Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

TEORI BELAJAR
Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. H. Wahid Munawar, M,.Pd

Disusun Oleh ;

Agil Fahrezi (2206432)

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMITIF S1

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PEMBAHASAN...................................................................................................1
2.1 Pengertian Pendidikan.......................................................................................................
2.2 Pengertian Belajar.............................................................................................................
2.3 Teori Belajar Humanistik..................................................................................................
2.4 Teori Belajar Behavioristik.............................................................................................
2.5 Teori Belajar Kognitif.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB 1

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan


Pendidikan merupakan kebutuhan esensial dalam kehidupan manusia
yang harus dipenuhi sepanjang hidupnya. Tanpa pendidikan, suatu kelompok
manusia sulit untuk mencapai perkembangan sesuai dengan cita-cita untuk
kemajuan, kesejahteraan, dan kebahagiaan sesuai dengan visi kehidupan mereka.
Oleh karena itu, pendidikan harus senantiasa menjadi perhatian utama dalam
upaya meningkatkan kualitas kehidupan generasi penerus sesuai dengan tuntutan
masyarakat (Hakim 2020) . [1]

Pendidikan meliputi aspek-aspek yang luas, seperti pengembangan


kemampuan intelektual, berpikir, dan karakter individu secara menyeluruh.
Untuk membentuk karakter tersebut, diperlukan waktu yang panjang, bahkan
sepanjang hidup seseorang. Pendidikan merupakan hak yang berlaku untuk
semua individu tanpa kecualian.

Seringkali terdapat pemahaman dalam masyarakat bahwa pendidikan


terbatas pada lingkungan sekolah, tempat di mana anak-anak menerima berbagai
jenis pendidikan, termasuk keterampilan dan nilai-nilai moral. Padahal, sekolah
hanya merupakan salah satu elemen dari pendidikan. Orang tua memiliki peran
yang sangat penting dalam mendidik anak-anak, dan sekolah hanyalah
melanjutkan dan mengembangkan fondasi pendidikan informal yang telah
diberikan oleh lingkungan keluarga (Arifin, 2008). [2] Ini sejalan dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama
dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah (Uyoh Sadullah).

Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,


perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

1
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa
(atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan


kecakapan- kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah
alam dan sesama manusia.

Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang


tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa.

Pendidikan bisa dijelaskan sebagai sebuah proses yang memanfaatkan


metode tertentu untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan perilaku yang
sesuai dengan kebutuhan (Lase, 2018). [3] Secara luas dan representatif,
pendidikan mencakup tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku
manusia, serta pemanfaatan pengalaman hidup (Marbun, 2018). [4] Pendidikan
memiliki sifat yang membutuhkan upaya perlindungan dan dukungan untuk
membantu peserta didik dalam mencapai kemandirian, sehingga mereka mampu
menjalani kehidupan mereka tanpa bergantung pada orang lain.

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa fungsi


pendidikan adalah sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan,
membentuk perilaku, dan menciptakan peradaban yang bermartabat dalam
rangka mencerdasakan kehidupan bangsa sesuai dengan Undang-Undang Dasar
(Noor, 2018). [5] Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut, guru memiliki
peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Mereka bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan
lingkungan yang mendukung peserta didik dalam menjalankan tanggung jawab
mereka (Suardi, 2018). [6]

Pendidikan merupakan persiapan bagi generasi muda untuk menghadapi


perkembangan zaman dalam era globalisasi. Oleh karena itu, penting untuk
menjalankan pendidikan dengan kualitas yang baik dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) tidak hanya

2
memberikan pengetahuan, tetapi juga mencakup pembentukan perilaku dan
keterampilan sebagai bagian dari pengembangan individu dan sosial, yang
mendukung kelanjutan pendidikan ke tingkat berikutnya. Ini penting karena
banyak aspek dalam kehidupan yang berkembang dengan cepat. Pemerintah
berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional agar tetap relevan di
era sekarang (Sulfemi, 2018). [7]

Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun


2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata


‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai
arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)


menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui


kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

3
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang


terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.2 Pengertian Belajar


Pengertian belajar menurut para ahli memiliki beragam interpretasi. B.F.
Skinner, seorang tokoh dalam teori behavioristik, memandang belajar sebagai
perubahan perilaku yang dipicu oleh konsekuensi-konsekuensi dari tindakan
individu. Ivan Pavlov, yang terkenal dengan eksperimen kondisioning klasik,
mengasosiasikan belajar dengan hubungan antara stimulus tertentu dan respon
tertentu. Albert Bandura, dalam teori belajar sosialnya, menekankan bahwa
belajar bisa terjadi melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain.
Pengertian belajar ini menunjukkan keragaman pendekatan dalam memahami
bagaimana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perubahan
perilaku melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu


perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor.
Menurut Gagne belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis performance (kinerja). Sedangkan menurut Sunaryo belajar

4
merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Jadi dapat disimpulkan, belajar adalah suatu proses yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama.

Secara sederhana, teori belajar adalah suatu prinsip umum atau kumpulan
prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Teori belajar adalah
suatu tesis-tesis yang mendeskripsikan beragam aspek pada hakikat belajar. Para
pemikir dan pakar yang punya keahlian di berbagai bidang keilmuan punya
sumbangsih yang penting dalam merumuskan teori-teori belajar. Atau
setidaknya, pemikiran-pemikiran mereka tentang manusia dan kehidupan telah
digunakan oleh para praktisi pendidikan dan pembelajaran untuk merumuskan
teori-teori belajar dan mempraktikkannya dalam kenyataan (Shahbana, 2020).
[8]

Belajar adalah suatu proses perubahan. Dalam konteks ini, belajar


merujuk pada upaya untuk mengubah perilaku seseorang. Proses belajar ini
menghasilkan perubahan yang melibatkan berbagai aspek individu, termasuk
peningkatan pengetahuan, pengembangan keterampilan, perubahan sikap,
pemahaman yang lebih baik, peningkatan harga diri, perubahan minat,
pengembangan watak, dan penyesuaian diri. Seluruh aspek organisme dan
perilaku pribadi seseorang terlibat dalam proses belajar ini. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan
dimensi psikofisik individu untuk mencapai perkembangan pribadi yang
komprehensif, mencakup aspek-aspek seperti pengetahuan, emosi, dan
keterampilan.

Istilah "belajar" sudah menjadi hal umum yang dikenal oleh banyak
orang, terutama oleh para mahasiswa dan mahasiswi di jurusan pendidikan.
Belajar adalah aspek yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam
perjalanan perkembangan manusia, belajar memainkan peran penting dalam
pengembangan individu dan telah menghasilkan beberapa teori belajar yang
5
didasarkan pada sifat dasar manusia di dunia ini. Oleh karena itu, teori-teori ini
juga berlaku dalam domain studi ilmu pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses


perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1

Durton mengartikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu


sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan
menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.
“Learning is a change the individual due to interaction of that individual and
his environments which fills a need and makes him capable of dealing
adequality with his environment”.

Menurut Hilgrad dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti : to gain
knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, to fix in
the mind or memory; memorize; to acquire trough experience, to become in
forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman,
mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau
menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau
kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Sedangkan menurut James O. Wittaker mengemukakan bahwa belajar


adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah


suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

6
pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati. Karena itu orang


cenderung melihat tingkah laku manusia untuk disusun menjadi pola tingkah
laku yang akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar
yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong dan memberi arah
kegiatan belajar.

