Anda di halaman 1dari 31

BIDANG PENDIDIKAN

TUGAS KOMPREHENSIF
Dosen Pembimbing:
Dr. Saiful, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh:
LUTHFIAH KHAIRANI NASUTION
NIM 200201008
Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
1444 H / 2023M
KATA PENGANTAR
 
  Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan dan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas komprehensid yang sangat
sederhana ini. Shalawat serta salam tak lupa saya ucapkan kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah dan kegelapan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Syukur Alhamdulillah berkat ridho Allah Swt penulis dapat menyelesaikan tugas
komprehensif ini dengan Mata Pelajaran “Bidang Pendidikan”. Dalam penulisan ini penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dsn kesalahan, namun berkat usaha dan ridho Allah
Swt penulis dapat menyelesaikannya walaupun jauh dari kesempurnaan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada Bapak Dr. Saiful, S.Ag., M.Ag selaku dosen dan pembimbing, berkat bantuan
beliau dalam membimbing tugas ini. Demikanlah tugas ini penulis buat. Semoga dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lebih lanjut.

Darussalam, Senin, 12 Juni 2023

LUTHFIAH KHAIRANI NASUTION

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ii
A. Pengertian Pendidikan…………………………………………………………………
1
Batas-Batas
Pendidikan………………………………………………………………..2
B. Faktor-Faktor Pendidikan……………………………………………………………..3
Tujuan Pendidikan…………………………………………………………………….8
C. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan………………………………………………………
10
Konsep Dasar Pendidikan Islam……………………………………………………..10
D. Landasan-Landasan Pendidikan Islam……………………………………………….11
E. Aspek-Aspek Pendidikan Islam……………………………………………………...11
F. Pendidikan Sepanjang Hayat…………………………………………………………
12
G. Macam-Macam Lembaga Pendidikan…………………………………………………
H. Inovasi Pendidikan…………………………………………………………………….
I. Teori Belajar Behavioristik………………………………………………………….
Teori Belajar Kogivistik……………………………………………………………….
Konstrukvistik Pandangannya Tentang Belajar……………………………………..
Tokoh-Tokohnya……………………………………………………………………….
J. Kompetensi Guru……………………………………………………………………
Kompetensi Pedagogik…………………………………………………………………
Kompetensi Kepribadian……………………………………………………………..
Kompetensi Profesional……………………………………………………………..
Kompetensi Sosial……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………

ii
A. Pengertian Pendidikan Dan Batas-Batas Pendidikan

Pengertian Pendidikan
1. Menurut Bahasa
Pendidikan berasal dari Bahasa Yunani yaitu "Paedogogie" yang akar katanya "paes"
artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya “membimbing”, sehingga "paedagogie" di
artikan sebagai "bimbingan yang diberikan kepada anak". Dalam Bahasa Inggiris, pendidikan
diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yaitu
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata dasar "didik (mendidik)", Lalu
kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan
memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

2. Menurut Para Ahli


a. John Dewey (2003:69)
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.
     b. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak), serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupaan dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
c. Ahmadi dan Uhbiyati (2007:70)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang
dicitacitakan dan berlangsung terus menerus.
d. Abdurrahman Saleh Abdullah (2007:15)
Pendidikan sebagai proses yang dibangun masyarakat untuk membawa generasi-
generasi baru kearah kemajuan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kemampuan yang
berguna untuk mencapai tingkat kemajuan paling tinggi.

1
e. Oemar Hamalik (2001:79)
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
kuat dalam kehidupan masyarakat.

3. Menurut Undang-Undang dan Depdiknas


Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 tahun 2003 Bab I Pasal
1 menggariskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan menurut Depdiknas, 2013:326 Pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana untuk memberikanbimbingan atau pertolongan dalam
mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada
peserta didik untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar peserta didik
mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.1

Batas-Batas Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beranekaragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena
falsafah yang melandasinya.
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut
mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk
transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran,
rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

1
Hidayat. Rahmat dan Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan, Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), hal 23-24

2
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan
yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa
atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan
yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyimpanan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan
dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran.
Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia.2

B. Faktor-Faktor Pendidikan dan Tujuan Pendidikan


Faktor-Faktor Pendidikan
Adapun masing-masing faktor pendidikan akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Tujuan
Setiap aktifitas tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dengan
suatu pendidikan, ia pun momot tujuan. Menurut Sadullah, dkk tujuan pendidikan pada
hakikatnya memiliki kedudukan yang menentukan dalam kegiatan pendidikan. Tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu: memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Lebih dari itu, Langeveld sebagaimana dikutip Sadullah menjelaskan bahwa ada
beberapa jenis tujuan pendidikan, jenis tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan dicapai oleh pendidikan.
Seperti dikemukakan di atas, kedewasaan merupakan tujuan pendidikan, maka berarti
semua aktivitas pendidikan harus diarahkan ke sana untuk mencapai tujuan umum
tersebut. Semua manusia di dunia ingin mencapai tujuan itu, yaitu manusia dewasa. Jadi
jelasnya, bahwa yang menjadi tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan.
2
Sutarman Tarjo. 2011. Batas-Batas Pendidikan. Diakses dari http://tarman-
revolusimahasiwa.blogspot.com/2011/04/batas-batas-pendidikan.html pada tanggal 15 september 2012

