Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

RAGAM PERSPEKTIF PEDADOGIK


TERHADAP MAKNA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
MAKNA PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KHUSUS
MAKNA PENGAJARAN DAN ORIENTASINYA
MAKNA PELATIHAN DAN BERBAGAI DIMENSINYA

DODI PERMADI (1808733)


DANI LEONIDAS SUMARNA (1808734)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S3 (KELAS KERJASAMA 2)


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019

1
DAFTAR ISI
BAB I MAKNA PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KHUSUS ................................................... 3
A. Arti Kata Didik ............................................................................................................................... 3
B. Definisi Pendidikan ......................................................................................................................... 3
C. Makna Pendidikan Secara Umum ................................................................................................... 4
D. Makna Pendidikan Secara Khusus .................................................................................................. 5
E. Tujuan, Filosofi, dan Fungsi Pendidikan ........................................................................................ 5
F. Jenis Pendidikan.............................................................................................................................. 6
BAB II MAKNA PENGAJARAN DAN ORIENTASINYA ................................................................. 9
A. Belajar ............................................................................................................................................. 9
B. Pengajaran ..................................................................................................................................... 17
BAB III MAKNA PELATIHAN DAN DIMENSINYA ...................................................................... 20
A. Definisi Pelatihan .......................................................................................................................... 20
B. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ...................................................................................................... 21
C. Tahap-tahap Pelatihan ................................................................................................................... 23
D. Metode Pelatihan .......................................................................................................................... 24
E. Dimensi Pelatihan ......................................................................................................................... 27
F. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan ............................................................................................ 28
G. Alasan Dilakukan Pendidikan dan Pelatihan ................................................................................ 29
H. Analisa Kebutuhan Pelatihan ........................................................................................................ 30

2
BAB I MAKNA PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KHUSUS

A. Arti Kata Didik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, didik diartikan memelihara dan memberi
latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata didik
biasa diikuti dengan imbuhan “an” (didikan), atau mendapat imbuhan “pen” (pendidik).
Didikan didefinisikan sebagai hasil mendidik, sedangkan pendidik adalah orang yang
melaksanakan proses mendidik.

B. Definisi Pendidikan
`Beberapa definisi mengenai pendidikan telah dikemukakan beberapa ahli. Definisi-
definisi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan. Namun, sebagian besar definisi-
definisi tersebut memiliki benang merah. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
pengertian tentang pendidikan.

Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’,
maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. (KBBI).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.(UU
No. 20 Tahun 1989).

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. (Dewey, John
(1916/1944). Democracy and Education. The Free Press. hlm. 1–4. ISBN 0-684-83631-

3
9).

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun


maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. (Ki Hajar
Dewantara).

Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-
kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. (J. J. Rousseau).

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan kecakapan fundamental secara


intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia (John Dewey).

Pendidikan ialah 1) seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar; 2) ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan murid. (Carter V. Good) (2011).

Pendidikan dapat diartikan sebagai (Fuad Ihsan) :

 Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan.

 Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam


pertumbuhannya.

 Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu
yang dikehendaki oleh masyarakat.

 Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju


kedewasaan.

C. Makna Pendidikan Secara Umum


Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana,
Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat

4
mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.

Untuk beberapa, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan


formal. Seperti Mark Twain mengatakan, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah
mengganggu pendidikan saya.”Anggota keluarga memiliki peran mengajar yang
mendalam, seringkali lebih mendalam daripada yang mereka sadari, meskipun anggota
keluarga berjalan mengajar tidak resmi.

D. Makna Pendidikan Secara Khusus


Dalam arti khusus (Sadulloh, 2015: 3), langeveld menyatakan bahwa “pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya”. Pendidikan dalam arti khusus
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam
arti tanggung jawab keluarga. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Driyarkara
sebagaimana yang dikutip oleh Sadulloh (2015: 4), bahwa: “Pendidikan secara
prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan
tanggung jawab orangtua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam
pendidikan. Ayah dan ibu bertanggungjawab untuk membantu memanusiakan,
membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan
bantuan ayah dan ibu akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi
manusia sempurna atau manusia purnawan (dewasa)”.

Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik
dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun
pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di
selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang
diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

E. Tujuan, Filosofi, dan Fungsi Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,

5
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa untuk menjadi
manusia yang beriman dan takut akan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. “ Pendidikan biasanya dimulai ketika bayi lahir dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan dapat dimulai dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan mendengarkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan bahwa ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata
(manifest) berikut:
 Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
 Mengembangkan bakat individu demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
 Melestarikan budaya.
 Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan untuk partisipasi dalam demokrasi.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
1. Transmisi (penghapusan) budaya.
2. Memilih dan mengajarkan peran sosial.
3. Menjamin integrasi sosial.
4. Sekolah mengajarkan gaya kepribadian.
5. Sebuah sumber inovasi sosial.

F. Jenis Pendidikan

Mengacu pada pengertian pendidikan di atas, terdapat tiga jenis pendidikan yang ada
di Indonesia, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan
Informal.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang terstruktur dan memiliki


jenjang, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (SD),
pendidikan menengah (SMP), pendidikan atas (SMA), dan pendidikan tinggi
(Universitas).

