Anda di halaman 1dari 18

INOVASI BIDANG MANAJEMEN DAN ORGANISASI PENDIDIKAN

DAN REFORMASI DAN INOVASI PENDIDIKAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Inovasi Pendidikan”

Yang diampu Oleh :

Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd

Oleh :

Kelompok 4 TMT 4E

Rofi Nastiar Afandi ( 126204211083)

Arina Sabila (126204212147)

Aisya Febby Maharani (126204212153)

Suhud Ma'sum (126204212164)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

MARET, 2023
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Inovasi Bidang Manajemen dan Organisasi Pendidikan dan Inovasi Pendidikan”
ini tepat waktu. Sejalan dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima
kasih banyak kepada :

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kami kesempatan untuk menjadi
keluarga besar UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyyah dan
Ilmu Keguruan dan yang telah memberikan kesempatan kami untuk
menempuh dan memperdalam ilmu.
3. Ibu Dr. Luluk A’tirotul Zahro, M.Pd., selaku ketua jurusan Ilmu Keguruan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah membina kami dalam menempuh perkuliahan.
4. Ibu Ummu Sholihah, M.Si., selaku kepala jurusan Prodi Tadris Matematika
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan izin dan
kemudahan dalam penulisan makalah ini.
5. Bapak Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Inovasi Pendidikan yang selalu membimbing kami dalam penulisan makalah
ini.
6. Semua civitas akademika dan teman-teman progam studi tadris matematika
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikna penyusunan makalah ini.
Penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran yang bersifat membangun
agar makalah ini bisa lebih baik, sempurna, dan bermanfaat bagi kita
semuanya
Tulungagung, 04 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

PRAKATA.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3

A. Pengertian Inovasi Bidang Manajemen Organisasi Pendidikan ................ 3


B. Hakikat Reformasi Pendidikan .................................................................. 8
C. Reformasi dan Inovasi Pendidikan Nasional.............................................. 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................16

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada masa ini telah banyak mengalami perubahan. Pendidikan saat
ini sudah mengintegrasikan teknologi dengan praktik pembelajaran yang
sangat inovatif. Menurut para peneliti dan pemangku kepentingan pendidikan,
perubahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan para siswa serta
pembelajar. Perubahan pendidikan bertujuan membekali siswa dengan kualitas
pendidikan yang baik agar mereka mampu beradaptasi dengan situasi ekonomi
global. Tidak hanya dalam bidang teknologi bahwa inovasi (pembaharuan) itu
diperlukan, tetapi segala bidang juga memerlukan inovasi, seperti bidang
pendidikan. Penerapan inovasi pendidikan terjadi pada segala jenjang
pendidikan dan komponen sistem pendidikan.1
Era reformasi dan tuntutan kompetisi global dalam peningkatan mutu
kehidupan mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam kehidupan
manusia, dan tentunya pada kehidupan pendidikan. Seiring perjalanan waktu
dan diketahui bahwa keberhasilan pembangunan kehidupan masyaraka
bergantung terhadap mutu pendidikan yang dikembangkan di tengah
masyarakat. Semakin tinggi mutu penyelenggaraan pendidikan masyarakat,
semakin terkuasailah penerapan teknologi kehidupan, yang akan lebih
mengefektifkan kinerja masyarakat untuk menghasilkan usaha yang menjamin
kelancaran sirkulasi kemakmuran. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.2

1
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 173
2
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 205-206

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana inovasi bidang manajemen organisasi pendidikan?
2. Apa hakikat reformasi pendidikan?
3. Bagaimana reformasi dan inovasi pendidikan nasional?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui inovasi bidang manajemen organisasi pendidikan.
2. Untuk Mengetahui hakikat reformasi pendidikan.
3. Untuk Mengetahui reformasi dan inovasi pendidikan nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Inovasi Manajemen Organisasi Pendidikan


