Anda di halaman 1dari 23

TUGAS GEOGRAFI HIDROSFER

Jumat, 01 Februari 2013


TUGAS GEOGRAFI HIDROSFER

DINAMIKA PERUBAHAN HIDROSFER DAN DAMPAKNYA


TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan.
Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.
Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan
uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga perempat atau 75 %
muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi kita ini adalah planet air.
Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu
lingkaran peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi, siklus air atau daur
hidrologi.
Persentase luas permukaan laut dan luas permukaan daratan
Di belahan bumi utara dan selatan.
BELAHAN BUMI
Utara
Selatan

LUAS LAUTAN (%)


61
81

LUAS DARATAN (%)


39
19

Untuk keperluan pemahaman praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan


beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :

Hidrometeorologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur2


meteorologi dan siklus hidrologi yang ditekankan kepada hubungan timbal
balik.

Potamologi, yaitu ilmu yang mempelajari air yang mengalir di permukaan


tanah, baik yang melalui saluran, maupun yang tidak melalui saluran.

Geohidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberadaan, persebaran, dan


gerak air di bawah permukaan tanah.

Limnologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air yang
berada di danau.

Oseanologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan air di lautan.

Siklus air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :


1. Siklus Air Kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan
hujan, lalu jatuh ke laut
2. Siklus Air Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa
angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke tanah,
selokan, sungai, dan ke laut lagi.
3 Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal2 es di
atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju,
membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke
laut.
Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti
gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain :

Evaporasi, yaitu penguapan benda2 abiotik dan merupakan proses


perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari
penguapan air laut.

Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata
atau mulut daun.

Evapotranspirasi, yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.

Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat
pendinginan.

Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi


panas dan uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara
mendatar.

Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi
yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.

Run Off (Aliran Permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan


tanah melalui sungai dan anak sungai.

Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori
tanah.

Di dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi


adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah
proses berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air
yang ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar
1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya terjadi sirkulasi pada
atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan
padat (es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat
menakjubkan. Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es
yang disebut membeku (freezing), atau sebaliknya es akan berubah menjadi air
yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair tersebut dapat pula berubah
menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah menjadi
gas ke dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km 3 air laut berubah menjadi uap air
atau sekitar 1.000 km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan
(termasuk penguapan dari tanaman yang disebut dengan Transpiration).
Uap air yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es
(kondensasi). Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi
kristal2 es, lama kelamaan semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan
beratnya sehingga jatuh ke bumi sebagai hujan (precipitation). Butiran2 air atau
kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara karena amat kecil
disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar
500.000 km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3
jatuh di daratan. Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah
sebagai berikut : air laut 97,5 %, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %,
serta berupa uap air 0,001 %.
AIR PERMUKAAN
Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi
(peresapan), atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke

permukaan bumi sebagai mata air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan
mengalir sebagai air permukaan.
Macam-macam air permukaan :
A. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan
bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai
merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang
berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula
sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun
yang amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut
Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada,
sungai ini hanya berupa palung2 yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat
mencapai laut karena banyak meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula
yang habis menguap kembali ke atmosfer.
Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian
hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti
debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
Iklim, usur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah
hujan (Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume
air yang ada dalam sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya
evaporasi yang mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air
atau banjir. Tetapi sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun
tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga debit air semakin kecil.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas dan ketinggian daerah aliran sungai
berpengaruh besar terhadap debit air sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian
permukaan bumi yang berfungsi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada
bagian permukaan bumi mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas.
Bagian permukaan bumi yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke
sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir

perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti memiliki daerah tangkapan
hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang mengalir pada DAS itu akan
lebih besar.
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :

Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni


lereng2 asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau
dataran yang baru terangkat.

Sungai Consequent Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar


dengan antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).

Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai
consequent lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke
puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se
samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru
yang mengikuti arah strike (arah patahan).

Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen


datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi
peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2 penutup dan memotong
formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan
yang tidak sesuai dengan struktur batuan.

Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat
mengimbangi pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila
pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.

Sungai Resequent, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope


(kemiringan patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan
sungai consequent lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga
lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsequent.

Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan


patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.

Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2
yang nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip.

Sungai ini mengalir dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran
dendritis.

Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah


alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk
menyesuaikan diri.

Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan
struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai
composit.

Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang


secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan
arah arus sungai.

Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang
berlawanan geomorfologinya.

Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :

Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan
miring sekali, sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat
mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih
lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu coastal plain (dataran
pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali kea rah laut.

Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai
struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint
(retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku2.

Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih
kecil atau lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih
mengikuti garis2 patahan.

Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau
dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni
lereng2 pegunungan.

Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan
suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya
menuju ke pusat depresi tersebut.

Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai
mangalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang
pararel.

Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau
kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai
consequent, subsequent, resequent dan obsequent.

Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat
pada daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal,
sehingga sungai2nya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh
jalan yang lurus dan pendek.

Macam-macam sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai


berikut :

Sungai Episodik, yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim
kemarau maupun pada musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di
Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.

Sungai Periodik, yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan
saja, sedang pada musim kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak
terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya
sungai periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang hutannya sudah
gundul.

Macam-macam sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :

Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air
hujan, seperti sungai2 di Pulau Jawa.

Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang sumber


airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian
mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai
gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.

Bagian-bagian pada daerah aliran sungai, yaitu :


1) Bagian Hulu Sungai.

Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium
muda, dengan ciri2 :
Pengikisan kearah dalam atau vertikal.
Aliran airnya deras
Tebingnya curam
Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
Belum terdapat teras2 sungai.
2) Bagian Tengah Sungai.
Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas,
dengan ciri2 :
Pengikisan ke arah dalam dan samping
Alirannya kurang begitu jelas
Banyak terjadi pengendapan
Terdapat teras2 sungai.
Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3) Bagian Hilir Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
Pengikisan tidak terjadi
Aliran air tenang
Banyak terjadi pengendapan
Teras2 sudah tidak jelas
Sungai banyak berkelok-kelok
Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
B. Danau.
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air
tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan
suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen,
artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau itu
hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya
bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2 tertentu
kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut :
1) Danau Air Asin.
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana
penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau

danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau
tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang
mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah
Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut
asam), kadar garamnya 32 %.
2) Danau Air Tawar.
Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan
tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu
mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai
berikut :
1. Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung
berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian
terisi oleh air hujan dan terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud
dan Gunung Batur.
2. Danau Lembah Gletser, setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui
gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak
berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau
Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
3. Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang
mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan
yang cukup besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci
dll.
4. Danau Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur,
sehingga membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau
ini banyak ditemukan di daerah pegunungan kapur.
5. Danau Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah
sungai terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau.
Contohnya danau laut tawar di Aceh dan Tondano.
6. Danau Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk
irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak
di Marelan, Proyek Asahan dll.
C. Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.

Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di
daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang
karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau
kurang dengan warna air kemerah-merahan.
2) Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada
saat air laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat
adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu
tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu
asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.
MORFOLOGI PESISIR PANTAI
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan
daratan disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan
laut di permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup
lautan sebesar 60%, sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan
sekitar 80%.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak
pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut.
Relief dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari
kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2 hanya
840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai
kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung
Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut menduga
dalamnya laut. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
1) Batu Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara mengukur
kedalaman laut yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan
sebuah tabung beserta alat pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem ini
memerlukan waktu yang lama karena untuk mengukur kedalaman laut sampai
5000 m saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu, kedalaman laut yang
sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering
condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2) Gema Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan mulai
digunakan sejak tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan penerima

gelombang suara. Suara dari alat pengirim akan merambat ke dasar laut dan
sesampainya di dasar laut dipantulkan kembali ke atas. Pantulan kembali gema
suara akan diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga sering
dinamakan hidrofon. Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka
dapat diketahui kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air
laut 1.500 m/det, dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
D=txv
2
Keterangan :
D = kedalaman laut
t = jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan
gema suaranya.
v = kecepatan suara dalam air.
Contoh :
Waktu antara dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya
oleh hidrofon di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t x v = 1500 x 7 = 5.250 meter
2
2
Dengan waktu hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah
dapat diketahui.
Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1) Laut Tepi.
Laut tepi merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan
dari samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi
Benua Asia.
2) Laut Pedalaman.
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan
atau terletak di tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam
yang terletak di tengah Benua Asia, juga Laut Adriatik.
3) Laut Tengah.
Laut tengah merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya
laut tengah (Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut
Indonesia yang memisahkan Benua Asia dengan Australia.
4) Selat.
Selat merupakan laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua.
Misalnya selat Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5) Teluk.
Teluk merupakan laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk
Siam yang terdapat di Thailand.

