Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EDUPRENESHIP PADA SISWA KELAS V

DI SDN 116 KAMPUNG DELIMA DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN


SISWA

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Institut Agama Islam Negeri Curup

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Pengajuan Skripsi

Penasehat Akademik Mahasiswa

Dr. Aida Rahmi Nasution, M.Pd.I Dina Rustanti


NIP.198412092011012009 NIM.20591053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

CURUP 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu

menuntun anak.Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu

mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa

waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang

setara dengan educare, yakni: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan

kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah

(pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran,

kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata

dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai

pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses

perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya

upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras

dengan alam dan masyarakatnya. 2

1
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, (Jurnal Kependidikan, Vol 1) No. 1 Nov 2013. Hlm
25
2
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, (Jurnal Kependidikan, Vol 1) No. 1 Nov 2013. Hlm
26
Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan

bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai

kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan

aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di

dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur unsur yang

berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan

menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya

adalah memanusiakan manusia.Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa

pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya

harus lebih luas. 3

Fungsi pendidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap

perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada

tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu

guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk

belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu

pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.4

Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir,

karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani(pancaindera serta keterampilan-

keterampilan).5

Pendidikan adalah juga merupakan dari upaya untuk membantu manusia

memperoleh kehidupan yang bermakna, sehingga diperoleh suatu kebahagiaan hidup

3
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, (Jurnal Kependidikan, Vol 1) No. 1 Nov 2013. Hlm
26
4
Nurkholis, Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi, (Jurnal Kependidikan, Vol 1) No. 1 Nov 2013. Hlm
29
5
15Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 2015), hlm. 3
baik secara individu maupun kelompok. Sebagai proses, pendidikan memerlukan

sebuah sistem yang terprogram dan mantap, serta tujuan yang jelas agar arah yang

dituju mudah dicapai. Pendidikan adalah upaya sengaja, pendidikan merupakan suatu

rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki landasan dasar yang kokoh, dan

arah yang jelas sebagai tujuan yang hendak dicapai.6

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didikagar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang berdemokrasi serta

bertanggung jawab.7

Pendidikan (education) sebagai suatu konsep sering diartikan dan dipandang

masyarakat dalam pengertian yang kurang tepat bahkan dapat dikatakan salah,

sehingga pengertian pendidikan maknanya sering dikerdilkan hanya sebatas

pengertian pengajaran atau masyarakat sering membuat pengertian pendidikan sama

dengan pengajaran. Pengajaran sebagai arti kata instruction mempunyai makna yang

tebih sempit dibandingkan dengan pengertian pendidikan.8

Akibat penciutan makna pendidikan menjadi pengajaran tersebut maka

hakekat apa dan bagaimana proses pendidikan juga diartikan sarna dengan apa dan

bagaimana proses pengajaran. LengeveldLengeveld memberikan pengertian bahwa

pendidikan adalah usaha mempengaruhi, melindungi serta memberikan bantuan yang

tertuju kepada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik

6
Ummul Qura, Pendidikan Islam, Jurnal: Pendidikan: Vol. VI, No. 2 (September, 2015), hlm. 3
7
Madya Ekosusilo dan Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan (Semarang: Effhar Publishing, 1990), hlm.12
8
Jalaluddin. Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 81
agar cukup mampu dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang

lain.9

Dalam pengertian tersebut di atas bimbingan dan pengaruh serta perlindungan

yang diberikan harus mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan hakekat dan

martabat kemanusiaan, dengan tujuan akhir pendidikan adalah adanya kemampuan

dan atau kemandirian hidup peserta didik. Tanpa mengarah kepada hal tersebut maka

kegiatan pengaruh dan bimbingan yang diberikan tersebut bukanlah kegiatan

pendidikan.10

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pentingnya edupreneship bagi guru

2. Bagaimana pentingnya edupreneship bagi siswa-siswi

3. Bagaimana cara menanamkan jiwa eduprenship terhadap individu

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pentingnya edupreneship bagi guru

2. Untuk mengetahui pentingnya edupreneship bagi siswa-siswi

3. Untuk mengetahui cara menanamkan jiwa edupreneship terhadap individu

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang

9
H.M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm. 35-36
10
Ahmad Suriansyah. Landasan Pendidikan (Banjarmasin: Comdes, 2011), hlm. 1
terjadi dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar

siswa memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat :

a. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat mengembangkan kualitas

pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas sebagai

pendidik dengan baik yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara

matang, dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa pada pembelajaran juga dapat menciptakan

kreativitas dan inovasi.

b. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat meningkatkan semangat

dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran

dikemas secara.

c. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat memberikan

pengalaman dalam mengelola pembelajaran tematik sesuai dengan

kurikulum 2013 yang baru-baru ini dicanangkan oleh pemerintah,

dapat meningkatkan kemampuan mengajar dan memberikan

pengetahuan tentang bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasa Teori

1. Pembelajaran

Kegiatan belajar juga dimaknai sebagai interaksi individu dengan

lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah obyek-obyek lain yang

memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan,

baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh

atau ditemukan sebelumnya tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu

tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.11

Behaviorisme, teori ini meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh

kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman tertentu

kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat, yaitu tingkah laku,

dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat

dilihat.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan

kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai

pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah. Dalam

belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu

mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambah dalam mencerna

materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu

mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta
11
Ainurrahman, Belajar dan...., hlm. 36.
didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat

pembelajaran adalah “pengaturan”.12

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu

lingkungan belajar.13 Secara Nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu

proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik,

pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar,

maka yang dikatakan dengan proses pembelajaran adalah suatu system yang

melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi

untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang terjadi,

yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pihak pendidik

(guru) dan kegiatan belajar secara paedagogis pada diri peserta didik, berproses

secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan

tertentu. Dalam pembelajaran, pendidik menfasilitasi peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Dengan adanya interaksi tersebut maka akan menghasilkan

proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang telah diharapkan.14

Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat

diartikan sebagai produk interaksi berkelanjtan antara pengembangan dan

12
Bahri Djamarah, Strategi Belajar........., hlm. 39.
13
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan
Nasional, hlm. 6
14
Muh. Sain Hanafy, Jurnal Pendidikan: Konsep Belajar dan Pembelajaran, Lentera Pendidikan, Vol. 17 No. 1
Juni 2014: 66-79, hlm. 74.
pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa

pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lain)

dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka

terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik dan

peserta didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada

target yang telah ditetapkan.15

Pola pembelajaran yang terjadi saat ini seringkali masih bersifat transmisif,

yaitu siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau

yang ada pada buku pelajaran saja. Adapun menurut Hudojo, menyatakan bahwa

system pembelajaran dalam pandangan konstruktivis memberikan perbedaan yang

nyata. Ciri-cirinya adalah: (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar

materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus

dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehinya menyatu dengan pengetahuan

yang dimiliki oleh siswa.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua

orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku

siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut tidak terlepas

dari bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah

kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat

belajar dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada dua

kegiatan pokok, yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah

laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan tindakan

penyempaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh karena itu,

15
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 19
16
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 19
makna pembelajaran merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar

adalah tindakan internal dari pembelajaran

2. Pengaruh

Menurut Hugiono dan Poerwantana “pengaruh merupakan dorongan atau

bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek” 1, sedangkan

menurut Badudu dan Zain “Pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu

terjadi, sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan

tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain”. Sedangkan Louis

Gottschalk mendefinisikan pengaruh sebagai suatu efek yang tegardan membentuk

terhadap pikiran dan perilaku manusia baik sendiri-sendiri maupun kolektif.17

Berdasarkan konsep pengaruh di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

merupakan suatu reaksi yang timbul (dapat berupa tindakan atau keadaan) dari

suatu perlakuan akibat dorongan untuk mengubah atau membentuk suatu keadaan

kearah yang berbeda

3. Edupreneurship

Edupreneurship adalah terobosan perubahan dalam bidang pendidikan untuk

tidak sekedar menghasilkan lulusan dalam kualitas yang begitu besar pada tiap

periodenya, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang baik, berkualitas, bermutudan

memiliki daya saing yang tinggi untuk memberikan kontribusi positif serta

bermanfaat untuk banyak orang. Edupreneurship lebih banyak berorientasi pada

profit yang banyak memberikan keuntungan secara finansial. Dalam

edupreneurship memiliki konsep yang di tekankan pada usaha kreatif dan inovatif

yang di lakukan sekolah agar mendapatkan income.18

17
Babadu, J.S dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h. 131
18
Thriska Afifandasari, Subiyantoro, Pengembangan Jiwa Edupreneurhip Melalui Kepimimpinan, April, Thn
2022. Hlm280
Edupreneurship merupakan pendidikan yang mencetak peserta didik yang

kretif serta inovatif yang bisa menciptakan peluang handal dan berani melangkah

menyambut tantangan kehidupan. Kewirausahaan adalah suatu proses yang

dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam pola pikir mengenai

kemandirian dan semangat yang komperatif bagian dari kewirausahaan yang di

harapkan mampu menjadi nilai lebih dalam pendidikan.19

Pengembangan edupreneurship merupakan sebuah gagasan menyeluruh

tentang bagaimana menyiapkan lulusan yang kompeten serta berjiwa wirausaha.