Suatu lembaga pendidikan pastinya memiliki kewajiban untuk menerapkan
inovasi, ada beberapa alasan yang mendasar dalam hal ini, antara lain :3
1. Pengelolaan pendidikan yang kurang inovatif berdampak kepada mutu
pendidikan yang rendah;
2. Hanya orang yang bermutu tinggi dan inovatiflah yang mampu mengelola
pendidikan yang bermutu;
3. Era globalisasi mengharapkan sumber daya manusia yang bermutu unggul,
berdaya saing, adaptif, dan inovatif;
4. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan berdampak kepada perubahan pola
kebijakan, peraturan perundang-undangan, implementasi, kebutuhan
masyarakat, konflik kepentingan, dan intrik-intrik pembangunan yang tidak
menentu;
5. Pertambahan jumlah penduduk dan penduduk yang semakin pintar
menuntut mutu pendidikan harus ditingkatkan, menambah daya tampung,
menambah fasilitas yang modern sesuai dengan perkembangan ipteks, dan
dapat mengatasi masalah ketidakseimbangan antara pemenuhan pasokan
dan kebutuhan (mismatch supply and demand);
6. Meningkatnya mutu kesejahteraan masyarakat, menyebabkan pergeseran
kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik;
7. Menurunnya mutu pendidikan seperti hasil ujian yang rendah, kurang
kompeten, pengangguran, dan masalah-masalah sosial (pencurian,
gelandangan, pengemis, pekerja seks komersial, dan tindakan kriminal);
8. Mutu pengelola pendidikan di era otonomi daerah kurang berorientasi
prestasi dan pemimpin sarat tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Inovasi pendidikan adalah perubahan yang baru dan kualitatif, yang sengaja
diciptakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu
dalam pendidikan. Adapun ruang lingkup organisasi inovasi pendidikan, antara
lain:4

3
Aan Hasanah, Amiroh, Inovasi Pengelolaan Pendidikan , (Pemalang : STIT Pemalang Press, 2014),
hal. 49

4
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 178
2
1. Bidang peserta didik, yakni pengelompokan dalam proses pembelajaran
dengan segala gambaran karakteristiknya.
2. Bidang tujuan pendidikan, menyangkut kapasitas pribadi, sosial, ekonomis,
tingkat dan jenis pengajaran, cara dan sarana untuk merumuskan tujuan.
3. Isi pelajaran, menurut jenisnya, efek/dampak, kapasitas anak didik, bidang
dan struktur ilmu pengetahuan, manfaat, kemampuan mental, dan derajat
spesialisasi.
4. Media pembelajaran.
5. Fasilitas pendidikan, perlengkapan yang mendukung pelaksanaan
pendidikan.
6. Metode dan teknik komunikasi, interaksi langsung dan tidak langsung.
7. Hasil pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu bentuk inovasi
dalam hal pengelolaan pendidikan di sekolah dengan pendekatan yang lebih
dekat dengan masyarakat. Dalam manajemen pendidikan dikenal adanya dua
mekanisme pengaturan, yaitu sentralisasi dan desentralisasi.
Berdasarkan pendapat Eman Suparman manajemen berbasis sekolah (MBS)
adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang berkaitan dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional Implikasi dari penerapan MBS bahwa sekolah diharapkan dapat:5
1. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah
tersebut.
2. Mengetahui sumber daya yang dimiliki terhadap pendidikan yang akan
dikembangkan.
3. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya.
4. Bertanggung jawab terhadap orangtua, masyarakat, lembaga yang
berkaitan, dan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah.

5
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 174-175

3
4

5. Meningkatkan layanan mutu pendidikan dengan adanya persaingan sehat


terhadap usaha kreatif inovatif dengan sekolah lain.rsaingan sehat dengan
sekolah lain.
6. Mendukung kinerja sekolah dengan meningkatkan peran komite sekolah,
masyarakat, dll.
7. Mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar dalam menyusun dan
melaksanakan program sekolah.
8. menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber
daya sekolah.
9. mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,
dan kondisi lingkungan sekolah walaupun berbeda dari pola umum atau
kebiasaan.
10. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya fasilitas dan sumber daya yang
ada di sekolah dan kepada masyarakat.
11. Meningkatkan profesionalisme personel sekolah.
12. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang.
13. Keterlibatan semua unsur berkaitan dalam perencanaan program sekolah
(misalnya guru, komite sekolah, tokoh masyarakat).
14. Pentingnya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang akan dikembangkan
merupakan suatu alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi
bidang pendidikan, hal tersebut ditandai dengan adanya otonomi luas di tingkat
sekolah, tingginya tingkat partisipasi masyarakat, tetapi masih dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional. MBS diharapkan berdampak pada peningkatan
proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar semakin meningkat. Sekolah
yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih
bertanggung jawab, kreatif dalam bertindak.
Organisasi adalah keseluruhan perpaduan unsur manusia dan non
manusia yang masing-masing memiliki fungsi dan berinteraksi dalam mencapai
tujuan. Secara sederhana dijelaskan oleh Bayle, et al (1986:10) bahwa :
”organizationis a collection of people working together in a division of labour
5

to achieve acommon purpose”. Makna dalam definisi ini yaitu adanya keluasan
ragam bentuk perkumpulan orang, seperti halnya kelompok persaudaraan, klub
olah raga, organisasi sukarela, organisasi agama, seperti halnya juga bisnis,
sekolah, lembaga pemerintah, rumah sakit, serta lembaga lain yang eksis di
masyarakat.6

Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam


merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan itu, setiap orang dapat menyikapi
masalahnya dengan baik dan mampu berinteraksi sebagaimana perannya di
suatu lingkungan.7 Mulyani A. Nurhadi menyatakan dengan membedakan
organisasi pendidikan menjadi dua, yaitu organisasi makro dan mikro.
Organisasi pendidikan makro dapat dilihat dari segi organisasi secara luas dan
dibedakan atas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya, serta Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat Kecamatan. 8

Adapun organisasi pendidikan mikro dapat dilihat berdasarkan titik


tolak dengan unit-unit yang ada di suatu sekolah atau lembaga pendidikan
penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur di setiap sekolah
atau lembaga tidak seluruhnya sama, yang mungkin pada suatu sekolah
terdapat suatu unit sekolah yang di sekolah lain tidak terdapat karena
kekurangan tenaga atau sarana lain.9 Pada suatu organisasi pastinya ada syarat-
syarat yang perlu dipenuhi dalam pelaksanaannya, termasuk pada organisasi
pendidikan. Adapun syarat-syarat pada organisasi, yaitu sebagai berikut :10

6
Syarifuddin, MANAJEMEN ORGANISASI PENDIDIKAN Perspektif Sains dan Islam, (Medan :
Perdana Publishing, 2015), hal. 26

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
10
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 176
6

a. Adanya tujuan yang dirumuskan dengan jelas, hal ini dapat mempermudah
penentuan struktur dan fungsi organisasi tersebut.
b. Adanya pembagian tugas yang jelas. Setiap organisasi pasti terdiri atas
beberapa posisi yang masing-masing memilikii tanggung jawab dan tugas
yang jelas dan telah ditentukan.
c. Memiliki kejelasan struktur otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi
dalam organisasi memiliki kewenangan yang sama. Dalam pengaturan
kewenangannya diperjelas tentang pertanggung jawaban setiap posisi.
d. Memiliki aturan dasar/umum (tujuan atau syarat susunan pengurus) dan
aturan khusus (perincian kegiatan, cara pembentukan pengurus) atau biasa
disebut dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
e. Pola hubungan informal, dalam suatu organisasi menggunakan pola
informal dalam hubungan antar anggotanya sangat diperlukan, hal tersebut
guna menghilangkan ketegangan dan bisa lebih akrab, tetapi tetap
bertanggung jawab satu sama lain.
Organisasi pada pelaksanaan pastinya memerhatikan asas-asas yang telah
ditetapkan. Ada beberapa asas-asas organisasi berdasarkan pendapat
Mulyono, yaitu: (1) kejelasan tujuan; (2) pembagian tugas; (3) fungsional;
(3) pengembangan jabatan fungsional; (4) koordinasi; (5) kesinambungan;
(6) kesederhanaan; (7) keluwesan; (8) akordion; (9) pendelegasian
wewenang; (10) rentang kendali; (11) jalur dan staf; dan (12) kejelasan
dalam pembangunan.11
Sekolah berperan sebagai lembaga pendidikan dengan mengembangkan
potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan
tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun
sebagai anggota masyarakat. Struktur organisasi pendidikan dapat dilihat
dari hubungan dan mekanisme kerja antara kepala sekolah, guru, murid
dengan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lain di luar sekolah. Kepala
sekolah selaku pengelola sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam menunjang

11
Ibid
7

proses belajar mengajar, kepala sekolah diharapkan mampu bertanggung


jawab terhadap keadaan sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses
belajar mengajar yang efektif, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
di sekolah seoptimal mungkin.12
Oleh karena itu, setiap kepala sekolah harus menguasai kemampuan
organisasi pendidikan yang efektif. Kepala sekolah yang juga seorang
manajer perlu melakukan pendekatan terhadap strategi global untuk dapat
mengelola sebuah organisasi pendidikan secara berhasil. Memimpin sebuah
organisasi pendidikan yang produktif berarti mengetahui dan memahami
perilaku individu di dalam organisasi pendidikan tempat kerja para guru dan
seluruh staf yang terlibat, dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan organisasi pendidikan.13
Pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi memiliki peran yang
sangat penting karena hal tersebut dapat memengaruhi keberlangsungan
suatu organisasi. Pengambilan keputusan inovasi berbeda dengan
pengambilan keputusan bukan inovasi. Pada umumnya, pengambilan
keputusan bukan inovasi memerlukan empat langkah, yaitu: (1) tersedianya
tindakan yang harus diambil dengan berbagai alternatif tantangan kegiatan;
(2) tersedianya rangkaian konsekuensi dari setiap alternatif, kegiatan atau
tindakan yang harus diambil atau dipilih; (3) menyusun urutan atau ranking
konsekuensi dari setiap alternatif,berdasarkan kemanfaatannya bagi
organisasi; (4) memilih salah satu alternatif yang paling menguntungkan
dan paling mudah dilaksanakan. Dalam proses keputusan tersebut, para
pembuat keputusan sudah memahami berbagai alternatif dengan segala
konsekuensinya, dan memilih pertimbangannya yang paling tepat dengan
dasar dapat dilaksanakan dan menguntungkan bagi organisasi.14
B. Hakikat Reformasi Pendidikan