Pembagian laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat


dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut :
1) Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak
diantara pasang naik dan pasang surut.
2) Zona Epineritik, yaitu bagian cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat
paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya
sampai sedalam 50 m).
3) Zona Neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 200 m.
4) Zona Batial, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 2000 m.
5) Zona Abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.
Pembagian laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu sebagai berikut :
Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan
permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut
itu sendiri atau oleh turunnya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari
daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir zaman
glacial. Contoh : Laut Utara dan Laut Jawa.
Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut ini terjadi karena turunnya tanah
sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan.
Contoh : laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut Tengah.
Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut ini terjadi karena laut mengalami
proses penyempitan akibat adanya endapan2 di laut yang dibawa sungai sehingga
laut tersebut mengalami pendangkalan. Contohnya : Selat Malaka.
Arus laut adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap
dan teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai, tetapi
aliran arus laut lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu, dan cara
terjadinya.
1. Menurut letaknya
Arus bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus
bawah di Selat Gibraltar.
Arus atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus
Kalifornia.
2. Menurut suhunya.
Arus panas ialah bila suhu arus air laut lebih panas daripada suhu air laut di
sekitarnya, misalnya arus teluk.
Arus dingin ialah bila suhu arus laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya
arus Labrador.
3. Menurut terjadinya.
1) Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.

2) Arus karena dingin


3) Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4) Arus karena pengaruh daratan/benua.
5) Arus karena pasang naik dan surut.
Kecerahan atau warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik
yang ada di laut. Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab
berikut :
Pada umumny lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang
bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
Warna kuning, karena dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning
di Cina (sungai Huang Ho).
Warna hijau, karena adanya plankton2 dalam jumlah besar.
Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub
Utara dan Selatan.
Warna ungu, karena adanya organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor,
misalnya Laut Ambon.
Warna hitam, karena dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
Warna merah, karena banyaknya binatang2 kecil berwarna merah yang terapungapung, misalnya laut merah.
Salinitas atau kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan
gram) yang terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2
pelapukan di daratan. Hasil2 pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam,
yang oleh air sungai di larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di
setiap tempat laut memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada
air laut dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah
35%.
Menurut Clarke, di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
1) Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2) Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3) Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4) Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5) Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6) Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7) Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses
penguapan bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar
garam di laut ditentukan oleh faktor2 berikut :

1) Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser


2) Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3) Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
4) Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
Mineral laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Mineral
itu antara lain adalah :
Garam, tempat2 pembuatan garam dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
Kapur, berasal dari kerang, globigerine (foraminifera), dan sebagainya.
Kalium karbonat, berasal dari sebangsa lumut (potash)
Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya
untuk pupuk.
Kekayaan fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya
organisme laut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Bentos, ialah binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula
dibagi menjadi dua golongan yaitu : (1) bentos sesial, yang hidupnya terikat pada
suatu tempat, misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda dan sebagainya, dan
(2)bentos vagil, yang bergerak di dasar laut, misalnya landak laut, siput laut, dan
sebagainya.
2) Pelagos, ialah organisme yang hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan
umumnya menjadi penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang
mempunyai alat badan sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah
tertentu yang menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik
bagi mereka. Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah
golongan organisme yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak.
Gerakan mereka bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan
suhu. Contoh : jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan
tumbuh2an yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga binatang2
bersel banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.
Sama halnya dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal
dari sisa2 organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan
lumpur berturut-turut dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1. Endapan Lumpur Terigen, endapan yang terdiri dari materi2 halus, terutama
materi2 dari daratan yang dibawa oleh sungai2.
2. Endapan Lumpur Globigerina, yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang
dan tumbuhan2 yang telah mati, terutama terdiri dari kapur berasam arang dan
asam kersik. Lumpur globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang
dalamnya antara 2000 m sampai 4000 m.

3. Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu endapan yang
sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagian
berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang berangka zat kersik. Endapan ini
terdapat pada laut yang dalam (4.000 7.000 m) dan tidak terdapat kapur atau
persenyawaan2 kapur
Hidrosfer di muka bumi selanjutnya akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
perairan darat dan perairan laut. awan terbentuk karena adanya penguapan
Perairan di daratan
Perairan di daratan tergolong sebagai perairan tawar, yaitu semua perairan yang
melintasi daratan. Air di daratan meliputi air tanah dan air permukaan.
Air tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah. Air tanah berasal dari salju,
hujan atau bentuk curahan lain yang meresap ke dalam tanah dan tertampung pada
lapisan kedap air.
Air tanah dangkal
Air freatis adalah air tanah yang terletak di atas lapisan kedap air tidak jauh dari
permukaan tanah.
Air freatis sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya. Pada musim
kemarau jumlah air freatis berkurang. Sebaliknya pada musim hujan jumlah air
freatis akan bertambah. Air freatis dapat diambil melalui sumur atau mata air.
Air tanah dalam
Air artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tanah, di antara dua lapisan
kedap air.
Lapisan di antara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan
tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan
keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis.
Air artesis dapat dapat diperoleh melalui pengeboran. Sumur pengeborannya
disebut sumur artesis...
Air permukaan
Air permukaan adalah wadah air yang terdapat di permukaan bumi. Bentuk air
permukaan meliputi sungai, danau, rawa.

Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu
lembah atau di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah
(laut, danau atau sungai lain).
Bagian-bagian sungai
Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.

Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat
mengalir turun.

Bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai.

Bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara
sungai.

Jenis-jenis sungai
Jenis-jenis sungai dibagi menjadi 5, yaitu sungai hujan, sungai gletser, sungai
campuran, sungai permanen dan sungai periodik.

Sungai hujan adalah sungai yang berasal dari hujan.

Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari gletser atau bongkahan
es yang mencair.

Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan dan salju
yang mencair.

Sungai permanen adalah sungai yang airnya relatif tetap.

Sungai periodik adalah sungai dengan volume air tidak tetap.

Siklus hidrologi merupakan perputaran air yang diawali dari penguapan air laut,
danau, rawa, sungai, tumbuhan, hewan, manusia, dan benda lainnya.

mengidentifikasi unsur-unsur utama siklus hidrologi.

mengidentifikasi berbagai jenis perairan.

mendeskripsikan Daerah Aliran Sungai (DAS).

mendeskripsikan kejadian dan potensi air permukaan dan air tanah.

mengidentifikasi penyebab dan dampak banjir serta usaha mengurangi


resiko banjir

Hampir tiga perempat bumi tertutup oleh air. Kalian dapat menemukannya di
samudera, laut, danau, sungai, rawa, kolam, penampungan air, dan sebagainya,
termasuk di atmosfer dalam wujud gas. Jumlah total air di bumi termasuk cairan,
gas dan es sekitar 336 juta mil kubik (1,4 miliar kilometer kubik), dan sebanyak
97,2% berada di samudera. Gejala air yang tersebar di permukaan bumi disebut
hidrosfer. Hidrosfer berasal dari kata hydro artinya air dan sphaira artinya
lapisan. Jadi, hidrosfer adalah bagian lapisan air yang menutupi atau berada
dalam bumi kita. Ilmu khusus yang mempelajari air di wilayah daratan dinamakan
hidrologi.
A. SIKLUS AIR (SIKLUS HIDROLOGI)
Tahukah kamu bahwa air yang kita manfaatkan sekarang ini terbentuk jutaan tahun
silam oleh siklus air atau daur hidrologi? Air di permukaan bumi selalu mengalami
perputaran. Siklus air atau daur hidrologi adalah pola sirkulasi air dalam
ekosistem yang dimulai dengan adanya proses pemanasan permukaan bumi oleh
sinar matahari, lalu terjadi penguapan hingga akan terjadi kondensasi uap air, yaitu
proses perubahan uap air menjadi titik air. Kumpulan titik air di atmosfer
dinamakan awan. Bila uap air telah menjadi titik-titik air, maka hujan akan turun.
Kemudian air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan tersebar, ada yang
meresap ke dalam tanah, singgah di dedaunan, mengalir menuju laut melalui
sungai atau mengumpul di danau, atau menguap lagi ke atmosfer. Siklus hidrologis
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1 Siklus pendek, yaitu air laut menguap, terjadi kodensasi, uap air membentuk
awan, kemudian terjadi hujan, dan kembali ke laut lagi.
2.Siklus menengah, yaitu air laut menguap, terjadi kodensasi, uap air terbawa
angin dan membentuk awan di atas daratan, hujan jatuh di daratan menjadi air
darat, kemudian menuju laut.
Tekan disini siklus air menengah
3.Siklus panjang, yaitu air laut menguap, terjadi kodensasi, uap air terbawa angin
dan membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan tinggi, jatuh sebagai
salju, terbentuk gletser, mengalir ke sungai, selanjutnya kembali ke laut lagi.
Tekan disini siklus air panjang
Adapun unsur-unsur utama (komponen) yang terjadi
dalam proses siklus hidrologi, adalah sebagai berikut:

