Resolusi tentang Kesetaraan Kesempatan Bagi
Penyandang Disabilitas (Aturan Standar 3 Malam Bagi
Penyandang Disabilitas). pendidikan inklusif untuk memenuhi
harapan tentang hak dan kualitas dan apa yang harus kita
lakukan untuk mencapai harapan tersebut pendidikan inklusif
untuk memenuhi harapan tentang hak dan kualitas dan apa yang
harus kita lakukan untuk mencapai harapan tersebut. Pendidikan
Konferensi Dunia untuk Semua, 5.-9. Maret 1990
1) Memperluas dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan
anak usia dini yang komprehensif, terutama untuk anak-anak
yang paling tidak beruntung. 2) Hingga tahun 2015, memastikan
akses gratis dan penuh ke pendidikan dasar wajib yang
berkualitas bagi semua anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis minoritas.
3) Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan
orang dewasa terpenuhi melalui akses yang sama ke program
pembelajaran dan kecakapan hidup yang relevan. 4) Mencapai
setengah dari peningkatan literasi orang dewasa pada tahun
2015, terutama untuk perempuan, dan akses yang sama ke
pendidikan dasar dan lanjutan untuk semua orang dewasa. 5)
Menghilangkan perbedaan besar dalam pendidikan dasar dan
menengah pada tahun 2005 dan mencapai pendidikan yang
37
setara pada tahun 2015, dengan penekanan pada perempuan,
memastikan akses penuh dan setara ke pendidikan dasar yang
berkualitas.
6) Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan
memastikan keunggulan untuk semua, sehingga hasil belajar
setiap orang diakui dan diukur, terutama dalam keterampilan
membaca dan berhitung serta kecakapan hidup. D. Resolusi
PBB 48/49 tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi
penyandang disabilitas. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Nomor 48/49, 1993. Resolusi tentang Kesempatan yang Sama
bagi Orang Cacat (3 Night Basic Rules for the Handicapped.
World Conference on Education for All, 5-9 Maret 1990).
1) Memperluas dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan
anak usia dini yang komprehensif, terutama untuk anak-anak
yang paling tidak beruntung. 2) Hingga tahun 2015, memastikan
akses gratis dan penuh ke pendidikan dasar wajib yang
berkualitas bagi semua anak dalam situasi sulit, terutama anak
perempuan dan anak-anak dari etnis minoritas.
3) Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan
orang dewasa terpenuhi melalui akses yang sama ke program
pembelajaran dan kecakapan hidup yang relevan. 4) Mencapai
setengah dari peningkatan literasi orang dewasa pada tahun
2015, terutama untuk perempuan, dan akses yang sama ke
pendidikan dasar dan lanjutan untuk semua orang dewasa. 5)
Penghapusan bagian yang berbeda dari pendidikan dasar dan
menengah pada tahun 2005 dan mencapai kesetaraan dalam
pendidikan pada tahun 2015, berfokus pada perempuan untuk
38
memastikan akses penuh dan setara ke pendidikan dasar yang
berkualitas.
6) Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan
memastikan keunggulan untuk semua, sehingga hasil belajar
setiap orang diakui dan diukur, terutama yang berkaitan dengan
membaca dan berhitung dan kecakapan hidup.
