Anda di halaman 1dari 52

EFEKTIFITAS METODE RESITASI TERHADAP

KEAKTIFAN BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS XI


MA MAARIF NU DURENSEWU PANDAAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

NAILI TSAMROTUL MUFIDAH

(201986020010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2023
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian......................................................................................6
E. Definisi Istilah...............................................................................................6
F. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu....................................................................................11
B. Kajian Teori.................................................................................................15
C. Kerangka Konseptual...................................................................................32
D. Hipotesis ......................................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian...................................................................................35
B. Definisi Operasional.....................................................................................36
C. Sumber dan Jenis Data.................................................................................38
D. Populasi dan Sampel....................................................................................39
E. Instrumen Penelitian.....................................................................................40
F. Validitas Reliabilitas Instrumen ..................................................................41
G. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................43
H. Analisis Data................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................47

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang inhern dengan kehidupan
manusia.1 Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia sangat
memerlukan pendidikan sebagai upaya menumbuhkembangkan potensi
dasar yang dimilikinya. Beberapa nilai yang terkandung dalam pendidikan
akan menjadikan manusia mempersiapkan diri serta dapat hidup dengan
wajar sebagai manusia. Hal ini mengandung artian bahwa pendidikan
untuk hidup, dan sekaligus pendidikan itu adalah hidup itu sendiri.2
Dengan demikian menunjukkan bahwa pendidikan merupakan satu-
satunya usaha yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang
bermartabat.
Persoalan manusia merupakan tema sentral dan titik tolak dalam
memaknai pendidikan karena pendidikan pada dasarnya ingin
mengantarkan manusia menuju kemanusiaan sejati.3 Hal ini berdasarkan
UU Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan pendidikan manusia dapat memiliki dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa menimbulkan kerusakan bagi
kehidupan manusia. Pendidikan membawa pengaruh yang sangat besar
1
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1st ed. (palopo: lembaga penerbit kampus IAIN
Palopo, 2018).7
2
MM Dr. H. Sukadari, SE., SH. and MM Dr. T. Sulistyono, M.Pd., Ilmu Pendidikan Seri 1
(Konsep Dasar), 1st ed. (yogyakarta: cipta bersama, 2017).5
3
Dr. abdul rahmad M.Pd, Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi, 1st ed. (ideas,
n.d.).4

iii
terhadap pengembangan hidup setiap individu dan masyarakat melalui
peningkatan kemampuan intelektual, kemampuan emosi dalam
menghadapi berbagai hal, serta kemampuan motorik dalam menggiatkan
dan mengkoordinasikan setiap gerakan.4
Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan sebagaimana amanat
yang terkandung dalam UUD 1945 yakni “mencerdaskan kehidupan
bangsa” , maka pemerintah terus mengupayakan peningkatan mutu
pendidikan nasional melalui hal-hal terkait dengan pendidikan mulai dari
kurikulum, pendidik, peserta didik, kompetensi pendidik, alat pendidikan
meliputi sarana dan prasarana, serta lingkungan pendidikan itu sendiri.
Karena, seperti yang kita ketahui apapun yang terkait dengan pendidikan
akan berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman.
Memasuki era saat ini dimana persaingan dunia semakin ketat dan
terbuka baik dibidang pendidikan maupun usaha.5 Teknologi semakin
berkembang pesat setiap harinya dan tentunya membawa dampak di setiap
lini kehidupan masyarakat seluruh dunia baik dari segi ekonomi, sosial
budaya, juga sangat berdampak besar dalam dunia pendidikan. Di era
sekarang terdapat perubahan sistem pembelajaran yang mana terkait
dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Artinya, manusia
dituntut untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah secara
kompleks, berfikir kritis, serta memiliki ide kreativitas.6
Berdasarkan konsep tersebut, tentunya dapat dilihat bahwa konsep
pembelajaran di masa sekarang sangatlah berbeda dengan pembelajaran di
masa sebelumnya. Pada masa ini penekanan proses pembelajaran bukan
pada penyampaian informasi oleh seorang pendidik, melainkan pada
pengembangan keterampilan pemikiran analisis dan kritis terhadap suatu
topik yang dibahas. Peserta didik tidak hanya mendengarkan pelajaran

4
Ibid.8
5
Hertali Vita Pramanta, “Pengaruh Pembelajaran Model Resitasi Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Kelistrikan Otomotif Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta”
(Universitas Negeri Yogyakarta, 2013).1
6
Sulastri Harun, “Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar ‘Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0’” (2021): 267.

iv
secara pasif, melainkan ikutserta aktif dalam mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan pembelajaran.7
Berdasarkan hasil temuan data awal penelitian di MA Maarif NU
Durensewu, peneliti mengetahui bahwa sebagian guru mata pelajaran
bahasa Arab masih menggunakan metode ceramah dan menjadikan guru
sebagai center atau pusat dalam proses pembelajaran. Hal ini cenderung
menimbulkan suatu kebosanan didalam kelas sehingga mengakibatkan
peserta didik kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mereka menjadi mudah mengantuk dan kurang fokus terhadap mata
pelajaran yang dibahas oleh guru.8
Guru sebagai pelaksana pembelajaran berkewajiban untuk
mengelola, mengatur, dan mengondisikan kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Selain itu, guru juga dituntut untuk membuat model
pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan
peserta didik yang mereka hadapi. Pendidik yang bermutu adalah pendidik
yang mengenal berbagai metodologi pengajaran, agar proses pembelajaran
berjalan secara variatif.9 Hal itu bertujuan agar bahan ajar yang
disampaikan oleh pendidik dapat di dengar dan diresapi dengan baik oleh
peserta didik. Terlebih lagi menjadikan mereka aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Mengacu pada permasalahan diatas, maka penting untuk
pengimplementasian metode yang tepat pada proses pembelajaran bahasa
Arab. Salah satu metode yang diajukan oleh peneliti adalah metode
pembelajaran resitasi. Metode resitasi adalah suatu cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik dan
hasil dari tugas-tugas tersebut diperiksa oleh guru kemudian
dipertanggungjawabkan oleh peserta didik.10

7
M.Pd. dr. sri haryati., Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning, 1st ed.
(magelang: graha cendekia, 2017).9
8
Hasil observasi kegiatan PPL 2022 Universitas Yudharta Pasuruan
9
Basri Mahmud and Hamzah, “Pembelajaran Efektif Dalam Pengajaran Bahasa Arab Tingkat
Menengah,” bahasa arab & pendidikan bahasa arab 1 (2020): 24.
10
Siti Mariyam, Retno Triwoelandari, and H. Kholil Nawawi, “Pengaruh Metode Resitasi
Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas VII SMP Pembangunan
Bogor,” Jurnal Mitra Pendidikan 2 (2018): 1283.

v
Pekerjaan rumah (PR) adalah sejumlah tugas mandiri terstruktur
yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di luar jam sekolah terutama di
rumah sebagai latihan tambahan bagi peserta didik. Pencetus istilah
Pekerjaan rumah (PR) bernama Roberto Naveilis yakni salah seorang guru
di Venice, Italia pada tahun 1905. Pemberian pekerjaan rumah (PR)
dilatarbelakangi oleh perbedaan tiap kemampuan peserta didik dalam
menyerap atau memahami materi pelajaran, sehingga mereka
membutuhkan tambahan waktu dan kesempatan belajar yang lebih di
rumah. Dengan diberikannya pekerjaan rumah (PR), peserta didik dapat
menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mencari dan mengkaji
materi lebih nyaman sesuai dengan kemampuan mereka.11 Resitasi
(pemberian tugas) tidak sama dengan pemberian pekerjaan rumah (PR).
Namun, jauh lebih luas dari itu.
Di dalam metode pembelajaran resitasi peserta didik dapat
menggali informasi dan mengembangkan serta mengaplikasikan
pengetahuan secara individu maupun kelompok melalui latihan dan
pelaksanaan tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan kepada
siswa dapat dikerjakan dimanapun seperti di kelas, halaman sekolah,
laboratorium, perpustakaan, dan bisa juga dikerjakan di rumah. Selain itu,
peserta didik juga dapat menggunakan berbagai media penunjang
pembelajaran yang dapat diakses di tempat-tempat penugasan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Hal tersebut tentu dapat membantu
peserta didik dalam menguasai materi pelajaran dengan cara yang lebih
santai dan tidak membosankan.12
Metode pembelajaran yang tidak tepat akan menjadi penghalang
bagi kelancaran proses belajar mengajar. Kegiatan interaksi belajar
mengajar harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya. 13 Apalagi
di bidang studi bahasa Arab terdapat beberapa item yang harus dituntaskan
mulai dari membaca teks, menerjemahkan, serta memahami isi teks yang
11
Femy Olivia, Gembira Belajar Dengan Mind Mapping, 1st ed., vol. 1 (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2008).87
12
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rineka Cipta,
2006).85
13
Feny Suryani, “Penerapan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits (Studi
Kasus Di MTS Laboratorium UIN Medan)” (universitas muhammadiyah sumatera utara, 2018).4

