Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.ag
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul Perkembangan Dan
Pembaharuan Pendidikan dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Muhammad Zaini, M.A selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.ag. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Dasar Dasar Pendidikan Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
5. Serta teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan,
semangat dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat di sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan makalah sangat kami
harapkan.
Penulis
ii
Daftar Isi
MAKALAH..............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
C.Tujuan penulisan..................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
A. Arah Pengembangan Pendidikan........................................................................................................3
B. Tujuan Pembaharuan Pendidikan........................................................................................................7
C. Faktor Penyebab Pembaharuan Pendidikan Di Indonesia.................................................................10
D. Bentuk Pembaharuan Pendidikan Di Indonesia................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup di dunia ini mempunyai tanggung jawab, salah satunya adalah
menuntut ilmu. Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi
setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Apabila seorang muslim ingin
menunaikan kewajibannya mencari informasi, maka informasi yang dicari tersebut
harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada saat itu, dan kebutuhan akan informasi
tentang suatu hal berubah seiring berjalannya waktu.
Kebutuhan seseorang akan ilmu pengetahuan atau pendidikan saat ini tidak sama
dengan kebutuhannya akan ilmu pengetahuan puluhan tahun yang lalu, maupun tahun-
tahun yang akan datang. Dengan makin banyaknya kemungkinan untuk meraih
keuntungan dari berbagai kemajuan Ipteks, dan juga makin meningkatnya kekhawatiran
akan terancamnya eksistensi manusia, baik secara kelompok maupun perorangan, makin
banyak pula konflik kepentingan yang muncul, yang pada gilirannya akan menimbulkan
keteganganketegangan karena tarik ulur dari dua sisi yang berbeda. Dengan keyakinan
bahwa pembaharuan pendidikan perlu dilakukan dalam konteks yang ada, pembicaraan
akan dimulai dengan gambaran umum keadaan global di abad mendatang, dilanjutkan
dengan keadaan nasional yang dicitacitakan, ciri-ciri manusia yang dapat mendukung
tercapainya cita-cita tersebu
iv
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Arah Pengembangan Pendidikan ?
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1989), hal. 11
vi
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang disengaja, terencana, terpola,
dan dapat dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik agar tercapai
kemampuan yang optimal. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan yang ada dalam diri peserta didik.
Potensi-potensi dimaksud diharapkan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-
nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan
bagi manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
pendidikan, mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk
maju, sejahtera dan bahagia. Dalam pendidikan terdapat upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mendewasakan atau mengembangkan
potensi peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Oleh
karena itu, seharusnya pendidikan disesuaikan dengan kondisi setiap peserta didik.
Model kegiatan pendidikan di sekolah yang lebih banyak menyeragamkan pola
pengajaran secara klasikal. Pendidikan harus dilakukan dalam upaya mengembangkan
semua ranah atau dimensi yang ada dalam diri peserta didik. Ada Tiga Ranah
Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan:
Ranah kognitif mengurutkan keahlian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses
berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar
2
mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan.
2
Muhammad, M., & Nurdyansyah, N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center., 41
vii
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2)
comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis
(penguraian atau penjabaran).
Penguasaan ranah kognitif peserta didik, meliputi perilaku peserta didik yang
ditunjukkan melalui aspek intelektual, seperti pengetahuan serta keterampilan
berpikir. Pengetahuan serta keterampilan peserta didik, dapat diketahui dari
berkembangnya teori-teori yang dimiliki oleh peserta didik, serta memori berpikir
peserta didik yang dapat menyimpan hal-hal baru yang diterimanya.
Misalnya, peserta didik baru belajar mengenai definisi dari drama, teater, serta
tata panggung. Pada umumnya, peserta didik yang ranah kognitifnya kuat,
dapat menghafal serta memahami definisi yang baru diketahuinya.
Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengingat teori yang baru didapatnya,
sangat kuat. Penguasaaan ranah afektif peserta didik, dapat ditinjau melalui aspek
moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap peserta didik.
Pada ranah afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya.
Hal ini terbukti dari maraknya kekerasan yang ada di sekolah. Hal ini tentu
berseberangan dengan UUD 1945, pasal 28 B ayat 2 yang mengatakan bahwa, “Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan.
Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata dan Berkeadilan adalah salah satu
dari lima pilar utama arah pengembangan pendidikan nasional Indonesia . Pilar ini
bertujuan untuk memastikan bahwa akses pendidikan dapat diakses oleh semua orang,
tanpa terkecuali, dan dengan cara yang adil.
viii
2. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
Pilar ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebudayaan dan bahasa Indonesia
tetap terjaga dan berkembang, serta menjadi bagian penting dari identitas bangsa
Indonesia. Pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa dapat dilakukan
melalui berbagai cara, seperti mempelajari sejarah dan budaya Indonesia,
melestarikan warisan budaya, mengembangkan bahasa daerah, dan memperkenalkan
budaya Indonesia ke dunia internasional. Dalam konteks pendidikan, pelestarian
kebudayaan dan pengembangan bahasa dapat dilakukan melalui pengenalan dan
pembelajaran bahasa daerah, sastra, dan seni budaya Indonesia.
3
Akhmad Riandy A, dkk. Inovasi Pendidikan, (Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hal. 67
ix
B. Tujuan Pembaharuan Pendidikan
Adapun tujuan utama inovasi dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut :
x
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai dan didasari oleh
falsafah negara Indonesia (didasari oleh pancasila). Tujuan pendidikan nasional yaitu
tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan
formal, informal dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan
pendidikan nasional indonesia adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab” (Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003). Tujuan umum
pendidikan (pendidikan nasional) yaitu pembentukan manusia berjiwa pancasila. Dapat
dirumuskan dalam dokumen resmi Negara dalam hal ini GBHN dan UU pendidikan
nasional yang bersifat filosofi dan politis dan dapat berlaku dalam mencakup system
pendidikan secara keseluruhan dan hal itu bersifat umum.
Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau
lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh karena
itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan institusionalnya sendiri –
sendiri. Tidak seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional lebih bersifat
kongkrit. Tujuan institusional ini dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga
pendidikan. Dapat dirumuskan dalam UU pendidikan dan peraturan pemerintah yang
termasuk kebijaksanaan menteri pendidikan nasional yang bersifat kelembagaan TK, SD,
SLPT, SMA, Perguruan tinggi, kursus-kursus dan sebagainya.
3. Tujuan Kulikuler
Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini
dapat dilihat dari GBPP (Garis – garis Besar Program Pembelajaran) setiap bidang studi.
Tujuan kulikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional sehingga kumulasi dari
setiap tujuan kulikuler ini akan menggambarkan tujuan istitusional. Artinya, semua
tujuan kulikuler yang ada pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai
tujuan institusional yang bersangkutan.
xi
Dirumuskan dalam buku kurikulum dalam masing-masing mata pelajaran yang terbatas
untuk mata pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu misalnya IPS SD, Matematika
SLTP, Biologi SMA yang berlaku pada jenjang pendidikan tertentu yang tertuju pada
hasil belajar.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu :
Tujuan Instruksional (tujuan pembelajaran) Umum. Tujuan instruksional umum adalah
tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan
tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan instruksional umum ini dapat dilihat dari tujuan
setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di dalam GBPP.
Tujuan Instruksional (tujuan pembelajaran) Khusus. Tujuan instruksional khusus
merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru
dengan maksud agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan
mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Perubahan besar dunia pendidikan terlihat di era
digital sekarang ini, maka jika ingin dunia pendidikan kita maju harus beralih dari era
pendidikan konvensional menjadi era pendidikan digital. Sebuah harga yang tidak murah
karena alat digital seperti komputer, printer, infokus, modem, dan peralatan elektronik
lainnya harganya lumayan mahal sehingga hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu
mengadakannya. Oleh karena itu supaya akses pendidikan dapat dirasakan secara merata
dan berkeadilan ke depan pemerintah harus memikirkan ini sehingga tidak ada lagi
muncul istilah sekolah maju dan sekolah tertinggal. Memperbanyak titik jaringan
telekomunikasi.Terutama daerah-daerah pedalaman yang yang memiliki kontur
pegunungan. Kondisi geografi pegunungan akan menghambat penyebaran sinyal
telekomunikasi, sehingga praktis daerah yang terhalang pegunungan apalagi terletak di
lembah pegunungan akan sulit melakukan komunikasi lewat handphone, padahal
komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk berbagi informasi secara cepat.
Bisa dibayangkan jika kita tidak bisa berkomunikasi dengan pihak lain, maka kita seperti
berada di tempat yang sepi dan terasing. Membentuk relawan atau tenaga pendamping
pendidikan untuk daerah tertinggal.
xii
Melalui program kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghimpun sarjana-
sarjana pendidikan yang siap mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan negara.