D. Resolusi PBB 48/49 tahun 1993 tentang kesempatan yang
sama bagi penyandang disabilitas. Resolusi PBB No. 48/49
Tahun 1993. Resolusi tentang Kesetaraan Kesempatan Bagi
Penyandang Disabilitas (Aturan Standar 3 Malam Bagi
Penyandang Disabilitas). pendidikan inklusif agar kita dapat
memenuhi harapan akan hak dan kebajikan dan apa yang harus
kita lakukan untuk mencapainya pendidikan inklusif agar kita
dapat memenuhi harapan akan hak dan kebajikan dan apa yang
harus kita lakukan untuk mencapainya.20
e. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
Salamanca (1994) menyatakan bahwa kelas khusus, sekolah khusus
atau bentuk lain pemisahan anak penyandang cacat dari lingkungan
regularnya hanya dilakukan jika hakikat atau tingkat kecacatannya
sedemikian rupa sehingga pendidikan dikelas standard dengan
menggunakan alat bantu khusus atau layanan khusus tidak dapat
dicapai secara memuaskan. Disamping tidak dapat 21menfasilitasi
direalisasikannya hak asisasi manusia di dunia ini. 22
20
tps://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/pendidikan-
untuksemua/latar-belakang-pus
21
Drs. Ahmad suriyansyah M.pd P hd. Pendidikan inklusi perkembangan dan
strategi pembangunannya. Universitas lambunf mangkurat,program pasca
sarjana .him. 03
39
f. Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000
Negara PBB berkomitmen untuk Tutoring for All (EFA) di
KomtienThailand(1990)dan Dakar (2000)berisikan enam tujuan
utama:
1).Memperluas pendidikan untuk anak usia dini
2)Menuntaskan wajib belajar untuk semua (2015)
3).Mengembangkan prosespembelajaran/keahlian untuk orang
muda dandewasa
4).Meningkatnya half orang dewasa yang melekhuruf (2015),
khususnya perempuan
5).Meningkatkan mutu Pendidikan
6).Menghapuskan kesenjangan heading
22
Badria Abdullah dan Aman, Model Pendidikan Inklusif dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 4 Palu.hlm.02
40
perkembanganusia dini anak, pra sekolah dasar dan menengah,
terutama mereka yang pada saat ini masih belum diberi kesempatan
untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau masih rentan
terhadap marginalisasi dan eksklusi
3) sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang
menghargai dan menghormati perbedaan individu semua warga
negara.
Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini untuk lebih
meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Asia dan benua lainnya;
1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip major yang
mendasari semua kebijakn nasional.
2) konsep kualitas seyogyanya difokuskan pada perkembangan
nasional, emosional dan fisik, maupun pencapaian akademik lainnya.
3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar sesuai
dengan prinsip non diskriminasi dan inklusi serta konsep kualitas
sebagaimana telah disebutkan di atas.
4) orang dewasa seyogyanya menghargai dan menghormati semua
anak, tanpa memandang perbedaan karakteristik maupun keadaan
individu, serta seharusnya pula memperhatikan pandangan mereka.
5) semua kementrian seyogyanya berkoordinasi untuk
mengembangkan strategi bersama menuju inklusi.
6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui kerangka sekolah
yang ramah terhadap anak, maka masalah non diskriminasi dan
inklusi harus diatasi dari semua dimensi, dengan upaya bersama yang
terkoordinasi antara lembaga pemerintah dan non pemerintah,
provider, masyarakat, berbagai kelompok close by, orang tua, anak
maupun sektor swasta
41
7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta organisasi non
pemerintah, seyogyanya berkolaborasi dan berkoordinasi dalam setiap
upaya mencapai keberlangsungan pengembangan masyarakat inklusif
dan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi semua anak.
8) Pemerintah seyogyanya mempertimbangkan implikasi sosial
maupun ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh karena itu
dalam manajemen sistem informasi sekolah harus mencangkup semua
anak usia sekolah
9) Program pendidikan pra-jabatan maupun pendidikan dalam jabatan
genius seyogyanya direvisi guna mendukung pengembangan praktek
inklusi sejak pada tingkat usia pra sekolah hingga usia di atasnya
dengan menekankan pada pemahaman secara holistik tentang
perkembangan dan belajar anak termasuk pada intervensi dini
10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan neighborhood) dan sekolah
seyogyanya membangun dan memelihara talk dengan masyarakat,
termasuk orang tua, tentang nilainilai sistem pendidikan yang non -
diskriminatifdan inklusif23.
c.Landasan filosofi
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang
negara Burung Garuda yang berarti 'bhineka tunggal ika.' Keragaman
dalam etnik, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya merupakan
kekayaan bangsa yang tetap menjungjung tinggi persatuan dan
kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23
Nenden Ineu Herawati.pendidikan inklusif. Hlm 11-12
42
b. Pandangan agama khususnya Islam antara lain ditegaskan bahwa:
(1) manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan seseorang
di hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi taqwanya, (3) Allah tidak
akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri, (4) manusia
diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi('inklusif')
c. Pandangan careful hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap
manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan24
24
Johnsen,Berit H dan Miriam D.Skjorten.(2003) Pendidikan Kebutuhan
khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub.