2.3 Teori Belajar Humanistik


Secara sederhana, teori belajar dalam pendekatan humanistik
menekankan bahwa proses belajar harus dimulai dan diarahkan untuk
meningkatkan aspek kemanusiaan individu. Dalam konteks ini, teori belajar
humanistik cenderung bersifat abstrak dan lebih mendekati bidang filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi daripada menjadi fokus utama psikologi belajar.
Teori humanistik memberikan penekanan yang kuat pada isi yang dipelajari,
daripada hanya memfokuskan pada proses belajar itu sendiri. Lebih dari itu,
teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia sesuai dengan visi ideal, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pemahaman belajar dalam konteks ideal daripada memahami
proses belajar sebagaimana adanya, seperti yang didekati oleh teori-teori belajar
lainnya. Teori humanistik juga memandang bahwa tujuan dari teori belajar apa
pun harus mendukung upaya untuk meningkatkan aspek kemanusiaan individu,
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri peserta didik secara
optimal. Pemahaman yang ideal tentang belajar menjadi fokus utama teori ini
daripada sekadar memahami proses belajar secara nyata, sebagaimana yang
diamati oleh teori-teori belajar lainnya.

Pendekatan teori humanistik dalam belajar tercermin dalam konsep


"meaningful learning" yang diperkenalkan oleh David Ausubel. Pandangan ini
juga terkait dengan aliran kognitif, yang menekankan bahwa belajar adalah
tentang asimilasi makna. Materi yang dipelajari harus diasimilasikan dan
diintegrasikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
7
sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional juga dianggap penting
dalam proses belajar. Tanpa motivasi dan antusiasme dari peserta didik,
asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada tidak akan
terjadi.

Teori humanistik juga menunjukkan sikap eklektisisme dalam


pemahaman belajar. Ini berarti bahwa teori humanistik tidak terpaku pada satu
pendekatan atau teori belajar tertentu. Sebaliknya, teori ini dapat memanfaatkan
berbagai teori belajar dengan syarat bahwa tujuannya adalah untuk
meningkatkan aspek kemanusiaan manusia dan mencapai aktualisasi diri. Ini
menjadikan teori humanistik sebagai pendekatan yang sangat inklusif dan
terbuka terhadap berbagai konsep belajar. Dengan demikian, teori ini mengakui
bahwa setiap pendekatan atau teori belajar mungkin memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dalam pandangan ini, eklektisisme bukanlah
sekadar membiarkan unsur-unsur teori dalam keadaan aslinya, tetapi lebih pada
penggunaan berbagai teori belajar sesuai dengan tujuan yang mengedepankan
pemahaman dan pemberdayaan manusia. Sebagaimana dijelaskan, teori
humanistik memanfaatkan berbagai teori belajar untuk mencapai tujuan utama,
yaitu memanusiakan manusia.

Pendekatan teori humanistik juga tercermin dalam pandangan beberapa


tokoh dalam aliran ini, seperti David A. Kolb, yang dikenal dengan konsep
"Belajar Empat Tahap"nya. Pandangannya tentang belajar didasarkan pada
empat tahap belajar: tahap pengalaman konkret, tahap pengamatan aktif dan
reflektif, tahap konseptualisasi, dan tahap eksperimentasi aktif. Kolb
menyatakan bahwa proses belajar berlangsung melalui siklus tahap-tahap ini
yang saling terkait. Tahap pertama adalah tahap di mana individu mampu
merasakan peristiwa tanpa memahaminya. Tahap kedua adalah tahap observasi
aktif dan refleksi, di mana individu mulai berpikir dan merenungkan peristiwa
yang dialami. Tahap ketiga melibatkan konseptualisasi, di mana individu mulai
mengembangkan teori atau konsep abstrak tentang peristiwa. Tahap terakhir
adalah tahap eksperimentasi aktif, di mana individu mampu mengaplikasikan
konsep dan teori ke dalam situasi nyata.

8
Honey dan Mumford adalah tokoh lain yang menerapkan pendekatan
humanistik dalam pemahaman belajar. Mereka menggolongkan peserta didik ke
dalam empat kelompok berdasarkan karakteristik belajar mereka, yaitu
kelompok aktivis, kelompok reflektor, kelompok teoritis, dan kelompok
pragmatis. Setiap kelompok memiliki karakteristik belajar yang berbeda.
Pendekatan ini mencerminkan pemahaman bahwa individu memiliki gaya
belajar yang beragam dan bahwa pendidikan harus memperhatikan karakteristik
individu tersebut (Perni 2018). [9]

Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan, yang


dimulai dari kebutuhan fisik paling dasar, seperti makan, minum, dan tidur,
hingga mencapai kebutuhan tertinggi, yaitu kebutuhan estetis. Kebutuhan
pertama adalah kebutuhan jasmaniah, seperti makanan dan minuman. Setelah
itu, muncul kebutuhan untuk rasa aman, kesehatan, dan perlindungan dari
bahaya. Kemudian, individu merasa kebutuhan untuk memiliki hubungan sosial
dan cinta kasih, seperti keinginan memiliki teman atau keluarga. Ketidakpuasan
dalam memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang mencari pengakuan
dan perhatian, seperti mencapai prestasi untuk menggantikan cinta kasih.

Selanjutnya, ada kebutuhan akan harga diri, yaitu keinginan untuk


dihargai, dihormati, dan dipercayai oleh orang lain. Setelah memenuhi semua
kebutuhan di tingkat lebih rendah, motivasi individu akan diarahkan ke
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mengembangkan
potensi dan bakat mereka. Cara aktualisasi diri ini akan bervariasi untuk setiap
individu.

Maslow juga membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan tiga


kebutuhan berikutnya. Empat kebutuhan pertama disebut "kebutuhan
kekurangan" karena muncul karena kurangnya sesuatu, dan pemenuhannya
sering tergantung pada orang lain. Di sisi lain, tiga kebutuhan terakhir disebut
"kebutuhan pertumbuhan" karena lebih berkaitan dengan perkembangan pribadi
dan lebih bergantung pada individu itu sendiri.

9
Dalam konteks pendidikan, teori Maslow memiliki implikasi penting.
Guru perlu memahami hierarki kebutuhan ini ketika berhadapan dengan siswa.
Kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah, ketidaktenangan di kelas, atau
kurangnya motivasi untuk belajar pada siswa mungkin tidak dapat disalahkan
secara langsung. Guru harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada
kebutuhan yang lebih dasar yang tidak terpenuhi, seperti kebutuhan makanan
yang cukup, tidur yang baik, atau masalah pribadi yang memengaruhi siswa
secara emosional.

Teori belajar humanistik adalah salah satu teori pembelajaran yang


dilandaskan pada psikologi manusia. Teori ini memfokuskan pada
pengembangan diri individu dengan cara yang sesuai potensi diri. Mengamati
dan menilai diri dari kacamata si pelaku. Teori ini mendorong seseorang untuk
mengembangkan bakat dan potensinya hingga mampu mengenali dirinya
sendiri.

Berikut beberapa pengertian teori belajar humanistik menurut para ahli

 Teori Humanistik Menurut Arthur Combs

Menurut seorang pendidik dan psikolog asal Ohio, Arthur


Combs, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dapat
dilakukan di mana saja dan dapat menghasilkan sesuatu bagi diri
seseorang. Baginya, seorang pendidik tidak diperbolehkan
memaksa seseorang untuk mempelajari sesuatu yang tidak
disukainya.

 Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow

Menurut Abraham Maslow, hal terpenting dalam


pembelajaran adalah proses untuk mengenal diri sendiri dengan
baik, bagaimana kita menjadi diri sendiri di dalam prosesnya, dan
menemukan potensi diri yang bisa kita kembangkan.

 Teori Humanistik Menurut Carl Rogers

10
Sedangkan menurut Carl Rogers, pembelajaran
merupakan proses untuk saling memahami antara guru dan
murid, hingga guru tahu apa yang dibutuhkan oleh muridnya
tanpa ada paksaan ataupun ketidak sepemahaman antara
keduanya, sehingga bisa dijadikan pembelajaran sebagai
pengalaman seseorang dalam prosesnya.

