Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

DISUSUN OLEH :

Nama : Magdalena Simanjuntak


NPM : 22070005
Prodi : Bimbingan dan Konseling

UNIVERSITAS PROF.DR.HAZAIRIN, SH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2023
Pendidikan dan Kurikulum yang Berdiferensiasi

A. Pengertian Pendidikan

Seperti yang sebelumnya dijelaskan, bahwa istilah pendidikan bukan lagi istilah yang baru saja
Pengertian
kita dengar. Melainkan, pendidikan
sudah cukup Pengertian Kurikulum
sering diperdengarkan.

Pendidikan adalah tempat untuk membentuk citra baik dalam diri manusia agar berkembang
seluruh potensi dirinya.

Undang-undang nomorPendidikan
20 Tahun yang
2003 tentang SistemKurikulum yang
Pendidikan Nasional juga telah
menjelaskan bahwa pendidikan adalah
berdiferensiasi tempat atau wadah untuk mengembangkan
Berdiferensiasi seluruh
potensi diri yang ada pada diri manusia.

Oleh karenanya, dalam hal ini secara umum bahwa pendidikan itu tidak terbatas pada materi
pelajaran tertentu saja. Melainkan hal ini mencakup segala aspek yang berkaitan dengan potensi
diri manusia dalam hal pengembangan.

Hal ini juga yang membuat berbagai materi itu dibelajarkan dalam pendidikan. Tatkala peserta
didik telah belajar, maka secara tidak sengaja akan membentuk pola pikir, yang pada akhirnya
membentuk kemampuan dari potensi yang dimilikinya.

Mengutip dari KBBI Online, bahwa Pendidikan berasal dari kata didik, yang berarti memelihara
dan memberi latihan. Dari dasar kata ini, terlihat jelas bahwa peran pendidikan adalah memberi
latihan kepada peserta didiknya.

Pendidikan adalah sesuatu yang tidak terbatas. Pada dasarnya, pendidikan sangatlah dibutuhkan
bagi segenap manusia. Tanpa pendidikan, dampak buruk pada manusia itu akan terjadi.
Pendidikan akan menciptakan manusia yang lebih baik dari masa ke masa, dengan kemampuan
mereka masing-masing yang turut berkembang selama mereka belajar akan suatu hal tertentu.
Oleh karena itu, tiada batasan bagi pendidikan.
Hal ini juga mencakup dalam aspek usia, dimana konon orang-orang dengan usia lanjut juga
masih tetap membutuhkan belajar, dan pendidikan adalah wadah untuk itu.
Jenis Pendidikan di Indonesia
Ada beberapa jenis pendidikan di Indonesia, diantaranya yaitu:

1. Pendidikan Formal
2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang memungkinkan seluruh komponen pendidikan yang
ada terdata dan terintegrasi dengan pemerintah.
Pendidikan formal, juga dikatakan sebagai jalur pendidikan yang berjenjang dan berstruktur,
mulai dari tingkat Sekolah Dasar, SMP/ MTs, SMA/ SMK/ MA.
Sementara pendidikan Non Formal, adalah program pendidikan yang dirancang khusus untuk
meningkatkan pengetahuan manusia. Umumnya, pendidikan non formal digunakan sebagai
pendukung/ pelengkap dari pendidikan formal.
B. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian kurikulum di atas sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19. Istilah
kurikulum berasal dari bahasa Latin curir yang artinya palri dan curere yang berarti tempat
berpacu. Sehingga kurikulum diartikan sebagai trek dan lajur yang diikuti untuk mencapai
tujuan. Di Indonesia, kurikulum pendidikan mengalami beberapa perubahan. Mulai dari
kurikulum 1947, kurikulum 1994, kurikulum 2006, kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka
yang digunakan saat ini.
Tujuan kurikulum yaitu sebagai alat pendidikan untuk menghasilkan siswa yang
berintegrasi. Kurikulum juga membuat siswa mengerti sistem pendidikan yang diterapkan,
sehingga siswa dapat memutuskan pendidikan yang ia inginkan di jenjang selanjutnya. Tujuan
kurikulum juga untuk memeratakan pendidikan dalam negara. Membimbing serta mendidik
siswa agar menjadi pribadi yang cerdas, berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif, bertanggung
jawab, dan siap masuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Fungsi kurikulum diartikan sebagai kegunaan atau manfaat kurikulum bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam aktivitas pendidikan. Dilansir dari Universitas Pendidikan Indonesia, berikut
fungsi kurikulum dalam dunia pendidikan, yaitu:
Untuk siswa Fungsi kurikulum untuk siswa adalah sebagian acuan belajar. Dengan
adanya kurikulum, siswa mengetahui materi apa saja yang harus dipelajari dan juga dipahami.
Sehingga siswa dapat mempersiapkan ujian dengan lebih baik. Keberadaan kurikulum bagi siswa
juga menyetarakan atau membentuj standar pendidikan di Indonesia. Dengan adanya kurikulum,
semua daerah di Indonesia memiliki standar pelajaran yang sama. Hal tersebut sangat penting
bagi pemerataan pendidikan.
Untuk guru Fungsi kurikulum untuk guru adalah sebagai pedoman pengajaran pada
siswa. Kurikulum memberikan patokan yang jelas tentang proses pengajaran juga materi yang
harus diberikan pada anak didik.
Untuk kepala sekolah Fungsi kurikulum untuk kepala sekolah sebagai pemimpin
penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah sebagai pedoman pengelolaan sistem pendidikan.
Kurikulum juga berfungsi sebagai patokan pengawasan kepala sekolah juga indikator
keberhasilan pembelajaran.
Untuk masyarakat atau orang tua Fungsi kurikulum bagi masyarakat terutama orang tua
siswa adalah sebagai pedoman dalam pengawasan siswa. Pemahaman orang tua terhadap
kurikulum, dapat menentukan pola didik dan tercapainya keberhasilan kurikulum pendidikan
sekolah pada seorang anak.
C. Pengetian Pendidkan/Pembelajaran Diferensial
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar
murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang
nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan
memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran
yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar
mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan
secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar
murid, dan manajemen kelas efektif.
Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses
pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum,
guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan
memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat
mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak
memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terenuhi
karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru
tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan
oleh guru antara lain:

