Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu

Mata Kuliah : Potamologi

MAKALAH TENTANG AIR PERMUKAAN

(Runoff)

Oleh :

RAHMAT AZUL MIZAN

F1I112029

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2013
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul: “AIR PERMUKAAN (RAN OFF)”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Allah SWT serta bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Kendari, 20 Desember 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULIAN

A. LATAR BELAKANG
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah
tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan
salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai,
atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat
kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka
bumi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut
dan daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus
hidrologi. Siklus ini merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer
merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara
tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan
mengangkut uap air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan
berkumpul membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan berubah
menjadi hujan.
Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus yang
baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang untuk
mencapai laut. Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ? Sebagian air
hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di
permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau
atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada
kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir
dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya
untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai.
Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan
kembali menguap melalui daunnya kembali ke atmosfer. Proses ini disebut
transpirasi.
Apabila hujan jatuh di daerah beriklim dingin, airnya tidak langsung
meresap ke dalam tanah atau mengalir sebagai run off, atau menguap. Air tersebut
akan menjadi salju atau es, yang merupakan cadangan air yang cukup besar di
daratan. Apabila salju atau es ini mencair, dapat menyebabkan naiknya muka air
laut dan menggenangi daerah pantai. Meskipun jumlah uap air di bumi waktu
tertentu sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total suplai air di bumi, tetapi
jumlah absolut dalam siklus yang melalui atmosfer setiap tahunnya sangat besar,
kira-kira 380.000 km3, jumlah yang cukup untuk menutupi permukaan bumi
sampai kedalaman sekitar satu meter. Karena jumlah total dari uap air di atmosfer
kira-kira tetap sama, maka curah hujan tahunan rata-rata di permukaan bumi harus
sama dengan jumlah air yang menguap. Tetapi untuk semua daratan, jumlah curah
hujan lebih banyak daripada penguapan, sebaliknya di laut, jumlah penguapan
lebih banyak daripada curah hujannya. Karena muka air laut tidak mengalami
penurunan, maka curah hujan di daratan sebanding dengan penguapan di laut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian air permukaan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi air permukaan
3. Proses terjadinya runoff
4. Hubungan antara runoff dengan vegetasi dan erosi

C. Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
faktor-faktor, proses dan hubungan antara runoof dengan vegetasi dan erosi
BAB II
PEMBAHASAN