1 . Evaporasi (presipitasi), air di permukaan bumi, baik di daratan maupun di


laut dipanasi oleh sinar matahari kemudian berubah menjadi uap air yang tidak
terlihat di atmosfir. Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui
sebuah proses yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh
secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan.
Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000
mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan,
danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dan
transpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut evapotranspirasi.
2 . Kondensasi, uap air naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi akan
mengalami pendinginan, sehingga terjadi perubahan wujud melalui kondensasi
menjadi embun, titik-titik air, salju dan es. Kumpulan embun, titik-titik air, salju
dan es merupakan bahan pembentuk kabut dan awan.
3 . Presipitasi, ketika titik-titik air, salju dan es di awan ukurannya semakin
besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan. Presipitasi pada
pembentukan hujan, salju, dan hujan batu (hail) berasal dan kumpulan awan.
Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara.
Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awanawan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh air yang
kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail), tergantung
pada suhu udara sekitarnya.
4. Infiltrasi (Perkolasi), air hujan yang jatuh ke permukaan bumi khususnya
daratan, kemudian meresap ke dalam tanah dengan cara mengalir secara infiltrasi
atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan, sehingga
mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah.
5 . Surface run of, air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
B. Pola aliran sungai
1.Pola radial (menjari) di bagi menjadi dua :
a. Radial sentrifugal : arah alirannya meninggalkan pusat atau menuruni
lereng/kerucut gunung.
b. Radial sentripetal : arah alirannya menuju pusat atau menuju pusat depresi /
penurunan.

2.Pola pararel : pola aliran sungai berbentuk sejajar dengan sungai lainnya dan
alirannya menyesuaikan dengan kemiringan lereng,
3. Pola rektangular : bentuknya siku siku atau hampir mendekati siku siku.
4. Pola trelis : berbentuk sirip daun, terjadi pada pegunungan lipatan.
5. Pola dendririk : berbentuk seperti pohon dengan cabang cabangnya.
6. Pola Anular : pada awalnya merupakan pola radial sentrifugal, kemudian timbul
sungai subsekuen, obsekuen dan resekuen.
Pengertian Hidrosfer
Hidrosfer merupakan wilayah perairan yang mengelilingi bumi. Hidrosfer meliputi
samudra, laut, sungai, danau, air tanah, mata air, hujan, dan air yang berada di
atmosfer. Sekitar tiga perempat dari permukaan bumi ditutupi oleh air. Air di bumi
bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi, di mana air jatuh sebagai hujan dan
mengalir ke samudra-samudra sebagai sungai dan menguap kembali ke atmosfer.
Pengertian hidrosfer dan siklus air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kehidupan di bumi.
Contohnya, proses pembentukan muka bumi, erosi, pengangkutan, dan
pengendapan.
Air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen
menjadi H2O. Air dapat ditemukan dalam tiga wujud, yaitu : padat, cair, dan gas.
Lebih dari 70% permukaan bumi tertutup lapisan air, baik sebagai air samudra, air
laut, air tanah, danau, sungai, gletser, salju, maupun uap air di atmosfer. Seluruh
lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi tersebut disebut hidrosfer. Air
merupakan salah satu sumber daya secara alamiah dapat diperbaharui (renewable).
Air mempunyai daya regerenasi dalam suatu sirkulasi yang disebut siklus air
(water circle). Pemanasan air laut oleh sinar matahari dapat terus menerus
berlangsung.
Ada tiga macam siklus air, yaitu siklus pendek, sedang dan panjang.
1. Siklus pendek
Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi di atas laut, selanjutnya
membentuk awan dan jatuh sebagai hujan di laut setempat. Karena terjadi
pemanasan oleh sinar matahari, air di laut menguap, membubung di udara. Di
udara uap air mengalami penurunan suhu karena perbedaan ketinggian (setiap naik
100 meter suhu udara turun 0,5 0C). Dengan demikian semakin ke atas suhu udara
semakin rendah, sehingga terjadi proses kondensasi (pengembunan).
2. Siklus sedang
Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi, selanjutnya membentuk