Mereka bisa diberdayakan sebagai ujung tombak untuk membuka daerah-daerah terisolir
di Indonesia sehingga pada akhirnya daerah-daerah yang tadinya tertutup dan tertinggal
secara perlahan dapat berhubungan dengan dunia luar.4
Hambatan yang disebabkan oleh tidak tepatnya perencanaan atau estimasi dalam
proses difusi antara lain tidak tepat dalam mempertimbangakan implementasi inovasi,
kurang adanya kerja sama antar pelaksana inovasi, tidak adanya persamaan pendapat
tentang tujuan yang akan dicapai, tidak jelas struktur pengambilan keputusan,
komunikasi yang tidak lancar, adanya tekanan dari pemerintah untuk mempercepat hasil
inovasi dalam waktu yang sangat singkat.
4
Dwi Nugroho H, dkk. Pengantar Ilmu Pendiidkan Teoritis sistematis untuk guru & Calon Guru, (Depok : PT
Raja Grafindo Persada, 2020), hal. 34-36
xiii
d. Masalah Keuangan
Tidak memadainya dana dari oemerintah daerah atau pemerintah pusat, kondisi
perekonomian secara nasional dan penundaan penyampaian dana. Oleh karena itu,
dituntut kemampuan untuk mencari sumber-sumber dana lain yang akan digunakan
untuk pembiayaan pelakassanaan inovasi.
Faktor ini terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar anggota kelompok
pelaksana inovasi dan hubungan dengan masyarakat. Hal ini terjadi disebabkan karena
adanya ketidakharmonisan antar anggota proyek inovasi. Selain faktor-faktor utama
penghambat inovasi tersebut ada beberapa faktor lain yang menghambat inovasi dalam
bidang pendidikan yaitu :
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung selama kegiatan
pengajaran terjadi. Dimana dalam hal ini interaksi antara guru dan peserta didik.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pribadi guru dan peserta didik itu
sendiri. Contoh penggunaan internet sebagai salah satu inovasi pendidikan akan sulit
diterapkan bila pribadi guru tidak dapat menerima penggunaan internet tersebut.
xiv
Faktot internal adalah peserta didik yang mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam proses penerimaan inovasi pendidikan karena dalam kegiatan pembelajaran tujuan
yang akan dicapai adalah perubahan tingkah laku peserta didik. Faktor eksternal yang
mempengaruhi proses inovasi pendidikan adalah orang tua sebagai pendukung peserta
didik baik moral maupun penyedia dana bagi kegiatan peserta didik. Bila orang tua tidak
memberikan dukungan bagi kegiatan pendidikan anaknya, maka kegiatan pembelajaran
akan terhamba, dengan terhambatnya kegiatan pendidikan ini maka kegiatan inovasi yang
telah direncanakan akan terhambat pula. Faktor internal dan eksternal lain yang
mempengaruhi proses penerimaan inovasi adalah guru, administrator, dan konsuler yang
terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajran di sekolah.5
Untuk dapat menjawab tantangan jaman global bangsa-bangsa harus bekerja keras,
tetapi bangsa Indonesia harus bekerja lebih keras karena rendahnya kualitas SDM yang ada.
Sistem pendidikan yang ada tampaknya belum memberikan andil yang signifikan dalam
membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian kuat dan cerdas (intelektual, emosional,
spiritual, fisik) sehingga mampu menjawab tantangan jaman tidak hanya untuk kejayaan
bagi diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa. Oleh sebab itu, pembaharuan
pendidikan tampaknya telah merupakan kebutuhan mendesak. Tekad untuk membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis dengan indikator keterbukaan pikiran
dan hati dan transparansi manajemen serta pemberian kesempatan kepada masyarakat dan
penggunaan kesempatan tersebut oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
telah dinyatakan berkali-kali dalam berbagai kesempatan oleh Pemerintah hasil Pemilu
1999. Pernyataan tekad tersebut telah diikuti oleh berbagai langkah, yang sebagian disambut
baik dan diharapkan segera dilaksanakan, misalnya otonomi daerah, dan sebagian lain
dianggap mengecewakan, terutama oleh kelompok masyarakat yang terkena dampak
negatifnya, yaitu pembubaran Depsos dan Deppen. Semua ini merupakan hal yang wajar
karena setiap perubahan dapat dipastikan mendapatkan reaksi pro dan kontra tergantung
pada sudut dan daya pandang masyarakat terkait.
