Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA


PULAU BENGKULU

Dosen Pengampu : Ike Betria, M.Pd

Disusun Oleh :

IMANI RAHMI

NIM : 2138048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUN SOSIAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita sampaikan puji syukur kehadirat Allah Swt


yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap manusia yang
membacanya.

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membantu kami
dalam mengetahui lebih mendalam tentang tujuan dan lingkungan pendidikan
tersebut, disamping itu makalah ini merupakan bentuk tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah dasar-dasar pendidikan sebagai alat untuk menunjang nilai
akademik kami.

Kami sebagai tim penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-


orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari dalam
penulisan makalh ini masih banyak kekeliruan yang terjadi untuk itu kiranya
bpk/ibu dosen memakluminya. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna
sebagaimana fungsinya.

Pasir Pengaraian, 05 Oktober 2021

Penulis
I. Geologi Regional Bengkulu

Gambar Provinsi Bengkulu

Secara geografis, Bengkulu terletak pada koordinat 30°45’ – 30°59’ Lintang Selatan dan
102°14’ – 102°22’ Bujur Timur. Posisi geografis tersebut terletak di pantai bagian Barat Pulau
Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Secara umum bagian tengah
Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede, 1992)
skala 1: 250.000, ditempati oleh beberapa gunungapi muda, antara lain Bukit Dingin dengan
ketinggian mencapai 2.020 m di atas permukaan laut (dpl), Bukit Balai (1.683 m dpl), Bukit
Condong (2.079 m dpl), Bukit Daun (2.467 m dpl), Gunung Hulupalik (2.493 m dpl), dan
Bukit Gendahululai (2.130 m dpl). Gunung-gunung tersebut membentuk jajaran gunung api
strato sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dengan arah yang umum
terbentang dari Barat Laut – Tenggara. Di bagian Barat dan Timur dibatasi oleh perbukitan
bergelombang, setempat dengan timbulan tajam terdapat di bagian Utara dan Selatan. Dataran
sempit terdapat setempat-setempat di daerah pantai pada bagian Barat Daya.

Sesar Sumatera dengan arah umum Barat Laut – Tenggara memotong batuan berumur
Oligosen sampai Kuarter, misalnya sesar Semangko yang relatif searah dengan pulau
Sumatera yang menyebabkan terjadinya gempa di sepanjang zona sesar tersebut. Di beberapa
tempat terlihat bahwa sesar Sumatera merupakan kontak antara batuan vulkanik Kuarter
dengan batuan padu berumur lebih tua. Dataran sempit yang dijumpai setempat-setempat di
bagian Barat Daya menurut Ratman dkk. (1978) dibentuk oleh material lepas berukuran
lempung sampai kerikil dengan ketebalan kurang dari 5m.
Geologi regional Provinsi Bengkulu

Daerah Bengkulu terletak antara perbatuan pre-tersier, tersier, vulkan dan batuan alluvial.
Keadaan ini banyak memberi pengaruh bagi keadaan bumi dankehidupan penduduk. Pada
beberapa daerah persebaran batuan-batuan ini mengandung barang-barang tambang seperti
emas, perak, kaolin kuarsa dan lain-lain. Di atas dan di lereng tanah-tanah gunung, penduduk
hidup sebagai petani. Daerah vulkanis seperti dilembah semangka dan sepanjang bukit
barisan merupakan daerah yang subur sekali tanahnya.

Di propinsi Bengkulu sedikit sekali dijumpai formasi tersier, terutama skiskristalin yang
termasuk jenis genes dan glimmer skis,di samping itu masih terdapat batuan plutonik-granit
sampai horuklonde granit. Persebarannya terbatas di daerah pegunungan bukit barisan, antara
lain di sebelah tenggara Gunung Patah( Bengkulu Utara) formasi trias terdapat di sebelah
tenggara dan sebelah barat kota curup (Kabupaten Rejang Lebong) yang terdiri atas Janis
batu tulis flitis disamping batu pasir kwarsitis, filit berkapur, batu kapur, dan jenis tuf yang
penyebarannya agak luas sampai ke daerah perbatasan Sumatera Selatan. Kesebelah barat dan
Timur laut Muara Aman formasi dari tersier tua terutama terdapat terutama terdapat di daerah
pegunungan buki barisan. Batuan penyusun atau pembentuknya adalah batuan bereksi,
konglomerat dan batu pasir yang banyak mengandung kwarsa.

Formasi tersier muda mempunyai daerah persebaran yang sangat luas dan merupakan
perbukitan di sebelah barat bukit barisan. Jenis batuannya terutama terdiri atas batu pasir dan
tanah liat yang tersusun dalam struktur berlipat. Disamping itu terdapat jenis andosit tua
yakni berupa tonjolan di antara punggung-punggung Bukit Barisan dari daerah vulkanik.
Satuan batuan di daerah ini terdiri dari satuan batuan volkanik Tersier Formasi
Hulusimpang, batuannya berupa breksi volkanik, dibeberapa tempat mengalami mineralisasi.
Formasi Bal batuannya breksi gunung api dan tufa. Satuan batuan sedimen Tersier dan
Kuarter yang terdiri dari Formasi Seblat tersusun oleh perulangan batu-pasir, batulempung,
batulanau sisipan batugamping. Formasi Lemau terdiri dari batulempung, batupasir sisipan
batubara. Formasi Simpangaur berupa batupasir tufaan, batulempung. Formasi Bintunan yang
berupa konglomerat aneka bahan. Satuan batuan lainnya adalah batuan intrusi yang berumur
Tersier terdiri dari granodiorit dan andesit. Satuan gunung api kuarter yang didominasi oleh
breksi dan tufa sena satuan endapan aluvial. Struktur sesar yang berarah baratlaut – tenggara
merupakan sesar Seblat – Ketahun yang mengindikasikan sebagai sesar aktif. Disamping itu
dijumpai beberapa sesar lain yang berarah timurlaut – baratdaya. Struktur berbentuk
melingkar dan poligonal mengindikasikan sebagai daerah mineralisasi terutama di daerah Ulu
Ketenong, Tebolai, Lebong Tandai, dan Seblat.

Keterdapatan Gunung Bawah Laut di Bengkulu

Gunung bawah laut (seamount) Bengkulu telah menjadi isu nasional. Gunung tersebut
secara tidak sengaja ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Berdasarkan temuan tersebut,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian lanjutan
menggunakan multibeam echosounder untuk menghasilkan topografi dasar laut (peta
batimetri) resolusi tinggi. Dalam terminologi geologi, peta batimetri dapat diinterpretasikan
sebagai sebuah seri kejadian geologi. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi
geologi dan geomorfologi gunung bawah laut tersebut berdasarkan data multibeam dan CTD.
Pengambilan data multibeam menggunakan Simrad EM 12D yang terpasang di KR. Baruna
Jaya III dan Elac SeaBeam 1050D yang terpasang di R/V Baruna Jaya IV. Data tersebut
diproses menggunakan software Caris Hips & Sips.

Selanjutnya, dilakukan interpretasi geologi terhadap data multibeam. Hasil interpretasi


dilengkapi dengan data CTD (conductivity, temperature, depth) yang diambil di beberapa
stasiun di area penelitian. Berdasarkan pengolahan data multibeam menunjukkan bahwa di
perairan Bengkulu terdapat gunung raksasa yang disebut gunung bawah laut Bengkulu
(Bengkulu Seamount). Selain itu terdapat dua gunung yang lebih kecil di sebelah baratnya.
Data multibeam juga menunjukkan jejak aliran lava dari puncak gunung bawah laut
Bengkulu ke arah barat.
Terbentuknya gunung bawah laut ini diakibatkan oleh magma yang menerobos ke atas
melalui rekahan hingga ke permukaan lantai samudera. Geomorfologi gunung bawah laut
Bengkulu merupakan kompleks rift volcano dan bentuk gunung api tipe shield volcano. Hasil
interpretasi tersebut dilengkapi dengan data CTD yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa gunung bawah laut Bengkulu merupakan gunung api yang tidak aktif. Dibutuhkan
penelitian lebih lanjut berupa pemetaan tingkat lanjut pada lantai samudera dan pengambilan
conto batuan.

II. Potensi Ekonomi Bengkulu

Provinsi Bengkulu memiliki berbagai potensi ekonomi yang dapat mengangkat


perekonomian daerah ini, antara lain :

1. Sektor Pertambangan

Potensi tambang galian di Provinsi Bengkulu cukup beragam dari batubara, emas, pasir
besi, batu gamping, serta bahan galian C seperti pasir dan batu. Selain tambang galian,
Bengkulu juga memiliki berbagai sumber energi yang dapat diberdayakan yaitu :

 Panas bumi yang muncul pada jalur patahan (sesar) seperti di Kabupaten Rejang Lebong
dan Kabupaten Bengkulu Selatan, mempunyai potensi cukup besar untuk membangkit
tenaga listrik. Energi panas bumi dimaksud terdapat di Bukit Daun sebanyak 250 MW,
tambang Sawah 400 MW dan Gedang Hulu Lais 500 MW.
 Energi air yang banyak di Provinsi Bengkulu, masih banyak yang belum diberdayakan
menjadi PLTA terdapat di:

 Kabupaten Rejang Lebong terdapat 15 lokasi sumber energi air dengan total kapasitas
20.772 KW.

 Kabupaten Bengkulu Utara terdapat 25 lokasi sumber energi air dengan total kapasitas
3.031 KW.

 Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat 19 lokasi sumber energi air dengan total
kapasitas 11.603 KW.

2. Sektor Kelautan dan Perikanan


Dengan letak strategis Provinsi Bengkulu di pantai barat Sumatera dan menghadap ke
Samudera Hindia maka daerah ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar di sektor
perikanan. Bengkulu memiliki panjang pantai mencapai 500 km², luas laut teritorial
53.000 km² dan luas zona ekonomi eksklusif (ZEE) 685.000 km². Adapun jenis-jenis ikan
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Daerah alam bengkulu mempunyai potensi mineral dan batubara yang sangat berprospek
secara ekonomi, keterdapatan batubara banyak ditemukan didaerah Bengkulu Utara dan
Selatan, sedangkan potensi emas terdapat dikisaran pejajaran bukit barisan, kisaran kabupaten
rejang lebong dan daerah kecamatan puteri hijau yang mempunyai potensi emas yang belum
terlalu di eksplorasi lebih lanjut.

III. Potensi Bencana Alam

Kerusakan akibat Gempa Bumi di Bengkulu 2007 silam

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang
menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi
(hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi
(technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation)
Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di
dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen
di dalam masyarakat

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada


pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat
sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara ,
Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian
didominasi oleh rawa-rawa. Bengkulu berada di pulau Sumatera, sehinga berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan
tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi
di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah
subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-2000
terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik,
9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000).
Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami
terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-
pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh
pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun
waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya
diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut. Di daerah
Bengkulu rawan terjadi gempa bumi seperti kejadian gempa bumi di Bengkulu ketika 2007
silam.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan
hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.
Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang
relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur.
Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti
terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan
kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah
kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang
terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Meskipun pembangunan di
Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang
minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan
ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam
(terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap
kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin
berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan
ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.

Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap
ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering
terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan
terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana
lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis,
kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi
tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang
merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul
kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat
yang dapat berkembang menjadi bencana nasional.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu merilis data bencana
alam di daerah itu sepanjang 2013 mencapai 19 kali, dan didominasi oleh longsor dan banjir.
Bencana longsor dan banjir itu didominasi di enam kabupaten di Bengkulu, dengan kerugian
materil mencapai ratusan juta rupiah menurut Kepala BPBD Provinsi Bengkulu, Kollendri.
Enam kabupaten yang dilanda bencana itu meliputi Kabupaten Kepahiang, Lebong, Kaur,
Bengkulu Utara, Seluma. Menurutnya, 19 kali bencana terdiri atas 11 banjir dan 8 kali
longsor. Meski demikian, bencana tersebut tidak mengakibatkan jatuhnya jumlah korban
jiwa. Musibah tersebut kebanyakan merusak rumah, jalan umum, dan sebagainya, tetapi tidak
sampai memakan korban jiwa. Bengkulu merupakan wilayah yang termasuk dalam cincin
api dengan ancaman multibencana, didominasi oleh gempa bumi, tsunami, angin topan, petir,
banjir dan longsor. Untuk antisipasi penanganan bencana, pemerintahs setempat saat ini
tengah menyiapkan rancangan Peraturan Daerah (Perda) Penanggulangan Bencana.

IV. Infrastruktur Jalan di Bengkulu

Peta infrastruktur Provinsi Bengkulu

Jalan merupakan urat nadi perekonomian yang menghubungkan kegiatan ekonomi antar
wilayah sehingga distribusi barang dan jasa dapat bergerak dengan lancar. Infrasruktur jalan
pada umumnya merupakan barang publik dan kurang menarik bagi sektor swasta untuk
menyediakannya, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya.
Sampai dengan tahun 2010 panjang jalan di Pulau Sumatera sepanjang 7.811 Km atau
bertambah sepanjang 1.889 Km dibandingkan tahun 2008 yaitu 5.922 Km. Hasil penelitian
Taryono (2013), menunjukkan pentingnya sarana dan prasarana infrastruktur bagi masyarakat
ternyata tidak dibarengi dengan penganggaran yang memadai. Misalnya, Peranan belanja
langsung terutama untuk belanja modal, barang dan jasa yang penting bagi penyediaan
infrastruktur terus menunjukkan penurunan. Pada tahun 2007 ratio belanja langsung terhadap
APBD sebesar 60,91% kemudian pada tahun 2012 peranan belanja langsung menjadi
41,30%.

Kualitas Infrastruktur Wilayah Rendah

Jalan raya di Kota Bengkulu

Posisi Bengkulu yang relatif terisolir sangat bergantung pada jaringan jalan Jalur
Lintas Barat Sumatera yang menghubungkan Bengkulu dengan Sumatera Selatan dan
Sumatera Barat. Secara keseluruhan wilayah Bengkulu dilayani oleh jaringan jalan sepanjang
7.776 km. Dari segi kuantitas ketersediaan jaringan jalan di Bengkulu cukup baik. Hal ini
terlihat dari indikator kerapatan jalan, yang menunjukkan rasio panjang jalan dalam kilometer
terhadap luas wilayah dalam kilometer persegi, dan dinyatakan dalam persen.

Angka kerapatan jalan (road density) di wilayah ini lebih tinggi dari angka nasional
dan beberapa provinsi lain di Pulau Sumatera. Cara lain untuk mengetahui tingkat defisiensi
infrastruktur wilayah adalah dengan membandingkan tingkat kerapatan jalan dan pendapatan
perkapita antarprovinsi di Indonesia. Hal ini didasari asumsi bahwa terdapat korelasi antara
kerapatan jalan dan tingkat pendapatan per kapita di suatu perekonomian.

Dari segi kualitas, terlihat bahwa hampir 40 persen panjang jalan di Bengkulu masih
belum beraspal. Kondisi ini mengurangi daya dukung jalan bagi pergerakan barang. Kondisi
jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh perjalanan dan membengkakkan biaya
distribusi barang antar daerah, yang akhirnya menghambat perekonomian daerah.

V. Infrastruktur Air Bersih di Bengkulu

Diperlukan investasi yang signifikan pada bidang air bersih dan sanitasi. Ketidakcukupan
pelayanan air bersih dan sanitasi menghalangi status Indonesia sebagai negara dengan
penghasilan menengah, melemahkan daya saing kota-kotanya, dan sangat mempengaruhi
kehidupan rakyat, Word Bank (2010). Pada wilayah Bengkulu, sebagian besar 73% desa
dengan sumber air bersih untuk kebutuhan domestik masyarakat bersumber dari air Pompa
Listrik/Tangan/Sumur. Sumber air bersih dari mata air juga masih menjadi pilihan bagi 152
desa/kelurahan yang terdapat di Provinsi Bengkulu. Terjadinya degradasi lingkungan seperti
pencemaran air sungai dan danau tidak mengurangi keinginan masyarakat untuk
menggunakan sumber air bersih dari sungai/danau/kolam untuk kebutuhan domestiknya.
Kondisi ini tercermin dari sebanyak 77 desa/kelurahan di Provinsi Bengkulu masih
menggunakan sumber air dari sungai/danau/kolam untuk kebutuhan domestiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel W, 2013. Dahlan: Sumatera Bisa Maju, Tinggal Listrik & Infrastruktur Disiapkan.
detikFinance. Selasa, 11/8/2016 18:57 WIB.

bengkulu-online.com, Selasa, 11/8/2016 18:00 WIB.

bengkuluekspress.com, Selasa, 11/8/2016 18:20 WIB.

http://www.bappeda.bengkuluprov.go.id/data-spasial/peta-wilayah.php, Selasa, 11/8/2016 19:20


WIB.

www.pu.go.id, Selasa, 11/8/2016 18:28 WIB.

loketpeta.pu.go.id, Selasa, 11/8/2016 18:39 WIB.

Anda mungkin juga menyukai