Berikut ini adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan formal:


• Taman Kanak-kanak (TK).
• Raudatul Athfal (RA).

6
• Sekolah Dasar (SD).
• Madrasah Ibtidaiyah (MI).
• Sekolah Menengah Pertama (SMP).
• Madrasah Tsanawiyah (MTs).
• Sekolah Menengah Atas (SMA).
• Madrasah Aliyah (MA).
• Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
• Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
• Perguruan Tinggi.
• Akademi.
• Politeknik.
• Sekolah Tinggi.
• Institut.
• Universitas.

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
bisa dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur. Jenis pendidikan ini bisa
disetarakan dengan hasil program pendidikan formal melalui proses penilaian dari
pihak yang berwenang.

Berikut ini adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan non formal:


• Kelompok bermain (KB).
• Taman penitipan anak (TPA).
• Lembaga kursus.
• Sanggar.
• Lembaga pelatihan.
• Kelompok belajar.
• Pusat kegiatan belajar masyarakat.
• Majelis taklim.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang berasal dari keluarga dan
lingkungan dimana peserta didiknya dapat belajar secara mandiri.

Beberapa yang termasuk di dalam pendidikan informal adalah;

7
• Agama.
• Budi pekerti.
• Etika.
• Sopan santun.
• Moral.
• Sosialisasi.

8
BAB II MAKNA PENGAJARAN DAN ORIENTASINYA

A. Belajar
1. Belajar adalalah Suatu Proses

Beberapa definisi mengenai belajar telah dikemukakan beberapa ahli. Definisi-


definisi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan. Namun, sebagian besar definisi-
definisi tersebut memiliki benang merah. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian
tentang belajar.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning


is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan (Oemar Hamalik, 2010: 27).

Berikut ini disajkikan beberapa pengertian belajar:

a. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2010: 25).

b. Skiner [dalam Barlow, 1985) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara porogesif.

c. Hilgard & Bower dalam bukunya Théories of Learning (1975) mengemukakan


bahwa Delajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-
ulang dalam situasi itu, di mana dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).

d. Trursan Hakim, dalam bukunya Belajar secara efektif (2002) mengartikan belajar
adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar pada

9
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah seseorang
melakukan aktivitas tertentu. Dalam proses belajar, terdapat interaksi dengan ingkungan.
Dalam interaksi itulah terjadi serangkaian pengalaman- pengalamar belajar. William
Burton, mengemukakan bahwa: A good learning situation consist of a rich and varied
series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in
interaction with a rich, varied and propocative environment.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut.

a. Situasi belajar harus bertujuan, dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari belajar.

b. Tujuan dan maksud belajar timbul dan kehidupan anak sendiri.

c. Di dalam mencapai tujuan, murid senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan,


dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

d. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat.

e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang
diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.

f. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan


tujuan dalam situasi belajar.

g. Murid memberikan reaksi Secara keseluruhan.

h. Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.

i. Murid diîrahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan.

j. Murid-murid (dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan


maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.

2. Belajar adalah Suatu Proses

Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi,
merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Pengalaman seseorang diperoleh dari interaksi antara individu dengan lingkungan.

10
WiIliam Buton, menyatakan bahwa: Experiencing means living through actual situations
and recting vigorously to various aspects of those stiations for purposes apperent to
learner. Experiencing includes whatever one does or undergoes which results in changed
behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill.

Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat


pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman
pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid. Pada garis
besarnya pengalaman itu terbagi menjadi dua.

1. Pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang dialami secara langsung yang


merupakan partisipasi yang sesungguhnya, berbuat, dan sebagainya.

2. Pengalaman pengganti, yaitu melalui observasi, gambar, dan grafis.

3. Hasil dan Bukti Belajar ialah Adanya Perubahan Tingkah Laku

Seseorang dikatakan belajar jika terdapat bukti adanya perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Tingkah laku memiliki unsur
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur
motoris adalah unsur jasmaniah.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:

a. Pengetahuan

b. Pengertian

c. Kebiasaan

d. Keterampilan

e. Apresiasi

f. Emosional

g. Hubungan sosial

h. Jasmani

i. Etis atau budi pekerti

11
j. Sikap.

Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya
perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. (Oemar Hamaik,
2010: 30)

4. Ciri- ciri Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut William Burton (2010: 31) sebagai berikut :

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)

b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran- mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

c. Pendalaman belajar secara maksimal bermakna bagi kehidupan murid.

d. Pendalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinu.

e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.

f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-
perbedaan individual di kalangan murid-murid.

g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan


hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.

h. Proses belajar yang lerbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.

i. Proses beajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.

j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.

k. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang


merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.

l. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-


sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

m. Hasil hasil belajar citerima oleh murid apabila member kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

12
n. Hasil hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

o. Hasil hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.

p. Hasil hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-
ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

5. Faktor-faktor Belajar

Belajar yang efektif, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Hamalik, 2010: 33).
Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. (Siswa yang belajar melakukan banyak
kegiatan, baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan,
berpikir, kegiatan motoris, dan kegiatan-kegiatan lain untuk memperoleh sikap,
kebiasaan, dan minat)

2. Belajar memerlukan latihan

3. Belajar siswa lebih berhasil. Belajar akan berhasil jika siswa merasa berhasil dan
mendapat kepuasannya.

4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.