Langkah awal pengembangan edupreneurship adalah menyiapkan guru yang

mampu membimbing siswa agar mereka memiliki jiwa entrepreneur.

a. Eduprerneurship bagi pendidikan

Edupreneurship dalam bahasa Prancis diartikan dengan pendidikan

kewirausahaan, maka edupreneurship dapat diartikan dengan pendidikan yang

menciptakan peserta didik yang inovatif, kreatif dan mampu menciptakan

peluang serta berani melangkah guna menghadapi tatangan hidup.20

Edupreneurship memadukan pola pikir wirausaha dengan kualitas kreatif,

kemampuan menciptakan peluang baru, dan kemauan mengambil risiko dalam

ranah pendidikan. Kreativitas dan inovasi dalam pendidikan dapat berupa

penemuan-penemuan baru atau pengembangan item atau metode pembelajaran

yang sudah ada. Penggunaan media game dalam pendidikan merupakan salah

satu contoh edupreneurship dalam tindakan.

19
Thriska Afifandasari, Subiyantoro, Pengembangan Jiwa Edupreneurhip Melalui Kepimimpinan, April, Thn
2022. Hlm280
20
Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri, Pengembangan Jiwa Edupreneurhip Siswa Melalui……., Vol 2 No 2 Juli 2022.
Hlm945
Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep

dan sikap atau karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan

bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai pengusaha. Edupreneurship

mendidik atau melatih bagaimana menanamkan konsep-konsep kewirausahaan

melalui proses pendidikan, dengan banyak contoh implementasinya.

Pendidikan dalam edupreneurship menghasilkan siswa yang kreatif dan

imajinatif, yang mampu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat

diandalkan dan yang memiliki keberanian untuk berdiri dan menghadapi

rintangan hidup yang mereka hadapi. Praktek kewirausahaan adalah metode

dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengembangan edupreneurship

merupakan strategi lengkap untuk menyiapkan lulusan yang berkompeten dan

berjiwa wirausaha. Langkah awal dalam membina edupreneurship adalah

membekali instruktur yang mampu menanamkan mindset wirausaha pada anak

didiknya.21

b. Menanamkan jiwa edupreneurhip sejak dini

Kata kewirausahaan diambil dari istilah “Enterpreunership”. Menurut

Meredith dkk (1996: 9) jiwa enterpreunership adalah semangat, sikap, dan

kemampuan individu dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang

mengarah pada mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi

baru, produk baru, atau memberi nilai tambah pada barang dan jasa. 22

Sejak usia dini jiwa kewirausahaan ditanamkan melalui pengenalan

kewirausahaaan dengan bermain seraya belajar. Penanaman jiwa

kewirausahaan sejak usia dini akan memengaruhi pandangan anak tentang

21
Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri, Pengembangan Jiwa Edupreneurhip Siswa Melalui……., Vol 2 No 2 Juli 2022.
Hlm946
22
Felisitas ndoet, menanamkan jiwa edupreneurship sejak usia dini……, vol 1, no 1 september 2018 hlm 3
dunia kewirausahaan di usia selanjutnya. Sedangkan menurut Herawati,

kewirausahaan berarti sekumpulan sifat-sifat atau watak yang dimiliki oleh

individu yang menunjukkan besarnya potensi untuk menjadi wirausahawan

Sifat-sifat atau watak tersebut yang harus dipupuk sejak usia dini misalnya

mandiri, berjiwa pemimpin, kreatif, dan pekerja keras.

Pada era sekarang, seseorang dituntut agar tidak hanya memiliki hard skill

tetapi juga soft skill. Hard skill merupakan kemampuan yang diperoleh karena

mengikuti pendidikan tertentu dan dipelajari dengan kurun waktu yang sudah

ditetapkan agar memiliki profesi tertentu. Soft skill merupakan kemampuan

untuk mengelola kecerdasan emosional yang dicirikan dengan kemampuan

seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk soft skill

adalah entreprenurial skill yaitu keahlian untuk menjalankan sebuah usaha.