vi
tentunya akan menyita waktu sedangkan alokasi waktu yang ada di
sekolah itu terbatas.
Untuk membantu mengatasi keadaan tersebut metode pembelajaran
resitasi bisa digunakan sebagai metode alternatif pembelajaran yang tepat
yang mana penyajian tugas yang diberikan oleh guru bisa dikerjakan
dimana saja dengan tujuan agar siswa aktif dalam melakukan kegiatan
belajar guna membangkitkan kembali keinginan peserta didik untuk
senantiasa memahami bahasa Arab dengan kendala alokasi waktu yang
singkat.
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu tindak lanjut guna
terwujudnya pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu
diadakan suatu percobaan berupa pelaksanaan pembelajaran resitasi
terhadap keaktifan belajar bahasa Arab siswa. Dengan demikian peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ Efektifitas Metode
Resitasi Terhadap Keaktifan Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas XI
MA Maarif NU Durensewu Pandaan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi atau penerapan metode resitasi terhadap
keaktifan belajar bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU
Durensewu Pandaan?
2. Bagaimana efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan metode resitasi terhadap keaktifan
belajar bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu
Pandaan

vii
2. Untuk mengetahui efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu inovasi atau bahan
sumber referensi yang memberikan kemanfaatan dalam menambah
ilmu pengetahuan pada perspektif lain.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
serta sebagai sarana untuk menyampaikan informasi-informasi
terkait metode pemberian tugas dengan teknik resitasi
b. Bagi Guru
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan bagi pengajar dalam hal memilih, merencanakan, dan
menggunakan metode mengajar dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas
c. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan
keaktifan belajar siswa, terutama dalam belajar bahasa Arab baik di
kelas maupun di luar kelas
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan
sebagai acuan dan referensi untuk pertimbangan bagi penelitian
yang relevan di masa yang akan datang.
E. Definisi Istilah

viii
Definisi istilah atau penerangan istilah merupakan makna dari
masing-masing istilah kunci yang ada di dalam judul dan penekanan yang
ada dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia susuan W.J.S
Poerwadarminta, bahwa “metode adalah cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud”. Metode adalah cara kerja
yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan dalam maksud
pencapaiannya.
Pembelajaran tidak seperti magic atau sulap. Namun melalui
proses dan banyak hal yang harus diperhatikan. Esensi metode adalah
alat untuk mencapai tujuan dengan cara atau prosedur yang terstruktur.
Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan sesuai dengan
capaian tujuan belajar apakah kognitif, afektif, atau keterampilan.
Metode dapat dianalogikan seperti memancing ikan, dimana anda
menggunakan umpan yang berbeda sesuai dengan ikannya. Jadi
gunakan metode yang berbeda untuk tujuan pembelajaran yang
berbeda.
Secara singkat, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran sangatlah beragam antara lain: metode
ceramah, metode diskusi, metode demostrasi, metode resitasi, metode
eksperimentasl, metode study tour (keterampilan), metode latihan dan
lain-lain. Kesemuanya itu memiliki tujuan pokok yang sama yaitu
untuk lebih memudahkan proses pembelajaran sehingga apa yang telah
direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin oleh
peserta didik.
2. Resitasi

ix
Resitasi adalah sebuah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Resitasi ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu
banyak sementara alokasi waktu yang diberikan sedikit. Tugas resitasi
tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) melainkan lebih luas dari
pada itu.
Imansjah Alipandie dalam bukunya berjudul “Didaktik Metodik
Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara
untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus
kepada peserta didik untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan
hasil belajarnya dapat dipertanggungjawabkan. (Alipandie, 1984:91).
Pendapat ini menggambarka bahwa metode resitasi tersebut
menekankan pada mengajar melalui pemberian tugas khusus kepada
peserta didik untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Bila hal ini
dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Arab maka tampaknya metode
resitasi ini tidak dilangsungkan secara formal di dalam kelas
melainkan di luar kelas. Dan tugas-tugas tersebut harus
dipertanggungjawabkan.
Dengan metode resitasi tersebut akan lebih mudah meringankan
siswa yang akhirnya dapat menanamkan akan pentingnya arti dan
manfaat belajar bagi dirinya sehingga siswa akan termotivasi untuk
semangat dan giat di dalam bejarnya sehingga prestasi atau hasil
belajar akan tinggi.

3. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar adalah proses kegiatan belajar mengajar yang
subjek didiknya secara intelektual dan emosional sehingga siswa
mampu berpartisipasi secara aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
(Sudjana, 2010).
Menurut Mulyono, (Kurniati, 2019:12) keaktifan adalah kagiatan
atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan baik fisik maupun

x
non fisik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa adalah suatu kondisi, perilaku, atau kegiatan yang terjadi
pada siswa pada saat proses belajar yang ditandai dengan keterlibatan
siswa seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas,
menjawab pertanyaan guru, dan bisa bekerja sama dengan siswa lain,
serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur terpenting dalam
pembelajaran, karena keaktifan akan berpengaruh besar pada
keberhasilan proses pembelajaran. Semakin tinggi keaktifan siswa,
maka semakin tinggi pula proses keberhasilan dalam belajar.
4. Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah bahasa umat islam. Menurut Ibn Katsir bahasa
Arab adalah bahasa yang paling mulia. Beliau mengatakan “Karena
Al-Qur’an adalah kitab paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang
paling mulia, disampaikan oleh para malaikat yang paling mulia,
diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula
di bulan yang paling mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi
itulah kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur’an”.

Umar bin Khattab r.a berkata :


‫ فإنًّها من ِدين ُكم‬، ً‫تً ًعلًّ ُموا ال ًع ًربِية‬
“Pelajarilah bahasa Arab karena ia merupakan bagian dari agamamu”
Bahasa Arab juga membantu kita dalam memahami Al-Qur’an dan
Sunnah nabi, bahasa Arab juga mempengaruhi terhadap pembinaan
akhlak. Seperti contoh film dengan bahasa Arab tentunya mayoritas
menceritakan masyarakat islam. Dan kita dapat belajar dari sana
tentang kebiasaan mereka. Dengan mempelajari bahasa Arab kita bisa
memahami agama kita dengan baik dan benar, selain itu dengan
mempelajari bahasa Arab kita dapat lebih mudah melafalkan,
memahami, mengajarkan, serta mengamalkan Al-Qur’an.

xi
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data penelitian di desa
Mendalan, kecamatan Pandaan, kabupaten Pasuruan. Peneliti memilih
tempat penelitian di MA maarif NU Durensewu Pandaan. Adapun
penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2023 dan dimulai pada bulan
Februari sampai selesai.
2. Objek Penelitian
Data yang akan diteliti selama proses penelitian adalah untuk
mengetahui efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan.

xii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan ini, peneliti akan menjelaskan beberapa penelitian
terdahulu tentang efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa. Setelah dilakukan penelusuran pustaka terdapat
beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti, yaitu:
1. “Efektifitas Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Berbantuan Modul
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar
Uang Dan Perbankan SMAN 1 Kota Mungkid Kabupaten
Magelang” yang ditulis oleh Rahma Widhiantari. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Quasi Eskperimen. Dari hasil
penelitian dijelaskan bahwa pembelajaran menggunakan metode
resitasi berbantuan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu penggunaan metode resitasi berbantuan
modul pembelajaran di kelas eksperimen lebih efektif. Terdapat
perbedaan hasil belajar di kelas eksperimen yang telah
mendapatkan perlakuan menggunakan metode resitasi berbantuan
modul pembelajaran dengan kelas control yang tidak mendapatkan
perlakuan menggunakan metode resitasi, artinya kelas kontrol
menggunakan metode konvensional berbantuan modul
pembelajaran. Dalam hal ini fokus penelitian tertuju pada
penerapan metode resitasi berbantuan modul pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA N 1 Mungkid pada
mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar uang dan perbankan,
sedangkan fokus penelitian ini tertuju pada keaktifan belajar

xiii
bahasa Arab siswa. Jadi perbedaannya dari segi pembelajarannya,
sedangkan persamaannya dari segi metode penelitian dan sama-
sama menggunakan metode resitasi.14
2. “Efektifitas Metode Resitasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas X SMAN Palopo” yang ditulis oleh
Alfisyah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
tipe eksperimen. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN
Palopo. Dimana hasil belajar siswa kelas X SMAN Palopo yang
tidak diajar dengan menggunakan metode resitasi memiliki rata-
rata pre-test 55,22 dengan skor terendah 35 dan skor tertinggi 76.
Artinya kategori pre-test sangat kurang. Sedangkan rata-rata post-
test sebesar 64,78 dengan skor terendah 46 dan skor tertinggi 80.
Artinya hasil post-test masih dalam kategori kurang. Sedangkan
hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN Palopo yang telah
diajar menggunakan metode resitasi memiliki rata-rata pre-test
sebesar 55,56 dengan skor terendah 35 dan skor tertinggi 79.
Artinya pre-test dalam kategori kurang. Sedangkan rata-rata post-
test 78,39 dengan skor terendah 65 dan skor tertinggi 90. Artinya
hasil perolehan post-test berada dalam kategori baik. Dalam hal ini
fokus penelitian tertuju pada hasil belajar matematika siswa kelas
X, sedangkan fokus penelitian ini tertuju pada keaktifan belajar
bahasa Arab. Jadi perbedaannya dari segi pembelajarannya,
sedangkan persamaannya dari segi penelitian dan sama-sama
menggunakan metode resitasi.15
3. “Efektifitas Penggunaan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 14 Medan” yang ditulis oleh Henren Pasaribu.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.

