Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR-DASAR GEOGRAFI

TENTANG SIKLUS HIDROLOGI

DI SUSUN OLEH
1. MUHAMMAD YUSRA (19020027)

DOSEN: RIKA DESPIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2020
Pengertian Hidrologi, Siklus Hidrologi
dan Macam Macam Siklus Hidrologi dan
penyebaran air dipermukaan bumi

G E O G R A F I   •   S M A / SM K

Pengertian Hidrologi
Jika dilihat secara etimologi hidrologi berasal dari bahasa Yunani yakni kata
Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, atau Hydrologia, yang memiliki arti ilmu air. Jadi hidrologi
dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geografi yang mengkaji mengenai
pergerakan, distribusi dan juga kualitas air di bumi, kajian ini juga meliputi siklus
hidrologi dan sumber daya air.

Lebih lanjut ilmu hidrologi juga mengkaji hidrometeorologi (air yang ada di udara
dengan wujud gas), potamologi (aliran permukaan), kriologi (air dengan wujud padat
contohnya es dan salju), geohidrologi (air tanah), serta limnologi (air permukaan yang
cenderung tenang contohnya danau, dan waduk).

Siklus Hidrologi
Sebelum membahas siklus hidrologi, agar lebih memudahkan maka simak baik baik
tahapan dalam siklus ini. Ada 9 tahap yang perlu kita ketahui, yakni evaporasi,
transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondesasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infiltrasi. Berikut ini penjelasan tiap tahapnya.

1. Evaporasi merupakan penguapan yang berasal dari air, baik dari samudera,


laut, danau, rawa, sungai bahkan bendungan sekalipun.
2. Transpirasi merupakan penguapan yang berasal dari makhluk hidup, baik itu
tanaman ataupun binatang.
3. Evapotranspirasi merupakan penguapan gabungan dari evaporasi dan
transpirasi. Contohnya di area persawahan terdapat genangan air dan juga tanaman,
evapotranspirasi penguapan dari air dan juga tanaman tersebut.
4. Sublimasi merupakan penguapan yang berasal dari es di kutub atau puncak
gunung tanpa melalui proses mencair.
5. Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel es
di atmosfer, kemudian menyatu menjadi awan.
6. Adveksi merupakan proses perpindahan awan dari titik satu ke titik lain, tapi
masih dalam satu horizontal.
7. Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam akibat pengaruh suhu
udara yang tinggi dalam bentuk hujan.
8. Run Off merupakan proses pergerakan air dari tempat tinggi menuju tempat
yang rendah dan terjadi di permukaan bumi.
9. Infiltrasi proses air dari presipitasi mengalir ke pori pori tanah dan
terakumulasi di tanah.

Setelah mengetahui tahapan tersebut maka sekarang kita masuk dalam penjelasan
siklus hidrologi. Siklus hidrologi diawali dari proses evaporasi dan diakhiri dengan
infiltrasi.

1. Uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi yang
berasal daratan maupun juga lautan bergerak ke atas menuju ke atmosfer.
2. Uap air tersebut kemudian mengalami proses kondensasi dan berkumpul
menjadi satu membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bersatu maka
semakin hitam awan yang terbentuk.
3. Awan hitam yang telah mengalami proses adveksi akan berlanjut ke proses
presipitasi. Dalam proses presipitasi tidak hanya turun hujan air, tetapi juga bisa turun
hujan salju jika suhunya sangat dingin.
4. Hujan yang telah turun kemudian akan mengalir kembali ke sungai, danau
ataupun laut atau dapat dikatakan mengalami proses run off. Selain mengalir ke area
yang lebih rendah, ada sebagian kecil air yang mengalami proses infiltrasi.
Sehingga siklus tersebut dapat disimpulkan secara sederhana, yakni air ⇒ uap air ⇒ awan ⇒
hujan ⇒ pengaliran air ⇒ dan kembali lagi ke uap air.

Macam Macam Siklus hidrologi


Siklus hidrologi dibagi menjadi beberapa jenis, yakni siklus pendek, siklus sedang dan siklus
panjang. Masing masing jenis siklus mempunyai urutan tersendiri.

1. Siklus Pendek
Berikut ini adalah urutan dari siklus pendek:

Penguapan dari air laut ⇒ konveksi ⇒ kondensasi ⇒ awan terbentuk di atas lautan ⇒ hujan
terjadi di lautan.