Entreprenurial skill inilah yang harus ditanamkan jiwanya sejak usia dini agar

selain memiliki kemampuan akademis yang menunjang profesi, anak juga

memiliki jiwa kewirausahaan yang mampu menciptakan lapangan kerja baru

di masa depan.23

c. Tujuan dan Manfaat Edupreneurship

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

pendidikan kewirausahaan (edupreneurship) di sekolah bertujuan untuk:

a) Meningkatkan pengembangan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta

didik di setiap jenjang pendidikan, agar terbentuk bukan hanya lulusan

yang kompeten pada substansinya tetapi juga memiliki nilai-nilai

karakter wirausaha.

23
Felisitas ndoet, menanamkan jiwa edupreneurship sejak usia dini……, vol 1, no 1 september 2018 hlm 3&4
b) Memperkuat proses pembelajaran ke proses belajar aktif (student active

learning) agar tujuan pengembangan nilai-nilai kewirausahaan dapat

tercapai.24

Nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat dari watak, sifat, jiwa dan perilaku

individu, yang muncul dalam bentuk perilaku. Tujuan pembelajaran kewirausahaan

hendaknya dapat memberikan bekal kepada peserta didik melalui tiga dimensi, yaitu

aspek managerial skill, production technical skill dan personality development

skill.25 Dari ketiga hal tersebut intinya ialah menanamkan sikap dan semangat

kemandirian serta kemampuan bekerjasama dan tertanamnya pola pikir wirausaha.

Salah satu dimensi tujuan dalam pendidikan kewirausahaan yaitu meningkatkan

kemampuan peserta didik.

Adapun tujuan kewirausahaan bagi kemajuan dan pertumbuhan

perekonomian daerah, yaitu:

a. Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas

b. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan

kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

c. Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan

dikalangan masyarakat yang mampu, handal dan unggul

d. Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh

dan kuat terhadap masyarakat.26

Menurut Fadlullah, tujuan pendidikan kewirausahaan, antara lain:

24
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), 8
25
Suherman Eman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta, 2010), 22-23
26
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 7.26
a. Individu belajar hidup mandiri, misalnya dengan beternak, menjadi pedagang,

atau menjalankan bisnis tertentu dikarenakan terpaksa akibat keterbatasan,

kemiskinan, putus sekolah atau ditinggal wafat orang tuanya. Ada juga seseorang

memilih menjadi pengusaha karena di-PHK dari perusahaan tempat ia bekerja.

b. Seseorang membangun bisnis karena kekuasaan yang mendukungnya. Contohnya

yaitu seseorang yang menjalankan bisnis karena ia mulai melihat adanya peluang

dan kesempatan, seperti kebijakan dan fasilitas politik pemerintah.

c. Seseorang telah menentukan visi menjadi sukses dan kaya dengan jalan

membangun bisnis serta jaringan usaha karena enggan menjadi karyawan.

Seseorang berusaha mewujudkan impian berupa kekayaan, kemakmuran, dan

kebebasan finansial tanpa terikat waktu kerja dengan penghasilan maksimal.

Mereka umumnya megikuti pendidikan formal dalam bidang manajemen, bisnis,

dan keuangan atau mengikuti berbagai pelatihan motivasi, kursus dan pelatihan

manajemen bisnis.27

Tujuan pendidikan kewirausahaan bagi semua kalangan adalah untuk

membekali keterampilan dan kemandirian kepada setiap individu, agar setiap

individu dapat berkreasi dan memiliki masa depan yang cerah. Tujuan

dilaksanakannya pendidikan kewirausahaan ini tidak lain sejalan dengan Undang-

undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab

II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.28

27
Fadlullah, Pendidikan..., 76.
Peserta didik dalam sebuah lembaga pendidikan dituntut untuk menjadi

pribadi mandiri yang ketika mereka telah menyelesaikan pendidikannya di

sekolah yang kemudian akan kembali ke masyarakat, maka kemandirian yang

mereka miliki yang akan menjadikan mereka dapat bertahan dalam proses hidup

bermasyarakat nantinya. Mereka dapat mencari rizki dari kemandirian dan

keterampilan yang mereka miliki, mereka dapat mendapatkan tempat di

masyarakat, dan bermanfaat bagi orang sekitar. Sehingga konsep pendidikan

kewirausahaan ini juga merupakan rincian daripada konsep pendidikan berbasis

masyarakat. Karena tujuan dari pendidikan berbasis masyarakat pun mengarah

pada isu-isu masyarakat yang khusus seperti pelatihan karir, konsumerisme,

perhatian terhadap lingkungan, pendidikan dasar, budaya, sejarah etnis, kebijakan

pemerintah, pendidikan politik dan kewarganegaraan, pendidikan keagamaan,

penanganan masalah kesehatan dan sejenisnya.