Ciri-ciri Teori Belajar Humanistik

 Menekankan pada proses aktualisasi diri masing-masing individu


 Proses merupakan hal penting yang menjadi fokus utama belajar
 Melibatkan peran aspek kognitif dan afektif
 Mengedepankan pengetahuan atau pemahaman individu
 Mengedepankan bentuk perilaku diri sendiri

Tidak ada yang lebih berhak mengatur proses belajar setiap individu
selain dirinya sendiri

2.4 Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik dimulai dari penelitian eksperimental yang
mengadopsi teknik ilmu alam. Edward L. Thorndike adalah tokoh utama dalam
teori ini, dan dia mengemukakan tiga hukum belajar: "Hukum Kesiapan,"
"Hukum Latihan," dan "Hukum Akibat." Hukum kesiapan menyatakan bahwa
hubungan antara stimulus dan respons terbentuk lebih baik jika individu
memiliki kesiapan di sistem sarafnya. Hukum latihan, atau pengulangan,
menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons terbentuk melalui
latihan atau pengulangan yang sering. Hukum akibat menekankan bahwa
hubungan stimulus dan respons terbentuk karena adanya hasil yang
menyenangkan bagi individu.

Ivan Pavlov adalah tokoh lain yang menyumbang dalam pengembangan


teori ini, dengan teori pengkondisian klasiknya. Pavlov melakukan penelitian
dengan menciptakan refleks baru melalui pemberian stimulus sebelum
munculnya refleks tersebut. Teori ini menunjukkan bahwa belajar adalah
perubahan yang terlihat melalui hubungan stimulus dan respons.
11
B.F. Skinner mengembangkan teori perilaku operan, yang mencakup
hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. Skinner mengklaim bahwa jika
perilaku diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, maka perilaku itu
cenderung muncul lebih sering. Teori behavioristik berfokus pada perubahan
perilaku yang terlihat sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik berpendapat bahwa individu tidak membawa potensi


intrinsik sejak lahir, dan perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan.
Teori ini tidak mengakui faktor-faktor mental dan menekankan pengamatan
perilaku yang dapat diamati.

Belajar dalam teori ini melibatkan interaksi antara stimulus dan respons,
dan individu dianggap pasif dalam proses belajar. Perilaku dapat diperkuat
melalui penguatan positif atau diperlemah melalui penguatan negatif. Dalam
teori behavioristik, apa yang penting adalah stimulus (yang diberikan oleh guru)
dan respons (tanggapan pebelajar). Proses yang terjadi di antara keduanya
diabaikan karena tidak dapat diamati.

Penggunaan hukuman dalam teori behavioristik kurang disarankan


karena dapat menghasilkan efek sementara dan dampak psikologis yang buruk.
B.F. Skinner lebih mendukung konsep penguatan negatif daripada hukuman, di
mana pengurangan stimulus mendorong perubahan perilaku yang lebih baik.

Meskipun teori behavioristik telah mempengaruhi dunia pendidikan,


terutama dalam pengembangan program pembelajaran yang berfokus pada
hubungan stimulus-respons dan penguatan, teori ini juga telah dikritik karena
tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang kompleks dan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor emosi dan pikiran dalam belajar (Mursyidi,
2019). [10]

Pada dasarnya, stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan


berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus ini akan mempengaruhi
bentuk respons yang akan diberikan. Respons yang muncul juga akan memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi ini pada gilirannya akan
mempengaruhi atau menjadi faktor yang mempertimbangkan munculnya

12
perilaku. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku seseorang dengan benar,
penting untuk terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan
lainnya, serta memahami respons yang mungkin timbul dan berbagai
konsekuensi yang mungkin muncul sebagai akibat dari respons tersebut.

Skinner juga berpendapat bahwa menggunakan perubahan-perubahan


mental sebagai alat untuk menjelaskan perilaku hanya akan semakin
mempersulit masalah. Karena setiap alat yang digunakan akan memerlukan
penjelasan tambahan, dan seterusnya.

Pandangan teori belajar behavioristik ini telah lama diterima oleh para
guru. Namun, di antara pendukung teori ini, teori Skinner memiliki pengaruh
paling besar terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Asumsi dasar
dalam teori belajar menurut Skinner adalah bahwa belajar adalah perilaku dan
perubahan-perubahan perilaku yang tercermin dalam frekuensi respons yang
merupakan hasil dari kondisi lingkungan. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul, dan program-
program pembelajaran lainnya yang berdasarkan pada konsep hubungan
stimulus-respons dan memberikan perhatian pada faktor penguatan
(reinforcement) merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori
belajar yang diusulkan oleh Skinner.

