Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN - LANDASAN PENDIDIKAN

Oleh:

1. Halimah (2138013)
2. Isna Rahayu Putri ( 2138027)
3. Khoiri (2138012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU SOSIAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya makalah Landasan Pendidikan
mengenai “Pengertian dan Landasan Pendidikan “ ini dapat diselesaikan dengan
baik, tak lupa salawat dan salam ditujukan kepada nabi yang mulia, Rasulullah
Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita salah satunya untuk
menuntut ilmu yang bermanfaat untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Penulisan makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi mata kuliah
Landasan Pendidikan. Penulis menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan baik dalam hal kedalaman materi maupun
dari segi tata bahasa akademik. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
diharapkan guna perbaikan dan menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam memberikan pengajaran, bantuan, pengarahan, informasi dan sebagainya
hingga selesainya pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
antara lain kepada yang terhormat:
 Dosen mata kuliah Landasan Pendidikan.
 Teman – teman Mahasiswa mata kuliah Landasan Pendidikan.
 Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran dan kritik
yang membangun serta dorongan semangat dan motivasi.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah berjasa
dalam pembuatan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pasir Pengaraian, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Landasan Pendidikan..............................................................3


2.2 Landasan Pendidikan.......................................................................................5
2.3 Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar.....................................................9
2.4 Batas-batas Pendidikan....................................................................................10
2.5 Pendidikan Seumur Hidup (Long life education)............................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis – sistematis selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas – asas tertentu.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Untuk Indonesia, pendidikan diharapkan mengusahakan pembentukan manusia
pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu
mandiri, dan pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan
Negara Indonesia. (Undang – Undang, 1992: 24). Landasan – landasan
pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan
manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas – asas pokok pendidikan akan
memberi corak khusus dalam penyelenggarakan pendidikan itu, dan pada
gilirannya, memberi corak pada hasil – hasil pendidikan itu yakni manusia dan
masyarakat Indonesia.

Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,


sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan
pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.
Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas – asas
pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelanggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu
akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam
aspek konseptual maupun operasional.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian pendidikan secara elektrik menurut kelompok anda?
b. Diskusikan pelaksanaan dari berbagai landasan pendidikan berdasarkan
pengalaman pendidikan anda di sekolah. Tulis bukti – bukti yang anda
temukan pada setiap landasan?
c. Diskusikan perbedaan antara mendidik, mengajar dan belajar?
d. Diskusikan kapan pendidikan dimulai dan kapan selesai ; dan bagaimana
dengan konsep pendidikan seumur hidup?

1.2 Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan pengertian dan landasan pendidikan


b. Memahami berbagai landasan pendidikan, utamanya landasan filosofis,
landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis
c. Menyebutkan konsepsi mengajar, mendidik dan belajar
d. Menjelaskan pendidikan seumur hidup atau (life long education)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Landasan Pendidikan


Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya
memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai
dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial – kebudayaan setiap
masyarakat tertentu. Batasan tentang arti “pendidikan” yang dibuat oleh
para ahli sangat beragam. Perbedaan tersebut pada umumnya karena
perbedaan dalam orientasi filsafat, konsep dasar dan penekanannya. Berikut
ini ditinjau beberapa batasan arti pendidikan :

a. UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional


Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatanspritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

b. Prof. Dr. N. Drijakara


Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam
memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke
taraf yang insani.

c. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia
dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.

3
d. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha
dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya agar
senantiasa mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan
tanggung jawab.

e. Francis John Dewey


Pendidikan bukan hanya proses pemberian pengetahuan yang
bersifat statis. Keterampilan dan pengetahuan siswa dari proses
belajar harus diintegrasikan sepenuhnya kedalam kehidupan mereka
dalam bermasyarakat dan dunia nyata.

f. Francis J. Brown
Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan
perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam
kelompok.

g. Arthur K. Ellis, John J. Cogan dan Kenneth R. Howey


Pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar
seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pengalaman
pendidikan formal. Ini adalah proses dimana seseorang
mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti mengerti
lingkungannya.

h. GBHN ( Garis Besar Haluan Negara ) 1998


GBHN 1998 memberikan batasan tentang pendidikan
nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa dan bedasarkan
pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
bangsa serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun
dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
bangsa.

4
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks
itu, maka tidak sebuah batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan
arti pendidikan secara lengkap. Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan
tentang pendidikan yang bebeda berdasarkan fungsinya :

a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai


kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke generasi lainnya. Nilai-
nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua
ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih
cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggungjawab dan
lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki misalnya tata cara perkawinan, dan
tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti
dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai


sutu kegiatan yang sistematis dan sitemik dan terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi dapat dilakukan
melalui komunikasi antara orang dewasa dan anak.

c. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai


kegiatan membimbing peserta didik sehingga memilki bekal dasar untuk
bekerja.