Pendidikan yang mampu berperan aktif menyiapkan SDM yang mampu

menghadapi berbagai tantangan hidup adalah pendidikan yang berorientasi jiwa

entrepreneurship yaitu jiwa yang berani dan mampu menghadapi problem hidup

dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi, jiwa mandiri dan

tidak bergantung pada orang lain.29

Dari uraian di atas, adapun manfaat pendidikan kewirausahaan antara lain:

(a) Membangun jiwa kewirausahaan seperti, menanamkan ciri-ciri, sifat serta

watak kewirausahaan bagi peserta didik. (b) Mengurangi angka pengangguran

terdidik. (c) Mencetak generasi terampil, memiliki kompetensi tinggi serta

mampu mencetak generasi berjiwa wirausaha.

28
Departemen Pendidikan Nasional RI., Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan Balitbang, 2004), 15.
29
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 7.26
Thomas W. Zimmerer dalam bukunya Basrowi merumuskan manfaat

kewirausahaan, sebagai berikut:

a. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri. Memiliki

usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi wirausahawan

untuk mencapai tujuan hidupnya.

b. Memberi peluang melakukan perubahan. Semakin banyak wirausahawan yang

memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk melakukan

berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting.

c. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.

d. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin.

e. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan

pengakuan atas usahanya.

f. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan

rasa senang dalam mengajarkannya.30

Berdasarkan beberapa manfaat berwirausaha di atas, jelas bahwa menjadi

usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh jika

seseorang menjadi karyawan atau menjadi buruh bagi juragan.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Kajian penelitian yang dianggap relevan oleh peneliti diuraikan sebagai berikut.

1) Berdasarkan penelitian Agustina (2017) dengan judul “Model

Pembelajaran Untuk Mengenalkan Kewirausahaan Pada Siswa Sekolah

Dasar Kelas Rendah” dapat diambil simpulan bahwa model pembelajaran

ini menjadi komponen penting dalam meningkatkan kompetensi dan

30
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 7.26
kemandirian siswa untuk menangkap peluang di era pasar bebas. Artikel

ini menggunakan studi literatur untuk mengeksplorasi dan menumbuhkan

nilai-nilai kewirausahaan pada siswa Sekolah Dasar yang bertujuan untuk

membahas model pembelajaran pada siswa Sekolah Dasar kelas rendah

dalam mendukung kompetensi SDM di Era pasar bebas. Perbedaan

penelitian terdahulu dan sekarang yaitu pada objek penelitian, yang

terdahulu mengenalkan kewirausahaan pada siswa. Sedangkan penelitian

sekarang membahas upaya penanaman kewirausahaan melalui studi kasus

pendidikan keluarga.

2) Berdasarkan penelitian Maya dan Yohanna (2018) dengan judul

“Urgensitas Pendidikan Kewirausahaan Pada Pendidikan Sekolah Dasar

Dalam Meningkatkan Daya Saing” dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan kewirausahaan sangat penting dalam mempersiapkan generasi

agar memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan seperti berani

mengambil risiko, berani melakukan inovasi, jujur, pantang menyerah dan

keinginan untuk berprestasi merupakan modal yang harus dijadikan

kebiasaan baik siswa. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap

kebermanfaatan siswa setelah pendidikan formal. Skill (keterampilan),

knowledge (pengetahuan) dan attitude (sikap) perlu. ditingkatkan baik dari

sisi pendidik. Peningkatan kualitas dari pendidik tentunya akan

berpengaruh positif terhadap siswa. Manfaat penerapan pendidikan

kewirausahaan ini yang nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi. Pendidikan kewirausahaan tentunya harus dimasukan ke dalam

kurikulum formal yang tentunya menjadi bagian dari mata pelajaran yang

memiliki konsep yang baik.


3) Berdasarkan penelitian Rahayu (2019) dengan judul “Pembentukan

Wirausaha Melalui Pendidikan Keluarga Pada Peternak Unggas Di

Gemantar Jumantono Karanganyar” dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan penelitian tentang Pembentukan Wirausaha Melalui Pendidikan

Keluarga Pada Peternak Unggas Di Gemantar Jumantono Karanganyar

telah tercapai, maka diperoleh kesimpulan (1) pembentukan wirausaha

dimulai melalui pendidikan keluarga dengan membiasakan anak untuk

mengikuti kegiatan berternak unggas karena orang tua berprofesi sebagai

peternak unggas (2) untuk menumbukan jiwa wirausaha para peternak

unggas menerapkan nilai-nilai kewirausahaan yang meliputi sikap disiplin,

tekun, ulet, terus belajar, tanggung jawab, jujur, dan pantang menyerah.

4) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Nurafni (2021)

dengan judul “Manajemen Pendidikan Disekolah Dasar Dalam

Pengembangan Kewirausahaan” dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

penelitian menunjukkan pengembangan kewirausahaan yang dilaksanakan

di SD Muhammadiyah Pakem dilakukan dengan berbagai cara

diantaranya: 1) Membekali guru dengan materi kewirausahaan ; 2)

Mengintregasikan alam muatan pelajaran; 3) menyediakan sarana dan

fasilitas pendukung; 4) Membuat kegiatan berbasis kewirausahaan, serta 5)

Bekerja dengan orang tua.

5) Berdasarkan penelitian Saputra, dkk (2021) dengan judul “Pengaruh

Konsep Diri Dan Reward Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewirausahaan” dapat diambil simpulan bahwa

penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan

terhadap pengaruh konsep diri siswa dan reward terhadap prestasi belajar
siswa. Adapun perbedaan penelitian ini dan penelitian terbarukan yaitu

terdapat pada tempat penelitian. Persamaan pada penelitian ini

menggungkapkan cara membedah pendidikan kewirausahaan bagi siswa.

Sedangkan letak pembeda pada penelitian yang akan diteliti ini

mengungkapkan cara penanaman pendidikan kewirausahaan bagi anak

usia Sekolah Dasar rmelalui pendidikan keluarga.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menjadi sebuah alur berpikir yang akan digunakan dalam

penelitian ini untuk menjelaskan permasalahan tentang upaya penanaman pendidikan

kewirausahaan bagi anak usia sekolah dasar melalui pendidikan keluarga. Hal ini

menjadi fokus penelitian dikarenakan adanya penemuan pada studi awal bahwa

keluarga memiliki peran penting dalam mendidik anak sebagai

wirausahawan.Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha. Wirausaha berasal dari

kata Wira artinya berani, utama, dan mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersiil

maupun non komersiil. Jadi kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal

yang menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis maupun non

bisnis secara mandiri. Menjadi wirausaha harus ditanamkan sejak dini melalui sekolah

maupun keluarga. Keluarga adalah sebuah institusi pendidikan yang utama dan

bersifat kodrati. Sebagai komunitas masyarakat terkecil, keluarga memiliki arti

penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas.

Oleh karena itu, keluarga menjadi faktor yang sangat penting dalam pendidikan

seorang anak. Kewirausahaan dapat dipupuk melalui pendidikan keluarga. Faktanya,

era globalisasi ini persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan

pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menurut mahasiswa dan kaum muda harus
lebih berfikir kreatif. Sehingga pendidikan kewirausahaan harus diterapkan sejak dini

pada usia SD agar kemampuanya dapat ditumbuh kembangkan utamanya melalui

pendidikan keluarga. Banyaknya anak SD yang cukup paham dengan dunia

wirausaha. Banyaknya anak yang paham kewirausahaan karena orang tua yang juga

berwirausaha. Pembelajaran kewirausahaan yang pada masa sekarang mulai

ditanamakan sejak anak masih usia SD. Banyak ditemukan siswa SD yang tertarik

dengan kewirausahaan. Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada kerangka

pikir. Kerangka pikir menjadi salah satu tujuan dalammerancang dan menerapkan

pelaksanaan terhadap objek penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Pendelitian

1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang bertujuan menguji

hipotesa dari data-data yang telah dikumpulkan sesuai dengan teori dan konsep

sebelumnya. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan deduktif induktif yang berangkat dari suatu kerangka

teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya

yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta

pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam

bentuk dukungan data empiris di lapangan.31

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat

dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian

eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. 32 Pendekatan

dalam penelitian eksperimen menggunakan pendekatan positivisme-kuantitatif.

Positivisme merupakan data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif

untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel yang nantinya diteliti.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini disajikan dari hasil analis data dengan

rumus matematis. Tujuan dari penelitian eksperimen untuk menemukan pengaruh

dari treatment terhadap peningkatan kreativitas belajarnya. Verifikasi hasilnya

diperoleh dengan membandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

(non experiment).