Teori Skinner dikenal dengan "operant conditioning" dan mencakup


enam konsep, yaitu penguatan positif dan negatif, shapping, pendekatan suksetif,
extinction, chaining of response, dan jadwal penguatan. Skinner dan pendukung
teori behavioristik lainnya sebenarnya tidak menganjurkan penggunaan
hukuman dalam kegiatan belajar. Menurut Skinner, hukuman bukanlah teknik
yang dapat diandalkan untuk mengontrol perilaku dan cenderung menghasilkan
efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, lebih baik tidak menggunakan
hukuman jika ada alternatif yang efektif dan menyenangkan, seperti penguatan
perilaku yang diinginkan.

Teori behavioristik menekankan interaksi stimulus-respon, di mana


peserta didik diperlakukan sebagai pihak yang pasif. Pembentukan perilaku

13
melalui proses pembiasaan (drill) bersama dengan penerapan reinforcement dan
hukuman adalah elemen-elemen yang sangat penting dalam teori ini. Teori ini
masih dominan dalam praktik pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat
pendidikan awal seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak, hingga
perguruan tinggi.

Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung pada


sejumlah faktor, termasuk tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran,
peserta didik, dan ketersediaan media serta fasilitas pembelajaran. Pendekatan
ini menganggap pengetahuan sebagai sesuatu yang obyektif, pasti, dan tetap,
sehingga belajar dianggap sebagai upaya memperoleh pengetahuan, sementara
mengajar adalah transfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.
Harapannya adalah bahwa peserta didik akan memiliki pemahaman yang
seragam tentang materi yang diajarkan.

Pandangan teori behavioristik menunjukkan bahwa fungsi pikiran atau


akal adalah untuk mereproduksi struktur pengetahuan yang telah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah. Oleh karena itu, makna yang
dihasilkan dari proses berpikir ini sangat dipengaruhi oleh struktur pengetahuan
yang ada. Teori ini menekankan bahwa peserta didik harus tunduk pada aturan-
aturan yang jelas dan ketat yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembiasaan dan
disiplin menjadi hal penting dalam belajar, dengan kesalahan dikategorikan
sebagai tindakan yang perlu dihukum, sementara keberhasilan diberi
penghargaan. Ketaatan pada aturan dianggap sebagai penentu kesuksesan
belajar.

Dalam teori behavioristik, tujuan pembelajaran menitikberatkan pada


peningkatan pengetahuan, dengan peserta didik diminta untuk mengekspresikan
kembali pengetahuan yang telah dipelajari melalui laporan, kuis, atau tes. Materi
pelajaran disajikan dengan penekanan pada keterampilan terisolasi atau
akumulasi fakta sesuai dengan urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran
diatur sesuai dengan urutan kurikulum yang ketat, dengan penggunaan buku teks
sebagai sumber utama, dan peserta didik diharapkan untuk mengungkapkan
kembali isi buku teks ini.
14
2.5 Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif yang diajukan oleh Greenwald (1968) dan Petty, Ostrom &
Brack (1981) yang terdapat dalam Baron & Byrne (1991) berfokus pada analisis
respons kognitif, yaitu usaha untuk memahami apa yang dipikirkan oleh individu
ketika mereka menghadapi stimulus persuasif dan bagaimana pemikiran serta
proses kognitif memengaruhi perubahan sikap dan sejauh mana perubahan
tersebut terjadi.
Teori belajar kognitif adalah salah satu pendekatan dalam psikologi
pembelajaran yang menekankan peran aktif dari proses kognitif dalam belajar
dan pemahaman informasi. Teori ini mengakui bahwa individu bukan hanya
menerima informasi secara pasif dari lingkungan, tetapi juga
mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan mengolah informasi tersebut
secara aktif dalam pikiran mereka. Teori belajar kognitif berpendapat bahwa
proses belajar terjadi melalui perubahan-perubahan internal dalam pengetahuan,
pemahaman, dan representasi mental individu.
Salah satu tokoh penting dalam teori belajar kognitif adalah Jean Piaget.
Piaget menekankan pentingnya konstruksi pengetahuan oleh individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Menurut Piaget, individu aktif dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui tahap-tahap perkembangan kognitif, yang
mencakup tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap konkret operasional,
dan tahap operasional formal. Proses belajar melibatkan konflik kognitif atau
disonansi kognitif yang mendorong individu untuk memperluas dan mengubah
pemahaman mereka.
Selain Piaget, teori belajar kognitif juga terkait erat dengan teori belajar
Vygotsky, yang menyoroti peran sosial dalam pembentukan pemahaman
individu. Vygotsky mengemukakan konsep zona perkembangan aktual, yang
mengindikasikan tingkat keterampilan yang dapat dicapai oleh individu dengan
bantuan orang lain, dan zona perkembangan aktual, yang mencakup tingkat
keterampilan yang dapat dicapai individu secara mandiri. Teori Vygotsky
menunjukkan pentingnya interaksi sosial dan kolaborasi dalam proses
pembelajaran.