A. ALIRAN AIR PERMUKAAAN ( RUN OFF )


Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan
siklus yang baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih
panjang untuk mencapai laut.
Setiap tetes air hujan yang jatuh ke tanah merupakan pukulan-pukulan
kecil ke tanah. Pukulan air ini memecahkan tanah yang lunak sampai batu yang
keras. Partikel pecahan ini kemudian mengalir menjadi lumpur, dan lumpur ini
menutupi pori-pori tanah sehingga menghalangi air hujan yang akan meresap ke
dalam tanah. Dengan demikian maka semakin banyak air yang mengalir di
permukaan tanah. Aliran permukaan ini kemudian membawa serta batu-batu dan
bongkahan lainnya, yang akan semakin memperkuat gerusan pada tanah. Goresan
akibat gerusan air dan partikel lainnya ke tanah akan semakin membesar. Goresan
ini kemudian menjadi alur-alur kecil, kemudian membentuk parit kecil, dan
akhirnya berkumpul menjadi anak sungai. Anak-anak sungai ini kemudian
berkumpul menjadi satu membentuk sungai.
Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan
mengalir di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan
berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan
lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air
tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off)
akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi
dari tanah, danau dan sungai.
Run off adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi
evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai
karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan
(sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river
discharge) dan volume runoff.
Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti
retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga
pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi
merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti prose
pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya. Proses tersebut berjalan terus,
sehingga berkembang menjadi sebuah parit-parit kecil yang makin lama makin
tertoreh/terkikis baik secara lateral maupun vertikal. Akhirnya terbentuk sungai-
sungai kecil sebagai sistem sungai.
            Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor
(Lobeck, 1939: 158) adalah sebagai berikut :
1. Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan
aliran yang kuat, tetapi juga bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang
permanen. Sebagai contoh,  sungai-sungai dibagian timur Amerika Serikat lebih
banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat.
2. Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh
cenderung menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan (run-off)
.Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan Alabama dan
Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.
3. Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah
tanah) tidak menyebabkan terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah
Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai, walaupun curah hujannya
paling lebat didaerah Eropa.
4. Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik
volume, jumlah air , maupun keadan permanen aliran yang minimum.
5.Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air
permukaan yang mengurangi jumlah aliran bawah tanah, sehingga mempercepat
pengerjaan erosi.
Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap,
mengikuti muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena
itu, sungai mempunyai ciri yang tersendiri  dan berbeda dengan massa air lain
seperti danau, laut, dan sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut
seperti yang dikemukakan oleh Sudarja dan Akub (1977: 38) antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Pengalirannya tidak tetap, kadang kala alirannya deras dan ada kalanya lambat,
menghilang ke bawah permukaan dan sebagainya.
2.Mengangkut material, dari mulai Lumpur yang halus, pasir, kerikil sampai pada
material batuan yang lebih besar yang tergantung besar alirannya.
3.Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi oleh
tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal sampai pada
lembah-lembah yang dalam.
            Sungai sebagai suatu system yang terdiri dari beberapa anak sungai yang
tergabung ke dalam sungai induk pada suatu daerah aliran.Jadi daerah aliran suatu
sungai yang sering disebut DAS merupakan suatu wilayah ekosistem yang
dibatasi oleh pemisah topografi dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan
penyalur air beserta sedimen dan unsur hara lainnya.Melalui system sungai yang
mempunyai outlet tunggal, system aliran pada DAS terbagi ke dalam daerah aliran
hulu, daerah aliran tengah, daerah aliran hilir. Di masing-masing daerah aliran ini
terjadi proses geomorfik yang berbeda. Misalnya di bagian daerah aliran hulu
biasanya terjadi erosi vertical, bagian daerah tengah terjadi erosi vertical dan
lateral kira-kira sama kuat, dan didaerah aliran hilir terjadi proses erosi lateral.
Kegiatan aliran air sungai biasanya adalah mengambil (mengerosi/ mengikir),
mengangkut, dan mengendapkan, sehingga suatu lembah sungai sangat tidak tetap
dalam arti selalu mengalami perubahan-perubahan tersebut dapat tejadi pada
panjang, lebar atau dalamnya lembah.
            Air sungai dalam perjalannanya dari hulu ke hilir melakukan kegiatan
mengikis, mengambil bahan lepas, mengangkut dan mengendapkan.Suatu lembah
penampangnya tidak tetap dan sifatnya dinamik (mengalami perubahan-
perubahan). Perubahan ini di sebabkan karena erosi, erosi tersebut bias berupa
erosi mudik(menyebabkan lembah panjang kearah  ulu), erosi lateral
(menyebabkan pelebaran lembah), dan erosi vertical (menyebabkan pendalaman
lembah). Lembah dapat bertambah panjang akibat terjadi erosi lateral pada
daerah-daerah aliran sungai pada stadium tua. Terbentuknya meander
menyebabkab bertambah panjangnya lembah. Meander merupakan aliran
merupakan aliran sungai yang berliku-liku sebagai akibat dari erosi lateral,
sehingg dengn berliku-likunya aliran sungai lembah sungaipun bertambah
panjang.
Perubahan muka air laut dimana sungai tersebut bermuara.Penurunan
muka air laut ini dapat disebabkan karena terjadi pengangkatan dasar laut atau
penurunana dasar laut.Terjadinya penurunan dan pendangkalan dasar laut
menyebabkan aliran sungai bertambah panjang kearah laut, muara bergeser kearah
laut dan garis pantai bertambah lebar.

B. PROSES TERJADINYA RUNOFF (LIMPASAN PERMUKAAN)


Pada saat hujan turun, tetesan pertama air hujan ditangkap oleh daun dan
tajuk vegetasi. Ini biasanya disebut sebagai simpanan intersepsi. Kalau hujan
berlangsung terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan meresap ke
dalam tanah (infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas hujan
melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di
permukaan tanah, parit-parit, dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua
dipenuhi air, dan setelah itu barulah terjadi runoff.
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan
dipengaruhi pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan.Kapasitas awal (tanah
yang kering) biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun
hingga mencapai nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar
dari kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas
hujan menurun hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUNOFF


Terlepas dari karakteristik hujan, seperti intensitas hujan, lama hujan dan
distribusi hujan, ada beberapa faktor khusus lokasional (daerah tangkapan air)
yang berhubungan langsung dengan kejadian dan volume runoff.
1.      Tipe Tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh porositas tanah, yang
menentukan kapasitas simpanan air dan mempengaruhi resistensi air untuk
mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam.
Porositas suatu tanah berbeda dengan tanah lainnya.Kapasitas infiltrasdi
tertinggi dijumpai pada tanah-tanah yang gembur, tekstur berpasir; sedangkan
tanah-tanah liat dan berliat biasanya mempunyai kapasitas infiltrasi lebih
rendah.Bagan-bagan berikut menyajikan beragam kapasitas infiltrasi yang diukur
pada berbagai tipe tanah.
Kapasitas infiltrasi juga tergantung pada kadar lengas tanah pada akhir
periode hujan sebelumnya. Kapasitas infiltrasi aweal yang tinggi dapat menurun
dengan waktu (asalkan hujan tidak berhenti) hingga mencapai suatu nilai konstan
pada saat profil tanah telah jenuh air.