5. Faktor asosiasi, yaitu mengasosiasikan antara pengalaman lama dan baru.

6. Pengalaman masa larmau dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki siswa.

7. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan
belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

8. Faktor minat dan usahei.

9. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam
proses belajar.

10. Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih mudah dan berhasil dalam kegiatan
belajarnya.

6. Teori-teori Belajar

13
Terdapat banyak teori tentang belajar. Antara teori yang satu dengan teori yang lain
memiliki perbedaan dan persamaan. Berikut ini diuraikan teori-teori belajar dalam
pandangan psikologis, yaitu:

1. Teori Psikologi Klasik tentang Belajar

Menurut teori ini manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat
(mitter). Dalam pandangan ini, hakikat belajar adalah all learning is a process of
developing ar training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan
substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan,
dan pikiran, dengan meraihnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses
self development atau self cultivation atau self reatization.

2. Teori Psikologi Daya (Faculty Psychology) dan Belajar

Menurut teoti ini, jiwa manusia dari berbagai daya, mengingat, berpikir,
merasakan, kemauan, dan sebagainya. Tiap daya memiliki fungsi sendiri- sendiri.
Semua oranc memiliki daya tersebut, hanya kekuatannya yang

berbeda. Agar daya-daya tersebut berkembang (terbentuk) daya-daya tersebut


pertu dilatih sehingga berfungsi. Apabila salah satu daya dilatih, maka daya tersebjt
akan mempengaruhi daya-daya yang lain dan seseorang dapat melakukan transfer of
Jearning terhadap situasi lain.

Konsekuensi dari teori ini adalah kurikulum perlu menyediakan mata pelajaran-
mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Penekanannya
bukan terletak pada materinya, melainkan pembentukan, pendidikan dengan
latihan.

3. Teori Mental State

Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbait
yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/ tanggapan- tanggapan
yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan tersebut berasosiasi satu sama
lainnya dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu,
tambah lama kesan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi
satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran.

Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera
yanci disampakan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-

14
pengalaman berasosiasi dan bereproduksi. Lebih banyak ulangan dan latihan, lebih
banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat dan pengalaman/pengetahuan
tersebut tinggal dalam kasadaran dan ingatan seseorang.

4. Teori Psikologi Behaviorisme dan Belajar/Teori Belajar Asosiasi

Behaviorisme adalah studi tentang kelakuan manusia. Menurut aliran ini, belajar
ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan antara stimulus dan respon. Dengan
memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespon. Hubungan antara
stimulus-respon ini akan menimbulkan kebiasaan- kebiasaan otomatis pada belajar.
Jadi pada dasarnyakelakuan anak adalah terdiri .atas respon-respon tertentu terhadap
stimulus-stimulus tertentu. Dengan latihan -latihan, maka hubungan-hubungan itu
akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebu; S-R Bond Theory.

5. Teori Conectionism dan Hukum Belajar

Teori di atas menjadi dasar dalam teori connectionism. Teori ini mempunyai
doktrin pokok, yaitu hubungan nantara stimulus dan respon, asosiasi-asosiasi dibuat
antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan
(bond) eitau koneksi-koneksi dapat diperkuat atau diperlemah serasi dengan
banyaknya penggunaan dan pengaruh-pengaruh dari penggunaan itu.

6. Teori Belajar Kognitif

Teori ini mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses terpadu yang
berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan
struktur kognitif lama. Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna atau arti
dari suatu objek atau situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah
persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya
yang mempengaruhi ide-ide, perasaan, tindakan, dan hubungan sosial orang yang
bersangkutan.

7. Teori Psikologi Gestal tentang Belajar

Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur.
Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur- unsur. Unsur-unsur
itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling
berinteraksi satu sama lain.

Contoh: kepala manusia bukan merupakan penjumlahan dari tempurung kepala

15
telinga, mata, hidung, mulut, rambut, dagu, dan dahi. Kepala merupakan
keseluruhan unsur-unsur kepala yang terletak pada struktur tertentu.

Teori Psikologi Gestal sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar.


Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut :

a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor
herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.

b. Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya


gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah
laku.

c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman terhadap situasi problematis.

d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut


menemukan dirinya.

e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam


keseluruhan.

8. Teori Psikologi Field Theory tentang Belajar

Teori ini mengemukakan bahwa:

Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan


baru menuju ke bagian-bagian. Mulai dari hal-hal yang kompleks menuju ke hal-hal
yang sederhana. Mulai dari organisasi mata pelajaran yang menyeluruh menuju ke
tugas-tugas harian yang berurutan. Belajar mulai dari suatu unit menuju ke hal-hal
yang mudah dipahami, diferensial pengetahuan dan keterampilan.

Keseluruhan member makna pada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam


suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan
tersebut. Dalam hal ini keseluruhan yang memberikan makna pada bagian-bagian
tersebut.

Indivicuasi bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Mula-mula siswa melihat suatu


sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan
keseluruhan. Lambat laun dia melakukan diferensiasi bagian-bagian dari
keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

16
Siswa belajar menggunakan pemahaman (insight). Pemahaman adalah
kemampuan molihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam
situasi yang problematis.

