1
DAFTAR ISI
BAB I MAKNA PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KHUSUS ................................................... 3
A. Arti Kata Didik ............................................................................................................................... 3
B. Definisi Pendidikan ......................................................................................................................... 3
C. Makna Pendidikan Secara Umum ................................................................................................... 4
D. Makna Pendidikan Secara Khusus .................................................................................................. 5
E. Tujuan, Filosofi, dan Fungsi Pendidikan ........................................................................................ 5
F. Jenis Pendidikan.............................................................................................................................. 6
BAB II MAKNA PENGAJARAN DAN ORIENTASINYA ................................................................. 9
A. Belajar ............................................................................................................................................. 9
B. Pengajaran ..................................................................................................................................... 17
BAB III MAKNA PELATIHAN DAN DIMENSINYA ...................................................................... 20
A. Definisi Pelatihan .......................................................................................................................... 20
B. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ...................................................................................................... 21
C. Tahap-tahap Pelatihan ................................................................................................................... 23
D. Metode Pelatihan .......................................................................................................................... 24
E. Dimensi Pelatihan ......................................................................................................................... 27
F. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan ............................................................................................ 28
G. Alasan Dilakukan Pendidikan dan Pelatihan ................................................................................ 29
H. Analisa Kebutuhan Pelatihan ........................................................................................................ 30
2
BAB I MAKNA PENDIDIKAN SECARA UMUM DAN KHUSUS
B. Definisi Pendidikan
`Beberapa definisi mengenai pendidikan telah dikemukakan beberapa ahli. Definisi-
definisi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan. Namun, sebagian besar definisi-
definisi tersebut memiliki benang merah. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
pengertian tentang pendidikan.
Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’,
maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. (KBBI).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.(UU
No. 20 Tahun 1989).
3
9).
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-
kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. (J. J. Rousseau).
Pendidikan ialah 1) seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar; 2) ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan murid. (Carter V. Good) (2011).
Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu
yang dikehendaki oleh masyarakat.
4
mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.
Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik
dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Namun
pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di
selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang
diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
5
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa untuk menjadi
manusia yang beriman dan takut akan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. “ Pendidikan biasanya dimulai ketika bayi lahir dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan dapat dimulai dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan mendengarkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan bahwa ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata
(manifest) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat individu demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
Melestarikan budaya.
Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan untuk partisipasi dalam demokrasi.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
1. Transmisi (penghapusan) budaya.
2. Memilih dan mengajarkan peran sosial.
3. Menjamin integrasi sosial.
4. Sekolah mengajarkan gaya kepribadian.
5. Sebuah sumber inovasi sosial.
F. Jenis Pendidikan
Mengacu pada pengertian pendidikan di atas, terdapat tiga jenis pendidikan yang ada
di Indonesia, yaitu Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan
Informal.
1. Pendidikan Formal
6
• Sekolah Dasar (SD).
• Madrasah Ibtidaiyah (MI).
• Sekolah Menengah Pertama (SMP).
• Madrasah Tsanawiyah (MTs).
• Sekolah Menengah Atas (SMA).
• Madrasah Aliyah (MA).
• Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
• Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
• Perguruan Tinggi.
• Akademi.
• Politeknik.
• Sekolah Tinggi.
• Institut.
• Universitas.
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
bisa dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur. Jenis pendidikan ini bisa
disetarakan dengan hasil program pendidikan formal melalui proses penilaian dari
pihak yang berwenang.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang berasal dari keluarga dan
lingkungan dimana peserta didiknya dapat belajar secara mandiri.
7
• Agama.
• Budi pekerti.
• Etika.
• Sopan santun.
• Moral.
• Sosialisasi.
8
BAB II MAKNA PENGAJARAN DAN ORIENTASINYA
A. Belajar
1. Belajar adalalah Suatu Proses
a. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2010: 25).
b. Skiner [dalam Barlow, 1985) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara porogesif.
d. Trursan Hakim, dalam bukunya Belajar secara efektif (2002) mengartikan belajar
adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar pada
9
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah seseorang
melakukan aktivitas tertentu. Dalam proses belajar, terdapat interaksi dengan ingkungan.