3
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus diartikan sebagai suatu pengkhususan dari tujuan umum. Seperti
disebutkan bahwa tujuan umum kedewasaan adalah universal. Manusia dewasa yang
universal itu diberi bentuk yang nyata berhubung dengan kebangsaan, kebudayaan,
agama, sistem politik, dan sebagainya. Demikianlah manusia dewasa di Indonesia
memiliki diri khas sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
c. Tujuan insendental
Tujuan incidental merupakan tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus.
Sebagian pakar mengatakan bahwa sulit mencari hubungan antara tujuan insidental
dengan tujuan umum, namun sebenarnya tujuan insidental tersebut terarah kepada
pencapaian tujuan umum.
d. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai
tujuan umum. Oleh sebab itu, tujuan sementara lebih dekat kepada tujuan umum
dibandingkan dengan tujuan incidental seperti dijelaskan di atas. Tujuan sementara
merupakan titik perhatian sementara, yang merupakan persiapan untuk menuju kepada
tujuan umum. Tujuan sementara
memberi kesempatan kepada pendidik untuk menguji nilai yang ingin dicapainya dengan
perbuatan nyata.
e. Tujuan tak lengkap
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan.
Disebut tidak lengkap karena setiap tujuan yang dihubungkan dengan salah satu aspek
pendidikan berarti tidak lengkap. Lebih jelasnya, kita tidak boleh mementingkan hanya
salah satu aspek saja,
sehingga mengabaikan aspek lainnya.
f. Tujuan perantara (intermedier)
Tujuan perantara ialah tujuan yang melayani tujuan pendidikan yang lain, merupakan
alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain khususnya tujuan sementara.
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berbudi pekerti luhur.
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.

4
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.3

2. Faktor Pendidik
Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam pendidikan, karena ia akan
mengantarkan anak didik kepada tujuan yang telah ditentukan. Lalu, siapakah pendidik
itu? Menurut Mukodi pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan mematuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah
Allah.
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi
pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang
menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila.
Pribadi dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Mempunyai individualitas yang utuh.
b. Mempunyai sosialitas yang utuh.
c. Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan.
d. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab sendiri demi
kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain.
Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu :
a. Telah mampu mandiri.
b. Dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya.
c. Memiliki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap.
d. Kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosiocultural.
e. Kesadaran akan norma-norma.
f. Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.

Oleh karena itu, pendidik dapat diperankan oleh semua warga masyarakat yang sudah
dewasa. Setiap individu adalah pendidik, bagi generasi yang lebih kecil. Pendidik biasa
juga disebut guru, ustad/ustadzah, teacher. Secara garis besar, pendidik dapat
dikelompokkan kepada tiga yaitu: orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.

Untuk menjadi seorang pendidik dibutuhkan sikap tanggung jawab terhadap anak
didik, dan terhadap pada dirinya sendiri, dedikasi dan semangat yang tinggi, ditambah

3
Uyoh Sadullah, dkk. (2010). Pedagogik: Ilmu Mendidik (I). Bandung: ALFABETA

5
dengan keterampilan untuk mendidik dalam mengawal peserta didik mencapai
kemandirian dan mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain.
Agar dapat menjadi pendidik, atau guru yang baik, hendaknya ia memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari keridhaan Allah Swt
semata.
b. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar,
sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat yang
tercela.
c. Ikhlas dalam pekerjaan.
d. Suka pemaaf.
e. Harus mengetahui tabiat murid, dan harus menguasai mata pelajaran.

3. Faktor Peserta Didik


Konsep pendidikan sehebat apa pun tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh
peserta didik. Lantas apa itu peserta didik itu? peserta didik adalah obyek dan subyek
pendidikan yang memiliki fitrah, potensi dan kodrat tertentu yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan.
Karena itulah anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tangung jawab pendidik.
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik.
c. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu,
menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan
berbicara, perbedaan individual dan sebagainya.
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang
pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan makin cepatnya
perubahan sosial dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antarmanusia
berkembang amat cepat. Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama biasa
memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada
konteks yang mendorong perkembangan seseorang.
Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu :
a. Lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan dan kadang-kadang, di sini mereka
belajar tidak berpogram.
b. Lingkungan belajar dimana peserta didik belajar dengan sengaja dan dikehendaki.
c. Sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang ditetapkan.
d. Lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat melakukan
cara belajar siswa aktif (CBSA) sekaligus menghayati/mengimplisitkan nilai-nilai.

6
4. Faktor Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
terhadap peserta didik dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. (Uyoh Sadullah, 2010)
a. Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan bermacam-macam, Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat
pendidikan itu berupa:
1) Perbuatan pendidik (biasa disebut software), mencakup : nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
2) Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut hardware), mencakup : meja kursi belajar, papan
tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau berdasarkan
tiga sudut pandang berikut.
1) pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik.
2) Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.
3) Bersifat melindungi anak didik.
b. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Alat
Dalam hal penggunaan alat pendidikan, maka yang sangat penting diperhatikan adalah
pribadi orang yang menggunakannya, sehingga penggunaan alat pendidikan tersebut tidak
sekedar persoalan teknis belaka, namun lebih jauh justru menyangkut persoalan batin atau
pribadi pendidik. Oleh karena itulah dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1) Tujuan yang ingin dicapai.
2) Orang yang menggunakan alat.
3) Untuk siapa alat itu digunakan.