25
kadir, Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 2015
43
pendidikan inklusif mencakup siswa dari latar belakang, bakat
dan kemampuan yang berbeda, sehingga pelaksanaannya
memerlukan upaya serius untuk menciptakan lingkungan yang
ramah siswa di mana semua siswa dapat belajar dengan nyaman
dan bahagia. (Kadir, 2015)
44
a) model kelas reguler (inklusif penuh), yaitu model
pembelajaran yang memadukan siswa berkebutuhan khusus
(PDBK) dan siswa reguler (PDR), dengan ketentuan bahwa
siswa berkebutuhan khusus (PDBK) tidak memiliki kecacatan
intelektual yang berarti. Tidak ada perlakuan atau layanan
khusus di kelas ini, semua siswa diperlakukan sama.26
26
sholihin, Kanwil Kemenag Kalbar, diakses pada
http://kalbar.kemenag.go.id, 2019
27
ICODIF, Promoting Disability Rights in Indonesia, (Yogyakarta: PLD Press,
2020)
45
komponen mata pelajaran tertentu yang memerlukan
pembedaan bagi siswa berkebutuhan khusus (PDBK) karena
ketidaksamaan belajar bersama dengan siswa lain. Ini adalah
waktu khusus ketika siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus
(PSL) dialihkan dari kelas reguler untuk menerima layanan
khusus dengan materi, strategi, metode dan media yang lebih
sesuai dengan kebutuhan mereka. d) Model Bunch and Haul
Out, merupakan model pembelajaran gabungan antara model
kelompok dan model haul out. Sistem model pembelajaran ini
berada pada titik tertentu. Siswa Berkebutuhan Khusus (PDBK)
dikelompokkan secara terpisah, namun tetap dalam satu kelas
reguler dengan pendamping khusus. Di lain waktu, siswa
dengan kebutuhan khusus (PSS) ditempatkan di ruang kelas atau
lembaga khusus untuk memberi mereka layanan khusus dengan
materi, strategi, metode, dan alat yang lebih sesuai dengan
kebutuhan mereka. (Minasih, 2019). e) Model kelas khusus,
model yang digunakan oleh sekolah dimana diadakan kelas
khusus bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK), tetapi
pembelajaran tertentu mempunyai kegiatan lain, semua siswa
digabungkan dengan kelas reguler. Model ini merupakan model
pengajaran yang menawarkan kelas hanya untuk siswa
berkebutuhan khusus (PDBK) tanpa siswa pada umumnya
46
dalam satu kelas. Namun pada waktu-waktu tertentu, siswa
berkebutuhan khusus (PDBK) digabung dengan siswa reguler
(PDR). Model kelas khusus ini memiliki kekhasan tersendiri,
dimana kelas Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK)
berada dalam satu kompleks yang sama dengan kelas reguler.
Dalam model kelas khusus ini, siswa berkebutuhan khusus
(PDBK) dapat berinteraksi secara tidak langsung dengan siswa
reguler (PDR) di kelas maupun berinteraksi langsung di luar
kelas.28.