Secara umum dikenal adanya dua jenis penelitian eksperimen yaitu eksperimen

betul (true experiment) dan eksperimen tidak betul-betul tetapi hanya mirip

31
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.81
32
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.207
eksperimen. Itulah sebabnya maka penelitian yang kedua ini dikenal sebagai

“penelitian pura-pura” atau quasi experiment. 33 Eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini termasuk eksperimen kuasi (quasi experiment) atau eksperimen

semu, karena peneliti menerapkan tindakan berupa metode pembelajaran. Selain itu

juga dalam penelitian eksperimen semu lingkungan yang mempengaruhi hasil

penelitiannya tidak dapat dikendalikan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SDN 116 Kampung Delima Kabupaten Rejang

Lebong. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei Tahun 2023. Alasan

pemilihan lokasi dikarenakan sekolah ini ada mata pelajaran yang jarang ada di

SD lain. Oleh sebab itu peneliti memilih SD ini untuk diteliti bagaimana

pembelajaran eduprenesip ini berjalan di sd tersebut.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

1. Populasi

Dalam suatu penelitian, yang dimaksud populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.34 Pendapat lain mengartikan populasi merupakan seluruh

individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang nantinya akan dikenai

generalisasi. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap

33
Ibid
34
Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya: Unesa University Press,
2011),hal. 44
kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data yang diperoleh

dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya.35

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan objek/subjek yang akan diteliti yang nantinya akan

digeneralisasikan untuk ditarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. 36

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V

semester genap SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong. Jumlah murid

kelas V SDN 116 Kampung Delima adalah 28 orang sebagai sampel dengan

perincian sebagai kelas kontrol sekaligus kelas eksperimen.

Tabel 1.1

NO KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH

1 LAKI-LAKI WANITA

V 10 18 28

10 18 28

Sumber: SDN 116 Kampung Delima Kab. Rejang Lebong Tahun 2023

3. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 37 Cara pengambilan

sampel dalam penelitian sangatlah penting terlebih jika peneliti ingin hasil

penelitiannya berlaku untuk seluruh populasi. Sehingga sampel yang diambil

haruslah dapat mewakili semua karakteristik yang terdapat pada populasi jika

tidak maka kesimpulan dari penelitiannya akan bias.

35
Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian..., hal. 11
36
Supranto, Teknik Sampling untuk Survey dan Eksperimen, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm.174
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 kelas yaitu kelas

V A SDN 116 Kampung Delima, dimana kelas V A jumlahnya 28 sebagai kelas

eksperimennya. Dengan demikian sampel keseluruhan berjumlah 28 peserta

didik.

NO KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH

1 LAKI-LAKI WANITA

V 10 18 28

Sumber: SDN 116 Kampung Delima Kab.Rejang Lebong Tahun 2023

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik atau keadaan pada suatu obyek yang

mempunyai variasi nilai. Secara umum dapat dinyatakan bahwa variabel adalah

operasionalisasi dari konsep. Fungsi variabel dapat dibedakan atas tiga fugsi, yakni

variabel sebab, variabel penghubung,dan variabel akibat.38

Pada umummya, variabel penelitian dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel

bebas dan variabel terikat dan tidak melibatkan variabel yang lain. Adapun variabel-

variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas: model pembelajaran AIR yang dilambangkan X dengan

indikator pelaksanaan pembelajaran AIR.

b. Variabel terikat: kreativitas siswa yang dilambangkan Y dengan indikator

penguasaan terhadap materi segitiga, usaha untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif dan pemenuhan siswa dalam indikator berpikir

kreatif yang meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

38
Gempur Santoso, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2005), hlm. 22
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diharapkan maka dalam suatu penelitian

diperlukan teknik pengumpulan data. Langkah ini sangat penting karena data yang

dikumpulkan nanti akan digunakan dalam menguji hipotesis. Dalam melakukan

teknik pengumpulan data harus disesuaikan dengan data yang diperlukan.Pada

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Teknik Observasi

Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.39

Dalam teknik ini yang terpenting adalah proses pengamatan dan

ingatan. Pendapat lain mengartikan bahwa observasi adalah pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian.40 Teknik ini banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku

ataupun proses terjadinya suatu kegiatan dalam situasi yang sebenarnya

ataupun buatan.

Teknik observasi dibedakan menjadi dua yaitu:51

1) Observasi terstruktur

Observasi ini merupakan teknik observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati kapan dan dimana tempatnya.

2) Observasi tidak terstruktur

39
Sugiyono, Metode Penelitian..., hal. 145
40
Asrop Safi’i, Metodologi…, hal. 145
Observasi ini merupakan observasi yang tidak dipersiapkan secara

sistematis tentang apa yang akan diobservasi karena peneliti belum tahu

secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam penelitian ini, teknik

observasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa SDN 116

Kampung Delima yang menjadi sampel penelitian, dan letak geografisnya

dan hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan setiap pernyataan tertulis yang disusun

oleh seseorang atau untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan

akunting.41 Dokumen dijadikan sebagai data untuk membuktikan penelitian

karena stabil, alamiah, tidak reaktif sehingga mudah ditemukan dengan teknik

kajian isi.