2.2 Landasan Pendidikan


Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa.

2.1.1 Landasan Filosofis


Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah –
masalah pokok seperti : apakan pendidikan itu, mengapa pendidikan itu
diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya. Landasan filosofis

5
adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat. Filsafat
pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan kelompok sekitar pendidikan. kejelasan berbagai hal itu
sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan
yang dilakukan dalam pendidikan. hal itu sangat penting karena hasil
pendidikan tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan
tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun
hasilnya belum dapat dipastikan. Ketepatan setiap keputusan dan
tindakan, serta diikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuaian yang
menerus, sangat penting karena koreksi setelah diperoleh hasilnya
sangat sulit dan sudah terlambat.
Kajian – kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat
akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan karena prinsip – prinsip
dan kebenaran – kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya
diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang :
a. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini
seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens,
animal educandum.
b. Masyarakat dan kebudayaannya.
c. Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan ;
d. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan,
utamanya filsafat pendidikan. ( Wayan Ardhana,1986:Modul 1 /9 ).
Hasil – hasil kajian filsafat tersebut utamanya tentang
konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan. berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran
dunianya yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat sangat
bervariasi. Secara historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan
yakni idealisme dan naturalisme ( positivisme), dengan segala
variasinya masing - masing. Wayan Ardhana, dkk ( 1986:Modul 1/12-
18) mengemukakan bahwa aliran – aliran filsafat itu bukan hanya
mempengaruhi pendidikan, tetapi juga melahirkan aliran filsafat
pendidikan seperti :
1). Idealisme
Menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai
gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah
bayangan atau refleksi dari ide sebagi kebenaran spiritual atau

6
mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran
atau nilai sejati yang absolut dan abadi. Namun pada umumnya aliran
ini menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual
untuk membangkitkan ide – ide yang masih laten. Oleh karena
itu sebagai lembaga pendidikan, sekolah berfungsi untuk membantu
siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan kehidupan
yang luhur.
2). Realisme
Pendidikan menekankan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki
yang objektif, diluar manusia.
3). Perenialisme
Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perenial. Prinsip pendidikan antara lain :
a. Konsep pendidikan itu bersifat abadai karena hakekat manusia yang
tidak pernah berubah.
b. Inti pendidikan harus mengembangkan kekhususan manusia yang
unik yaitu kemampuan berfikir.
c. Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
d. Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenernya.

4). Esensialisme
Filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip Idealisme dan
Realisme secara ekletis. Esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak
adanya semacam pertentangan antara para pendidik, sehingga mulai timbul
pemisah antara pelajaran teoritik ( Liberal arts ) yang memerdekakan akal
dengan pelajaran praktek.

5). Pragmatisme dan progresivisme


Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo et.al., 1992.
140-150) membedakan antara filsafat dan mazhab filsafat pendidikan, yakni
aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah
idealisme, realisme (positivisme, materialisme), :Neothomisme, dan
pragmaisme ; sedangkan mazhab filsafat pendidikan ialah esensialisme,
perenialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme. Baik sebagai aliran filsafat
maupun sebagai mazhab filsafat pendidikan, pandangan – pandangannya

7
tentang manusia dan dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi
dan atau penyelenggaran penelitian.

2.1.2 Landasan Sosiologis


Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam
penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai
mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antara dua individu (pendidik dan anak
didik). Oleh karena itu kegiatan pendidik dapat berlangsung baik
dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kajian sosiologis tentang
pendidikan mencakup semua jalur pendidikan tersebut; pendidikan keluarga
sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama
bagi tiap manusia. Oleh karena itu proses sosialisasi dimulai dari keluarga
dimana anak mulai mengembangkan diri. Dalam keluarga dimulai
ditanamkan nilai – nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak. Nilai – nilai agama, nilai – nilai moral, budaya, dan keterampilan
perlu dikembangkan dalam pendidikan keluarga.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah
yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat dibentuk oleh masyarakat dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang mantap. Selain sekolah dan keluarga,
proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok kecil dalam
masyarakat seperti kelompok keagamaan, organisasi kemasyarakatan.

2.1.3 Landasan Kultural


Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia
menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Sebagai makhluk
kebudayaan manusia hidup dalam suatu sistem yang mengatur
bagaimana manusia itu harus hidup dan bertindak baik dalam kehidupannya
secara perorangan atau sebagai anggota masyarakat.
Sistem pendidikan di Indonesia berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia, pancasila dan UUD 1945.