Namun demikian, alat pendidikan bukan suatu resep, yang sewaktu-waktu dapat
digunakan secara tepat guna dan mantap. Alat pendidikan merupakan sesuatu yang harus
dipilih, sesuai dengan tujuan pendidikan dengan maksud mempenggaruhi peserta didik
secara pedagogis (edukatif).

5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan pendidikan. Baik, pendidikan formal, non formal, maupun informal.

7
Lingkungan pendidikan yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik. Sebaliknya,
tanpa adanya lingkungan yang baik, niscahya tidak akan menghasilkan pendidikan yang
baik. Lingkungan pendidikan yang baik dimaksud adalah lingkungan yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan dalam arti luas. Dengan demikian, wujudnya dapat lahir
secara alami (sesuai kearifan lokal sosio kultural masyarakat) atau sengaja dibentuk,
diciptakan dan dikondisikan oleh pemangku kepentingan.
Menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa lingkungan-lingkungan meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang ia sebut
dengan Tri Pusat Pendidikan:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh
dan berkembang dengan baik. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan
hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut Primary
Community.
Pendidikan keluarga ini berfungsi:
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan social
5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

b. Lingkungan Sekolah
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan, karena itu sebagai sumbangan sekolah
sebagai lembaga terhadap pendidikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah,
dan sebagainya.

8
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal (luar sekolah), Organisasi Pemuda
mempunyai corak ragam yang bermacam-macam, tetapi secara garis besar dapat dibedakan
antara organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah dan organisasi pemuda yang
diusahakan oleh badan swasta. Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya
pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah
semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan dan
sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia.4

Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan.
Maunah (2009:1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah perubahan yang
diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik tingkah laku
individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya
dimana individu hidup.
Suardi (2010: 7) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah seperangkat
hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselengarakan kegigiatan
pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan,
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

Ki Hadjar Dewantoro, tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak agar


menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia
yang
selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan
pendidikan nasional di atas harus diupayakan dapat dicapai oleh semua penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang bersifat formal. Untuk mencapainya
membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan analisis tujuan yang lebih spesifik dari
setiap jenjang pendidikan disesuaikan dengan taraf kemampuan dan kebutuhan peserta
didik.

Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

4
http://nitahusna.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-faktor-faktor-pendidikan_9266.html?m=1

9
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.

Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional


dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yangdemokratis serta bertanggung jawab.

Selanjutnya tujuan pendidikan menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan


kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.
Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga
UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan,
yakni: (1) learning to Know (belajar menngetahui), (2) learning to do (belajar melakukan
sesuatu), (3) learning to be (belajar menjadi sesuatu), dan (4) learning to live together
(belajar hidup bersama). Dimana keempat pilar pendidikan tersebut
menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.5

C. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan dan Pendidikan Islam


Konsep Dasar Ilmu Pendidikan
Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan pendidikan yang
diperoleh melalui riset yang disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan. Konsep-konsep
pendidikan tersebut tidak lain merupakan berdasarkan pengalaman yang ditata secara sistematis
menjadi suatu kesatuan yaitu disebut dengan skema konseptual.
Ilmu pendidikan membhas tentang proses penyesuaian diri secara timbal balik antara manusia
dengan alam dan sebagai pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan jasmaniah.
Dengan demikian isi ilmu pendidikan, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-konsep
tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual
tentang komponen-komponen pendidikan. Dengan demikian konsep ilmu pendidikan adalah
pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan yang
memiliki konsep dasar persyaratan pendidikan sebagai ilmu, yaitu:
1. Memiliki objek studi baik objek material maupun objek formal.
2. Memiliki sistematika
3. Memiliki metode6

5
Hidayat. Rahmat dan Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan, Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), hal 25-27
6
https://www.padamu.net/2016/08/pengertian-pendidikan-dan-konsepnya.html

10
Konsep Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam identitak dengan dasar Islam itu sendiri, yaitu Al-qur’an dan
Sunnah. Kemudian dasar itu dikembangkan dalam pemahaman para ulama dengan ijma’,
qiyas, maslahahmursalah, istishab, sadduz-dzari’ah dan yang lainnya. Dimana secara
lengkapnya tentang dasar hukum pelaksanaan pendidikan islam meliputi:
1. Al-qur’an
Al-qur’an adalah firman Allah SWT yang berupa wahyu dan disampaikan oleh jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Al-qur’an
dijadikan sumber pertama dan utama dalam pendidikan Islam, karena nilai yang
terkandung di dalamnya yang datang dari Tuhan.
2. Sunnah
Sumber hukum pelaksanaan pendidikan Islam yang ke dua adalah Sunnah Rasulullah
SAW dimana fungsinya sebagai penjelasan terhadap ajaran-ajaran Islam yang tidak dapat
dipahami dalam kitab suci Al-qur’an. Sunnah adalah sesuatu yang berkaitan kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau penetapan dari
Rasulullah SAW.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu
hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-
qur’an dan Sunnah. Ijtihad bidang pendidikan harus sejalan dengan perkembangan zaman
yang semakin maju, dan harus berhubungan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan hidup.7