14
Rahma Widhiantari, “Efektifitas Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Berbantuan Modul
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Uang Dan Perbankan SMA N 1
Kota Mungkid Kabupaten Magelang,” Economic Education Analysis Journal 1, no. 1 (2012): 1–6.
15
Alfisyah, “Efektifitas Metode Resitasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMAN 3 Palopo” (IAIN Palopo, 2018).30

xiv
Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa adanya ketercapaian
tindakan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Pada siklus I, 17 orang (51,51%) dari 33 siswa
mencapai ketuntasan 70 dan pada lembar observasi 22 orang
(66,66%) dalam kategori peran aktif siswa tinggi dan sangat tinggi.
Sedangkan dalam siklus II, 26 siswa (78,78%) dari 33 siswa
mencapai ketuntasan belajar 70 dan pada lembar observasi 28
orang (84,85%) dalam kategori peran aktif siswa tinggi dan sangat
tinggi. Dari hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat disimpulkan
bahwa metode resitasi efektif dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Negeri 14
Medan. Dalam hal ini fokus penelitian tertuju pada kemampuan
pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika, sedangkan
fokus penelitian ini tertuju pada keaktifan belajar bahasa Arab
siswa. Jadi perbedaannya dari segi pembelajaran dan metode
penelitian, sedangkan persamaannya yakni sama-sama
menggunakan metode resitasi.16
4. “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi dengan
Penerapan Metode Resitasi Bagi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Baturetno” yang ditulis oleh wawan susilo. Penelitian ini
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Dari hasil
penelitian dijelaskan bahwa keaktifan dalam apersepsi
menunjukkan peningkatan dari 52,8% atau 19 siswa menjadi
77,8% atau 28 siswa, selama proses pembelajaran berlangsung 15
siswa menunjukkan keaktifan pada siklus I dan 30 siswa pada
siklus II, sedangkan dalam kemandirian mengerjakan soal terdapat
17 siswa pada siklus I dan 31 siswa pada siklus II, juga adanya
peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 88,9% atau 32
siswa menjadi 100% atau 36 siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan metode resitasi dapat

16
Henren Pasaribu, “Efektifitas Penggunaan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Medan” (Universitas HKBP
Nommensen Medan, 2015).55

xv
meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi baik dari segi
proses maupun hasil. Dalam hal ini fokus penelitian tertuju pada
peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi, sedangkan fokus
penelitian ini tertuju pada keaktifan belajar bahasa Arab siswa. Jadi
perbedaannya dari segi pembelajaran dan metode penelitian,
sedangkan persamaannya yakni sama-sama menggunakan metode
resitasi.17
5. “Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Kreativitas
Belajar Akidah Akhlak Peserta Didik Di MTsN 3 Tulungagung”
yang ditulis oleh Febriansyah Luqman Wijaya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis Penelitian
Tindakan Kelas. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa evaluasi
dari hasil resitasi adalah mempermudah peserta didik untuk
mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan. Dalam hal
ini fokus penelitian tertuju pada peningkatan kreativitas belajar
akidah akhlak, sedangkan fokus penelitian ini tertuju pada
keaktifan belajar bahasa Arab siswa. Jadi perbedaannya dari segi
pembelajarannya dan metode penelitian, sedangkan persamaannya
yakni sama-sama menggunakan metode resitasi.18
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah
dideskripsikan diatas, menunjukkan bahwa penelitian mengenai
tema metode pembelajaran resitasi terhadap keaktifan belajar
bahasa Arab siswa merupakan suatu kajian yang menarik untuk
diteliti. Hal ini dikarenakan tema tersebut belum ditemukan pada
penelitian sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, tema dan fokus
penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dan persamaan. Namun
berdasarkan analisis pada penelitian sebelumnya, tema yang diteliti
dan hal yang sama yang akan dilakukan pada penelitian ini belum

17
Wawan susilo, “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Dengan Penerapan
Metode Resitasi Bagi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)” (UNS-FKIP, 2010).
18
Febriansyah Luqman Wijaya, “Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Kreativitas
Belajar Akidah Akhlak Peserta Didik Di MTsN 3 Tulungagung” (IAIN Tulungagung, 2021).

xvi
ditemukan. Sehingga pada penelitian ini peneliti akan mengkaji
tentang efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa
Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan dengan
fokus pada : (a) mengetahui implementasi atau penerapan metode
resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab siswa kelas XI MA
Maarif NU Durensewu Pandaan. (b) mengetahui efektifitas metode
resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab siswa kelas XI MA
Maarif NU Durensewu Pandaan.
B. Kajian Teori
1. Metode
a). Pengertian Metode Menurut Para Ahli
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga menimbulkan sedikit
kebingungan dalam membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah
: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3)
metode pembelajaran, (4) tehnik pembelajaran, (5) taktik
pembelajaran, dan (6) model pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya, metode adalah “a way in achieving
something”, atau dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan suatu rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.19
Sedangkan menurut Djamarah, SB menjelaskan bahwa
metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Metode diperlukan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Metode merupakan cara atau tahapan yang
digunakan dalam interaksi antara peserta didik dengan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan
materi dan mekanisme tujuan pembelajaran.20

19
Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model
Pembelajaran, n.d.2
20
M.Pd Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd Evi Chamalah, S.Pd., and M.Pd Oktarina Puspita Wardani,
S.Pd., Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah, 1st ed. (Semarang: UNISSULA Press,
2013).16

xvii
Oemar Hamalik menyatakan bahwa metode adalah cara
untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum. Ia menegaskan bahwa didalam metode terdapat
prosedur atau langkah-langkah yang harus dijalankan.21
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa
metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan. Suatu
alat atau pedoman yang digunakan dalam penyampaian materi.
Materi pelajaran yang mudah kadang sulit diterima oleh peserta
didik, bahkan sebaliknya materi pelajaran yang sulit justru mudah
diterima oleh peserta didik dikarenakan adanya penyampaian dan
penggunaan metode yang tepat.22
Adapun pemilihan metode dalam pelaksanaan
pembelajaran harus didasari dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:23
1). Setiap metode itu memiliki kelebihan dan kekurangan
secara inhern
2). Realitas empirik menunjukkan bahwa tidak ada satu pun
metode yang ideal secara mutlak dan cocok bagi pelajar serta
semua tujuan belajar siswa
3). Untuk menyikapi keragaman metode pengajar bahasa,
maka antara metode satu dengan metode yang lain bersifat
komplementer dan tidak boleh diterapkan secara dikotomik dan
kontradiktif
4). Proses pengajaran bahasa Arab selayaknya dibangun
dengan pendekatan sistemik dari berbagai factor pengajaran, baik
tujuan, guru, pelajar, metode, dan media maupun sarana dan
prasarana lainnya.

21
Oemar Hamalik, Kurikulum Dalam Pembelajaran, 1st ed. (jakarta: bumi aksara, 2009).26-27
22
Siti Maesaroh, “Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam,” pendidikan 1 (2013): 155.
23
Syamsuddin Asyrofi, “Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Dan Sekolah (Telaah Kritis Dalam
Perspektif Metodologis),” pendidikan bahasa arab 3 (2017): 29.

xviii
2. Metode Resitasi
a). Pengertian Metode Resitasi
Ada beberapa metode pembelajaran yang terkenal, seperti
metode ceramah, metode simulasi, metode demonstrasi, metode
pemecahan masalah, metode diskusi dan debat, metode penugasan
(resitasi), dan sebagainya.24
Metode pemberian tugas (resitasi) merupakan metode
mengajar yang mana guru memberikan pekerjaan kepada siswa
dengan tujuan pengajaran tertentu. Dalam pemberian tugas
tersebut, siswa melaksanakan kegiatan belajar dan diharapkan
memperoleh suatu hasil berupa perubahan tingkah laku tertentu
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap akhir
pemberian tugas ini adalah resitasi, yakni pelaporan atau
menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan.25 Jadi metode
pemberian tugas dan resitasi atau biasa disebut dengan metode
resitasi ialah suatu metode mengajar dimana guru memberikan
tugas kemudian hasil tugas tersebut dipertanggungjawabkan oleh
siswa.
Resitasi bukanlah pekerjaan rumah (PR), melainkan
berbeda. Pekerjaan rumah (PR) memiliki artian yang khusus yaitu
tugas-tugas yang diberikan oleh guru kemudian dikerjakan
dirumah. Berbeda dengan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru
tidak sekedar dikerjakan dirumah melainkan bisa dikerjakan di
tempat lain yang ada kaitannya dengan tugas yang diberikan. Jadi
resitasi lebih luas dari pekerjaan rumah (PR), tetapi keduanya
memiliki kesamaan yaitu mempunyai unsur tugas, dikerjakan oleh
siswa, dan dilaporkan hasilnya berunsur didaktis pedagogis.