B. Pengajaran
1. Istilah Pembelajaran dan Pengajaran

Pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu


subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi (Brown,
2007: 8). Slevin dalam Brown (2007: 9) mendefinisikan pembelajaran sebagai sebuah
perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.

Pengajaran didefinisikan sebagai sesuatu yang menunjukkan atau membantu


seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam
pengujian sesuatu, menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham. Memilah-
milah komponen definisi tentang pembelajaran, kita bisa mendapatkan, seperti yang kita
dapati dalam bahasa, berbagai domain penelitian dan penyelidikan (hamalik, 2010: 8):

a. Belajar adalah menguasai atau memperoleh.

b. Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.

c. Mengingat-ingat itu melibatkan sistem penyimpanan, memori, organisasi


kognitif.

d. Belajar itu melibatkan perhatian aktif-sadar pada dan bertindak menurut


per stiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisme.

e. Belajar itu relatif permanen tetapi tunduk pada lupa.

f. Belajar melibatkan pelbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang


dergan imbalan dan hukuman.

g. Belajar adalah sebuah perubahan dalam perilaku.

Pengajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dari pembelajaran. Pengajaran adalah


memandu dan memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan pembelajar untuk
belajar, menetapkan kondisi-kondisi pembelajaran. Pemahaman tentang pembelajaran,
akan menentukan filosofi pendidikan, gaya mengejar, pendekatan, metode, dan teknik

17
mengajar di kelas.

Sebuah definisi yang diperluas atau teori tentang pengajaran akan menerangkan
prinsip-prinsip kunci dalam memilih metode dan teknik tertentu. Sebuah teori
pengajaran, sejalan dengan pemahaman utuh Anda tentang pembelajar dan materi aokok
yang harus dipelajari, akan memandu kita untuk menemukan prosedur-prosedur efektif
pembelajaran pada waktu tertentu, bagi pembelajar tertentu, dan dalam konteks tertentu.
Dengan kata lain, teori mengajar adalah teori Anda tentang pembelajaran yang 'dibalik'
(Brown, 2007: 9). Pandangan tentang istilah pengajaran terus-menerus berkembang dan
mengalami kemajuan. Berikut ini dikemukakan tentang pengajaran oleh Hamalik
(2010:44)

a. Pengajaran maksudnya sama dengan kegiatan mengajar

Kegiatan itu dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siiiwa.


Kegiatan guru adalah yang paling aktif, paling menonjol, dan paling menentukan.
Penciajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar.

b. Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar

Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi artara guru


dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi.

Proses pengajaran itu berlangsung dalam situasi pengajaran, di mana di dalamnya


terdapat komponen-komponen faktor-faktor:
1) Tujuan mengajar.
2) Siswa yang belajar.
3) Guru.
4) Metode mengajar.
5) Alat bantu.
6) Penilaian.
7) Situasi pengajaran.

Dalam proses pengajaran, semua komponen tersebut bergerak sekaligus


dalam suatu rangkaian kegiatan yang terarah dalam rangka membawa pertumbuhan
siswa ke tujuan yang diinginkan. Jadi dapat dikemukakan bahwa pengajaran
merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan.

18
Pengajaran sebagai suatu sistem
Pengertian pengajaran sesungguhnya lebih luas dari pada hanya sebagai suatu
proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yaing
mengandung banyak aspek, di antaranya:
8) Profesi guru.
9) Peilcembangs n dan pertumbuhan siswa sebagai organism yang Sedang
berkembang.
10) Tujuan dari pendidikan dan pengajaran yang berpangkal pada filsafat
hidup masyarakat.
11) Program pendidikan atau kurikulum sekolah.
12) Perencanaan pengajaran.
13) Bimbingan di sekolah
14) Huoungan dengan masyarakat pada umumnya dan hubungan dengan
lembaga-lembaga/instansi-instansi pada khususnya.

Pengajaran identik dengan pendidikan

Proses pergajaran adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pengajaran


adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.

19
BAB III MAKNA PELATIHAN DAN DIMENSINYA

A. Definisi Pelatihan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) menyatakan pelatihan adalah proses
melatih, kegiatan atau pekerjaan. Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau
memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain
yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai
bagian dari sebuah tim kerja (DR.Achmad.S.Ruky, 2001).

Menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31


TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL,

“Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,


meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap,
dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan”.

Pelatihan (training) ialah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. (Ruky,
2003)

Pelatihan adalah untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik


pelaksanaan kerja tertentu, terinci, rutin, dan yang dibutuhkan sekarang. Pelatihan tidak
diprioritaskan untuk membina kemampuan melaksanakan pekerjaan di masa yang akan
datang. (1993)

Pelatihan adalah upaya mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk


mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian (Notoatmojo, 1992:28).

Definisi pelatihan menurut Center for Development Management and Productivity


adalah belajar untuk mengubah tingkah laku orang dalam melaksanakan pekerjaan
mereka.

Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat
memperbaiki dan memperkembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dari para karyawannya sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang
bersangkutan (Nitisemito, 1996).