D. Landasan-Landasan Pendidikan Islam QS Luqman Ayat 14,17,19


Di dalam al-qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi landasan-landasan yang berkenaan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dari kisah Luqman
mengajari anaknya, dimana dalam kisah itu digariskan landasan materi pendidikan yang terdiri
dari masalah iman, akhlak, ibadah, social dan ilmu pengetahuan. Kisah Luqman ini terdapat di
dalam Al-qur’an Surah Luqman ayat 14, 17, 19, sebagai berikut:

‫ك ۗ ِالَيَّ المَصِ ي ُر‬ ِ ‫ِصلُ ُه فِي َعا َم‬


َ ‫ين اَ ِن اش ُكر لِي َول َِوالِدَي‬ ٍ ‫نس َن ِب َوالِدَيه ِۚ َح َملَت ُه ا ُ ُّم ُه َوه ًنا َع ٰلى َو‬
ٰ ‫هن َّوف‬ ٰ ِ‫َو َوصَّي َنا اال‬

7
Halid. H, La. A dan Zainuddin. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish Publisher, hal 53-
58.

11
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman ayat 14)

‫زم االُمُور‬ ٰ َ َ‫اصبر* َع ٰلى َمآ ا‬ ٰ


ِ ‫ك ۗ اِنَّ ذل َِك مِن َع‬
َ ‫صا َب‬ ِ ‫ٰي ُب َنيَّ اَق ِِم الصَّل َو َة َوأمُر ِبال َمعرُوفِ َوان ُه َع ِن المُن َكر َو‬
“Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan
cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (QS. Luqman ayat 17)

‫ِير‬
ِ ‫الحم‬
َ ‫وت‬ َ َ‫ت ل‬
ُ ‫ص‬ َ َ‫ِك ۗ انَّ اَن َك َر اال‬
ِ ‫صوا‬ *َ ‫صوت‬
َ ‫ك َواغضُض مِن‬
َ ‫شي‬
ِ ‫َواقصِ د فِي َم‬
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai”. (QS. Luqman ayat 19)

E. Aspek-Aspek Pendidikan Islam


Zakiya Drajat (2001:1176) mengemukakan aspek-aspek pendidikan agama Islam yang meliputi
sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan Allah Swt
Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan vertical antara makhluk
dengan Khaliq. Hubungan manusia dengan Allah menempati prioritas utama dalam
pendidikan agama Islam karena ia merupakan dasar ajaran Islam. Dengan demikian hal
tersebut harus pertama kali ditanamkan pada diri setiap manusia.
2. Hubungan manusia dengan sesamanya
Hubungan dengan sesamanya merupakan horizontal (mendatar) antara manusia dengan
manusia dalam suatu kehidupan bermasyarakat, dan menempati prioritas kedua dalam ajaran
Islam. Guru harus menumbuhkan pemahaman anak mengenai keharusan mengikuti tuntunan
agama dalam menjalani kehidupan social, karena dalam kehidupan bermasyarakat akan tampak
citra dan makna Islam melalui tingkah laku pemeluknya.
3. Hubungan manusia dengan alam
Agama Islam mengajarkan pemeluknya untuk berhubungan baik dengan alam. Sebab
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dengan cara mengelola dan memberdayakan sumber

12
daya alam dengan baik untuk kemaslahatan umat. Oleh karena itu, guru harus menanamkan sikap
ramah terhadap alam, dengan menjaga kelestarian lingkungan dan sebagainya.8

F. Pendidikan Sepanjang Hayat

1. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat


Ridhwan Nasir, (2005) menjelaskan bahwa pendidikan sepanjang hayat (Life
Long Education) adalah azas yang disusun bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses berkelanjutan (kontinyu), yang dimulai sejak manusia lahir di dunia hingga
meninggal.
Berdasarkan pendapat Abd. Hamid Isa (2020) menjelaskan pengertian Pendidikan
sepanjang hayat (life long education) yakni suatu sistem pendidikan yang dilakukan oleh
orang dari mulai ia lahir hingga meninggal dunia
Penddikan seumur hidup atau Pendidikan sepanjang hayat dalam Bahasa inggris
disebut lifelong education adalah prinsip Pendidikan yang menyatakan bahwa Pendidikan
itu berlangsung seumur hidup manusia. Arti lugasnya yaitu Pendidikan tidak berhenti
hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlangsung sepanjang hidupnya.
Pendidikan seumur hidup bukanlah suatu kegiatan atau program Pendidikan. Cropley
mengatakan bahwa Pendidikan sepanjang hayat sebagai tujuan atau ide formal utnuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman Pendidikan. Pengorganisasian dan
pestrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda
sampai paling tua. Pendidikan seumur hidup bukan suatu sistem Pendidikan yang
berstruktur, melainkan suatu prinsip yang mrnjadi dasar yang menjiwai seluruh
organisasi sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain, pendidikan seumur hidup
menembus batas-batas kelembagaan, dan program yang telah berabad-abad mendesakkan
diri pada sistem Pendidikan (Tirtarhardja & La Solo, 2008: 43).
Prinsip Pendidikan seumur hidup menegaskan bahwa manusia selama hidupnya
membutuhkan Pendidikan untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri, yakni agar
manusia terus mengalami perubahan dan peningkatan atau perbaikan diri hingga batas
titik normal pengembangan potensi dirinya, sebagaimana ditegaskan oleh Prof. Lodge
bahwa pendidikan adalah kehidupan, dan kehidupan adalah Pendidikan. Pendidikan tidak
hanya terjadi selama masa sekolah. Setelah sekolah, seorang harus terus belajar.
Pendidikan juga tidak berakhir pada saat seseorang memperoleh pekerjaan. Setelah
seseorang memasuki lapangan kerja ia masih perlu Pendidikan (belajar) Belajar
sepanjang hayat lebih dari Pendidikan orang dewasa atau pelatihan, ini merupakan
sebuah mindset suatu kebiasaan bagi masyarakat untuk memperolehnya. Belajar
sepanjang hayat menciptakan tantangan untuk memahami, mengeksplorasi, dan
mendukung dimensi-dimensi penting yang baru bagi Pendidikan seperti :
8
Umar. Mardan dan Ismal. Feiby. 2020. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Konsep Dasar Bagi
Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum. Jawa Tengah: CV Pena Persada, hal 17-18