24
Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, 1st ed. (jakarta: rineka cipta, 2002).157
25
S Mulyani dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jawa Tengah: Depdikbud,
2009).151

xix
Ada beberapa pengertian metode resitasi yang
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1). Menurut Nana Sudjana


Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah
(PR), melainkan lebih luas dari pada itu. Tugas dapat merangsang
anak untuk lebih aktif belajar baik secara individual maupun
kelompok.26
2). Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat dikerjakan di
kelas, laboratorium, halaman sekolah, perpustakaan, rumah, dan
dimanapun asal tugas itu bisa dikerjakan.27
3). Imansjah Alipandie
Mengemukakan bahwa metode resitasi terstruktur adalah
cara mengajar yang dilakukan dengan cara memberi tugas khusus
kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa di rumah, perpustakaan, laboratorimu, dan
hasilnya dipertanggungjawabkan.28
4). Soekartawi
Mendefinisikan bahwa suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan memberikan kepada siswa untuk dipelajari
kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas. Metode resitasi
deisebut juga metode pemberian tugas yang mana siswa diberi
tugas khusus di luar jam pelajaran.29

26
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 1st ed. (bandung: sinar baru, 1989).81
27
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, revisi. (jakarta: rineka
cipta, 2006).85
28
imansdjah alipandie, “Didaktik Metodik Pendidikan Umum, 1st ed. (jakarta: ciputat press,
2002).21
29
Soekartawi, Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 1st ed. (jakarta: bumi aksara,
2003).98

xx
Berdasarkan uraian diatas, pengertian metode resitasi suatu
cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan
siswa dalam kegiatan belajar, baik di sekolah maupun di rumah
dan untuk dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dalam Al-Qur’an prinsip metode resitasi dapat di pahami
dari ayat berikut:
)۱۸( ُ‫) فَِإ َذا قَ َر ْءنَهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْر َءانَه‬۱۷( ُ‫ِإنَّ َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُ ْر َءانَه‬
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai
membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)

Al Maraghi menafsirkan potongan ayat tersebut menjadi:


‫ أى فاستمع قرأته‬: ‫ فاتبع قرأنه‬،‫ اى قرأة جبريل عليك‬: ‫قرأناه‬
‫وكررها حتى يرسخ في نفسك‬
Qara’naahu : dimaksudkan adalah Jibril membacakannya
kepadamu
Fattabi’ qur’aanahu : maka dengarkanlah bacaan dan
ulang-ulangilah agar ia mantap dalam dirimu30

Ayat tersebut merupakan bentuk pembelajaran Al-Qur’an


ketika malaikat Jibril memberikan wahyu (Al-Qur’an) kepada Nabi
Muhammad SAW dengan membacakannya, maka Nabi
Muhammad SAW diperintahkan untuk mengulanginya sehingga
Nabi hafal dan bacaan tersebut dapat membekas dalam dirinya.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dideskripsikan bahwa
metode resitasi atau pemberian tugas merupakan salah satu metode
mengajar yang menuntut siswa berperan aktif dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga mereka mampu menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru di luar jam pelajaran.

b). Langkah-langkah Metode Resitasi

Menurut Mulyasa, agar metode pemberian tugas berjalan


efektif, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:31
30
H Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, 1st ed. (semarang: toha putra, 1989).84
31
Mulyasa E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik Dan Implementasi, 1st ed.
(bandung: remaja rosdakarya, 2004).201

xxi
1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis,
terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya
2) Tugas yang diberikan harus bersifat memahamkan,
seperti bagaimana cara pengerjaannya, tugas itu bersifat
individu atau kelompok, berapa lama waktu
pengerjaannya, dan lain-lain
3) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu
diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat
terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas
tersebut, terutama jika tugas tersebut dikerjakan di luar
kelas
4) Guru diwajibkan untuk mengontrol proses penyelesaian
tugas yang dikerjakan oleh peserta didik
5) Berikan penilaian secara proporsional terhadap tugas-
tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Penilaian
yang diberikan hendaknya tidak hanya menitikberatkan
pada ending, melainkan mempertimbangkan pula
bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian
diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan,
karena hal ini akan mengacu pada minat dan semangat
belajar peserta didik juga mengantisipasi menumpuknya
pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa.32

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pelaksanaan


metode resitasi sebagai berikut:

a. Fase Pemberian Tugas


Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Tujuan yang akan dicapai
2) Jenis tugas jelas dan dapat dipahami oleh siswa
3) Tugas sesuai dengan kemampuan siswa

32
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 1st ed. (jakarta:
bumi aksara, 2003).63

xxii
4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat
membantu pekerjaan siswa
5) Alokasi waktu yang cukup untuk penyelesaian
tugas

Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada


peserta didik harus jelas dan petunjuk-petunjuk
yang diberikan harus sesuai terstruktur.

b. Langkah Pelaksanaan Tugas


1) Guru mengawasi serta membimbing dalam
proses penugasan
2) Guru memberikan dorongan atau motivasi
sehingga siswa mau bekerja
3) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri (tidak
menyuruh orang lain)
4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang
mereka peroleh dengan baik dan sistematik.

Dalam fase ini siswa melaksanakan tugas sesuai


dengan tujuan dan petunjuk guru

c. Fase Pertanggungjawaban
1) Bentuk laporan pertanggungjawaban penugasan
bisa berbentuk lisan maupun tertulis dari apa
yang telah dikerjakannya
2) Ada tanya jawab dan diskusi
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa dapat berupa tes
maupun non tes atau dengan cara lainnya.

Dalam fase ini siswa mempertanggungjawabkan


hasil belajarnya baik berupa lapoean lisan maupun
tertulis. Karena tugas yang dikerjakan pada
akhirnya dipertanggungjawabkan, maka siswa
terdorong untuk mengerjakan tugas dengan

xxiii
sungguh-sungguh. Dalam hal ini sehingga siswa
dapat mempelajari sesuatu secara mendalam.

c). Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Ada beberapa kelebihan metode resitasi menurut para ahli sebagai


berikut:

1). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain

 Lebih merangsang siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar,


baik individual maupun kelompok
 Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan
guru
 Dapat membina tanggung jawab serta kedisiplinan siswa
 Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.33

2). Menurut Mulyani

 Metode pemberian tugas (resitasi) dapat membuat siswa aktif


belajar
 Tugas lebih merangsang siswa baik di kelas maupun di luar kelas,
baik siswa dalam keadaan dekat maupun jauh dengan guru
 Dapat melatih dan mengembangkan kemandirian siswa
 Kategori tugas lebih meyakinkan, memperdalam, memperkaya,
atau memperluas pandangan tentang apa yang mereka pelajari
 Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan
mengelola sendiri informasi dan komunikasi
 Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara bervariasi sehingga
tidak membosankan

33
Syaiful dan Aswan Zain Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, 1st ed. (jakarta:
rineka cipta, 2010).34

xxiv
 Dapat memupuk tanggung jawab dan disiplin siswa
 Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.34

Dari pernyataan diatas, dapat dilihat kelebihan metode resitasi


adalah:

a). Siswa belajar membiasakan diri untuk mengambil inisiatif sendiri


dalam segala tugas yang diberikan

b). Meringankan tugas guru

c). Memupuk rasa tanggung jawab karena hasil pekerjaan mereka


dipertanggungjawabkan dihadapan guru.

Disamping itu, metode resitasi juga memiliki kekurangan antara


lain:

a). Terdapat kesulitan dalam hal controlling, artinya apakah benar


siswa mengerjakan tugas itu sendiri ataupun orang lain

b). Untuk tugas yang sifatnya cooperative (kelompok), tidak semuanya


anggota ikut aktif dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas
melainkan anggota tertentu saja

c). Tidak mudah memberikan tugas sesuai dengan perbedaan siswa


tiap individu

d). Tugas yang monoton (tidak bervariasi) akan menimbulkan


kebosanan

e). Tanpa adanya pengawasan, terkadang tugas dikerjakan orang lain.35

Dari pengertian diatas, tampak jelas bahwa pelaksanaan metode


resitasi ini cenderung menonjol kepada siswa, sebab peserta didik
dituntut untuk belajar mandiri baik itu materi yang sudah dibahas
ataupun materi yang belum dibahas.

34
Permana, Strategi Belajar Mengajar.151
35
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 1st ed. (jakarta: misaka galiza,
2003).13

xxv
3. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar Menurut Para Ahli36
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Menurut Mulyasa,
keaktifan adalah suatu tingkah laku yang didorong oleh
kemauan untuk belajar karena adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai, sehingga dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
dituntut untuk aktif dalam mengolah dan memproses perolehan
belajarnya.
Menurut Sadirman, keaktifan belajar adalah kegiatan yang
bersifat fisik ataupun mental dalam proses pembelajaran.
Kegiatan tersebut berupa membaca, mendengar, menulis, dan
berlatih keterampilan. Sedangkan kegiatan yang bersifat mental
yaitu dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
beberapa konsep, serta menyimpulkan hasil percobaan, dan
sebagainya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa keaktifan belajar adalah bagian dari proses belajar yang
berkaitan dengan tingkah laku peserta didik dalam kegiatan
belajar, baik berupa kegiatan fisik maupun mental untuk
mengelola dan memproses prolehan belajarnya, serta di dalam
pelaksanaannya peserta didik turut terlibat dalam pemecahan
masalah ataupun bertanya kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya.