Dalam interaksi itulah terjadi serangkaian pengalaman- pengalamar belajar. William
Burton, mengemukakan bahwa: A good learning situation consist of a rich and varied
series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in
interaction with a rich, varied and propocative environment.
berikut.
a. Situasi belajar harus bertujuan, dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari belajar.
d. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat.
e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang
diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
i. Murid diîrahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan.
Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi,
merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
10
WiIliam Buton, menyatakan bahwa: Experiencing means living through actual situations
and recting vigorously to various aspects of those stiations for purposes apperent to
learner. Experiencing includes whatever one does or undergoes which results in changed
behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill.
Seseorang dikatakan belajar jika terdapat bukti adanya perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Tingkah laku memiliki unsur
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur
motoris adalah unsur jasmaniah.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:
a. Pengetahuan
b. Pengertian
c. Kebiasaan
d. Keterampilan
e. Apresiasi
f. Emosional
g. Hubungan sosial
h. Jasmani
11
j. Sikap.
Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya
perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. (Oemar Hamaik,
2010: 30)
a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)
b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran- mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
d. Pendalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinu.
e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-
perbedaan individual di kalangan murid-murid.
h. Proses belajar yang lerbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
m. Hasil hasil belajar citerima oleh murid apabila member kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
12
n. Hasil hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
o. Hasil hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
p. Hasil hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-
ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.
5. Faktor-faktor Belajar
Belajar yang efektif, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Hamalik, 2010: 33).
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. (Siswa yang belajar melakukan banyak
kegiatan, baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan,
berpikir, kegiatan motoris, dan kegiatan-kegiatan lain untuk memperoleh sikap,
kebiasaan, dan minat)
3. Belajar siswa lebih berhasil. Belajar akan berhasil jika siswa merasa berhasil dan
mendapat kepuasannya.
4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.
7. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan
belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
9. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam
proses belajar.
10. Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih mudah dan berhasil dalam kegiatan
belajarnya.
6. Teori-teori Belajar
13
Terdapat banyak teori tentang belajar. Antara teori yang satu dengan teori yang lain
memiliki perbedaan dan persamaan. Berikut ini diuraikan teori-teori belajar dalam
pandangan psikologis, yaitu:
Menurut teori ini manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat
(mitter). Dalam pandangan ini, hakikat belajar adalah all learning is a process of
developing ar training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan
substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan,
dan pikiran, dengan meraihnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses
self development atau self cultivation atau self reatization.
Menurut teoti ini, jiwa manusia dari berbagai daya, mengingat, berpikir,
merasakan, kemauan, dan sebagainya. Tiap daya memiliki fungsi sendiri- sendiri.
Semua oranc memiliki daya tersebut, hanya kekuatannya yang
Konsekuensi dari teori ini adalah kurikulum perlu menyediakan mata pelajaran-
mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Penekanannya
bukan terletak pada materinya, melainkan pembentukan, pendidikan dengan
latihan.
Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbait
yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/ tanggapan- tanggapan
yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan tersebut berasosiasi satu sama
lainnya dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu,
tambah lama kesan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi
satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran.
Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera
yanci disampakan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-
14
pengalaman berasosiasi dan bereproduksi. Lebih banyak ulangan dan latihan, lebih
banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat dan pengalaman/pengetahuan
tersebut tinggal dalam kasadaran dan ingatan seseorang.
Behaviorisme adalah studi tentang kelakuan manusia. Menurut aliran ini, belajar
ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan antara stimulus dan respon. Dengan
memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespon. Hubungan antara
stimulus-respon ini akan menimbulkan kebiasaan- kebiasaan otomatis pada belajar.
Jadi pada dasarnyakelakuan anak adalah terdiri .atas respon-respon tertentu terhadap
stimulus-stimulus tertentu. Dengan latihan -latihan, maka hubungan-hubungan itu
akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebu; S-R Bond Theory.
Teori di atas menjadi dasar dalam teori connectionism. Teori ini mempunyai
doktrin pokok, yaitu hubungan nantara stimulus dan respon, asosiasi-asosiasi dibuat
antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan
(bond) eitau koneksi-koneksi dapat diperkuat atau diperlemah serasi dengan
banyaknya penggunaan dan pengaruh-pengaruh dari penggunaan itu.