13
1. Belajar yang diarahkan diri sendiri (self-directing learning),
2. Belajar atas dasar tuntutan (learning on demand)
3. Belajar kolaboratif (collaborative learning), dan
4. Belajar organisasi (organizational learning) 9

2. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat


Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan dilaksanakan seumur hidup adalah
untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakekatnya, dan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa proses pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis serta untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupan.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah mengembangkan potensi manusia secara
optimal dan menyelaraskan pendidikan wajib belajar dengan pengembangan kepribadian
manusia. Penerapan pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan pada lingkungan rumah tangga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Melalui proses pendidikan sepanjang hayat ini,
manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara berkesinambungan, mampu
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, serta mampu mengikuti perkembangan masyarakat
dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang. 10
Pendidikan seumur hidup merupakan azas pendidikan pendewasaan dan terus
menerus. Pendidikan seumur hidup adalah kegiatan yang dipandang sebagai pelayanan
untuk membantu pengembangan personal seumur hidup. Konsep pendidikan seumur
hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu berlangsung terus
menerus agar lebih bernilai dalam masyarakat. Dalam penerapannya diperlukan adanya
suatu strategi, sehingga pendidikan bagi manusia dapat diartikan secara tepat dan benar.
Menurut Soelaiman Joesoef, strategi pendidikan seumur hidup meliputi:
a) Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup yaitu:
1. Sebagai tujuan/ide formal
2. Sebagai respon terhadap keinginan,
3. Sebagai cara yang logis untuk mengatasi problem,
4. Sebagai dasar desain kurikulum

b) Arah dan alasan pendidikan seumur hidup

Pendidikan seumur hidup dalam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan di dalam hidup, umumnya diarahkan:

1. Kepada orang dewasa, yaitu sebagai generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan
pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan self-interest yang merupakan
tuntutan hidup sepanjang masa.
2. Kepada anak-anak, yaitu anak adalah tempat awal bagi orang dewasa, maka pendidikan
bagi anak perlu mendapat perhatian, dengan program kegiatan tersusun mulai dari

9
Ahmadi, Rulam. "Pengantar pendidikan: asas dan filsafat pendidikan." (2014). Yogyakarta
10
Isa, A. H., & Napu, Y. (2020). Pendidikan Sepanjang Hayat. Gorontalo: Ideas Publishing

14
peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar,mempertinggi daya pikir, sehingga
membuat anak belajar berpikir kritis dan mempunyai pandangan hidup ke depan

3. Bentuk Dan Cara Pendidikan Sepanjang Hayat

Konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar


berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak
akan ketinggalan zaman dan dapat memperbarui pengetahuannya, terutama bagi mereka
yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini,
mereka tidak akan terasing dan generasi muda. Tahapan belajar manusia pada dasarnya
terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat
oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang
melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses internal. Bagian
yang kedua disebut proses belajar eksternal,proses ini dapat menunjukkan apakah dalam
diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah
yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar
berlangsung melalui enam tahapan yaitu:
a. Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri
peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan
baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan
berbagai cara, yaitu dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu
dipelajari.
b. Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi
maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada
pembimbing.
c. Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta
menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang
yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan
pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran, dan interverensi.
d. Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja,
tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta
didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara
yang mengesankan.11

11
Jannah, Fathul. (2013). Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya. Dinamika Ilmu, Vol. 13.No.1

15
e. Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di
tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan
hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
f. Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah
diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka
pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

4. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat

1. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat pada Program-Program Pendidikan