36
Yessy Novitasari, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Means Ends Analysis
Menggunakan Media Video Terhadap Keaktifan Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Di SMA Negeri 3 Pagar Alam,” provit 5 (2018): 94.

xxvi
b. Indikator Keaktifan Belajar Menurut Para Ahli37
Menurut Hollingsworth dan Lewis, ciri-ciri dari
pembelajaran yakng aktif adalah ketika siswa bersemangat,
giat, hidup, pembelajaran berkesinambungan, kuat, dan efektif.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rusman, Maftukhin, dan
Nurhidayati bahwasannya keaktifan ditunjukkan ketika siswa
memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
Riandari, mengatakan bahwa keaktifan siswa dapat diukur
melalui keterlibatan siswa dalam kegiatan kelompok, diskusi,
kemampuan bertanya, kemampuan menjawab, serta berani
tampil di depan kelas.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik
beberapa poin penting sebagai indikator keaktifan yaitu:
1. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
2. Berani mengajukan pertanyaan selama pembelajaran
3. Berani menjawab pertanyaan yang diberikan
4. Berani mempresentasikan hasil pemahamannya di depan
kelas.

Melalui indikator-indikator tersebut guru dapat mengukur


keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran. Tidak hanya
itu, guru juga dapat melihat dampak signifikansi keaktifan
dalam pembelajaran, yaitu pemahaman materi dan ketercapaian
tujuan pembelajaran. Pemahaman ini dapat ditunjukkan melalui
hasil belajar siswa di momen evaluasi maupun tes formatif
yang dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nurwahyunita & Suwasono bahwa keaktifan berpengaruh
terhadap kualitas pembelajaran yang mempengaruhi hasil
belajar.

37
debora sitinjak kezia rikawati, “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dengan Penggunaan
Metode Ceramah Interaktif,” JEP (2020): 40–48.

xxvii
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Menurut Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan belajar dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Faktor Intern
Yaitu memiliki badan sehat, memiliki intelegensi,
siap untuk melaksanakan kegiatan belajar, memiliki bakat
dalam diri, memiliki pengalaman yang berkaitan dengan
belajar.
2. Faktor Ekstern
Adanya motivasi belajar, kemudian bahan pelajaran
yang digunakan menarik dan mudah dipahami oleh peserta
didik, adanya alat belajar (media pembelajaran), dan
suasana belajar yang nyaman.
Dari beberapa pendapat para ahli datas, dapat
disimpulkan bahwa peserta didik dikatakan aktif jika
memenuhi lima bentuk keaktifan yaitu keaktifan visual,
keaktifan mendengar, keaktifan lisan, keaktifan menulis,
serta keaktifan mental.
4. Bahasa Arab
a. Pengertian Bahasa Arab Menurut Para Pakar Linguistik
Bahasa adalah unsur kebudayaan. Ia lahir dari kebutuhan
dasar (basic need) manusia dalam meningkatkan
peradabannya. Disamping itu, bahasa juga dijadikan sebagai
alat komunikasi antar manusia, sebagai alat berpikir,
mengungkapkan perasaan, pendukung mutlak dari keseluruhan
pengetahuan manusia, sekaligus berfungsi sebagai lambang
agama dan pemersatu umat.
Definisi bahasa menurut perbendaharaan kosa kata bahasa
Arab disebut dengan "‫"اللغة‬, dalam bahasa latin disebut dengan
“lingua”, seperti bahasa Italia menyebut bahasa dengan
“lingua”, orang Spanyol menyebutnya dengan “lengua”, dan

xxviii
orang Prancis menyebutnya dengan “langue” dan “langage”,
sementara orang Inggris menyebutnya dengan “language”
(sebagai kata pungutan dari bahasa Prancis).38
Secara etimologi dalam bahasa Arab kata ‫ اللغة‬merupakan
bentuk mashdar dari kata ‫ يل ُغو‬-‫ لَ َغ َو‬sewazan dengan kata – ‫َدعَا‬
‫ يَدعُو‬dan lain-lain. Kata ‫ اللغة‬sewazan dengan ٌ‫ فُعة‬yang artinya
“ucapan atau suara”.39
Secara terminologi, yang dikemukakan oleh Ibnu Jinni
yaitu:
40
.‫أصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم‬
“Bunyi-bunyi yang digunakan setiap kelompok untuk
mengutarakan maksudnya”.

Definisi menurut Al Jurjani, ia berpendapat bahwa bahasa


adalah:
.41‫ما يعبر بها كل قوم عن أعراضهم‬
“Apa yang diungkapkan setiap orang dalam mengutarakan
maksudnya”.

Konsep yang sama tentang bahasa juga dikemukakan oleh


Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip oleh Hijazy:
،‫اللغة في المتعارف هي عبارة المتكلم عن مقصوده‬
42
.‫وتلك العبار فعل لساني ناشئة عن القصد‬
“Bahasa dapat disebut sebagai ungkapan pengucap tentang
isi hatinya. Ungkapan itu merupakan aktivitas lidah yang
muncul dari isi hati”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa tidak


ada perbedaan antara para pakar linguistik dalam menjelaskan
konsep bahasa. Dengan demikian yang dikatakan bahasa adalah
“Sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
38
MA dr. h. sakholid nasution, S.Ag., Pengantar Bahasa (Linguistik), ed. Mohamad Kholison, 1st
ed. (sidoarjo, jawa timur: CV LISAN ARABI, 2017).38
39
Louwis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lugah Wa Al-A’lam, 32nd ed. (Beirut: Dâr al-Masyriq,
1992).32
40
Ibnu Jinni, Al-Khashâish, 1st ed. (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabiyah, 1952).33
41
Al-Syarîf ‘Ali bin Muhammad Al-Jurjâni, Kitab Al-Ta’rifat, 3rd ed. (Beirut: Dârul Fikr
alIlmiyah, 1988).92
42
Mahmud Fahmi Hijazy, Ilmu Al-Lughah Al-‘Arabiyah (Kuwait: Wikâlah Al-Mathbū’ah, 1973).9

xxix
masyarakat untuk berinteraksi, bekerja sama, dan
mengidentifikasi diri bersama anggota masyarakat lainnya.”
b. Karakteristik Bahasa Arab
Setiap bahasa memiliki karakterisitik khusus, demikian hal
nya dengan bahasa Arab. berikut ini karakteristik bahasa Arab
yaitu:
1. Bahasa Arab kaya dengan kosakata (mufradat) dan sinonim
(mutaraddifat). Adapun jumlah kosakata bahasa Arab
mencapai sekitar 12,302.912.
2. Bahasa Arab telah menjadi bahasa dunia internasional sejak
tahun 1973. Bahkan United National Educational Scientific
and Cultural Organization (UNESCO) PBB No. 3190
melalui ketetapannya, telah menetapkan bahwa tanggal 18
Desember setiap tahunnya diperingati sebagai hari bahasa
Arab internasional.43
3. Bahasa Arab disebut dengan bahasa Al-Qur’an dan bahasa
dhadh. Disebut bahasa Al-Qur’an, karena Al-Qur’an
diturunkan menggunakan bahasa Arab (berbahasa Arab),
disamping itu bahasa Arab juga disebut sebagai bahasa
dhadh, karena Nabi Muhammad Saw yang membawa
risalah Al-Qur’an adalah orang yang paling fashih
melafalkan huruf dhadh.
4. Bahasa Arab terdapat cara pengembangan bentuk kata yang
disebut‫إشتقاق‬
5. Dalam bahasa Arab terdapat ‫( أوزان‬pola-pola tertentu) untuk
fi’il (verb) dan ism (nomina), dan penggunaan huruf jar
(preposisi) yang menjadikan ungkapan-ungkapan bahasa
Arab menjadi jelas, ringkas, dan padat
6. Bahasa Arab memiliki qawaid yang ajek. Teratur dan tanpa
banyak pengecualian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
43
MA dr. h. sakholid nasution, S.Ag., Tanggal 20 Maret Ditetapkan Sebagai Hari Internasional
Bahasa Prancis, Tanggal 20 April Sebagai Hari Internasional Bahasa Cina, Tanggal 23 April
Sebagai Hari in Ter Nasional Bahasa Inggris, Tanggal 6 Juni Sebagai Hari Internasional Bahasa
Rusia, Tanggal 1, ed. Mohammad Kholison, 1st ed. (Singosari Malang: lisan arabi, 2016).48

xxx
Muhammad Al Farisi bahwa bahasa Arab akan mudah
dipelajari jika peserta didik menguasai atau hafal qawaid
dan terampil dalam penerapannya. Menguasai qawaid
seperti cara penulisannya, cara pelafalannya, itu lebih
mudah dibandingkan harus menghafal kata-kata ataupun
fi’il-fi’il yang tidak beraturan.
7. Adanya sistem I’rob, yaitu perubahan bentuk bunyi atau
bentuk akhir suatu kata karena pengaruh dari kata lain. 44
I’rob juga disebut dengan aturan susunan kata dalam suatu
kalimat sehingga fungsi dan harakat akhirnya dapat dilihat
dengan jelas.45
Satu hal yang membedakan bahasa Arab dengan
bahasa-bahasa Eropa lainnya yaitu bahasa Arab mempunyai
slogan “Memahami untuk membaca, bukan membaca untuk
memahami”. Artinya, seseorang yang ingin membaca teks-
teks Arab dengan baik dipersyaratkan mempunyai
pemahaman yang memadai tentang materi atau jalan cerita
yang terkandung dalam bahan bacaan.
c. Pentingnya Bahasa Arab dalam Lembaga Pendidikan
Secara formal, bahasa Arab merupakan bahasa asing.
Karena disebut dengan bahasa asing, maka sistem
pembelajarannya menggunakan sistem pembelajaran bahasa
asing mulai dari materi, metode, hingga tujuan pembelajaran.
Dewasa ini pendidikan bahasa Arab sangat dibutuhkan di
Indonesia, mengingat minimnya lembaga pendidikan yang
mengajarkan bahasa Arab di Indonesia yang mayoritas
penduduknya adalah muslim dan merupakan populasi muslim
terbesar di dunia.
Tidak perlu diragukan lagi, seorang muslim memang
sepantasnya belajar mencintai bahasa Arab dan berusaha

