TUGAS KOMPREHENSIF
Dosen Pembimbing:
Dr. Saiful, S.Ag., M.Ag
Disusun Oleh:
LUTHFIAH KHAIRANI NASUTION
NIM 200201008
Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ii
A. Pengertian Pendidikan…………………………………………………………………
1
Batas-Batas
Pendidikan………………………………………………………………..2
B. Faktor-Faktor Pendidikan……………………………………………………………..3
Tujuan Pendidikan…………………………………………………………………….8
C. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan………………………………………………………
10
Konsep Dasar Pendidikan Islam……………………………………………………..10
D. Landasan-Landasan Pendidikan Islam……………………………………………….11
E. Aspek-Aspek Pendidikan Islam……………………………………………………...11
F. Pendidikan Sepanjang Hayat…………………………………………………………
12
G. Macam-Macam Lembaga Pendidikan…………………………………………………
H. Inovasi Pendidikan…………………………………………………………………….
I. Teori Belajar Behavioristik………………………………………………………….
Teori Belajar Kogivistik……………………………………………………………….
Konstrukvistik Pandangannya Tentang Belajar……………………………………..
Tokoh-Tokohnya……………………………………………………………………….
J. Kompetensi Guru……………………………………………………………………
Kompetensi Pedagogik…………………………………………………………………
Kompetensi Kepribadian……………………………………………………………..
Kompetensi Profesional……………………………………………………………..
Kompetensi Sosial……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
ii
A. Pengertian Pendidikan Dan Batas-Batas Pendidikan
Pengertian Pendidikan
1. Menurut Bahasa
Pendidikan berasal dari Bahasa Yunani yaitu "Paedogogie" yang akar katanya "paes"
artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya “membimbing”, sehingga "paedagogie" di
artikan sebagai "bimbingan yang diberikan kepada anak". Dalam Bahasa Inggiris, pendidikan
diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yaitu
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata dasar "didik (mendidik)", Lalu
kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan
memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
1
e. Oemar Hamalik (2001:79)
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
kuat dalam kehidupan masyarakat.
Batas-Batas Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beranekaragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena
falsafah yang melandasinya.
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut
mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk
transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran,
rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
1
Hidayat. Rahmat dan Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan, Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), hal 23-24
2
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan
yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka
yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa
atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan
yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyimpanan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan
dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran.
Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia.2
3
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus diartikan sebagai suatu pengkhususan dari tujuan umum. Seperti
disebutkan bahwa tujuan umum kedewasaan adalah universal. Manusia dewasa yang
universal itu diberi bentuk yang nyata berhubung dengan kebangsaan, kebudayaan,
agama, sistem politik, dan sebagainya. Demikianlah manusia dewasa di Indonesia
memiliki diri khas sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
c. Tujuan insendental
Tujuan incidental merupakan tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus.
Sebagian pakar mengatakan bahwa sulit mencari hubungan antara tujuan insidental
dengan tujuan umum, namun sebenarnya tujuan insidental tersebut terarah kepada
pencapaian tujuan umum.
d. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai
tujuan umum. Oleh sebab itu, tujuan sementara lebih dekat kepada tujuan umum
dibandingkan dengan tujuan incidental seperti dijelaskan di atas. Tujuan sementara
merupakan titik perhatian sementara, yang merupakan persiapan untuk menuju kepada
tujuan umum. Tujuan sementara
memberi kesempatan kepada pendidik untuk menguji nilai yang ingin dicapainya dengan
perbuatan nyata.
e. Tujuan tak lengkap
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan.
Disebut tidak lengkap karena setiap tujuan yang dihubungkan dengan salah satu aspek
pendidikan berarti tidak lengkap. Lebih jelasnya, kita tidak boleh mementingkan hanya
salah satu aspek saja,
sehingga mengabaikan aspek lainnya.
f. Tujuan perantara (intermedier)
Tujuan perantara ialah tujuan yang melayani tujuan pendidikan yang lain, merupakan
alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain khususnya tujuan sementara.
Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berbudi pekerti luhur.
c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
4
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.3
2. Faktor Pendidik
Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam pendidikan, karena ia akan
mengantarkan anak didik kepada tujuan yang telah ditentukan. Lalu, siapakah pendidik
itu? Menurut Mukodi pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan mematuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah
Allah.
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi
pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang
menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila.
Pribadi dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Mempunyai individualitas yang utuh.
b. Mempunyai sosialitas yang utuh.
c. Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan.
d. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab sendiri demi
kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain.
Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu :
a. Telah mampu mandiri.
b. Dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya.
c. Memiliki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap.
d. Kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosiocultural.
e. Kesadaran akan norma-norma.
f. Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.
Oleh karena itu, pendidik dapat diperankan oleh semua warga masyarakat yang sudah
dewasa. Setiap individu adalah pendidik, bagi generasi yang lebih kecil. Pendidik biasa
juga disebut guru, ustad/ustadzah, teacher. Secara garis besar, pendidik dapat
dikelompokkan kepada tiga yaitu: orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.
Untuk menjadi seorang pendidik dibutuhkan sikap tanggung jawab terhadap anak
didik, dan terhadap pada dirinya sendiri, dedikasi dan semangat yang tinggi, ditambah
3
Uyoh Sadullah, dkk. (2010). Pedagogik: Ilmu Mendidik (I). Bandung: ALFABETA
5
dengan keterampilan untuk mendidik dalam mengawal peserta didik mencapai
kemandirian dan mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain.
Agar dapat menjadi pendidik, atau guru yang baik, hendaknya ia memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari keridhaan Allah Swt
semata.
b. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar,
sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat yang
tercela.
c. Ikhlas dalam pekerjaan.
d. Suka pemaaf.
e. Harus mengetahui tabiat murid, dan harus menguasai mata pelajaran.
6
4. Faktor Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
terhadap peserta didik dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. (Uyoh Sadullah, 2010)
a. Macam-Macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan bermacam-macam, Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat
pendidikan itu berupa:
1) Perbuatan pendidik (biasa disebut software), mencakup : nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
2) Benda-benda lain alat bantu (biasa disebut hardware), mencakup : meja kursi belajar, papan
tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau berdasarkan
tiga sudut pandang berikut.
1) pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik.
2) Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik.
3) Bersifat melindungi anak didik.
b. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Alat
Dalam hal penggunaan alat pendidikan, maka yang sangat penting diperhatikan adalah
pribadi orang yang menggunakannya, sehingga penggunaan alat pendidikan tersebut tidak
sekedar persoalan teknis belaka, namun lebih jauh justru menyangkut persoalan batin atau
pribadi pendidik. Oleh karena itulah dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1) Tujuan yang ingin dicapai.
2) Orang yang menggunakan alat.
3) Untuk siapa alat itu digunakan.
Namun demikian, alat pendidikan bukan suatu resep, yang sewaktu-waktu dapat
digunakan secara tepat guna dan mantap. Alat pendidikan merupakan sesuatu yang harus
dipilih, sesuai dengan tujuan pendidikan dengan maksud mempenggaruhi peserta didik
secara pedagogis (edukatif).
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan pendidikan. Baik, pendidikan formal, non formal, maupun informal.
7
Lingkungan pendidikan yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik. Sebaliknya,
tanpa adanya lingkungan yang baik, niscahya tidak akan menghasilkan pendidikan yang
baik. Lingkungan pendidikan yang baik dimaksud adalah lingkungan yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan dalam arti luas. Dengan demikian, wujudnya dapat lahir
secara alami (sesuai kearifan lokal sosio kultural masyarakat) atau sengaja dibentuk,
diciptakan dan dikondisikan oleh pemangku kepentingan.
Menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa lingkungan-lingkungan meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang ia sebut
dengan Tri Pusat Pendidikan:
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh
dan berkembang dengan baik. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan
hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut Primary
Community.
Pendidikan keluarga ini berfungsi:
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan social
5) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan, karena itu sebagai sumbangan sekolah
sebagai lembaga terhadap pendidikan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah,
dan sebagainya.
8
c. Lingkungan Organisasi Pemuda
Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal (luar sekolah), Organisasi Pemuda
mempunyai corak ragam yang bermacam-macam, tetapi secara garis besar dapat dibedakan
antara organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah dan organisasi pemuda yang
diusahakan oleh badan swasta. Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya
pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah
semacam kesadaran sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan dan
sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama manusia.4
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang
hendak di tuju oleh pendidikan.
Maunah (2009:1) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah perubahan yang
diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik tingkah laku
individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya
dimana individu hidup.