1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar,
minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi,
atau survey menggunakan angket, dll)
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan
berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah
selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang
kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid
kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupub dari
lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid melaksanakan PJJ sehingga
interaksi secara langsung antara guru dengan murid sangat jarang. Akibatnya data yang kita
kumpulkan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya.
Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai
kenyataan yang ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur
ketika guru melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik elalui wawancara, angket, survey, dll.
Terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya;

1. Direfensiasi konten
Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan
terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya.
Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
2. Diferensiasi proses
Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.
Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:
a. menggunakan kegiatan berjenjang
b. meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut
minat,
c. membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang
murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas,
d. mengembangkan kegiatan bervariasi
3. Diferensiasi produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita
(karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.
Produk yang diberikan meliputi 2 hal:
a. memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,
b. memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang
diinginkan.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas,
dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua
murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang
belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap
orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai,
merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada
keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi
dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar
yang optimal.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai
tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap
positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:

1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai
masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community)
2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.
3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum
maksimal.
4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah
diterapkan

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar


Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif. Salah satu
filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat
menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan
pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan
pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran
dan potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru
penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan
visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya
positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdirensiasi.(Kemendikbud)
D. Kurikulum Yang Berdiferensiasi
1. Pengertian Kurikulum
Menurut Sato (1982) Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar
mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak.
Kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh di rumah dan dalam masyarakat yang
membantu untuk mewujudkan potensinya.
2. Pengertian kurikulum berdiferensiasi
Kurikulum berdiferensiasi (differrentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada peningkatan kehidupan mental anak
berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup
berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Istilah diferensiasi dalam pengertian
kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus
untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu.
3. Tujuan Kurikulum Berdiferensiasi
Kurikulum Umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada
umumnya.
Kurikulum Berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan
kemampuan peserta didik. Penerapan kurikulum berdiferensiasi adalah untuk memberi
pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa. Satu
hal yang tidak boleh dilupakan adalah keberbakatan tidak muncul apabila kegiatan belajar terlalu
mudah dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang
unggul tidak akan tampil. (Munandar, 2002)
B. HAKIKAT KURIKULUM BERDIFERENSIASI
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan kurikulum alternatif yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction). Kurikulum
ini memiliki tiga level kurikulum menurut Betts (2004, pp. 190-191).
1. Prescribed Curriculum and Instruction
Level pertama, prescribed curriculumand instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh
standard lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok untuk siswa
berbakat.
2. Teacher-Differentiated Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi kurikulum yang telah
ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk siswa berbakat. Disini murid tidak
hanya dipandang sebagai seorang murid saja, tetapi murid adalah pembelajar yang aktif.
3. Learner-Differentiated Curriculum
Level ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana murid berbakat
dianggap sebagai producers of knowledge, bukan hanya consumers of knowledge. Level ini
mendukung perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain
perkembangan kognitif, pada level ini juga mengembangkan faktor sosial dan emosional murid.
DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud.go.id/artikel/pembelajaran-berdiferensiasi-dan-penerapannya-di-kelas. Diakses 26
Desember.pukul 11:10.

Munandar, Utami. 2002. Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajagan. Jakarta: Rajawali
Press.

Anda mungkin juga menyukai