Teori ini mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses terpadu yang
berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan
struktur kognitif lama. Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna atau arti
dari suatu objek atau situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah
persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya
yang mempengaruhi ide-ide, perasaan, tindakan, dan hubungan sosial orang yang
bersangkutan.
Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur.
Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur- unsur. Unsur-unsur
itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling
berinteraksi satu sama lain.
15
telinga, mata, hidung, mulut, rambut, dagu, dan dahi. Kepala merupakan
keseluruhan unsur-unsur kepala yang terletak pada struktur tertentu.
a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor
herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.
16
Siswa belajar menggunakan pemahaman (insight). Pemahaman adalah
kemampuan molihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam
situasi yang problematis.
B. Pengajaran
1. Istilah Pembelajaran dan Pengajaran
17
mengajar di kelas.
Sebuah definisi yang diperluas atau teori tentang pengajaran akan menerangkan
prinsip-prinsip kunci dalam memilih metode dan teknik tertentu. Sebuah teori
pengajaran, sejalan dengan pemahaman utuh Anda tentang pembelajar dan materi aokok
yang harus dipelajari, akan memandu kita untuk menemukan prosedur-prosedur efektif
pembelajaran pada waktu tertentu, bagi pembelajar tertentu, dan dalam konteks tertentu.
Dengan kata lain, teori mengajar adalah teori Anda tentang pembelajaran yang 'dibalik'
(Brown, 2007: 9). Pandangan tentang istilah pengajaran terus-menerus berkembang dan
mengalami kemajuan. Berikut ini dikemukakan tentang pengajaran oleh Hamalik
(2010:44)
18
Pengajaran sebagai suatu sistem
Pengertian pengajaran sesungguhnya lebih luas dari pada hanya sebagai suatu
proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yaing
mengandung banyak aspek, di antaranya:
8) Profesi guru.
9) Peilcembangs n dan pertumbuhan siswa sebagai organism yang Sedang
berkembang.
10) Tujuan dari pendidikan dan pengajaran yang berpangkal pada filsafat
hidup masyarakat.
11) Program pendidikan atau kurikulum sekolah.
12) Perencanaan pengajaran.
13) Bimbingan di sekolah
14) Huoungan dengan masyarakat pada umumnya dan hubungan dengan
lembaga-lembaga/instansi-instansi pada khususnya.
19
BAB III MAKNA PELATIHAN DAN DIMENSINYA
A. Definisi Pelatihan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) menyatakan pelatihan adalah proses
melatih, kegiatan atau pekerjaan. Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau
memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain
yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai
bagian dari sebuah tim kerja (DR.Achmad.S.Ruky, 2001).
Pelatihan (training) ialah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. (Ruky,
2003)
Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat
memperbaiki dan memperkembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dari para karyawannya sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang
bersangkutan (Nitisemito, 1996).
20
1. Pelatihan menitikberatkan pada keterampilan, jadi lebih berat kepada
pengembangan psikomotor
3. Pada suatu pelatihan, praktek merupakan hal yang sangat dipentingkan. Setiap
peserta harus diberikan kesempatan untuk dapat melakukan praktek yang sebanyak
mungkin. Praktek ini adalah suatu bentuk penerapan daripada ilmu atau pengetahuan
yang ditambahkan kepada mereka
Menurut Sunarto & Sahedy dalam Sunyoto (2012: 140), tujuan pelatihan adalah
sebagai berikut:
a. Memperbaiki kinerja
Calon utama dalam kegiatan pelatihan adalah karyawan yang bekerja dengan hasil
yang tidak memuaskan akibat kurangnya keterampilan sehingga dibutuhkan proses
pemberian informasi dan melatih karyawan dalam melakukan pekerjaan.