15
Selain konsep-konsep dari Piaget dan Vygotsky, teori belajar kognitif
juga mencakup isu-isu seperti pengolahan informasi, memori, pemecahan
masalah, dan berpikir kritis. Teori ini menekankan bahwa individu memiliki
keterbatasan dalam kapasitas pemrosesan informasi mereka dan bahwa
pembelajaran yang efektif memerlukan strategi yang sesuai untuk mengatasi
keterbatasan ini.

Secara keseluruhan, teori belajar kognitif mengakui kompleksitas proses


belajar dan pentingnya memahami bagaimana individu mengorganisasikan,
menginterpretasikan, dan mengingat informasi. Ini telah memberikan landasan
yang kuat untuk pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dan
pendekatan pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Teori belajar kognitif
menyoroti pentingnya memahami peran proses kognitif dalam pembelajaran dan
bagaimana informasi diproses dan dimahami oleh individu.
Teori kognitif mencakup aktivitas-aktivitas mental yang disadari, seperti
berpikir, memahami, serta konsep mental seperti sikap, keyakinan, dan harapan,
yang pada akhirnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku.
Mengingat sulitnya mengamati secara langsung proses berpikir, pemahaman,
sikap, nilai, dan keyakinan, ada tiga elemen umum yang ditemukan dalam
pembahasan teori kognitif, yaitu:
a) Elemen Kognitif
Teori kognitif menganggap bahwa perilaku seseorang disebabkan
oleh stimulus, yaitu objek fisik yang memengaruhi individu dalam
berbagai cara. Teori ini berupaya memahami apa yang terjadi antara
stimulus dan respons individu terhadap stimulus tersebut, atau dengan
kata lain, bagaimana stimulus diproses di dalam diri individu. Teori ini
berpendapat bahwa semua perilaku disusun secara teratur, dan individu
mengatur pengalaman mereka untuk mengetahui (kognisi), yang
kemudian menciptakan struktur kognitif individu yang menentukan
respons mereka. Kognisi adalah aktivitas untuk mengetahui, yang
mencakup upaya untuk mencapai tujuan tertentu melalui penggunaan
pengetahuan.
16
b) Struktur Kognitif
Menurut teori kognitif, aktivitas berpikir dan memahami (kognisi)
tidak berdiri sendiri, tetapi selalu terkait dengan kognisi lainnya. Proses
penghubungan dan hubungan antara kognisi-kognisi ini membentuk
suatu struktur dan sistem yang disebut struktur kognitif. Sifat dari sistem
kognitif ini bergantung pada karakteristik stimulus yang diproses dalam
kognisi dan pengalaman individu.
c) Fungsi Kognitif
Sistem kognitif memiliki beberapa fungsi, termasuk memberikan
pemahaman, menghasilkan emosi, membentuk sikap, dan memberikan
motivasi terhadap konsekuensi perilaku. Teori kognitif menekankan
bahwa pengertian terjadi ketika kognisi baru dikaitkan dengan sistem
kognitif yang telah ada. Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif juga
dapat menghasilkan emosi, seperti perasaan senang atau tidak senang,
serta membentuk sikap. Selain itu, motivasi individu terhadap perilaku
juga dipengaruhi oleh struktur kognitif mereka.
Teori belajar kognitif merupakan pendekatan yang berbeda dari teori
behavioristik dalam hal melibatkan proses mental aktif individu selama belajar.
Teori kognitif menganggap bahwa belajar adalah proses mental yang aktif yang
mencakup pencapaian, penyimpanan, dan penggunaan pengetahuan individu.
Teori ini menekankan aspek berpikir dan mental, seperti memori.