28
Fitrianah, Meningkatkan Minat Belajar Anak Inklusif melalui Midel Pull Out
di MI Nurul Huda Kalangananyar Sedati, dalam Jurnal UMSIDA, 2018
47
berkebutuhan khusus (SEN) selalu berada di kelas reguler
dengan semua mata pelajaran (inklusi penuh). Hal ini karena
beberapa anak berkebutuhan khusus (SEN) mungkin berada di
kelas atau ruangan khusus dengan pasangan khusus tergantung
kebutuhannya..29
48
tenaga administrasi, kesempatan dan sarana pendidikan, serta
penilaian pembelajaran. Dalam melaksanakan pendidikan
inklusi, sekolah harus memiliki tempat dan sarana prasarana
yang layak dan memadai, hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas siswa (Lisinus dan Sembiring, 2020)
49
5. RPP tersebar luas untuk mahasiswa profesi dan lainnya
30
Y. Subasno, Pendidikan Inklusif untuk Mengakomodasi Peserta Didik dalam
Rangka Pengembangan Indonesia, dalam Jurnal Institusional Repository
UPH, 2018
31
Budiono dan Muslim, Individualized Education Program, (Jember: CV
Pustaka Abadi, 2020
51
3. Pelatih dan staf pelatih
4. Infrastruktur
52
bumerang evaluasi yang tentunya memadamkan semangat
belajar (Widyanti, 2017). Evaluasi mengasumsikan penilaian
yang bersifat evaluatif, bukan kritis. 6. Tinjauan
7. Partisipasi
33
Pristiwaluyo, ABK Centre, diakses pada http://abkcentre.b;ogspot.com,
2009
34
Ibid..
53
hasil yang maksimal jika masyarakat tidak berpartisipasi di
dalamnya.35
54
(Shihab, 2009: 598). Hal itu menunjukkan kedekatan
silaturahmi dengan kedekatan kerabat muslim lainnya.
Meskipun pemeluknya berbeda suku, suku, bahasa, warna kulit
dan adat istiadat serta lapisan, namun mereka satu dalam
ukhuwah Islamiyah (Amiri, 2015: 151). Maka jika terjadi
perselisihan (perselisihan) di antara sekelompok umat Islam,
maka harus diupayakan perdamaian di antara mereka melalui
ikatan ukhuwah. Persaudaraan memang menjadi kunci sukses
dalam menciptakan dan memelihara masyarakat yang baik,
terhormat dan disegani. Sejarah telah mencatat nilai positif dari
persaudaraan ini, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW, yang mempersatukan para hijrah yang terpecah belah
menjadi sebuah komunitas. Ini juga mengarah pada cara berpikir
radikal yang pada akhirnya mengarah pada konsep Islam-kafir.
Padahal ayat di atas mengatakan jangan saling mentertawakan
atau menegur satu sama lain karena menimbulkan perselisihan.
Tafsir Misbah juga menjelaskan pengertian individualized
organization (kasar), yaitu menyebut-nyebut kekurangan pihak
lain dengan tujuan menertawakan penderitaan rakyat, baik
melalui perkataan, perbuatan maupun perilaku (Quraish Shihab,
2009: 606). Perselisihan bisa dihindari dengan bersikap toleran,
memahami bahwa perbedaan adalah rahmatal lil 'alamin.
55
Mengakui dan menghormati keberadaan agama lain bukan
berarti mengakui kebenaran ajarannya, melainkan menciptakan
suasana damai dan sejahtera. Selain itu, Allah SWT juga
menegaskan pada ayat selanjutnya bahwa dilarang
berprasangka buruk terhadap orang yang tidak memiliki
indikator yang memadai, karena pernyataan yang tidak memiliki
indikator tersebut adalah dosa. Serta mencari-cari kesalahan
orang lain dan berpikir di balik layar. Peran guru sebagai
pendidik sangatlah sentral. Karena di tangan mereka, santri
dapat membentuk visi keagamaannya sendiri melalui lensa
rahmatal lil 'alamin. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan
oleh Musaddad (2016: 102), guru hendaknya memantapkan
dirinya sebagai guru belaka dan tidak menampilkan dirinya
sebagai pendidik dengan kedok penguasa. Oleh karena itu,
penulis mengajak calon guru dan/atau pendidik muda untuk
meredistribusi kurikulum dan metodologi pengajaran dari
pengajaran eksklusif menjadi pembelajaran inklusif.