Dalam penelitian ini, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang

guru, pegawai dan siswa MTs GUPPI Pogalan , nilai ulangan harian matematika

sebelumnya kelas VII A dan VII B dan foto selama pembelajaran waktu

penelitian.

c. Teknik Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan.42 Sedangkan tes sebagai metode pengumpulan data merupakan

latihan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi dan

kemampuan atau bakat. Berdasarkan objek yang akan dievaluasi, tes dapat

dibedakan menjadi:43

41
Asrop Safi’i, Metodologi..., hal. 160
42
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 23
43
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode …, hal. 66
1) Tes kepribadian untuk mengukur kreativitas, disiplin, kemampuan

khusus, dan sebagainya.

2) Tes bakat untuk mengukur bakat seseorang.

3) Tes intelegensi untuk mengukur pikiran terhadap tingkat intelektual

seseorang.

4) Tes sikap untuk mengukur sikap seseorang.

5) Tes minat untuk mengukur minat seseorang terhadap sesuatu.

6) Tes prestasi untuk mengukur pencapaian keberhasilan seseorang setelah

mempelajari sesuatu.

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah post-test kreativitas.

Tes ini berisi soal matematika yang bisa melihat kemampuan berpikir kreatif

siswa. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kreativitas siswa kelas V

SDN 116 Kampung Delima. Dalam tes ini, peneliti mengadopsi teorinya

Torrence yang bisa menunjukkan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Soal

tes menggunakan materi yang diajar waktu penelitian yaitu segitiga.

F. Validitas Dan Reliabitas Instrumen

1) Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Tingggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan


sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

validitas yang dimaksud.44

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi dan validitas empiris. Validitas isi

berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur.

Artinya, alat ukur tersebut mempu mengungkap isi suatu konsep atau variael yang

hendak diukur. Misalnya tes kreativitas belajar bidang studi edupreneurship,

harus bisa mengungkap pemahaman isi bidang studi tersebut. 45 Pengujian

validitas isi ini dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement)

yaitu, dua validator dimana validator merupakan dosen edupreneurship IAIN

Curup dan guru mata pelajaran edupeneurship SDN 116 Kampung Delima.

Adapun kriteria dalam tes krativitas yang perlu ditelaah adalah sebagai berikut:

a) Ketepatan penggunaan bahasa atau kata

b) Pemahaman dalam pembelajaran edupreneurhip

c) Beberapa siswa yang didwa dapat menjalankan pembelajaran

edupreneurship dengan benar

d) Kejelasan yang diketahui dan ditanyakan dari soal

Instrumen dikatakan valid jika validator telah menyatakan kesesuaian

dengan kriteria yang telah ditetapkan.Rumus korelasi yang dapat digunakan

adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi

product moment 60 sebagai berikut:

ry=N∑XY-(∑X) (∑Y)
√{N∑X² -(∑²) {N∑Y²-(∑Y²}
Keterangan:

N = jumlah responden

44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), hlm. 211
45
ana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Alesindo, 2004), hlm.117
X = skor yang diberikan oleh rater 1

Y = skor yang diberikan oleh rater 2

Rumus di atas digunakan untuk mengukur tingkat kevalidan

soal tes per item. Adapun datanya diperoleh dari uji coba siswa kelas V sebanyak 10

responden. Kriteria penafsiran suatu instrumen itu valid atau tidak dapat dilihat dari

indeks korelasinya pada tabel berikut ini:

Siswa Paham Tidak paham


Laki laki 6 4
Perempuan 13 5

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas instrumen, berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes.46 Ada juga yang mengatakan reliabilitas itu erat

kaitannya dengan keajegan.

Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen

tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau

relatif sama. Semakin realibel suatu tes maka semakin yakin kita dapat menyatakan

dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.47

E. Analisis Data

Analisa data merupakan rangkaian penelaahan, pengelompokkan,

sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai

46
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, hal. 86
47
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal. 127
sosial, akademis dan ilmiah.48 Analisis data dilakukan setelah data dari sampel

melalui instrumen terkumpul.

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisa data yang digunakan adalah uji

statistik. Melalui uji statistik ini, dapat digunakan untuk menghitung data-data yang

diperoleh dan nantinya dapat dianalisis.

48
Asrop Safi’i, Metodologi…,hal. 171

Anda mungkin juga menyukai