Implikasi dalam hal ini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
Dengan demikian, maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau
mengikuti dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan Pendidikan seumur hidup.
Penerapan asas Pendidikan sepanjang hayat pada isi program Pendidikan dansasaran
Pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi Pendidikan
sepanjang hayat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan baca tulis fungsional
Program ini tidak hanya penting bagi Pendidikan sepanjang hayat. Hal ini dikarenakan
relevansinya yang ada pada negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya
penduduk yang buta huruf.
b. Pendidikan Vokasional
Pendidikan Vokasional adalah sebagai program Pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar
batas usia sekolah, ataupun sebagai Pendidikan formal dan nonformal. Oleh sebab itu, program
Pendidikan bersifat remedial ini penting agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang
produktif.
c. Pendidikan Profesional
Apa yang berlaku bagi pekerja atau buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan
untuk mereka lebih besar. Mereka berusaha keras terus menerus dan bergerak cepat agar tidak
ditinggalkan oleh kemajuan.

d. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan


Diakui bahwa globalisasi informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEKS, telah
memengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Pendidikan bagi anggota masyarakat dari
berbagai golongan usia mereka mampu mengikuti perubahan sosial. Pembangunan merupakan
konsekuensi penting dari asas Pendidikan sepanjang hayat.

e. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik

16
Di samping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni (IPTEKS), dalam kondisi
sekarang pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, maka diperlukan Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara, baik rakyat biasa maupun
para pemimpin masayarakat.

f. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang


Spesialisasi yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah dimulai pada usia muda
dalam program Pendidikan formal di sekolah, menjadikan manusia berpandangan sempit pada
bidangnya sendiri, serta buta kebudayaan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam warisan
budaya
masyarakat sendiri

2. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat pada Sasaran-Sasaran Pendidikan


Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa terjadinya
perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan zaman, terlebih
lagi dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas
ruang, waktu, dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Konteks ini
menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan sepanjang hayat berimplikasi pada
sasaran-sasaran layanan pendidikan. Adapun sasaran layanan pendidikan sepanjang hayat
diklasifikasikan oleh Ananda W.P. Guruge (Anonim,2014) dalam enam kategori.
a. Para buruh dan Petani
Kategori petani sebagai sasaran layanan pendidikan sepanjang hayat hal ini
disebabkan karena tingkat pendidikan yang mereka miliki sebagian besar masih
relatif rendah, maka pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menolong
dalam meningkatkan Abd. Hamid Isa Yakob Napu produktivitas, serta mendidik
mereka tentang cara memanfaatkan waktu luang. Mereka dengan pendidikan
sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali merupakan golongan terbesar
penduduk di negara-negara yang sedang berkembang. Mereka pada umumnya masih
hidup dalam suasana tradisional yang dikuasai oleh tahayul, tabu, dan kebiasaan-
kebiasaan hidup yang menghambat kemajuan. Cara hidup tradisional ini
merupakan hambatan-hambatan psikologis bagi pembangunan
b. Golongan Remaja yang Terganggu Pendidikan Sekolahnya
Golongan remaja yang menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan dan
keterampilan atau yang under-employed karena kurangnya bakat dan kemampuannya
memerlukan pendidikan vocational yang khusus. Demi perkembangan pribadi, mereka
juga perlu diberi pendidikan kultural dan kegiatan-kegiatan kreatif. Namun, golongan
yang terpenting bagi anak didik ini ialah pendidikan yang bersifat remedial. Pendidikan
remedial yang diberikan harus menarik, merangsang, dan relevan dengan kebutuhan
hidupnya.
c. Para Pekerja yang Berketerampilan

17
Meskipun golongan ini sama halnya dengan golongan lainnya, memerlukan
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan untuk meningkatkan waktu senggang secara
produktif, namun, golongan ini memerlukan program khusus.