2.1.4 Landasan Psikologi


Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia

8
pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi
manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali
dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Seorang anak dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal
bila mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Pendidik atau
orang tua harus memiliki pengetahuan dalam membimbing dan mendukung
anak tersebut. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dan utama
dalam perkembangan personal anak (Grolnick, 1995; Santrock, 2009,
Eggen, 2004).
Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam pendidikan terutama yang berkaitan dengan
:
a. Perbedaan Individu, tiap individu mempunyai bakat, kemampuan, minat,
kekuatan serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda – beda. Sebagai
implikasinya pendidik tidak boleh memperlakukan sama pada setiap
peserta didik.
b. Kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman belajar anak.
c. Guru perlu memahami perkembangan kepribadian anak agar dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan, terutama dalam memahami setiap peserta
didik mengembangkan kepribadiannya.
d. Pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak.
e. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensi, kecerdasan, emosi dan keterampilan dalam
pendidikan.

2.3 Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar

Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pendidik


(Guru) kepada Siswa, sehingga terjadi proses belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran
yang baik adalah hasil belajar tahan lama, dan hasil belajar merupakan
pengetahuan yang asli dan otentik.

Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk


mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil
mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru

9
matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut
tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut
baru sebatas mengajar belum mendidik.

Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar,


untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan
mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma
dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan
materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus
tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.

Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan


Kognitif, Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Agar anak didik dapat mengikuti perubahan dalam pola kehidupan, serta dalam
menjalain kerjasama, maka anak didik harus dapat :

a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk


memahami pengetahuan lebih lanjut.

b. Belajar berkarya (learning to do) untuk meningkatkan kreativitas,


produktivitas dan profesionalisme.

c. Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan semua


potensi yang ia miliki.

d. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan


mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain
yang didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi
tantangan masa depan.

2.4 Batas – Batas Pendidikan


Batas kemungkinan didik ditentukan oleh keterbatasan potensi bawaan
yang disebabkan oleh cacat rohani – jasmani yang berat. menurut
Langeveld, batas bawah atau saat siap memperoleh pendidikan ialah
pada saat anak sudah sanggup menerima dan mengakui kewibawaan
pendidik. Gejala ini nampak kira – kira pada usia 3,5 tahun dan jelas kelihata
pada usia 5 tahun. Menurut Langeveld masa sebelumnya merupakan
masa pendidikan pendahuluan dimana anak hanya menuruti, meniru orang tua
dalam perilaku tertentu, dan tidak langsung dikaitkan dengan tujuan
pembentukkan pribadi dewasa susila. Selanjutnya dikatakan oleh Langeveld,
bahwa seseoraang telah menyelesaikan pendidikannya bilamana telah mencapai
probadi dewasa susila. Sejak bayi sampai terbentuknya pribadi susila
anak didik tetap mendapat bantuan dan bimbingan dan pendidik, dan

10
setelah menyelesaikan pendidikannya tak ada lagi ikatan pedagosis
antara pendidik dan anak didik. Anak didik itu sendiri akan terus
menyempurnakan hidupnya namun pada saat – saat tertentu dapat
saja memperoleh pendidikan untuk menyempurnakan kepribadiannya,.
Oleh karena itu pendidikan bisa berlangsung seumur hidup.

2.5 Pendidikan Seumur Hidup (Life Long Education)


Life Long Education cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan
kehidupan dalam masyarakat dalam mencapai perwujudan manusia secara
penuh yang berjalan terus menerus seolah – olah tidak ada batasnya. Ini berarti
bahwa pendidikan itu tidak hanya penting bagi anak – anak, tetapi juga penting
untuk orang dewasa maupun orang tua dalam rangka pencapaian perkembangan
manusia yang penuh. Hanya dengan pendidikan manusia dapat
mempertahankan kehidupannya dalam perkembangan yang telah dicapainya.
Menurut Carl Rogers, pendidikan bukanlah proses pembentukan

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia guna


menumbuhkembangkan potensi dasar yang ada pada diri manusia. Pada
dasarnya pendidikan tidak mengenal batasan waktu, usia, dan tempat,
namun mengenai batas-batas pendidikan maka yang dimaksudkan adalah
pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
Batas awal pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan
persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama
seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru
terjadi kemudian. Adapun batas terakhir pendidikan yaitu sampai akhir
hayat.

3.2 Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak


menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta
mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang
harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan
negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber
daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen MKDK UNJ, 2013. Landasan Ilmu Pendidikan. Jakarta : Fakultas
Ilmu Pendidikan UNJ.
Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta :
Erlangga

10
11

Anda mungkin juga menyukai