12
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 179
13
Ibid
14
Ibid
8

Reformasi pendidikan merupakan suatu upaya dalam memperbaiki bidang


pendidikan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar yaitu
terprogram dan sistemis. Reformasi pendidikan yang terprogram menunjuk pada
kurikulum atau program suatu institusi pendidikan. Ada dasarnya inovasi
pendidikan terjadi terlebih dahulu dari reformasi pendidikan. Sementara itu,
reformasi sistemis berhubungan dengan kewenangan dan distribusi serta alokasi
sumber daya yang mengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Hal ini
sering terjadi di luar sekolah serta berada pada kekuatan sosial dan politik.
Karakteristik reformasi sistemis sulit sekali diwujudkan karena menyangkut
struktur kekuasaan yang ada.15

Ada tiga kondisi yang mendorong terjadinya reformasi pendidikan, yaitu


perubahan struktur organisasi, akuntabilitas terhadap hasil yang diharapkan secara
mudah dan terciptanya kekuatan untuk terjadinya reformasi. Dengan demikian,
reformasi kebijakan pendidikan adalah upaya perbaikan dalam tataran konsep
pendidikan, perundang-undangan, peraturan, dan pelaksanaan pendidikan serta
menghilangkan praktik-praktik pendidikan masa lalu yang tidak sesuai atau
kurang baik sehingga segala aspek pendidikan masa mendatang menjadi lebih
baik.16

C. Reformasi dan Inovasi Pendidikan Nasional


Reformasi dan inovasi pendidikan nasional mencakup hal
mengenai reformasi dan inovasi sistem pendidikan nasional dalam
pelaksanaan berbagai komponennya yang meliputi kurikulum, kompetensi
lulusan dan penilaian, kualifikasi guru, pendanaan, sarana dan prasarana,
desentralisasi dan otonomi pendidikan, wajib belajar 12 tahun, penghapusan
diskriminasi pendidikan, dan inovasi proses pembelajaran.17 Menurut Hadi
Supeno, ada beberapa alasan terhadap reformasi pendidikan, yaitu adanya
banyak kritik ditujukan terhadap dunia pendidikan, baik menyangkut
penyelenggaraannya, kualitas guru, mahalnya biaya, kualitas output, maupun

15
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 206
16
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 207
17
Ibid
9

tidak sesuainya antara kebutuhan dunia kerja dengan kemampuan


tamatan lembaga-lembaga pendidikan.
Reformasi pendidikan pada dasarnya ditujukan agar pendidikan dapat berjalan
lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam
hal tersebut ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu mengidentifikasi atas
berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan dan
merumuskan reformasi yang bersifat strategis serta praktis sehingga dapat
diimplementasikan di lapangan. Oleh karena itu, kondisi yang diperlukan dan
program aksi yang harus diciptakan merupakan titik sentral yang perlu
diperhatikan dalam setiap reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan harus
berdasarkan realitas sekolah yang ada, bukan mendasarkan etalase atau
jargon-jargon pendidikan semata. Reformasi sebaiknya didasarkan ada fakta
dan hasil penelitian yang valid. Dengan demikian, program reformasi yang
utuh, jelas, dan realistis dapat dikembangkan.18
Ada beberapa implementasi terkait dengan reformasi serta inovasi pendidikan
nasional, antara lain :
1. Pembaruan Kurikulum
Semakin cepat dan terus-menerus nya perkembangan ilmu pengetahuan
pada berbagai kehidupan masyarakat, maka halnya diperlukan
pengembangan kurikulum yang dapat memenuhi tuntutan perkembangan
masyarakat.
2. Kompetensi  Lulusan  dan  Penilaian
3. Kualifikasi Guru yang Profesional
Upaya pemerintah dalam meningkatkan  kualifikasi guru cukup banyak
dan beragam. Baedhowi (2008) menjelaskan model-model peningkatan
kualifikasi akademik yang dapat dipilih untuk meningkatkan kualifikasi
guru, yaitu: (1) model tugas belajar, (2) model izin belajar, (3) model
akreditasi, (4) model belajar jarak jauh (BJJ), (5) model berkala, (6) model
berdasarkan peta kewilayahan, pendidikan jarak jauh berbasis ICT, dan
peningkatan kualifikasi akademik guru  berbasis KKG.