Pelatihan mempunyai beberapa ciri khas antara lain:

20
1. Pelatihan menitikberatkan pada keterampilan, jadi lebih berat kepada
pengembangan psikomotor

2. Pada pelatihan diharapkan agar peserta dapat meningkatkan keterampilan melalui


suatu proses belajar yang sempurna.

3. Pada suatu pelatihan, praktek merupakan hal yang sangat dipentingkan. Setiap
peserta harus diberikan kesempatan untuk dapat melakukan praktek yang sebanyak
mungkin. Praktek ini adalah suatu bentuk penerapan daripada ilmu atau pengetahuan
yang ditambahkan kepada mereka

4. Pelatihan diberikan di dalam waktu kerja trainee (peserta latihan)

5. Pelatihan diberikan pada waktu yang relatif lebih pendek

B. Tujuan dan Manfaat Pelatihan


Menurut Moekijat (1991:55) tujuan umum dari pada pelatihan adalah:

1. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih


cepat dan lebih efektif.

2. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara


rasional.

3. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-


teman pegawai dan pimpinan.

Menurut Sunarto & Sahedy dalam Sunyoto (2012: 140), tujuan pelatihan adalah
sebagai berikut:
a. Memperbaiki kinerja
Calon utama dalam kegiatan pelatihan adalah karyawan yang bekerja dengan hasil
yang tidak memuaskan akibat kurangnya keterampilan sehingga dibutuhkan proses
pemberian informasi dan melatih karyawan dalam melakukan pekerjaan.
b. Memaksimalkan keahlian para karyawan
Kemajuan teknologi menuntut setiap karyawan untuk dapat beradaptasi dalam
mengimplementasi teknologi-teknologi yang dapat mendukung kinerja karyawan di
suatu organisasi. Dalam memaksimalkan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan
pelatihan yang membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
c. Mengurangi waktu belajar

21
Dalam proses seleksi karyawan tidak ada hasil akurat yang dapat digunakan untuk
memprediksi kesuksesan dan kegagalan karyawan. Pelatihan dilakukan untuk mengisi
gap antara kinerja karyawan yang diprediksi dengan kinerja aktualnya.
d. Memecahkan permasalahan operasional
Pelatihan merupakan salah satu cara yang dianggap penting untuk memecahkan
berbagai masalah atau dilema yang harus dihadapi manajer. Beberapapa pelatihan
yang diberikan oleh perusahaan adalah untuk memecahkan masalah organisasional
dan melakukan pekerjaan secara efektif.
e. Promosi karyawan
Untuk menarik, menahan dan memotivasi karyawan dapat dilakukan dengan
program pengembangan karier. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan saing karyawan. Dengan melakukan pelatihan yang
berkala dapat mendorong semangat karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.
f. Orientasi karyawan terhadap organisasi
Persepsi setiap orang akan suatu organisasi tentu berbeda-beda baik positif maupun
negatif. Di sinilah peran Sumber Daya Manusia (SDM) memperjelas atau menyatukan
cara pandang karyawan terhadap suatu organisasi agar mempunyai cara pandang yang
sama.
g. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dalam pelatihan, selain untuk meningkatkan efektivitas karyawan dalam bekerja,
juga bertujuan untuk pengembangan pribadi kayawan.

Menurut Notoatmodjo (2009: 74), pelatihan memiliki tujuan utama dalam


meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi karyawan dalam melakukan setiap
pekerjaan. Pelatihan-pelatihan ini mencakup antara lain:
a. Pelaksanaan program-program baru.
b. Penggunaan alat-alat baru.
c. Pelatihan bagi para karyawan dalam melakukan tugas atau pekerjaan baru.
d. Pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru.
e. Pelatihan bagi karyawan baru.

Dalam hal ini, pelatihan mempunyai tujuan dalam meningkatkan kemampuan


psikomotor karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Namun, perlu diketahui bahwa
pelatihan sikap karyawan juga merupakan hal yang penting karena setiap organisasi

22
mempunyai budaya kerja yang berbeda. Dengan hal ini, para karyawan akan mengetahui
sikap yang diharapkan oleh organisasi yang bersangkutan.

Menurut Sunarto & Sahedhy dalam Sunyoto (2012: 140), beberapa manfaat pelatihan
karyawan, antara lain:
1. Meningkatkan produktivitas dalam kuantitas dan kualitas.
2. Meminimalkan waktu belajar karyawan.
3. Mewujudkan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih baik.
4. Melengkapi kebutuhan akan rencana sumber daya manusia.
5. Mengurangi tingkat dan pengeluaran kecelakaan kerja.
6. Meningkatkan pengembangan pribadi karyawan.

Dari teori-teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan menciptakan efisiensi serta efektivitas
dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan manfaat pelatihan adalah meningkatkan
produktivitas, meminimalkan waktu belajar karyawan, menciptakan loyalitas dan kerja
sama karyawan, melengkapi kebutuhan rencana sumber daya manusia, mengurangi
pengeluaran dan kecelakaan kerja serta mengembangkan pribadi karyawan.