Kondisi seperti ini hanya berlaku kalau kondisi permukaan tanah tetap
utuh tidak mengalami gangguan.Telah diketahui bahwa rataan ukuran tetesan air
hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Dalam suatu intensitas
hujan yang tinggi, energi kinetik tetesan air hujan sangat besar pada saat memukul
permukaan tanah. Hal ini dapat menghancurkan agregat tanah dan dispersi tanah,
dan mendorong partikel-partikel halus tanah memasuki pori tanah. Pori tanah
dapat tersumbat dan terbentuklah lapisan tipis yang padat dan kompak di
permukaan tanah sehingga mereduksi kapasitas infiltrasi.
Fenomena seperti ini lazim disebut sebagai “capping, crusting atau
sealing”. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di daerah-daerah arid dan semi-arid
yang mempunyai pola hujan dengan intensitas tinggi dan frekuensi tinggi, volume
rinoff sangat besar meskipun hujannya sebentar dan kedalaman hujan relatif kecil.
Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi (misalnya tanah-tanah abu volkan
dengan kandungan liat 20% ) sangat peka untuk membentuk kerak-permukaan
dan selanjutnya kapasitas infiltrasi menjadi menurun. Pada tanah-tanah berpasir,
fenomena kerak-permukaan ini relatif kecil.
2.      Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam
vegetasi dan fase pertumbuhannya. Nilai-nilai intersepsi yang lazim adalah 1 - 4
mm. Misalnya tanaman serealia, mempunyai kapasitas simpanan intersepsi lebih
kecil dibandingkan dengan rumput penutup tanah yang rapat. Hal yang lebih
penting adalah efek vegetasi terhapad kapasitas infiltrasi tanah. Vegetasi yang
rapat menutupi tanah dari tetesan air hujan dan mereduksi efek kerak-permukaan.
Selain itu, perakaran tanaman dan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan
porositas tanah sehingga memungkinkan lebih banyak air meresap ke dalam
tanah. Vegetasi juga menghambat aliran air permukaan terutama pada lereng yang
landai, sehingga air mempunyai kesempatan lebih banyak untuk meresap dalam
tanah atau menguap.
3.      Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan
Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa petak-
petak pada lereng yang curam menghasilkan runoff lebih banyak dibanding
dengan petak-petak pada lereng yang landai. Selain itu, jumlah runoff menurun
dengan meningkatnya panjang lereng. Hal seperti ini terjadi karena aliran air
permukaan lebih lambat dan waktu konsentrasinya lebih panjang (yaitu waktu
yang diperlukan oleh tetes air hujan untuk mencapai outlet daerah tangkapan air).
Hal ini berarti bahwa air mempunyai lebih banyak kesempatan untuk infiltration
dan evaporasi sebelum ia mencapai titik pengukuran di outlet. Hal yang sama juga
berlaku kalau kita membandingkan daerah-daerah tangkapan yang ukurannya
berbeda.
Efisiensi runoff (volume runoff per luasan area) meningkat dengan
menurunnya ukuran daerah-tangkapan air, yaitu semakin besar ukuran daerah-
tangkapan berarti semakin besar (lama) waktu konsentrasi air dan semakin kecil
efisiensi runoff.
Akan tetapi harus diingat bahwa diagram pada gambar di atas dibuat dari
kasus khusus di daerah “Negev desert” dan tidak berlaku umum di daerah-daerah
lainnya. Diagram ini menyajikan pola kecenderungan umum hubungan runoff dan
ukuran daerah tangkapan.
D.HUBUNGAN ANTARA RUNOFF, EROSI DAN KONSERVASI
Kerusakan tanah pertanian di daerah tropis sebagian besar disebabkan oleh
pemilihan dan penerapan teknologi yang salah tanpa memeperhatikan nilai-nilai
ekologi.Salah satu dampak pemilihan dan penerapan teknologi yang tidak benar
adalah erosi.Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa yang menyebabkan
terlepasnya partikel-partikel tanah sebagai akibat tenaga air, angin atau salju dan
pengalirannya ke daerah yang lebih rendah. Erosi mengakibatkan merosotnya
produktivitas tanah, menurunnya daya dukung tanah untuk memproduksi hasil
pertanian dan terganggunya nilai keseimbangan lingkungan hidup.
Di daerah tropis basah seperti Indonesia, erosi terutama disebabakan oleh
daya rusak air hujan.Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian merembes
ke dalam tanah, sebagian kecil menguap dan sebagian lagi mengalir di permukaan
tanah menuju tempat yang rendah.Aliran permukaan (run off) inilah yang menjadi
penyebab erosi.
Erosi yang di sebabkan oleh aliran air di permukaan dapat dicegah dengan
adanya konservasi, atau penanaman tumbuh-tumbuhan.Tumbuh-tumbuhan ini
ditanam bertujuan untuk menambah kapasitas penampungan air agar tidak terlalu
cepat terjadinya peluapan air di dalam permukaan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Runoff adalah aliran air yang mengalir pada permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh vegetasi, iklim dan aktifitas manusia.

Anda mungkin juga menyukai