awan yang terbawa angin menuju daratan dan jatuh sebagai hujan. Namun,
terbentuknya awan tidak selalu di atas laut sehingga ada kemungkinan yang
terbawa angin adalah uap airnya. Setelah di atas daratan uap air berubah menjadi
awan dan selanjutnya turun sebagai hujan. Air hujan yang jatuh di darat ada yang
menjadi aliran permukaan, meresap ke dalam tanah, mengalir di sungai, dan
akhirnya kembali ke laut.
3. Siklus panjang
Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi, selanjutnya seperti pada
siklus sedang, uap air atau awan terbawa angin menuju daratan hingga pegunungan
tinggi. Karena pengaruh suhu, uap air berubah menjadi kristal-kristal es atau salju.
Kemudian jatuh sebagai hujan es atau salju yang membentuk gletser, mengalir
masuk ke sungai, dan akhirnya kembali ke laut siklus air tersebut disebabkan oleh
adanya proses-proses yangmengikuti gejala meteorologis dan klimatologis antara
lain:
a. Evaporasi yaitu penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses
perubahanwujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari penguapan
air laut.
b. Transpirasi yaitu proses pelepasan uap air dan tumbuh-tumbauhan melalui
stomataatau mulut daun.
c. Evapotranspirasi yaitu proses gabungan anatara evaporasi dan transpirasi.
d. Kondensasi yaitu proses perubahan uap air menjadi air akibat pendinginan.
e. Adveksi yaitu transporasi air pada gerakan horisontal seperti tranportasi panas
danuap air dari satu lokasi ke lokasi yang yang lain oleh gerakan udara mendatar.
f. Presipitasi yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi
yangmeliputi air, hujan, es dan hujan salju.
g. Run Off yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui anak sungai
dansungai.
h. Infiltrasi yaitu perembesan aiatau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori
tanah.
Air di alam terbagi menjadi tiga, sebagai berikut.
Air di permukaan bumi, meliputi laut, sungai, danau, rawa, salju, es, dan gletser.
Air di udara, meliputi uap air, kabut, dan berbagai macam awan.
Air di dalam tanah, meliputi air tanah, air kapiler, geiser, dan artois.
Jumlah air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang, namun wujud dan
tempatnya sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air (padat, cair, dan gas)
membentuk suatu siklus atau daur yang disebut siklus/daur hidrologi.
Siklus hidrologi adalah proses perputaran air, dari air menguap menjadi awan, dan
apabila sudah mencapai titik jenuh awan tersebut akan jatuh dalam bentuk air
hujan begitu seterusnya. Dalam siklus hidrologi air mengalami perubahan bentuk.

Berbagai perubahan bentuk air dalam siklus hidrologi diuraikan sebagai berikut:
Proses penguapan air permukaan, seperti air laut, sungai, danau, sawah, dan air
yang terkandung dalam tumbuhan menguap karena terkena sinar matahari. Proses
penguapan tersebut disebut dengan evaporasi, di mana dalam proses ini terjadi
perubahan bentuk air dari cair menjadi uap air atau awan.
Uap air dari hasil penguapan pada ketinggian tertentu berubah menjadi awan
dan ada yang terbawa angin naik ke pegunungan, karena pengaruh udara dingin air
berubah menjadi awan. Dalam proses ini terjadi perubahan bentuk air dari cair
menjadi gas (uap) dan berubah lagi menjadi embun bahkan menjadi kristal-kristal
es (benda padat).
Awan sampai pada suhu dan ketinggian tertentu akhirnya jatuh ke bumi dalam
bentuk hujan. Dalam proses ini air yang berbentuk padat (kristal es) jatuh ke
permukaan bumi menjadi air. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi ada yang
mengalir di permukaan tanah (mengalir ke sungai, danau, dan laut) dan ada pula
yang meresap ke dalam tanah. Air yang berada di permukaan tanah akan menguap
lagi menjadi uap air dan awan, kemudian turun menjadi hujan, begitu seterusnya.
Energi matahari yang datang di permukaan bumi menyebabkan penguapan air ke
bagian atmosfer. Kemudian di atmosfer uap air ini mengalami kondensasi dan
selanjutnya akan jatuh sebagai hujan.
Pemanasan oleh sinar matahari menyebabkan suhu air laut di darah tropis lebih
panas dibandingkan suhu air laut yang terletak di belahan bumi lainnya.
Akibatnya, timbul arus vertikal ke arah permukaan laut di daerah tropis serta arus
ke arah dasar laut di daerah kutub. Adanya arus vertikal ini juga mengakibatkan
perbedaan tekanan teanan air laut antara daerah tropis dengan daerah kutub.
Perbedaan ini bersamaan dengan perputaran bumi serta arus angin akan
menimbulkan arus air di permukaan air laut yang membantu distribusi organismeorganisme di laut.
B. Manfaat Air
1). Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang jatuh dari atmosfer dan keluar dari mata air,
kemudian mengalir di atas permukaan tanah, masuk ke sungai besar dan sungai
kecil, kolam-kolam, danau-danau, rawa, dan .
Potensi air permukaan dan air tanah, yaitu sebagai berikut:
a) sebagai sumber air minum, baik melalui sumur maupun pengeboran
b) sebagai sumber tenaga, yaitu dari tenaga air waduk atau danau dibuat PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air);
c) sebagai irigasi (dari waduk atau danau);
d) air di sungai merupakan tempat persediaan ikan secara alami, air di waduk
dibuat faring terapung;