b. Memaksimalkan keahlian para karyawan
Kemajuan teknologi menuntut setiap karyawan untuk dapat beradaptasi dalam
mengimplementasi teknologi-teknologi yang dapat mendukung kinerja karyawan di
suatu organisasi. Dalam memaksimalkan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan
pelatihan yang membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
c. Mengurangi waktu belajar
21
Dalam proses seleksi karyawan tidak ada hasil akurat yang dapat digunakan untuk
memprediksi kesuksesan dan kegagalan karyawan. Pelatihan dilakukan untuk mengisi
gap antara kinerja karyawan yang diprediksi dengan kinerja aktualnya.
d. Memecahkan permasalahan operasional
Pelatihan merupakan salah satu cara yang dianggap penting untuk memecahkan
berbagai masalah atau dilema yang harus dihadapi manajer. Beberapapa pelatihan
yang diberikan oleh perusahaan adalah untuk memecahkan masalah organisasional
dan melakukan pekerjaan secara efektif.
e. Promosi karyawan
Untuk menarik, menahan dan memotivasi karyawan dapat dilakukan dengan
program pengembangan karier. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan saing karyawan. Dengan melakukan pelatihan yang
berkala dapat mendorong semangat karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.
f. Orientasi karyawan terhadap organisasi
Persepsi setiap orang akan suatu organisasi tentu berbeda-beda baik positif maupun
negatif. Di sinilah peran Sumber Daya Manusia (SDM) memperjelas atau menyatukan
cara pandang karyawan terhadap suatu organisasi agar mempunyai cara pandang yang
sama.
g. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Dalam pelatihan, selain untuk meningkatkan efektivitas karyawan dalam bekerja,
juga bertujuan untuk pengembangan pribadi kayawan.
22
mempunyai budaya kerja yang berbeda. Dengan hal ini, para karyawan akan mengetahui
sikap yang diharapkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Menurut Sunarto & Sahedhy dalam Sunyoto (2012: 140), beberapa manfaat pelatihan
karyawan, antara lain:
1. Meningkatkan produktivitas dalam kuantitas dan kualitas.
2. Meminimalkan waktu belajar karyawan.
3. Mewujudkan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih baik.
4. Melengkapi kebutuhan akan rencana sumber daya manusia.
5. Mengurangi tingkat dan pengeluaran kecelakaan kerja.
6. Meningkatkan pengembangan pribadi karyawan.
Dari teori-teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan menciptakan efisiensi serta efektivitas
dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan manfaat pelatihan adalah meningkatkan
produktivitas, meminimalkan waktu belajar karyawan, menciptakan loyalitas dan kerja
sama karyawan, melengkapi kebutuhan rencana sumber daya manusia, mengurangi
pengeluaran dan kecelakaan kerja serta mengembangkan pribadi karyawan.
C. Tahap-tahap Pelatihan
Menurut Cardoso dalam Sunyoto (2012: 141), penyelenggaraan pelatihan karyawan
terdiri dari tiga tahap, antara lain:
a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan
Penentuan kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang
saling berkaitan tentang perlu atau tidaknya pelaksanaan dalam suatu organisasi.
Terdapat 3 (tiga) tahap dalam penentuan kebutuhan pelatihan, yaitu:
General treatment need, yaitu pelatihan umum untuk seluruh karyawan tanpa
memperhatikan tingkat manajemen. Seperti evakuasi bencana alam atau
kebakaran.
Observable performance discrepancies, yaitu pelatihan dilakukan berdasarkan
pengamatan pada permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi atau
penilaian kinerja. Hal ini dilakukan dengan penilaian karyawan itu sendiri terhadap
kinerjanya masing-masing.
Future human resources needs, yaitu pelatihan yang dimaksudkan untuk
23
kebutuhan keperluan sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Menurut Dessler (2013: 273), terdapat lima langkah dalam proses pelatihan antara
lain:
a. Menganalisis kebutuhan pelatihan.
b. Merancang keseluruhan program pelatihan.
c. Mengembangkan, menyusun dan membuat materi pelatihan.
d. Mengimplementasikan atau menerapkan program pelatihan.
e. Menilai atau mengevaluasi efektivitas materi.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam melakukan
program pelatihan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dapat mencapai tujuan
organisasi yang jelas dan tepat. Tahap-tahap tersebut meliputi penentuan kebutuan
pelatihan yang berhubungan dengan general treatment need, observable performance
discrepancies dan future human resources needs, merancang program pelatihan, membuat
materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, melaksanakan program pelatihan serta
menilai materi pelatihan yang diberikan.