44
Lalaran Kitab Al-Jurumiyyah Ponpes Ngalah
45
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Al-Marji’ Fî Ta’lîm Al-Lughah Al-Arabiyah, Li Al-Nâthiqîna Bi
Lughâtin Ukhrâ, 1st ed. (Saudi Arabia: Jâmi’ah Umm al-Qurâ, 1986).142-146

xxxi
menguasainya, karena Islam merupakan agama atau wahyu
yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw
dengan perantara Malaikat Jibril. Kemudian wahyu tersebut
dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an yang berbahasa Arab.
Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an,
artinya bahwa bahasa Arab merupakan bahasa terbaik yang
pernah ada.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat
Yusuf ayat 2 yang berbunyi:
)۲( َ‫ِإنَّا َأ ْنزَلنَهُ قُ ْرآنًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬
Yang artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an
berbahasa Arab, agar kamu mengerti. (QS. Yusuf :2)

Orang yang menguasai bahasa Arab sangat mudah untuk


mengajar ilmu agama. Karena bahasa Arab memiliki
keistimewaan disbanding dengan bahasa-bahasa lainnya.
Bahasa Arab memiliki ikatan yang kuat dengan kehidupan,
akhlaq, dan agama karena kitab suci umat islam diturunkan
berbahasa Arab. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung
senang membaca kitab-kitab para ulama’ yang berbahasa Arab
dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Nabi sehingga hal
ini bisa memperbaiki akhlak dan agamanya.
Pendidikan Bahasa Arab (PBA) di Indonesia relative sudah
tersebar di berbagai Universitas di Indonesia baik islam, negeri,
maupun swasta. Akan tetapi dewasa ini mulai timbul beberapa
keluhan yang dialamatkan kepada dunia pendidikan tinggi
islam termasuk PBA, bahwa lulusan PBA kurang memiliki
kemandirian dan keterampilan berbahasa yang memadai,
sehingga daya saing mereka kalah apabila dibandingkan
dengan alumni lembaga lain. Kelemahan daya saing ini perlu
dibenahi dengan memberikan aneka “keterampilan” seperti
keterampilan berbahasa Arab dan Inggris aktif (berbicara dan

xxxii
menulis), keterampilan mengoperasikan berbagai aplikasi
komputer, hingga keterampilan sosial.46
d. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan proses pembelajaran bahasa Arab di perguruan
tinggi pada hakikatnya terbagi menjadi dua macam, yakni
sebagai alat dan sebagai tujuan. Tujuan pembelajaran bahasa
Arab di berbagai fakultas syariah, ushluhudin, dakwah, dan
tarbiyah jurusan pendidikan agama diposisikan sebagai alat
bantu peningkatan keahlian lain yang harus dipelajari.
Sementara proses pembelajaran bahasa Arab di fakultas
adab dan tarbiyah jurusan bahasa Arab diposisikan sebagai
tujuan, yakni bertujuan menghasilkan ahli bahasa dan sastra
Arab sehingga proses pembelajaran yang berlangsung
sedemikian ketat agar mahasiswa mampu mengajarkan bahasa
Arab. Pencapaian tujuan pembelajaran tersebut tergantung pada
proses pembelajaran dan pemilihan penggunaan metode yang
efektif dalam pembelajaran bahasa Arab.47

C. Kerangka Konseptual
46
Sampiril Taurus Tamaji, “Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Perspektif Filsafat Ilmu,” Al
Fakkar 1 (2020): 92–95.
47
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, ed. 1 (Bandung: Humaniora, 2009).75

xxxiii
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu kesatuan konsep
pengertian tentang suatu hal maupun persoalan yang perlu dirumuskan.
Kerangka konseptual berfungsi untuk menyederhanakan pengertian
atau ide-ide yang digunakan agar pembaca dapat memahami maksud
dan tujuan peneliti sesuai dengan kerangka konsep tersebut.48
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah melihat adanya
pengaruh metode resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab.
Dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang adanya keterkaitan
menggunakan metode resitasi untuk meningkatkan keaktifan belajar
bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen berupa pre-
experimental design dengan tipe one group pretest-posttest.
Untuk lebih jelasnya, kerangka konseptual penelitian ini akan
dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

48
Variabel X Variabel Y
Drs. Tjejep M.Pd Syamsuri, “Kajian Teori, Kerangka Konsep Dan Hipotesis Dalam Penelitian”
(Sumatera Barat: Balai Pengembangan Kelompok Belajar, n.d.).4

xxxiv
Metode Resitasi Keaktifan Belajar BA

Keaktifan belajar adalah bagian dari


Metode resitasi adalah cara penyajian proses belajar yang berkaitan dengan
bahan dimana guru memberikan tingkah laku peserta didik dalam
tugas tertentu kepada peserta didik kegiatan belajar, baik berupa fisik
dengan tujuan agar peserta didik maupun mental untuk mengelola
melakukan kegiatan belajar serta memproses pemerolehan belajar
peserta didik

Pelaksanaan Pre-test untuk mengetahui serta


mengukur kemampuan siswa sebelum
diterapkannya metode resitasi

Treatment, perlakuan dengan menerapkan


metode resitasi terhadap pembelajaran bahasa
Arab

Pelaksanaan Post-test untuk mengetahui


kemampuan siswa setelah diterapkannya metode
resitasi

Siswa kelas XI MA Maarif NU


Durensewu Pandaan

Siswa lebih aktif disaat KBM


Timbulnya rasa kemauan siswa
seperti, mengajukan pertanyaan,
mempelajari bahasa Arab secara
menanggapi guru, keterlibatan
mendalam, serta melatih
dalam kegiatan kelompok, diskusi,
kedisiplinan dan tanggung jawab
menyelesaikan tugas, serta andil
terhadap penugasan
dalam pemecahan masalah

Metode resitasi efektif terhadap


keaktifan belajar bahasa Arab

xxxv
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji
kebenarannya.49 Maksudnya yaitu dengan dugaan sementara terhadap
rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji atau dinamakan
dengan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0)
Hipotesis nol (H0) adalah perlakuan yang tidak memiliki pengaruh.
50
Hipotesis nol (H0) merupakan perlakuan yang diberikan tidak
mengakibatkan perubahan, tidak ada pengaruh. Hipotesis nol
dilambangkan dengan simbol H0.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah pengaruh perlakuan terhadap
variabel bergantung.51 Artinya bahwa terdapat pengaruh atau
perubahan terhadap perlakuan yang diberikan kepada peserta didik.
Hipotesis alternatif dilambangkan dengan simbol Ha.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H0: Metode Resitasi tidak efektif terhadap keaktifan belajar bahasa
Arab siswa MA Maarif NU Durensewu Pandaan
Ha: Metode resitasi efektif terhadap keaktifan belajar bahasa Arab
siswa MA Maarif NU Durensewu Pandaan.

BAB III

49
S.E Suliyanto dan Suliyanto MM, “Metode Penelitian Kualitatif,” pendidikan (2017).
50
Enos Lolang, “Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif,” Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3 (2014): 685–695.
51
Ibid.

xxxvi
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang digunakan untuk

meneliti suatu populasi atau sampel tertentu dengan teknik pengumpulan

sampel pada umumnya dilakukan secara random.52

Pada penelitian kuantitatif menggambarkan dua variabel, yaitu

variabel bebas (variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain) dan

variabel terikat (besaran efek variabel bebas terhadap variabel

penelitian).53

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif

karena objek yang akan diteliti diwujudkan dalam bentuk angka dan

dianalisis berdasarkan analisis statistik yang bertujuan untuk mengetahui

efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab siswa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen desain Pra-Eksperimen (Pre-Experimental Design),

yang artinya peneliti menerapkan perlakuan pada subjek penelitian tanpa

adanya kelompok kontrol (bandingan yang tidak diberi perlakuan). Selain

itu, proses penelitian pra-eksperimen fokus pada dampak perlakuan subjek

penelitian yang diamati.54 Metode penelitian eksperimen merupakan salah

satu metode kuantitatif yang digunakan peneliti terutama apabila peneliti

52
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 1st ed. (Bandung: Alfabeta, 2007).14
53
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (jakarta: Gaung Persada Press, 2009).60
54
Indrawan. R, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , Dan Campuran Untuk Manajemen
Pembangunan Dan Pendidikan, revisi. (Bandung: Refika Aditama, 2016).57

xxxvii
ingin melakukan percobaan untuk mencari pengaruh variabel

independen/treatment/perlakuan tertentu terhadap variabel

dependen/hasil/output dalam kondisi yang terkendalikan.55

Pada jenis eksperimen ini menggunakan model desain One-Group

Pretest-Postest Design, yang mana terdapat pre-test, sebelum diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

O1 X O2

O1= Nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan resitasi)

O2= Nilai Post-test (setelah diberi perlakuan resitasi)

Pengaruh metode resitasi terhadap keaktifan belajar siswa = (O2-O1)56

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang

apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk

menguji kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan item-item

yang dituangkan dalam instrument penelitian.