5
Fitria Nur Auliah Kurniawati, Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia Dan
Solusi, (bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2022), Academy of Education Journal, vol. 13, Januari
2022, hal. 4-5
xv
Mereka yang melihatnya dari sudut pandang yang luas dengan daya pandang yang
lebih jauh ke depan jangkauannya tentu saja akan memberikan reaksi yang berbeda
dibandingkan dengan mereka yang melihatnya dari sudut pandang yang lebih sempit dengan
daya pandang sebatas kemampuan kelima indra untuk menangkap hasil upaya yang
dilakukan bersama dampaknya. Yang jelas bagi kita semua adalah bahwa masih banyak
masalah yang harus diselesaikan di negara kita ini, baik yang berkenaan dengan penegakan
supremasi hukum, pemulihan kondisi ekonomi, politik maupun moralitas.6
Dunia pendidikan kita sedang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, mulai
dari mutu pendidikan yang rendah, hingga banyaknnya bangunan sekolah yang roboh.
Untuk minat baca, berdasarkan hasil survey UNDP kita menduduki peringkat ke 96.
6
Manora, H. (2019). Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Edification Journal:
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 119-125
xvi
Sementara dikawasan ASEAN kita hanya diatas Laos dan Kamboja, Memperi-hatinkan;
karena dari pendidikanlah masa depan suatu bangsa ditentukan. Prof, DR. Arief Rahman,
pakar pendidikan nasional, mengingatkan agar masalah pendidikan jangan dijadikan alat
politik.
Saat ini, menurut Arief Rahman yang jadi penentu seseorang itu sukses adalah, pandai
dan lulus, bukan kejujuran, seperti yang diamanatkan undang-undang pendidikan kita,
bahwa pendidikan bertujuan untuk membuat orang berakhlak mulia, berbudi pekerti yang
luhur, cerdas, bertanggung jawab dan demokratis. Arief Rahman juga menambahkan bahwa
di dalam pendidikan kita ada ketidak adilan, karena orang yang cerdas disekolahkan pada
sekolah yang bermutu, lalu yang tidak cerdas mau kita kemanakan. Saat ini yang paling
banyak anak-anak usia pendidikan kita; miskin dan bodoh, tegas Arief Rahman. Gerakan
Satu Hati Cerdaskan Bangsa adalah gerakan moral yang peduli pendidikan, dengan
memberikan bantuan pada sekolah-sekolah yang kurang mampu. Bantuan yang diberikan
terutama bantuan buku-buku pengetahuan umum, bantuan perpustakaan
Ujian Akhir Nasional dan Standarisasi Lulusan, menjadi alasan pragmatisme dalam
pendidikan Nasional. Siswa tidak perlu mengembangkan diri pada aspek yang lain, karena
yang menjadi tiket untuk melanjutkan studi lanjutan hanyalah beberapa materi yang
diujikan dalam UAN. Praktek kecurangan dalam penyelenggaraan UAN merupakan efek
domino dari kekhawatiran lembaga pendidikan terhadap masa depan siswa dan lembaga itu
sendiri – seharusnya menurut Yohanes Surya (teori MESTAKUNG, (2006). manyatakan
bahwa situasi krisis akan menghasilkan kekuatan baru yang tak terduga untuk “survive”.
Dan para ahli psikologi tentu percaya bahwa mengikuti ujian tanpa stress serendah apapun,
akan diragukan pula hasil maksimal yang dapat dicapai.
Seharusnya Ujian akhir (Ujian Sekolah-US dan Ujian Nasional-UN) dipahami sebagai
bagian dari proses akhir pendidikan skolastik, sehingga tidak sampai diplesetkan menjadi
tujuan akhir proses pendidikan skolastik. Dengan pemahaman seperti ini proses
pembelajaran tidak diarahkan semata-mata agar lulus US dan UN semata. Bahkan beberapa
sekolah favorite dan yang ingin disebut favorite, telah melakukan kebijakan pada semester
akhir di kelas IX (SMP) maupun kelas XII (SLTA), telah meniadakan proses pembelajaran
untuk mata pelajaran US tertentu, demi pelaksanaan “drilling” untuk kepentingan lulus UN
semata.
xvii
Ujian Sekolah telah dijamin kelulusannya oleh (otonomi) pihak sekolah walaupun
keadaan kompetensi peserta didik seperti apapun rendahnya. Itulah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Sekolah (KTSP) yang berlaku di sekolah secara riil, melalui permainan
“petak umpet” dengan para “pengawas sekolah yang low-power”. Kondisi seperti ini
sebenarnya dapat diatasi manakala para pengawas sekolah memiliki “strong power” di
dalam melaksanakan supervisi kepengawasannya.