C. Tahap-tahap Pelatihan
Menurut Cardoso dalam Sunyoto (2012: 141), penyelenggaraan pelatihan karyawan
terdiri dari tiga tahap, antara lain:
a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan
Penentuan kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
saling berkaitan tentang perlu atau tidaknya pelaksanaan dalam suatu organisasi.
Terdapat 3 (tiga) tahap dalam penentuan kebutuhan pelatihan, yaitu:
 General treatment need, yaitu pelatihan umum untuk seluruh karyawan tanpa
memperhatikan tingkat manajemen. Seperti evakuasi bencana alam atau
kebakaran.
 Observable performance discrepancies, yaitu pelatihan dilakukan berdasarkan
pengamatan pada permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi atau
penilaian kinerja. Hal ini dilakukan dengan penilaian karyawan itu sendiri terhadap
kinerjanya masing-masing.
 Future human resources needs, yaitu pelatihan yang dimaksudkan untuk

23
kebutuhan keperluan sumber daya manusia di masa yang akan datang.

b. Desain program pelatihan


Setelah mengetahui tujuan yang ingin dicapai, perusahaan perlu melakukan
perancangan program pelatihan yang tepat untuk dilaksanakan. Tindakan pelatihan
dapat diketahui dengan melakukan proses identifikasi tentang apa yang dibutuhkan.
Pelatihan ini bertujuan agar karyawan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan.
c. Evaluasi program pelatihan
Tujuan evaluasi program pelatihan adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut
efektif di dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Dessler (2013: 273), terdapat lima langkah dalam proses pelatihan antara
lain:
a. Menganalisis kebutuhan pelatihan.
b. Merancang keseluruhan program pelatihan.
c. Mengembangkan, menyusun dan membuat materi pelatihan.
d. Mengimplementasikan atau menerapkan program pelatihan.
e. Menilai atau mengevaluasi efektivitas materi.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam melakukan
program pelatihan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dapat mencapai tujuan
organisasi yang jelas dan tepat. Tahap-tahap tersebut meliputi penentuan kebutuan
pelatihan yang berhubungan dengan general treatment need, observable performance
discrepancies dan future human resources needs, merancang program pelatihan, membuat
materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, melaksanakan program pelatihan serta
menilai materi pelatihan yang diberikan.

D. Metode Pelatihan
Menurut Bernadian dan Rusell dalam Sunyoto (2012: 142), metode pelatihan terdiri
dari dua kategori, yaitu:
1. Informational Methods
Informational methods adalah metode pelatihan yang dilakukan dengan
menyampaikan informasi dari pelatih kepada peserta pelatihan yang bersifat langsung
atau berorientasikan guru. Cara atau teknik yang digunakan dalam metode ini seperti

24
kuliah, presentsasi audiovisual, dan self directed learning.
2. Experiental Methods
Experiental methods adalah metode mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan-kemampuan dengan komunikasi yang fleksibel, dinamis baik dengan
instruktur, sesama peserta maupun memanfaatkan langsung fasilitas yang tersedia
baik. Pelatihan ini merupakan metode yang bersifat fasilitatif dan berorientasi peserta.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, studi kasus dan sebagainya.
Para peserta yang turut dalam pelatihan ini dengan menuangkan pemikiran dan
pengetahuannya akan berpengaruh pada perilaku masing-masing.

Tabel 3. 1 Kaitan tujuan pelatihan dengan metode pelatihan

Tujuan Pelatihan Metode Pelatihan yang sesuai


Orientasi kerja Kuliah, film-film, surat selebaran
Keterampilan pekerjaan Demonstrasi
Keterampilan-keterampilan manusia Diskusi kelompok dan permainan peran
Keterampilan manajemen Diskusi kelompok dan studi-studi kasus
Pendidikan Kuliah,kerja, buku-buku, studi di rumah

Sumber: Manajemen Sumber Daya Manusia (Sunyoto 2012: 143)

Menurut Dessler (2013: 279), terdapat beberapa metode dalam penyampaian


pelatihan, antara lain sebagai berikut:
a. On-the-Job Training
On the Job Training merupakan metode yang digunakan dimana seseorang dilatih
untuk memperlajari pekerjaan atau tugas-tugas dalam suatu organisasi dengan terjun
langsung melakukannya.
b. Magang
Magang merupakan suatu metode pelatihan yang terstruktur dengan proses
kombinasi antara pelajaran yang di dapat sekolah dan praktek langsung di lingkungan
kerja.
c. Belajar secara Informal
Belajar secara Informal merupakan suatu teknik pembelajaran yang tanpa disusun
atau tidak terstruktur tetapi melalui diskusi langsung dengan rekan kerja dengan
memanfaatkan perangkat atau peralatan yang seadanya.

25
d. Job Instruction Training
Job Instruction Training merupakan suatu teknik pelatihan dengan megurutkan
setiap tugas pekerjaan dan poin-poin penting untuk memberikan langkah-langkah
pelatihan bagi karyawan.
e. Pengajaran
Pengajaran merupakan metode atau cara yang digunakan dengan memberikan
pengetahuan-pengetahuan berupa informasi yang diperlukan dalam melakukan
pekerjaan.
f. Pelajaran yang Terprogram
Pelajaran yang terprogram merupakan suatu teknik atau metode pelatihan
terstruktur secara sistematis untuk memberikan ajaran tentang keterampilan pekerjaan
dengan memberikan pertanyaan atau fakta dan mengizinkan peserta dalam
menanggapi pertanyaan tersebut kemudian memberikan jawaban akurat.
g. Pelatihan dengan Peralatan Audiovisual
Pelatihan dengan peralatan audiovisual merupakan metode pelatihan dengan
menggunakan audiovisual seperti power point, pemutaran film atau video, dan lain-
lain dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang pekerjaan.
h. Pelatihan dengan Simulasi
Pelatihan dengan simulasi merupakan metode pelatihan dimana karyawan dilatih
dengan menggunakan peralatan khusus dan dilakukan diluar pekerjaan.
i. Pelatihan berbasis komputer
Pelatihan berbasis computer atau Computer-Based Training (CBT) merupakan
metode pelatihan dengan menggunakan sistem berbasis computer dengan tujuan agar
karyawan atau peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
j. Pelatihan Berbasis Internet
Pelatihan Berbasis Internet merupakan metode pelatihan dengan memberikan
pengajaran berupa materi pelatihan secara online dan para karyawan atau peserta
pelatihan dapat mengaksesnya.

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pelatihan terdiri dari beberapa
metode dimana masing-masing memiliki ciri khas dalam penyampaian materi pelatihan
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau organisasi dalam melaksanakan tugas atau

26
pekerjaan. Metode pelatihan adalah salah satu pendukung jalannya pelatihan.
E. Dimensi Pelatihan
Menurut Danim (2008: 69), terdapat beberapa dimensi dalam proses pelatihan, antara
lain adalah:
a. Pelatih
Menurut danim (2008: 69), pelatih adalah salah satu sumber daya utama yang
dapat menentukan kesukseskan program pelatihan. Menurut Bangun (2012: 205),
Pelatih dituntut untuk dapat menguasai materi pelatihan secara maksimal sehingga
peserta pelatihan dapat memperoleh pengetahuan atas materi yang diberikan.
Seorang pelatih harus memiliki berbagai pengetahuan sehingga dapat melakukan
tugasnya dengan berhasil dan mampu melatih banyak orang dengan latar belakang
berbeda dalam sebuah organisasi.

Menurut Hasibuan (2011: 74), syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pelatih
antara lain:

 Teaching skills

Seorang pelatih harus memiliki kemampuan dalam mengajar atau


memberikan pengetahuannya kepada peserta pelatihan. Hal ini bertujuan agar
peserta dapat bekerja secara mandiri.

 Communication skills

Pelatih harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Suara yang


jelas, tulisan yang baik dan penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh
peserta pelatihan.

 Personality authority

Pelatih harus memiliki wibawa terhadap peserta pelatihan. Perilaku yang


baik, sifat dan kepribadian yang menyenangkan, kemampuan dan kecakapan
yang diakui.

 Social skills

Pelatih harus mahir dalam bidang sosial supaya tercipta kepercayaan dan
kesetiaan dari para peserta pelatihan. Sikap turut senang dengan kemajuan
peserta pelatihan dan dapat menghargai pendapat orang lain.

27
 Technical competent

Pelatih harus memiliki kemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan pandai


dalam mengambil keputusan.

 Stabilitas emosi.

Pelatih harus dapat menjaga emosinya, tidak berprasangka buruk terhadap


peserta pelatihan, terbuka, tidak pendendam dan dapat memberikan nilai yang
objektif.
b. Peserta pelatihan
Menurut Bangun (2012: 205), para peserta pelatihan dituntut untuk siap dalam
mengikuti pelatihan. Apabila peserta pelatihan siap berarti mereka memiliki
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan, terdapat motivasi dan efektivitas
diri. Syarat peserta dalam mengikuti pelatihan adalah mereka harus memiliki
kemampuan mental dan fisik. Pelaksanaan pelatihan akan efektif apabila para peserta
pelatihan memiliki keinginan yang tinggi untuk sukses dalam melakukan
pekerjaannya.
c. Materi pelatihan
Menurut Bangun (2012: 205), Materi pelatihan yang diberikan harus sesuai
dengan persyaratan pekerjaan. Materi pelatihan dibuat semidikian rupa agar dapat
disampaikan oleh pelatih sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan.
d. Media pelatihan
Menurut Hasibuan (2011: 85), media pelatihan harus dapat mendukung jalannya
suatu kegiatan pelatihan. Media pelatihan dapat berupa seperti buku-buku, alat-alat
dan mesin-mesin. hal tersebut bermanfaat agar tujuan pelatihan dapat tercapai.
e. Metode pelatihan
Menurut Bangun (2012: 205), pemilihan metode pelatihan harus tepat agar dapat
mempermudah penyampaian materi pelatihan. Menurut Setiawan (2012: 119)
Metode pelatihan yang diterapkan harus sesuai dengan jenis materi pelatihan dan
kemampuan peserta pelatihan.

F. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan


Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan
dalam suatu institusi secara teori dapat dikenal dari hal-hal berikut :

28
Tabel 3. 2 Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan Pelatihan
1. Pengembagan kemampuan Menyeluruh (overall) Khusus (spesific)
2. Area kemampuan
Kognitif, afektif Psikomotor
(penekanan)
3. Jangka waktu pelaksanaan Long term Short term
4. Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
5. Penekanan metode belajar Conventional Inconventional
Sertifikat (non-
6. Penghargaan akhir proses Gelar (degree)
degree)

Sumber : Buku Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2003 : 29


Pelatihan adalah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan formal, yang
tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan kerja seseorang atau
sekelompok orang. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau
keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu,
pelatihan penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation).
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang
diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, pendidikan lebih pada pengembangan
kemampuan umum.