G. Lembaga – Lembaga Pendidikan


a. Pengertian Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah sebuah institusi atau tempat dimana proses belajar-
mengajar berlangsung. Bisa juga diartikan sebagai organisasi yang sengaja dibentuk
untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Tujuannya adalah membekali ilmu pengetahuan
dan serta budaya budi pekerti kepada individu untuk mengubah tingkah laku seseorang
menjadi lebih dewasa dan mampu mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa
depan.
b. Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan
1. Pendidikan Formal
Jenis yang pertama adalah lembaga pendidikan formal, lembaga jenis ini memberikan
pendidikan secara struktural serta punya jenjang yang jelas dan pasti untuk peserta didik.
Contoh paling utama pendidikan formal adalah sekolah. Lembaga formal juga punya
beberapa persyaratan dan ciri tertentu pada pendidikan formal. Misalnya untuk lembaga
pendidikan formal punya kurun waktu belajar, kurikulum, untuk di Indonesia sendiri
pendidikan formal wajib menggunakan seragam, sehingga itu adalah ciri paling
mencolok dari pendidikan formal.
Ada pula beberapa sekolah yang memiliki akselerasi pendidikan pada sekolahnya
khususnya di SMA. Untuk akselerasi sendiri juga harus dapat memenuhi beberapa
persyaratan yang diberlakukan oleh sekolah masing-masing. Cara akselerasi SMA
biasanya memakan waktu 2 tahun proses belajar di sekolah, dan tentu saja nilai-nilai dari
mata pelajarannya harus di atas standar nilai biasa, serta jadwal pembelajaran yang jauh
lebih padat dari kelas biasa.
Lembaga formal punya dokumen-dokumen resmi seperti ijazah yang menjadi
tanda bukti yang resmi Anda telah menempuh pendidikan formal.Lalu bagi masyarakat
yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formalnya biasanya punya dapat melakukan
kejar paket c yang dapat dilakukan di lembaga-lembaga tertentu. Selain itu, ada pula
kejar paket c online yang dilakukan tanpa perlu melakukan tatap muka.
2. Pendidikan Non Formal
Selanjutnya adalah lembaga pendidikan non formal, untuk lembaga non formal
adalah tempat yang memberikan pendidikan di luar dari lembaga formal. Lembaga non
formal ini berfungsi sebagai pelengkap dari lembaga formal atau menambah kemampuan
lain seorang individu. Keuntungan dari pendidikan non formal ini adalah tidak terlalu
banyak persyaratan untuk mengikutinya, misalnya kursus mengemudi. Untuk bisa masuk
kursus mengemudi Anda tidak perlu mengenakan seragam atau harus masuk jam 8 pagi.
3. Pendidikan In Formal
18
Yang terakhir adalah lembaga informal yang proses memberikan pendidikannya
adalah lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sehingga waktu proses pendidikannya
jauh lebih fleksibel dibandingkan pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
informal ini lebih mengemukakan kemampuan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya orang tua yang mengajari anak untuk berlatih berjalan atau mengajari anak
untuk bersikap jika ada seorang tamu.
Contoh Lembaga Pendidikan
Setelah mengetahui jenis lembaga pendidikan, Anda juga perlu memahami kira-kira
apa saja yang masuk ke dalam contoh dari lembaga yang telah disebutkan sebelumnya.
Untuk contoh dalam pendidikan formal yaitu:
 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
 Sekolah Dasar (SD).
 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
 Sekolah Menengah Atas (SMA).
 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
 Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
 Universitas.
Kemudian, contoh untuk pendidikan non formal yaitu:
 rsus Musik atau Vokal.
 Les Online.
Contoh lembaga pendidikan islam:
 Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA atau TPQ).
 Dan kemudian contoh pendidikan informal:
 Orang tua atau dari keluarga.
 Lingkungan sekitar atau masyarakat.
 Majelis taklim

H. INOVASI PENDIDIKAN (PP 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan AgamaIslam,dsb)

A. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara barang-barang
buatan manusia, yang diamati serta diasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat). Oleh sebab itu, inovasi pendidikan sangat dibutuhkan. Inovasi
juga dapat diartikan sebagai suatu hal yang baru didalam lingkungan sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau mengatasi suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau
wujudnya sesuatu yang baru itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tidakan.
Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu biasanya benar-benar baru atau yang
belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention atau dapat juga tidak

19
benar- benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain yang disebut
dengan discovery. Proses invention misalnya, dalam menerapan metode atau pendekatan
pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 menjelaskan bahwa pendidikan Agama


ialah pendidikan yang memberikan pengetahuan serta membentuk sikap, kepribadian dan
ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur jenjang dan jenis pendidikan.
Sedangkan pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang membuat peserta didik untuk
mampu menjalankan perannya yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama
atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ilmu agamanya di masyarakat.

Sejauh ini eksistensi pemerintah dengan adanya produk hukum PP No.55 tahun
2007 yang bertujuan mengatur cara penyelenggaraan pendidikan keagamaan Islam
terlihat belum terlalu efektif, karena dalam faktanya masih terjadi banyak diskriminasi
antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan islam. Contohnya Sekolah formal
umumnya mendapatkan mendapat perhatian dan kepedulian Pemerintah melalui bantuan
dana seperti APBN, APBD, dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), tunjangan buku,
gaji guru, pembangunan gedung, dan ruang kelas baru, sedangkan pendidikan Islam
seperti pesantren atau yayasan terkadang masih luputdari kepastian dana Pemerintah. Hal
tersebut dianggap sebagai bentuk ketidakadilan kebijakan karena pendidikan Islam
seperti pesantren atau yayasanjuga termasuk lembaga pendidikan yang memberikan
kontribusi besar dalam membangun sumber daya manusia Indonesia.  Tidak diragukan
lagi bahwa pendidikan Islam berjasa telah melahirkan sejumlah tokoh pembangunan
nasional. Pada masa kemerdekaan Indonesia, pesantren mampu memunculkan para tokoh
pendidikan seperti Hasyim Asy’ary, Ahmad Dahlan, dan Agus Salim, yang telah
berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Di tengah arus globalisasi dan modernitas
seperti sekarang ini, karakter dan moralitas bangsa menjadi satu dari sekian banyak
persoalan utama yang dialami oleh Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
 
Alur Isi PP No.55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Islam
            Pembahasan tentang Pendidikan Keagamaan mulai diatur pemerintah di dalam Pasal 8 PP
No. 55 Tahun 2007. Tujuan Pendidikan Keagamaan yang dimaksud adalah Terbentuknya peserta
didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan

20
kehidupan bangsa yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Pendidikan Keagamaan ini
berbedabeda dalam setiap agama.
Pembahasan tentang Pendidikan Keagamaan mulai diatur pemerintah di dalam
Pasal 8 PP No. 55 Tahun 2007. Tujuan Pendidikan Keagamaan yang dimaksud adalah
Terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif,
inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia. Pendidikan Keagamaan ini berbedabeda dalam setiap
agama. Pendidikan Keagamaan Islam yang diatur dalam PP. No. 55 Tahun 2007 Pasal 14
salah satunya adalah Pondok Pesantren atau yayasan.

I. Teori Belajar Behavioristik, Kogivistik, dan Konstruktivistik Pandangannya


Tentang Belajar, Tokoh-tokohnya.

1. Teori Belajar Behavioristik


adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Faktor lain yang
dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu
pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat

Adapun Tokoh Behavioristik adalah:


 Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
 Edward Thorndike (1874-1949)
 Jhon B Watson
 Clark Hull

21
 Edwin Guthrie
 Burrhus Frederic Skinner
 Robert Gagne
Adapun Pandangannya Tentang Belajar adalah

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu apabila ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya secara
dinamis dan baik. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Menurut teori
behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus)
dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan dapat
diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat meemperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement), maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement), maka respon pun akan tetap dikuatkan.
Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus, yang penting diberikan (ditambahkan)
atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon yang positif.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap (tidak berubah) sehingga teori behavioristik
dianggap masih relevan

2. Pengertian Teori Kognivistik


Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh
proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah
mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini

22
tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila
materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Adapun Tokoh Teori Kogivistik :
 Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
 Robert Gagne (Teori Pemrosesan Informasi)
 Jarome Bruner
 Ausubel (Teori Belajar Bermakna)

Pandangan Belajar menurut teori kognivistik


adalah perubahan tingkah laku manusia yang lebih melibatkan proses internal dan
mental siswa seperti motivasi kesengajaan keyakinan ingatan retensi pengolahan
informasi emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Teori Kognivistik juga mengungkapkan
bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku
3. Teori Konstruktivistik
Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau
menyusun. suatu teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar
tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara
aktif membengun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glasersfeld (dalam
Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran
behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

Tokoh-Tokoh Konstruktivisme adalah:


 Jean Piaget
 Vygotsky

23
Pandangan Belajar menurut teori konstruktivistik yakni mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interprestasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman

J. Empat Kopetensi Guru Yaitu: (1). Kompetensi Pedagogik, Kompetensi


Kepribadian, (3).Kompetensi Profesional, (4). Kompetensi Sosial
A. Kopetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indikator esensial. Kompetensi pedagogik juga dikatakan yakni sebuah
kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk
mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Kompetensi pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:
 Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini, seorang guru
harus memahami peserta didik dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
perkembangan kognitif, dan mengidentifikasi bekal untuk mengajar peserta didik.
 Melakukan rancangan pembelajaran. Guru harus memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran, seperti menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
memahami landasan pendidikan, menentukan strategi pembelajaran didasarkan dari
karakteristik peserta didik, materi ajar, kompetensi yang ingin dicapai, serta menyusun
rancangan pembelajaran.
 Melaksanakan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menata latar pembelajaran serta
melaksanakan pembelajaran secara kondusif.
 Merancang dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus mampu merancang dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan dengan
menggunakan metode, melakukan analisis evaluasi proses dan hasil belajar agar dapat
menentukan tingkat ketuntasan belajar peserta didik, serta memanfaatkan hasil penilaian
untuk memperbaiki program pembelajaran.
 Mengembangkan peserta didik sebagai aktualisasi berbagai potensi peserta didik.
Seorang guru mampu memberikan fasilitas untuk peserta didik agar dapat
mengembangkan potensi akademik dan nonakademik yang mereka miliki.

B. Kompetensi Kepribadian

24
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif
dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik.
Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
 Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
 Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
 Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
 Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.

C. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Kompetensi ini menguasai penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan
mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu
yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuann
Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
 Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat
mendukung pembelajaran yang dikuasai
 Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran atau
bidang yang dikuasai
 Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif

25
 Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan yang reflektif
 Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan pengembangan diri.

D. Kompetensi Sosial
Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan
yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan,
peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
 Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap
agama, jenis kelamin, kondisi fisik, ras, latar belakang keluarga, dan status social
 Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap sesama
guru, tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar
 Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah Indonesia yang
beragam kebudayaannya
 Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan.

DAFTAR PUSATAKA

26
Dr. rahmat Hidayat, MA dan Dr. Abdillah, S.Ag,M.Pd (2019). Ilmu Pendidikan
Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
Sutarman Tarjo. 2011. Batas-Batas Pendidikan. Diakses dari http://tarman-
revolusimahasiwa.blogspot.com/2011/04/batas-batas-pendidikan.html pada tanggal 15
september 2012.
Uyoh Sadullah, dkk. (2010). Pedagogik: Ilmu Mendidik (I). Bandung:
ALFABETA.
http://nitahusna.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-faktor-faktor-
pendidikan_9266.html?m=1.
https://www.padamu.net/2016/08/pengertian-pendidikan-dan-konsepnya.html.
Halid Hanafi, S.Ag, M.Ag. La Adu, S.Pd.I., M.A. dan Zainuddin, S.Pd.I., M.A.
(2018). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish Publisher
Dr. Mardan Umar, S.Pd.I, M.Pd dan Dr. Feiby Ismail, S.Pd.I, M.Pd (2020). Buku
Ajar Pendidikan Agama Islam Konsep Dasar Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum.
Jawa Tengah: CV Pena Persada

27

Anda mungkin juga menyukai