D. Metode Pelatihan
Menurut Bernadian dan Rusell dalam Sunyoto (2012: 142), metode pelatihan terdiri
dari dua kategori, yaitu:
1. Informational Methods
Informational methods adalah metode pelatihan yang dilakukan dengan
menyampaikan informasi dari pelatih kepada peserta pelatihan yang bersifat langsung
atau berorientasikan guru. Cara atau teknik yang digunakan dalam metode ini seperti
24
kuliah, presentsasi audiovisual, dan self directed learning.
2. Experiental Methods
Experiental methods adalah metode mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan-kemampuan dengan komunikasi yang fleksibel, dinamis baik dengan
instruktur, sesama peserta maupun memanfaatkan langsung fasilitas yang tersedia
baik. Pelatihan ini merupakan metode yang bersifat fasilitatif dan berorientasi peserta.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, studi kasus dan sebagainya.
Para peserta yang turut dalam pelatihan ini dengan menuangkan pemikiran dan
pengetahuannya akan berpengaruh pada perilaku masing-masing.
25
d. Job Instruction Training
Job Instruction Training merupakan suatu teknik pelatihan dengan megurutkan
setiap tugas pekerjaan dan poin-poin penting untuk memberikan langkah-langkah
pelatihan bagi karyawan.
e. Pengajaran
Pengajaran merupakan metode atau cara yang digunakan dengan memberikan
pengetahuan-pengetahuan berupa informasi yang diperlukan dalam melakukan
pekerjaan.
f. Pelajaran yang Terprogram
Pelajaran yang terprogram merupakan suatu teknik atau metode pelatihan
terstruktur secara sistematis untuk memberikan ajaran tentang keterampilan pekerjaan
dengan memberikan pertanyaan atau fakta dan mengizinkan peserta dalam
menanggapi pertanyaan tersebut kemudian memberikan jawaban akurat.
g. Pelatihan dengan Peralatan Audiovisual
Pelatihan dengan peralatan audiovisual merupakan metode pelatihan dengan
menggunakan audiovisual seperti power point, pemutaran film atau video, dan lain-
lain dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang pekerjaan.
h. Pelatihan dengan Simulasi
Pelatihan dengan simulasi merupakan metode pelatihan dimana karyawan dilatih
dengan menggunakan peralatan khusus dan dilakukan diluar pekerjaan.
i. Pelatihan berbasis komputer
Pelatihan berbasis computer atau Computer-Based Training (CBT) merupakan
metode pelatihan dengan menggunakan sistem berbasis computer dengan tujuan agar
karyawan atau peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
j. Pelatihan Berbasis Internet
Pelatihan Berbasis Internet merupakan metode pelatihan dengan memberikan
pengajaran berupa materi pelatihan secara online dan para karyawan atau peserta
pelatihan dapat mengaksesnya.
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pelatihan terdiri dari beberapa
metode dimana masing-masing memiliki ciri khas dalam penyampaian materi pelatihan
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau organisasi dalam melaksanakan tugas atau
26
pekerjaan. Metode pelatihan adalah salah satu pendukung jalannya pelatihan.
E. Dimensi Pelatihan
Menurut Danim (2008: 69), terdapat beberapa dimensi dalam proses pelatihan, antara
lain adalah:
a. Pelatih
Menurut danim (2008: 69), pelatih adalah salah satu sumber daya utama yang
dapat menentukan kesukseskan program pelatihan. Menurut Bangun (2012: 205),
Pelatih dituntut untuk dapat menguasai materi pelatihan secara maksimal sehingga
peserta pelatihan dapat memperoleh pengetahuan atas materi yang diberikan.
Seorang pelatih harus memiliki berbagai pengetahuan sehingga dapat melakukan
tugasnya dengan berhasil dan mampu melatih banyak orang dengan latar belakang
berbeda dalam sebuah organisasi.
Menurut Hasibuan (2011: 74), syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pelatih
antara lain:
Teaching skills
Communication skills
Personality authority
Social skills
Pelatih harus mahir dalam bidang sosial supaya tercipta kepercayaan dan
kesetiaan dari para peserta pelatihan. Sikap turut senang dengan kemajuan
peserta pelatihan dan dapat menghargai pendapat orang lain.