G. Alasan Dilakukan Pendidikan dan Pelatihan


Pelatihan juga dapat dipandang sebagai salah satu metode peningkatan mutu pegawai
(staff development). Notoatmodjo (1992) menyatakan bahwa pentingnya pendidikan dan
pelatihan bagi suatu instansi antara lain sebagai berikut :
A. Pegawai yang menduduki suatu jabatan tertentu di dalam suatu organisasi atau
institusi, belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai dengan persyaratan
yang diperlukan di dalam suatu jabatan tertentu. Kadang-kadang penempatan
seorang pegawai atau staf baru bukan berdasarkan kemampuan mereka tetapi
berdasarkan formasi yang tersedia. Oleh karena itu pegawai atau staf baru harus
mempelajari keterampilan-keterampilan, sikap dan pengetahuan baru yang belum
atau tidak mereka milik sebelumnya.
B. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mau tidak mau
mempengaruhi terhadap instansi. Oleh karena itu jabatan-jabatan yang dulu tidak
ada, sekarang ada. Kemampuan pegawai yang akan menduduki jabatan kadang-
kadang tidak dapat dipegang oleh pegawai atau calon pegawai yang ada, dengan

29
demikian dipelukan latihan untuk penambahan pengetahuan.kemampuan atau
keterampilan pegawai sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
C. Promosi pegawai dalam suatu institusi adalah suatu keharusan sebagai salah satu
bentuk reward dan insentive. Promosi akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja bagi seorang pegawai. Keterampilan bagi seseorang yang akan
dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu harus ditambah melalui
pelatihan-pelatihan.
D. Di dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, instansi merasa terpanggil
untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para pegawainya agar
diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan saat
ini.

Pelatihan juga dapat dipandang sebagai salah satu metode peningkatan mutu pegawai
(staff development). Tuntutan terhadap diklat disamping datang dari kebutuhan tenaga
terampil untuk menangani tugas yang ada (dari dalam) tetapi juga berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi (dari luar). Oleh karena itu, institusi dituntut untuk
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan yang ada dengan menyelenggarakan
program pelatihan dan pengembangan (training and development).
H. Analisa Kebutuhan Pelatihan
Untuk mempertajam analisis ini seyogyanya ditunjang dengan survei penjajakan
kebutuhan (need assessment). Menurut Notoatmodjo (2003), tahap ini pada umumnya
mencakup tiga jenis analisis, yaitu :
A. Analisis Organisasi
Pada hakikatnya menyangkut pertanyaan: dimana atau bagaimana dalam
organisasi ada personel yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu
dipertimbangkan biaya, alat-alat, dan perlengkapan yang digunakan. Aspek lain
dari analisis ini adalah penentuan berapa banyak karyawan yang perlu dilatih
untuk tiap-tiap klasifikasi pekerjaan. Cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh
informasi-informasi ini adalah dengan angket, wawancara atau pengamatan. Hasil
akhir dari analisis organisasi adalah kebutuhan- kebutuhan pelatihan.

B. Analisis Pekerjaan
Antara lain menjawab pertanyaan: apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam
pelatihan agar karyawan tersebut dapat dan mampu melakukan pekerjaan secara
efektif.

30
Tujuan utama analisis ini adalah memperoleh informasi tentang:
1. Tugas-tugas yang harus dilakukan karyawan.
2. Tugas-tugas yang telah dilakukan saat itu.
3. Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, namun belum atau tidak dilakukan
karyawan.
4. Sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan dengan baik dan sebagainya.
Untuk memperoleh informasi ini dapat dilakukan melalui test-test personel,
wawancara, rekomendasi-rekomendasi, evaluasi rekan sekerja, dan sebagainya.
C. Analisis Pribadi
Antara lain menjawab pertanyaan : siapa yang membutuhkan pendidikan dan
pelatihan macam apa. Untuk hal ini diperlukan waktu untuk mengadakan
diagnosis yang lengkap tentang masing-masing personel mengenai kemapuan-
kemampuan mereka. Untuk memperoleh informasi ini dapat dilakukan melalui
achievement test, observasi dan wawancara. Dari ketiga analisis tersebut
diharapkan akan menghasilkan status kemampuan yang lebih tepat dikatakan
kinerja (performance) pada karyawan, dan seterusnya akan dijadikan dasar
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Namun, kita harus hati-hati
menyimpulkan, apakah benar kinerja yang kita temukan dan analisis itu terapinya
adalah pendidikan dan pelatihan.

31
Pustaka

Lamria Rouli Marbun, FKM UI, Skripsi, 2009 UI

Soekinjo., Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Hasibuan. Malayu S.P.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi


Aksara.

Hasibuan. Malayu S.P. 2002. Manajemen sumber daya manusia. ( Edisi Revisi ).
Jakarta : Bumi aksara.

Ruky, A.S. (2001). Manajemen Penggajian & Pengupahan Untuk Karyawan


Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

32

Anda mungkin juga menyukai