1. Metode resitasi

55
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 1st ed. (Bandung:
Alfabeta, 2019).110
56
Ibid.114

xxxviii
Metode resitasi (penugasan) adalah cara penyajian bahan pelajaran

dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan

kegiatan belajar kemudian hasil penugasan dipertanggungjawabkan.

Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran

serta merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara

individual maupun kelompok. Adapun prinsip yang dimiliki dari

penggunaan metode resitasi adalah melatih rasa kedisiplinan serta

tanggung jawab siswa dalam penugasan, yang artinya siswa dituntut

untuk mempertanggungjawabkan hasil dari penugasan sehingga tidak

ada istilah tidak mengerjakan atau lainnya karena metode ini selalu

mendapat pengawasan dari guru.57

2. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah bagian dari proses belajar yang berkaitan

dengan tingkah laku peserta didik dalam kegiatan belajar, baik berupa

kegiatan fisik maupun mental untuk mengelola dan memproses

prolehan belajarnya, serta di dalam pelaksanaannya peserta didik turut

terlibat dalam pemecahan masalah ataupun bertanya kepada guru

apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya ada

kaitan yang erat metode resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab

siswa. Dengan adanya resitasi siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar

aik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu, keduanya

saling berkaitan.

C. Sumber dan Jenis Data


57
Andi Sutisno, “Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia” 2 (2017): 37.

xxxix
Data merupakan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari

pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat

pula berupa lambing atau sifat data.

1. Sumber Data

Menurut Arikunto, sumber data adalah subjek dimana data

diperoleh. Sumber data yang tidak tepat mengakibatkan data yang

terkumpul tidak relevan. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:58

a. Data Primer, yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud

khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari

sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan, yang

menjadi sumber data primer yaitu guru bahasa Arab dan siswa MA

Maarif NU Durensewu Pandaan.

b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dengan maksud

selain menyelesaikan masalah yang dihadapi. Data ini dapat

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data sekunder adalah literature, artikel, jurnal, serta situs di

internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Jenis Data

58
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik” (2013): 129.

xl
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif berupa angka atau bisa disebut dengan data numeric.59

Dalam jenis data ini diperlukan jumlah siswa kelas XI MIA, hasil tes

sebelum pelaksanaan dan sesudah pelaksanaan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. 60 Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA Maarif NU

Durensewu Pandaan. Untuk lebih detailnya perhatikan table berikut:

Table 2.1 Jumlah Populasi Penelitian

Kelas X Kelas XI Kelas XII Total Populasi

19 siswa 30 siswa 18 siswa 67 siswa

Sumber : Hasil Observasi Penelitian

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jika subjeknya besar, maka

dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% bahkan bisa lebih tergantung

kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.61

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA

yang berjumlah 15 siswa. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik

probability sampling yang berupa simple random sampling, yang artinya

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, 1st ed. (Bandung: Alfabeta,
2014).126
60
Ibid.80
61
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.126

xli
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.62

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang dipakai dalam sebuah

kegiatan penelitian, khususnya sebagai pengukuran dan pengumpulan

data. Instrument penelitian bisa berupa angket, soal tes, lembar observasi,

dan lain sebagainya. Instrument penelitian juga merupakan sarana yang

harus dibuat guna menampung dan mengolah berbagai data yang

dikumpulkan untuk penelitian.

Selain untuk pengumpulan data, instrument ini juga melibatkan

bagaimana pengolahan data yang dilakukan sebagai salah satu tahapan

penelitian. Hal ini sesuai dengan arti lain dari istilah ini, yaitu sebagai

sumber bagi seseorang yang akan melakukan penelitian. Data yang

didaptkan pada penelitian ini mencakup:

1. Data tentang efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar

bahasa Arab siswa kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan, yang

dibuktikan dengan adanya tes butir soal baik secara lisan ataupun

tertulis.

2. Data tentang keaktifan belajar bahasa Arab siswa kelas XI yang

dibuktikan dengan beberapa penugasan sekaligus post-test.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

efektifitas metode resitasi terhadap keaktifan belajar bahasa Arab siswa

62
Ibid.129

xlii
kelas XI MA Maarif NU Durensewu Pandaan yang terdiri dari dua

pedoman:

1. Pedoman Tes

Dalam pedoman ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan belajar

bahasa Arab siswa selama diberi perlakuan menggunakan metode

resitasi

2. Pedoman Dokumentasi

Sebagai penunjang data yang tertulis terkait variabel yang diteliti,

maka perlu adanya dokumentasi sebagai alat bantu yang berupa

dokumen nama-nama siswa, bukti catatan pengumpulan tugas, serta

foto-foto proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

F. Validitas Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas isi menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir

dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan

dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersbut. Artinya, tes

itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkan keseluruhan konten

atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara

proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus

dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa

soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan

konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional.

Validitas isi suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang

dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid

xliii
berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitas isi

sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu

koefisien validitas yang dihitung secara statistika.63

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi

bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara

berulang. Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu

tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan

skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi

yang berbeda. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relative sama)

jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun

dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu, dan tempat yang berbeda

pula. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang

reliabel.

Menggunakan Tes ulang (test re-test) adalah tes yang terdiri dari

seperangkat tes yang diberikan dua kali kepada sekelompok subjek.

Reliabilitasnya dihitung dengan cara mengkorelasikan hasil tes

pertama dengan tes kedua. Metode tes ulang adalah penggunaan tes

yang sama dua kali pada sejumlah peserta tes yang sama. Seluruh butir

soal diuji reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS 17.

Dasar keputusan dalam uji reliabilitas alpha cronbach’s sebagai

berikut:64

63
Nasution, Metode Research, 1st ed. (jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009).128
64
V. Wiratna Sujarweni, Spss Untuk Penelitian, 1st ed. (yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2014).193

xliv
1. Jika nilai cronbach’s alpha > 0,60 maka test dinyatakan reliabel

atau konsisten

2. Jika nilai cronbach’s alpha < 0,60 maka test dinyatakan tidak

reliabel atau tidak konsisten.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini

meliputi teknik obeservasi atau pengamatan, kuesioner (angket), tes, dan

dokumentasi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung. Observasi dapat

mengukur atau menilai proses belajar seperti tingkah laku siswa,

kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa seperti interaksi maupun

partisipasi siswa dalam simulasi penggunaan metode pembelajaran.

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan

difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses

pembelajaran. Tahap observasi dilakukan dengan menggunakan skala

penilaian kegiatan belajar mengajar baik dari segi guru ketika

mengajar ataupun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. 65

Observasi dilakukan di tempat penelitian yaitu di MA Maarif NU

Durensewu Pandaan.

2. Kuesioner (Angket)

65
Muhammad Affandi, Cara Efektif Menulis Karya Ilmiah Seting Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan Dasar Dan Umum, 1st ed. (Bandung: Alfabeta, 2011).85

xlv
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan ataupun pernyataan

secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur serta mengetahui

apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa

pertanyaan ataupun pernyataan yang sifatnya tertutup atau terbuka.

Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, maka

kuesioner dapat diberikan kepada responden secara langsung. Dengan

adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan

menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden

dengan sukarela akan memberikan data obyektif dengan cepat.66

Kuesioner (angket) akan dibagikan dan diisi oleh siswa kelas XI

MA Maarif NU Durensewu Pandaan. Kuesioner ini berfungsi untuk

mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa

Arab dengan penerapan metode resitasi.

3. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pembelajaran

bahasa Arab yang mana soal tes diambil dari modul pembelajaran

bahasa Arab kelas XI. Hal ini digunakan untuk mengukur kemampuan

serta pemahaman siswa dari hasil proses belajar terhadap

pengembangan keaktifan belajar bahasa Arab setelah diterapkannya

metode resitasi dalam pembelajaran.

66
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.199

xlvi
Adapun tes pada penelitian ini dilakukan sebanyak 2 tahap, yang

pertama yaitu pre-test, tes yang dilakukan untuk mengukur proses

pembelajaran bahasa Arab siswa sebelum diterapkannya metode

resitasi. Sedangkan tahap yang kedua yaitu post-test, tes yang

dilakukan untuk mengukur proses pembelajaran serta pemahaman

siswa setelah diterapkannya metode resitasi.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumen merupakan catatan kejadian

yang sudah dikerjakan. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa buku

catatan siswa, dan bukti catatan pengumpulan tugas, serta foto-foto

selama proses pembelajaran berlangsung yang digunakan sebagai

pendukung penelitian.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data

adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.67 Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik.

SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan

cukup tinggi untuk analisis data statistik serta sistem manajemen data pada

lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-


67
Ibid.206

xlvii
kotak dialog yang sederhana sehingga mudah dipahami untuk cara

pengoperasiannya.

Analisa pada penelitian ini menggunakan SPSS 17 yang berfungsi

membaca berbagai jenis data dengan cara memasukkan data secara

langsung ke dalam SPSS Data Editor. Bagaimanapun struktur dari file data

awalnya, data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk baris

(cases) dan kolom (variables). Dalam penelitian ini menggunakan uji test

berpasangan (Paired Sample t-test). Paired Sample t-test adalah uji

statistik yang membandingkan rata-rata dari dua data dan berasal dari satu

kelompok sampel. Artinya, tiap orang pada kelompok sampel tersebut

akan memberikan kontribusi pada data pertama dan data kedua. Paired

Sample t-test digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara dua kelompok data tersebut. Perlu ditegaskan disini

bahwa dua kelompok data tersebut berasal dari satu kelompok sampel

yang sama maka hasil pre-test dan post-test nantinya akan dianalisis

berdasarkan rumus SPSS 17.

xlviii
Ahmad Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Edited by 1. Bandung:
Humaniora, 2009.
Al-Syarîf ‘Ali bin Muhammad Al-Jurjâni. Kitab Al-Ta’rifat. 3rd ed. Beirut: Dârul
Fikr alIlmiyah, 1988.
Alfisyah. “Efektifitas Metode Resitasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas X SMAN 3 Palopo.” IAIN Palopo, 2018.
Asyrofi, Syamsuddin. “Pengajaran Bahasa Arab Di Madrasah Dan Sekolah
(Telaah Kritis Dalam Perspektif Metodologis).” pendidikan bahasa arab 3
(2017): 29.
Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran. 1st ed. jakarta: rineka cipta, 2002.
Dr. abdul rahmad M.Pd. Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi. 1st
ed. ideas, n.d.
dr. h. sakholid nasution, S.Ag., MA. Pengantar Bahasa (Linguistik). Edited by
Mohamad Kholison. 1st ed. sidoarjo, jawa timur: CV LISAN ARABI, 2017.
———. Tanggal 20 Maret Ditetapkan Sebagai Hari Internasional Bahasa
Prancis, Tanggal 20 April Sebagai Hari Internasional Bahasa Cina,
Tanggal 23 April Sebagai Hari in Ter Nasional Bahasa Inggris, Tanggal 6
Juni Sebagai Hari Internasional Bahasa Rusia, Tanggal 1. Edited by
Mohammad Kholison. 1st ed. Singosari Malang: lisan arabi, 2016.
Dr. H. Sukadari, SE., SH., MM, and MM Dr. T. Sulistyono, M.Pd. Ilmu
Pendidikan Seri 1 (Konsep Dasar). 1st ed. yogyakarta: cipta bersama, 2017.
dr. sri haryati., M.Pd. Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning.
1st ed. magelang: graha cendekia, 2017.
E, Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik Dan
Implementasi. 1st ed. bandung: remaja rosdakarya, 2004.
H Ahmad Musthofa al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. 1st ed. semarang: toha putra,
1989.
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dalam Pembelajaran. 1st ed. jakarta: bumi aksara,
2009.
———. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. 1st ed.
jakarta: bumi aksara, 2003.
Harun, Sulastri. “Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Dasar ‘Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era
Masyarakat 5.0’” (2021): 267.
Hertali Vita Pramanta. “Pengaruh Pembelajaran Model Resitasi Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Kelistrikan Otomotif Di SMK

xlix
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.” Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.
imansdjah alipandie. “Didaktik Metodik Pendidikan Umum. 1st ed. jakarta:
ciputat press, 2002.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial. jakarta: Gaung Persada
Press, 2009.
Jinni, Ibnu. Al-Khashâish. 1st ed. Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabiyah, 1952.
kezia rikawati, debora sitinjak. “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dengan
Penggunaan Metode Ceramah Interaktif.” JEP (2020): 40–48.
Lolang, Enos. “Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif.” Jurnal Keguruan dan
Ilmu Pendidikan 3 (2014): 685–695.
Ma’luf, Louwis. Al-Munjid Fi Al-Lugah Wa Al-A’lam. 32nd ed. Beirut: Dâr al-
Masyriq, 1992.
Maesaroh, Siti. “Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam.” pendidikan 1 (2013): 155.
Mahmud, Basri, and Hamzah. “Pembelajaran Efektif Dalam Pengajaran Bahasa
Arab Tingkat Menengah.” bahasa arab & pendidikan bahasa arab 1 (2020):
24.
Mahmud Fahmi Hijazy. Ilmu Al-Lughah Al-‘Arabiyah. Kuwait: Wikâlah Al-
Mathbū’ah, 1973.
Mariyam, Siti, Retno Triwoelandari, and H. Kholil Nawawi. “Pengaruh Metode
Resitasi Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa
Kelas VII SMP Pembangunan Bogor.” Jurnal Mitra Pendidikan 2 (2018):
1283.
MM, S.E Suliyanto dan Suliyanto. “Metode Penelitian Kualitatif.” pendidikan
(2017).
Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd, M.Pd Evi Chamalah, S.Pd., and M.Pd Oktarina
Puspita Wardani, S.Pd. Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. 1st ed.
Semarang: UNISSULA Press, 2013.
Muhammad Affandi. Cara Efektif Menulis Karya Ilmiah Seting Penelitian
Tindakan Kelas Pendidikan Dasar Dan Umum. 1st ed. Bandung: Alfabeta,
2011.
Mukhtar. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 1st ed. jakarta: misaka
galiza, 2003.
Nasution. Metode Research. 1st ed. jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Novitasari, Yessy. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Means Ends
Analysis Menggunakan Media Video Terhadap Keaktifan Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 3 Pagar Alam.” provit
5 (2018): 94.

l
Olivia, Femy. Gembira Belajar Dengan Mind Mapping. 1st ed. Vol. 1. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo, 2008.
Pasaribu, Henren. “Efektifitas Penggunaan Metode Resitasi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
14 Medan.” Universitas HKBP Nommensen Medan, 2015.
Permana, S Mulyani dan Johar. Strategi Belajar Mengajar. 1st ed. Jawa Tengah:
Depdikbud, 2009.
Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. 1st ed.
Bandung: Alfabeta, 2019.
R, Indrawan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , Dan Campuran
Untuk Manajemen Pembangunan Dan Pendidikan. Revisi. Bandung: Refika
Aditama, 2016.
Soekartawi. Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. 1st ed. jakarta: bumi
aksara, 2003.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. 1st ed. bandung: sinar
baru, 1989.
Sudrajat, Akhmad. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan
Model Pembelajaran, n.d.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. 1st ed. Bandung: Alfabeta, 2007.
———. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D,. 1st ed. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Suharsimi Arikunto. “Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik” (2013):
129.
Sujarweni, V. Wiratna. Spss Untuk Penelitian. 1st ed. yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2014.
Suryani, Feny. “Penerapan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadits (Studi Kasus Di MTS Laboratorium UIN Medan).” universitas
muhammadiyah sumatera utara, 2018.
Sutisno, Andi. “Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia” 2
(2017): 37.
Syaiful Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. 1st
ed. jakarta: rineka cipta, 2010.
Syamsuri, Drs. Tjejep M.Pd. “Kajian Teori, Kerangka Konsep Dan Hipotesis
Dalam Penelitian.” Sumatera Barat: Balai Pengembangan Kelompok Belajar,
n.d.
Tamaji, Sampiril Taurus. “Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Perspektif Filsafat
Ilmu.” Al Fakkar 1 (2020): 92–95.
Thu’aimah, Rusydi Ahmad. Al-Marji’ Fî Ta’lîm Al-Lughah Al-Arabiyah, Li Al-

li
Nâthiqîna Bi Lughâtin Ukhrâ,. 1st ed. Saudi Arabia: Jâmi’ah Umm al-Qurâ,
1986.
Wawan susilo. “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Dengan
Penerapan Metode Resitasi Bagi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas).” UNS-
FKIP, 2010.
Widhiantari, Rahma. “Efektifitas Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Berbantuan
Modul Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Uang
Dan Perbankan SMA N 1 Kota Mungkid Kabupaten Magelang.” Economic
Education Analysis Journal 1, no. 1 (2012): 1–6.
Wijaya, Febriansyah Luqman. “Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan
Kreativitas Belajar Akidah Akhlak Peserta Didik Di MTsN 3 Tulungagung.”
IAIN Tulungagung, 2021.
Yusuf, Munir. Pengantar Ilmu Pendidikan. 1st ed. palopo: lembaga penerbit
kampus IAIN Palopo, 2018.
Zain, Syaiful Bahri dan Aswan. Strategi Belajar Mengajar. 1st ed. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Zain, Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan. Strategi Belajar Mengajar. Revisi.
jakarta: rineka cipta, 2006.

lii

Anda mungkin juga menyukai