e) sebagai sarana transportasi, seperti yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal
di pinggir sungai besar maupun danau;
f) sebagai bahan pembantu dalam proses industri;
g) sebagai sarana olahraga, misalnya arung jeram, lomba dayung, renang, dan
sebagainya.
2) . Manfaat danau adalah sebagai berikut:
a) sebagai sumber mata pencarian penduduk sekitar (perikanan darat);
b) sebagai pusat pembangkit listrik;
c) sebagai objek wisata;
d) tempat kegiatan olahraga dayung dan ski air.
Penyebab Rusaknya Danau
(1) Volume penguapan lebihbesar daripada volume air yang masuk
(2) Berkurangnya debit aliran air sungai yang masuk
(3)Adanya gerakan tektonikyang menyebabkanterangkatnya dasar danau
(4)Adanya endapan sungai yangmenyebabkan pendangkalandanau
(5)Adanya zat pencemar yangmasuk ke danau
3). Manfaat perairan laut
Laut memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya sebagai
berikut
1. Sumber mata pencaharian penduduk
Perairan laut merupakan sumber kehidupan bagi nelayan. Perairan laut
menyediakan berbagai macam jenis ikan,kerang,udang dan sebagainya.
2. Sarana transportasi
Laut merupakan air yg murah, karena hampir tidak dioerlukan biaya pembuatan
dan pemeliharaan. Melalui laut, berbagai hasil dapat dibawa dari satu tempat ke
tempat yg lain. Transportasi laut dapat berupa kapal penumpang, kapal barang, dan
kapal pesiar. Contoh transportasi laut yaitu penyebrangan antar pulau di Selat
Sunda antara Pelabuhan Merak dan Bakauheni.
3. Pembangkit tenaga listrik
Perairan laut memiliki potensi dan gelombang yg besar. Angin dan gelombang saat
ini dimanfaatkan sebagau penggerak motor penghasil listrik.
4. Tempat wisata bahari
Laut dapat dijadikan tempat rekreasi dan wisata bahari, misalnya di Cilincing,
Ancol, dan Parangtritis.

5. Pengatur iklim
Perbedaan sifat fisik air lautdan sifat fisik daratan dapat menimbulkan gerakan
udara (angin). Bersama-sama dengan angin tersebut, maka uap air laut terbawa dan
dapat menyejukkan atau memanaskkan tempat yg dilalui serta dapat menimbulkan
turunnya hujan.
6. Tempat pertahanan dan keamanan
Kapal-kapal laut dapat menjagankeamanan dan kedaulatan wilayah indonesia dari
serangan negara asing
7. Sumber bahan tambang
Bahan tambang terutama minyak dan gas banyak dijumpai di tengah perairan laut.
Hal ini terjadi karena bahan-bahan pembentuk minyak, seperti jasad organik ikan
dan tumbuhan banyak terjadi di laut. Misalnya, pertambangan minyak dan gas
lepas pantai di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Diposkan oleh Kelompok Hidrosfer di 20.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)
o Februari (1)
TUGAS GEOGRAFI HIDROSFER

Mengenai Saya
Kelompok Hidrosfer
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai