(Runoff)
Oleh :
F1I112029
JURUSAN FISIKA
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULIAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah
tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan
salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai,
atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat
kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka
bumi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut
dan daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus
hidrologi. Siklus ini merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer
merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara
tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan
mengangkut uap air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan
berkumpul membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan berubah
menjadi hujan.
Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus yang
baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang untuk
mencapai laut. Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ? Sebagian air
hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di
permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau
atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada
kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir
dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya
untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai.
Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan
kembali menguap melalui daunnya kembali ke atmosfer. Proses ini disebut
transpirasi.
Apabila hujan jatuh di daerah beriklim dingin, airnya tidak langsung
meresap ke dalam tanah atau mengalir sebagai run off, atau menguap. Air tersebut
akan menjadi salju atau es, yang merupakan cadangan air yang cukup besar di
daratan. Apabila salju atau es ini mencair, dapat menyebabkan naiknya muka air
laut dan menggenangi daerah pantai. Meskipun jumlah uap air di bumi waktu
tertentu sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total suplai air di bumi, tetapi
jumlah absolut dalam siklus yang melalui atmosfer setiap tahunnya sangat besar,
kira-kira 380.000 km3, jumlah yang cukup untuk menutupi permukaan bumi
sampai kedalaman sekitar satu meter. Karena jumlah total dari uap air di atmosfer
kira-kira tetap sama, maka curah hujan tahunan rata-rata di permukaan bumi harus
sama dengan jumlah air yang menguap. Tetapi untuk semua daratan, jumlah curah
hujan lebih banyak daripada penguapan, sebaliknya di laut, jumlah penguapan
lebih banyak daripada curah hujannya. Karena muka air laut tidak mengalami
penurunan, maka curah hujan di daratan sebanding dengan penguapan di laut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian air permukaan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi air permukaan
3. Proses terjadinya runoff
4. Hubungan antara runoff dengan vegetasi dan erosi
C. Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
faktor-faktor, proses dan hubungan antara runoof dengan vegetasi dan erosi
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi seperti ini hanya berlaku kalau kondisi permukaan tanah tetap
utuh tidak mengalami gangguan.Telah diketahui bahwa rataan ukuran tetesan air
hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Dalam suatu intensitas
hujan yang tinggi, energi kinetik tetesan air hujan sangat besar pada saat memukul
permukaan tanah. Hal ini dapat menghancurkan agregat tanah dan dispersi tanah,
dan mendorong partikel-partikel halus tanah memasuki pori tanah. Pori tanah
dapat tersumbat dan terbentuklah lapisan tipis yang padat dan kompak di
permukaan tanah sehingga mereduksi kapasitas infiltrasi.
Fenomena seperti ini lazim disebut sebagai “capping, crusting atau
sealing”. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di daerah-daerah arid dan semi-arid
yang mempunyai pola hujan dengan intensitas tinggi dan frekuensi tinggi, volume
rinoff sangat besar meskipun hujannya sebentar dan kedalaman hujan relatif kecil.
Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi (misalnya tanah-tanah abu volkan
dengan kandungan liat 20% ) sangat peka untuk membentuk kerak-permukaan
dan selanjutnya kapasitas infiltrasi menjadi menurun. Pada tanah-tanah berpasir,
fenomena kerak-permukaan ini relatif kecil.
2. Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam
vegetasi dan fase pertumbuhannya. Nilai-nilai intersepsi yang lazim adalah 1 - 4
mm. Misalnya tanaman serealia, mempunyai kapasitas simpanan intersepsi lebih
kecil dibandingkan dengan rumput penutup tanah yang rapat. Hal yang lebih
penting adalah efek vegetasi terhapad kapasitas infiltrasi tanah. Vegetasi yang
rapat menutupi tanah dari tetesan air hujan dan mereduksi efek kerak-permukaan.
Selain itu, perakaran tanaman dan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan
porositas tanah sehingga memungkinkan lebih banyak air meresap ke dalam
tanah. Vegetasi juga menghambat aliran air permukaan terutama pada lereng yang
landai, sehingga air mempunyai kesempatan lebih banyak untuk meresap dalam
tanah atau menguap.
3. Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan
Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa petak-
petak pada lereng yang curam menghasilkan runoff lebih banyak dibanding
dengan petak-petak pada lereng yang landai. Selain itu, jumlah runoff menurun
dengan meningkatnya panjang lereng. Hal seperti ini terjadi karena aliran air
permukaan lebih lambat dan waktu konsentrasinya lebih panjang (yaitu waktu
yang diperlukan oleh tetes air hujan untuk mencapai outlet daerah tangkapan air).
Hal ini berarti bahwa air mempunyai lebih banyak kesempatan untuk infiltration
dan evaporasi sebelum ia mencapai titik pengukuran di outlet. Hal yang sama juga
berlaku kalau kita membandingkan daerah-daerah tangkapan yang ukurannya
berbeda.
Efisiensi runoff (volume runoff per luasan area) meningkat dengan
menurunnya ukuran daerah-tangkapan air, yaitu semakin besar ukuran daerah-
tangkapan berarti semakin besar (lama) waktu konsentrasi air dan semakin kecil
efisiensi runoff.
Akan tetapi harus diingat bahwa diagram pada gambar di atas dibuat dari
kasus khusus di daerah “Negev desert” dan tidak berlaku umum di daerah-daerah
lainnya. Diagram ini menyajikan pola kecenderungan umum hubungan runoff dan
ukuran daerah tangkapan.
D.HUBUNGAN ANTARA RUNOFF, EROSI DAN KONSERVASI
Kerusakan tanah pertanian di daerah tropis sebagian besar disebabkan oleh
pemilihan dan penerapan teknologi yang salah tanpa memeperhatikan nilai-nilai
ekologi.Salah satu dampak pemilihan dan penerapan teknologi yang tidak benar
adalah erosi.Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa yang menyebabkan
terlepasnya partikel-partikel tanah sebagai akibat tenaga air, angin atau salju dan
pengalirannya ke daerah yang lebih rendah. Erosi mengakibatkan merosotnya
produktivitas tanah, menurunnya daya dukung tanah untuk memproduksi hasil
pertanian dan terganggunya nilai keseimbangan lingkungan hidup.
Di daerah tropis basah seperti Indonesia, erosi terutama disebabakan oleh
daya rusak air hujan.Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian merembes
ke dalam tanah, sebagian kecil menguap dan sebagian lagi mengalir di permukaan
tanah menuju tempat yang rendah.Aliran permukaan (run off) inilah yang menjadi
penyebab erosi.
Erosi yang di sebabkan oleh aliran air di permukaan dapat dicegah dengan
adanya konservasi, atau penanaman tumbuh-tumbuhan.Tumbuh-tumbuhan ini
ditanam bertujuan untuk menambah kapasitas penampungan air agar tidak terlalu
cepat terjadinya peluapan air di dalam permukaan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Runoff adalah aliran air yang mengalir pada permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh vegetasi, iklim dan aktifitas manusia.