Suardi (2010: 7) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah seperangkat
hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselengarakan kegigiatan
pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan,
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
4
http://nitahusna.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-faktor-faktor-pendidikan_9266.html?m=1
9
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
5
Hidayat. Rahmat dan Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan, Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), hal 25-27
6
https://www.padamu.net/2016/08/pengertian-pendidikan-dan-konsepnya.html
10
Konsep Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam identitak dengan dasar Islam itu sendiri, yaitu Al-qur’an dan
Sunnah. Kemudian dasar itu dikembangkan dalam pemahaman para ulama dengan ijma’,
qiyas, maslahahmursalah, istishab, sadduz-dzari’ah dan yang lainnya. Dimana secara
lengkapnya tentang dasar hukum pelaksanaan pendidikan islam meliputi:
1. Al-qur’an
Al-qur’an adalah firman Allah SWT yang berupa wahyu dan disampaikan oleh jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Al-qur’an
dijadikan sumber pertama dan utama dalam pendidikan Islam, karena nilai yang
terkandung di dalamnya yang datang dari Tuhan.
2. Sunnah
Sumber hukum pelaksanaan pendidikan Islam yang ke dua adalah Sunnah Rasulullah
SAW dimana fungsinya sebagai penjelasan terhadap ajaran-ajaran Islam yang tidak dapat
dipahami dalam kitab suci Al-qur’an. Sunnah adalah sesuatu yang berkaitan kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau penetapan dari
Rasulullah SAW.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu
hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-
qur’an dan Sunnah. Ijtihad bidang pendidikan harus sejalan dengan perkembangan zaman
yang semakin maju, dan harus berhubungan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan hidup.7
7
Halid. H, La. A dan Zainuddin. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish Publisher, hal 53-
58.
11
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman ayat 14)
ِير
ِ الحم
َ وت َ َت ل
ُ ص َ َِك ۗ انَّ اَن َك َر اال
ِ صوا *َ صوت
َ ك َواغضُض مِن
َ شي
ِ َواقصِ د فِي َم
“Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai”. (QS. Luqman ayat 19)
12
daya alam dengan baik untuk kemaslahatan umat. Oleh karena itu, guru harus menanamkan sikap
ramah terhadap alam, dengan menjaga kelestarian lingkungan dan sebagainya.8
13
1. Belajar yang diarahkan diri sendiri (self-directing learning),
2. Belajar atas dasar tuntutan (learning on demand)
3. Belajar kolaboratif (collaborative learning), dan
4. Belajar organisasi (organizational learning) 9
Pendidikan seumur hidup dalam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan di dalam hidup, umumnya diarahkan:
1. Kepada orang dewasa, yaitu sebagai generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan
pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan self-interest yang merupakan
tuntutan hidup sepanjang masa.
2. Kepada anak-anak, yaitu anak adalah tempat awal bagi orang dewasa, maka pendidikan
bagi anak perlu mendapat perhatian, dengan program kegiatan tersusun mulai dari
9
Ahmadi, Rulam. "Pengantar pendidikan: asas dan filsafat pendidikan." (2014). Yogyakarta
10
Isa, A. H., & Napu, Y. (2020). Pendidikan Sepanjang Hayat. Gorontalo: Ideas Publishing
14
peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar,mempertinggi daya pikir, sehingga
membuat anak belajar berpikir kritis dan mempunyai pandangan hidup ke depan
11
Jannah, Fathul. (2013). Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya. Dinamika Ilmu, Vol. 13.No.1
15
e. Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di
tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan
hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
f. Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah
diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka
pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
16
Di samping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni (IPTEKS), dalam kondisi
sekarang pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis, maka diperlukan Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara, baik rakyat biasa maupun
para pemimpin masayarakat.
17
Meskipun golongan ini sama halnya dengan golongan lainnya, memerlukan
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan untuk meningkatkan waktu senggang secara
produktif, namun, golongan ini memerlukan program khusus.
Inovasi pendidikan adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara barang-barang
buatan manusia, yang diamati serta diasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat). Oleh sebab itu, inovasi pendidikan sangat dibutuhkan. Inovasi
juga dapat diartikan sebagai suatu hal yang baru didalam lingkungan sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau mengatasi suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau
wujudnya sesuatu yang baru itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tidakan.
Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu biasanya benar-benar baru atau yang
belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention atau dapat juga tidak
19
benar- benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain yang disebut
dengan discovery. Proses invention misalnya, dalam menerapan metode atau pendekatan
pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Sejauh ini eksistensi pemerintah dengan adanya produk hukum PP No.55 tahun
2007 yang bertujuan mengatur cara penyelenggaraan pendidikan keagamaan Islam
terlihat belum terlalu efektif, karena dalam faktanya masih terjadi banyak diskriminasi
antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan islam. Contohnya Sekolah formal
umumnya mendapatkan mendapat perhatian dan kepedulian Pemerintah melalui bantuan
dana seperti APBN, APBD, dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), tunjangan buku,
gaji guru, pembangunan gedung, dan ruang kelas baru, sedangkan pendidikan Islam
seperti pesantren atau yayasan terkadang masih luputdari kepastian dana Pemerintah. Hal
tersebut dianggap sebagai bentuk ketidakadilan kebijakan karena pendidikan Islam
seperti pesantren atau yayasanjuga termasuk lembaga pendidikan yang memberikan
kontribusi besar dalam membangun sumber daya manusia Indonesia. Tidak diragukan
lagi bahwa pendidikan Islam berjasa telah melahirkan sejumlah tokoh pembangunan
nasional. Pada masa kemerdekaan Indonesia, pesantren mampu memunculkan para tokoh
pendidikan seperti Hasyim Asy’ary, Ahmad Dahlan, dan Agus Salim, yang telah
berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Di tengah arus globalisasi dan modernitas
seperti sekarang ini, karakter dan moralitas bangsa menjadi satu dari sekian banyak
persoalan utama yang dialami oleh Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Alur Isi PP No.55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Islam
Pembahasan tentang Pendidikan Keagamaan mulai diatur pemerintah di dalam Pasal 8 PP
No. 55 Tahun 2007. Tujuan Pendidikan Keagamaan yang dimaksud adalah Terbentuknya peserta
didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan
20
kehidupan bangsa yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Pendidikan Keagamaan ini
berbedabeda dalam setiap agama.
Pembahasan tentang Pendidikan Keagamaan mulai diatur pemerintah di dalam
Pasal 8 PP No. 55 Tahun 2007. Tujuan Pendidikan Keagamaan yang dimaksud adalah
Terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif,
inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia. Pendidikan Keagamaan ini berbedabeda dalam setiap
agama. Pendidikan Keagamaan Islam yang diatur dalam PP. No. 55 Tahun 2007 Pasal 14
salah satunya adalah Pondok Pesantren atau yayasan.
21
Edwin Guthrie
Burrhus Frederic Skinner
Robert Gagne
Adapun Pandangannya Tentang Belajar adalah
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu apabila ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya secara
dinamis dan baik. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Menurut teori
behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus)
dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan dapat
diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat meemperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement), maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement), maka respon pun akan tetap dikuatkan.
Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus, yang penting diberikan (ditambahkan)
atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon yang positif.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap (tidak berubah) sehingga teori behavioristik
dianggap masih relevan
22
tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila
materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Adapun Tokoh Teori Kogivistik :
Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
Robert Gagne (Teori Pemrosesan Informasi)
Jarome Bruner
Ausubel (Teori Belajar Bermakna)
23
Pandangan Belajar menurut teori konstruktivistik yakni mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interprestasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman
B. Kompetensi Kepribadian
24
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif
dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik.
Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
C. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Kompetensi ini menguasai penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan
mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu
yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuann
Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat
mendukung pembelajaran yang dikuasai
Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran atau
bidang yang dikuasai
Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif
25
Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan yang reflektif
Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan pengembangan diri.
D. Kompetensi Sosial
Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan
yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan,
peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap
agama, jenis kelamin, kondisi fisik, ras, latar belakang keluarga, dan status social
Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap sesama
guru, tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar
Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah Indonesia yang
beragam kebudayaannya
Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan.
DAFTAR PUSATAKA
26
Dr. rahmat Hidayat, MA dan Dr. Abdillah, S.Ag,M.Pd (2019). Ilmu Pendidikan
Konsep, Teori dan Aplikasinya. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
Sutarman Tarjo. 2011. Batas-Batas Pendidikan. Diakses dari http://tarman-
revolusimahasiwa.blogspot.com/2011/04/batas-batas-pendidikan.html pada tanggal 15
september 2012.
Uyoh Sadullah, dkk. (2010). Pedagogik: Ilmu Mendidik (I). Bandung:
ALFABETA.
http://nitahusna.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-faktor-faktor-
pendidikan_9266.html?m=1.
https://www.padamu.net/2016/08/pengertian-pendidikan-dan-konsepnya.html.
Halid Hanafi, S.Ag, M.Ag. La Adu, S.Pd.I., M.A. dan Zainuddin, S.Pd.I., M.A.
(2018). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish Publisher
Dr. Mardan Umar, S.Pd.I, M.Pd dan Dr. Feiby Ismail, S.Pd.I, M.Pd (2020). Buku
Ajar Pendidikan Agama Islam Konsep Dasar Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum.
Jawa Tengah: CV Pena Persada
27