Diperlukan suatu aktivitas nyata untuk merealisasikan paradigma baru pendidikan kita
yang lebih berpihak pada komitmen masa depan peserta didik yang “bermutu” daya
pikirnya, “bermutu” sikap perilakunya serta “bermutu” kecakapan hidup-nya. Oleh
karenanya sangat disadari bahwa manajemen pendidikan kita di tingkat sekolah, perlu
diberdayakan dengan meningkatkan peran partisipasi aktif masyarakat melalui mekanisme
lembaga Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten-Kota, dan Provinsi, serta peran aktif
Komite Sekolah, yang tidak saja sebagai mediator antara stake-holders dengan pihak
eksekutif dan legislatif, akan tetapi juga berdaya dalam mekanisme kontrol penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas, serta dukungan penuh terhadap pelaksanaan program layanan
pendidikan yang telah disepakati bersama (Darsono Setiawan, Alternatif Arah Pendidikan,
2009).7
b. Arah Pendidikan
7
Robiyono, Arafat, Y., & Setiawan, A.A. (2021). Strategi Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 582- 593
xviii
2. Pemberdayaan Guru:
3. Inklusivitas Pendidikan:
a. Peningkatan Aksesibilitas: Memastikan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan
masyarakat, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus.
b. Pengembangan Program Inklusif: Meningkatkan program pendidikan inklusif untuk
mendukung keberhasilan semua siswa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.
5. Pengembangan Karakter:
8
Abdul Wahab, dkk. Teori Aplikasi Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hal.
164.
xix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan pendidikan adalah suatu usaha sistematis untuk meningkatkan dan
memperbaiki sistem pendidikan agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi peserta
didik. Pengembangan pendidikan mencakup berbagai aspek, dan arah pengembangan
pendidikan dapat bervariasi tergantung pada konteks, kebijakan, dan tujuan pendidikan
suatu negara atau lembaga.
Setiap negara atau lembaga pendidikan mungkin memiliki fokus yang berbeda sesuai
dengan tantangan dan kebutuhan spesifik mereka. pengembangan pendidikan seringkali
melibatkan kombinasi berbagai strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Peningkatan
kuantitas peserta dan lamanya mengenyam pendidikan formal belum diikuti dengan
gambaran hasil-hasil pendidikan yang semestinya. Dengan semakin tingginya masyarakat
yang berpendidikan, diharapkan akan tercipta masyarakat madani dan memiliki tingkat
peradaban yang tinggi.
Inovasi adalah suatu ide, gagasan, barang/benda, strategi, metode yang dapat dilihat
diamati, atau dirasakan oleh seseorang atau kelompok sebagai suatu yang baru, yang
sebelumnya tidak ada dan belum pernah dilakukan yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja dan
direnacanakan yang dilalui dengan berbagai proses yang meliputi bimbingan, tuntunan pada
diri peserta didik dibangku sekolah dalam mengembangkan potensinya sehingga peserta
didik memiliki intelegensi, emosional dan spritual dalam rangka menjadi manusia yang
berpendidikan dalam hidup sebagai pedoman hidupnya di masa depan.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, dkk. Teori Aplikasi Ilmu Pendidikan, Jakarta : Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2021.
Akhmad Riandy A, dkk. Inovasi Pendidikan, Aceh : Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini, 2021.
Arin Tentrem Mawati, dkk. Inovasi Pendidikan Konsep, Proses dan Strategi.
Jakarta : Yayasan Kita Menulis, 2020.
Azzumardi Azra. “Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru.” Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Terdapat Dalam Lentera
Pendidikan Vol. 16, No. 2 (Desember 2013)
Dwi Nugroho H, dkk. Pengantar Ilmu Pendiidkan Teoritis sistematis untuk guru &
Calon Guru, Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2020.
Fitria Nur Auliah Kurniawati. Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas
Pendidikan Di Indonesia Dan Solusi, (Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2022), Academy of Education Journal, Vol. 13, Januari 2022
Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta : UI Press, 1989.
M. Anang Firmansyah, dkk. Kewirausahaan (Dasar dan Konsep). Pasuruan : CV
Penerbit Qiara Media, 2020.
Nur Kholifah, dkk. Inovasi Pendidikan, Jakarta : Yayasan Kita Menulis, 2021.
Syafril, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan cet. 1, Jakarta : Kencana, 2017
xxi