18
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 208
10

4. Pendanaan dalam Realisasi Anggaran 20% dari APBN
Sejak reformasi bergulir dan ditetapkannya UU RI No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas tampak bahwa pendanaan pendidikan mengalami
peningkatan. Pasal 49 UU Sisdiknas menyebutkan bahwa dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
APBD. UU RI  No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 62 menjelaskan bahwa pembiayaan pendidikan  terdiri  atas biaya
investasi meliputi  biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap, biaya operasi, meliputi gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan
tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana
dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan
sebagainya. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Memadai
6. Desentralisasi dan Otonomi Pendidikan
7. Wajib Belajar 12 Tahun
8. Penghapusan Deskriminasi Pendidikan
Beberapa bentuk kebijakan pelaksanaan pendidikan di Indonesia seperti
adanya RSBI, pendidikan umum dan pendidikan keagamaan, BHP
perguruan tinggi, dan sebagainya tampak masih mengundang beberapa
masalah dianggap adanya diskriminasi pendidikan yang masih perlu
diperhatikan.
9. Inovasi Proses Pembelajaran
Reformasi dan inovasi pendidikan dapat terwujudkan dengan baik apabila
pemeran utama, yaitu guru dan kepala sekolah sebagai pelaksana dapat
memahami dan menguasai kemampuan untuk melaksanakannya.
Bagaimanapun sebaik-baiknya kurikulum, banyaknya dana, lengkapnya
11

sarana dan prasarana, serta beragamnya model strategi, metode


pembelajaran yang tersedia sebagai pilihan, semua itu akan kembali pada
kesiapan, kemauan, dan kemampuan guru dalam melaksanakan reformasi,
penghapusan diskriminasi pendidikan, dan inovasi proses pembelajaran.19

19
Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014), hal. 207-230
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu lembaga pendidikan pastinya memiliki kewajiban untuk menerapkan
inovasi, hal ini didasari pada pengelolaan pendidikan yang kurang inovatif,
hanya orang yang bermutu tinggi dan inovatif yang mampu mengelola
pendidikan yang bermutu, era globalisasi, demokrasi sebagai sistem
pemerintahan. Pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya mutu
kesejahteraan masyarakat, menurunnya mutu pendidikan, dan mutu pengelola
pendidikan di era otonomi daerah kurang berorientasi prestasi.
Inovasi pendidikan diharapkan membuat perubahan yang baru dan kualitatif,
serta meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan. Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu bentuk
inovasi dalam hal pengelolaan pendidikan di sekolah dengan pendekatan yang
lebih dekat dengan masyarakat.
Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam
merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan itu, setiap orang dapat menyikapi
masalahnya dengan baik dan mampu berinteraksi sebagaimana perannya di
suatu lingkungan.
Reformasi pendidikan merupakan suatu upaya dalam memperbaiki bidang
pendidikan. Reformasi dan inovasi pendidikan nasional mencakup hal
mengenai reformasi dan inovasi sistem pendidikan nasional dalam
pelaksanaan berbagai komponennya yang meliputi kurikulum, kompetensi
lulusan dan penilaian, kualifikasi guru, pendanaan, sarana dan prasarana,
desentralisasi dan otonomi pendidikan, wajib belajar 12 tahun, penghapusan
diskriminasi pendidikan, dan inovasi proses pembelajaran.

15
16

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang materi ini, penulis berharap pembaca
lebih memahami pengertian, objek kajian serta program dan masalah pada
materi ini. Penulis menyadari dengan sangat bahwa makalah ini masih belum
sempurna dan membutuhkan pembenaran lebih lanjut. Oleh karena itu diharap
kesediaan dari para pendidik (Guru/Dosen) untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun mengenai makalah ini. Tidak lupa penulis berharap
makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.

DAFTAR RUJUKAN

Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Ceria, 2014)

Aan Hasanah, Amiroh, Inovasi Pengelolaan Pendidikan , (Pemalang : STIT


Pemalang Press, 2014)

Syarifuddin, MANAJEMEN ORGANISASI PENDIDIKAN Perspektif Sains dan


Islam, (Medan : Perdana Publishing, 2015)
17

Anda mungkin juga menyukai