Pembelajaran di kelas dengan nilai-nilai agama inklusif,
pendidikan agama sedang dan cinta agama. Secara umum
pendidikan agama di Indonesia dipengaruhi oleh pendidikan
masyarakat, terutama pendidikan yang diajarkan di sekolah atau
perguruan tinggi, yang biasanya bersifat eksklusif yaitu
56
pendidikan intoleran yang bertujuan menafikan realitas bangsa
Pancasila. . kekerasan berdasarkan keyakinan eksklusif. Dengan
demikian terciptalah ajaran yang mengutamakan kebenaran
universal dan tidak memihak pada satu golongan. Berlawanan
dengan epistemologi pendidikan Paulo Freire untuk pembebasan
kaum tertindas (kekerasan), pendidikan harus mampu
memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk
berimprovisasi guna menemukan dirinya dalam eksistensi.
Pelajar yang menginternalisasi citra diri para penindas dan
menanggapi ekstrim kiri sebagai Marxis liberal. Menurut Sapon-
Selvin yang dikutip Hujair, pembelajaran inklusif memiliki lima
profil, yang meliputi:
57
(4) Pendidikan inklusif berarti motivasi berkelanjutan dari guru
dan kelas mereka dan penghapusan hambatan isolasi
profesional, dan
58
2. Semua anak bisa belajar
59
saling membinasakan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an
Surat al-Hujarat ayat 11 dan Hadits Nabi. Abu Hurairoh
berkata: Kualitas seseorang diukur dari kemampuannya. Tidak
boleh ada perbedaan pendidikan guru pendidikan umum dan
pendidikan khusus, karena pendidikan yang layak adalah hak
semua anak. Tidak ada perbedaan antara murid umum dan murid
berkebutuhan khusus (Surah Abbasa ayat 1-4 teguran halus
kepada Nabi karena mengabaikan orang buta). Manusia
memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal.
BAB III
60
Pendekatan pendidikan inklusif bertujuan untuk menjangkau semua
orang dan tidak membedakan berdasarkan karakteristik fisik, mental,
sosial, emosional, dan status sosial ekonomi. Penyelenggaraan
pendidikan inklusi didasarkan pada tiga landasan utama, yaitu
landasan hukum, landasan empiris, dan landasan filosofis.
Dalam pembelajaran inklusif, ada lima profil penting yang
disebutkan oleh Sapon-Selvin, seperti yang dikutip oleh Hujair.
Pertama, menciptakan dan memelihara suasana kelas yang hangat,
menerima keberagaman, dan menghargai perbedaan. Kedua,
implementasi kurikulum secara bertahap dan multimodal. Ketiga,
menyiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara interaktif.
Keempat, dorongan terus menerus dari guru dan kelas mereka serta
penghapusan hambatan untuk isolasi profesional. Dan kelima,
melibatkan partisipasi orang tua secara bermakna dalam proses
diskusi.
Secara keseluruhan, pendidikan inklusif bertujuan untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, menerapkan
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, melibatkan
partisipasi aktif guru dan orang tua, serta menghargai keberagaman
dan perbedaan antar individu.
B. SARAN
61
DAPTAR PUSTAKA
2005), xivhttp://datakesra.menkokesra.go.id/content/hdi-
62
Fazlur Rahman juga lebih memilih ungkapan cendekiawan
2005)
63
Daniel P. Hallahan et al., Exceptional Learners: An Introduction
2009), 53.
http://en.wikipedia.org/wiki/Inclusion_(education),
pendidikan inklusif.p. 08
Pendidikan Nasional
(III) https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-
declarasi-universal-hak-asasi--$R48R63 .pdf
64
Kadir, Sekolah Inklusif dalam Inklusi, Jurnal Pendidikan
http://kalbar.kemenag.go.id, 2019
2019)
http://abkcentre.b;ogspot.com, 2009
65
L. Kholida, Manajemen Pendidikan Inklusif, Jurnal TARBAWI,
2016
66