Meskipun teori kognitif berbeda dari teori behavioristik, mereka berbagi
konsep reinforcement, meskipun diinterpretasikan secara berbeda. Teori
behavioristik melihat reinforcement sebagai alat penting untuk memperkuat atau
menjaga perilaku, sementara teori kognitif melihatnya sebagai sumber umpan
balik untuk memahami kemungkinan hasil dari pengulangan perilaku.
Dalam konteks proses belajar mengajar, penerapan prinsip-prinsip teori
belajar kognitif menurut teori gestalt memiliki tujuan untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Pertama, prinsip pengalaman tilikan (insight) atau
pemahaman melalui pengamatan mengedepankan kemampuan peserta didik
untuk mengidentifikasi relasi antara unsur-unsur dalam suatu objek atau
peristiwa.
17
Kedua, prinsip pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
menekankan pentingnya unsur-unsur yang memiliki signifikansi dalam
mendukung pemahaman. Ini menjamin bahwa materi pembelajaran memiliki
relevansi dan logika dalam konteks kehidupan peserta didik.
Ketiga, prinsip perilaku bertujuan (purposeful behavior) menegaskan
bahwa perilaku individu harus terarah pada tujuan. Oleh karena itu, guru
memiliki peran untuk membantu peserta didik memahami tujuan pembelajaran.
Keempat, prinsip ruang hidup (life space) menghubungkan perilaku
individu dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Ini menyoroti pentingnya
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dan kondisi lingkungan peserta
didik.
Kelima, prinsip transfer dalam belajar membahas proses pemindahan
pola tingkah laku dari satu situasi pembelajaran ke situasi lain dengan efektif.
Transfer belajar terjadi ketika peserta didik memahami prinsip-prinsip inti suatu
konsep dan mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah dalam
situasi lain. (Wisman, 2020). [11]

18
DAFTAR PUSTAKA

[1] Hakim, A. (2020). Teori Pendidikan Seumur Hidup dan Pendidikan untuk
Semua. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 1(2), 61-72.

[2] Arifin, M. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara.

[3] Lase, S. (2018). Hubungan antara motivasi dan kebiasaan belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMP. Jurnal Warta Edisi 56, 1–829.

[4] Marbun, S. M., S., & PdK, M. (2018). Psikologi Pendidikan. Uwais Inspirasi
Indonesia.

[5] Noor, T. (2018). Rumusan tujuan pendidikan nasional pasal 3 undang-undang


sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah
Pendidikan, 3(01).

[6] Suardi, M. (2018). Belajar & Pembelajaran. Deepublish.

[7] Sulfemi, W. B., & Minati, H. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas 3 SD Menggunakan Model Picture And Picture dan Media
Gambar Seri. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(2), 228–242.

[8] Shahbana, E. B., Farizqi, F. K., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori
Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi
Pendidikan, 9(1). e-ISSN 2620-9209.

[9] Perni, N. N. (2018). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran.


ADI WIDYA: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1). ISSN: 2527-5445.

[10] Mursyidi, W. (2019). Kajian teori belajar behaviorisme dan desain


instruksional. Al Marhalah | Jurnal Pendidikan Islam, 3(1). ISSN 0126-043X,
E-ISSN 27162-400.

[11] Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1), 2087-166X. Retrieved
from
19

Anda mungkin juga menyukai