27
Technical competent
Stabilitas emosi.
28
Tabel 3. 2 Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan Pelatihan
1. Pengembagan kemampuan Menyeluruh (overall) Khusus (spesific)
2. Area kemampuan
Kognitif, afektif Psikomotor
(penekanan)
3. Jangka waktu pelaksanaan Long term Short term
4. Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
5. Penekanan metode belajar Conventional Inconventional
Sertifikat (non-
6. Penghargaan akhir proses Gelar (degree)
degree)
29
demikian dipelukan latihan untuk penambahan pengetahuan.kemampuan atau
keterampilan pegawai sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
C. Promosi pegawai dalam suatu institusi adalah suatu keharusan sebagai salah satu
bentuk reward dan insentive. Promosi akan dapat meningkatkan produktivitas
kerja bagi seorang pegawai. Keterampilan bagi seseorang yang akan
dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu harus ditambah melalui
pelatihan-pelatihan.
D. Di dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, instansi merasa terpanggil
untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para pegawainya agar
diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan saat
ini.
Pelatihan juga dapat dipandang sebagai salah satu metode peningkatan mutu pegawai
(staff development). Tuntutan terhadap diklat disamping datang dari kebutuhan tenaga
terampil untuk menangani tugas yang ada (dari dalam) tetapi juga berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi (dari luar). Oleh karena itu, institusi dituntut untuk
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan yang ada dengan menyelenggarakan
program pelatihan dan pengembangan (training and development).
H. Analisa Kebutuhan Pelatihan
Untuk mempertajam analisis ini seyogyanya ditunjang dengan survei penjajakan
kebutuhan (need assessment). Menurut Notoatmodjo (2003), tahap ini pada umumnya
mencakup tiga jenis analisis, yaitu :
A. Analisis Organisasi
Pada hakikatnya menyangkut pertanyaan: dimana atau bagaimana dalam
organisasi ada personel yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu
dipertimbangkan biaya, alat-alat, dan perlengkapan yang digunakan. Aspek lain
dari analisis ini adalah penentuan berapa banyak karyawan yang perlu dilatih
untuk tiap-tiap klasifikasi pekerjaan. Cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh
informasi-informasi ini adalah dengan angket, wawancara atau pengamatan. Hasil
akhir dari analisis organisasi adalah kebutuhan- kebutuhan pelatihan.
B. Analisis Pekerjaan
Antara lain menjawab pertanyaan: apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam
pelatihan agar karyawan tersebut dapat dan mampu melakukan pekerjaan secara
efektif.
30
Tujuan utama analisis ini adalah memperoleh informasi tentang:
1. Tugas-tugas yang harus dilakukan karyawan.
2. Tugas-tugas yang telah dilakukan saat itu.
3. Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, namun belum atau tidak dilakukan
karyawan.
4. Sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan dengan baik dan sebagainya.
Untuk memperoleh informasi ini dapat dilakukan melalui test-test personel,
wawancara, rekomendasi-rekomendasi, evaluasi rekan sekerja, dan sebagainya.
C. Analisis Pribadi
Antara lain menjawab pertanyaan : siapa yang membutuhkan pendidikan dan
pelatihan macam apa. Untuk hal ini diperlukan waktu untuk mengadakan
diagnosis yang lengkap tentang masing-masing personel mengenai kemapuan-
kemampuan mereka. Untuk memperoleh informasi ini dapat dilakukan melalui
achievement test, observasi dan wawancara. Dari ketiga analisis tersebut
diharapkan akan menghasilkan status kemampuan yang lebih tepat dikatakan
kinerja (performance) pada karyawan, dan seterusnya akan dijadikan dasar
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Namun, kita harus hati-hati
menyimpulkan, apakah benar kinerja yang kita temukan dan analisis itu terapinya
adalah pendidikan dan pelatihan.
31
Pustaka
Hasibuan. Malayu S.P. 2002. Manajemen sumber daya manusia. ( Edisi Revisi ).
Jakarta : Bumi aksara.
32