2. Siklus Sedang

Berikut ini adalah urutan proses siklus sedang:

Penguapan air laut ⇒ konveksi ⇒ kondensasi ⇒ terbawa angin ⇒ air hujan itu mengalir
kembali ke laut.

3. Siklus Panjang
Durasi waktu yang dibutuhkan pada siklus ini cenderung panjang dan lambat. Berikut urutan
dari siklus panjang:

Penguapan air laut ⇒ konveksi ⇒ turun hujan ⇒ terjadi aliran permukaan dan aliran bawah
tanah ⇒ kemudian aliran permukaan ataupun aliran bawah tanah mengalir kembali ke laut.
Proses penyebaran air di muka bumi

setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000 km3, yaitu
390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan. Persebaran
air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5 %, air
sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001 %.

 AIR PERMUKAAN.

                Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi
(peresapan), atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan
bumi sebagai mata air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air
permukaan.

 Macam-macam air permukaan : 

A. Sungai

                Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan
bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran
yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari
anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.

                Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula
sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat
kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan,
palung2 sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2
yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap ke

dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.
                Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu,
sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya
besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.

                Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :

10. Iklim, usur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah
hujan (Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air
yang ada dalam sungai.

Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang
mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi
sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan
meningkat sehingga debit air semakin kecil.

5. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas dan ketinggian daerah aliran sungai
berpengaruh besar terhadap debit air sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian
permukaan bumi yang berfungsi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan
yang jatuh di atasnya melalui sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan
bumi mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi
yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas.
Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas
berarti memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang
mengalir pada DAS itu akan lebih besar.

  Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :

1. Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli
yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang baru
terangkat.
2. Sungai Consequent Longitudinal,  yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
3. Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent
lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga
sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya
akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan).
4. Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat
mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga
sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
5. Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi
pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut
berjalan dengan lambat.
6. Sungai Resequent, yakni sungai  yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan
patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral.
Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak
sungai subsequent.
7. Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi
berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.
8. Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata.
Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir
dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
9. Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya
melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
10. Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur
geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.
11. Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat
terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
12. Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan
geomorfologinya.

  Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :

1. Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring
sekali, sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke
tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat
terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya
miring sekali kea rah laut.
2. Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur
patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini
merupakan pola aliran siku2.
3. Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau
lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2
patahan.
4. Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang
baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
5. Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
6. Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
7. Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera
yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent,
resequent dan obsequent.
8. Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada
daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya
tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

    Macam-macam sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :

1. Sungai Episodik, yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau
maupun pada musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera,
dan Kalimantan.
2. Sungai Periodik, yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang
pada musim kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur,
Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari
daerah2 yang hutannya sudah gundul.

 Macam-macam sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :

1. Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan,
seperti sungai2 di Pulau Jawa.
2. Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang sumber airnya berasal
dari air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu jika
sungai mata airnya dari gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai Mamberema di
Irian Jaya.

 Bagian-bagian pada daerah aliran sungai, yaitu :

1)       Bagian Hulu Sungai.

Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda,
dengan ciri2 :

1. Pengikisan kearah dalam atau vertikal.


2. Aliran airnya deras
3. Tebingnya curam
4. Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
5. Belum terdapat teras2 sungai.

2)       Bagian Tengah Sungai.

Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan ciri2

1. Pengikisan ke arah dalam dan samping


2. Alirannya kurang begitu jelas
3. Banyak terjadi pengendapan
4. Terdapat teras2 sungai.
5. Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.

3)       Bagian Hilir Sungai.

Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :

1. Pengikisan tidak terjadi


2. Aliran air tenang
3. Banyak terjadi pengendapan
4. Teras2 sudah tidak jelas
5. Sungai banyak berkelok-kelok
6. Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.

 B. Danau.

                Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air tanah.
Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada
danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair
sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja
misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya
danau tersebut pada waktu2 tertentu kering.

Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :

1)       Danau Air Asin.

Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang
terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi
kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau2 yang bersifat
temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau
kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau
Merah (dekat laut asam), kadar garamnya 32 %.

2)       Danau Air Tawar.

Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada
umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali
ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.

 Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

1)       Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung


berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air
hujan dan terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.

2)       Danau Lembah Gletser,  setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui


gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak
berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau
Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.

3)       Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang


mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup
besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.

4)       Danau Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur,


sehingga membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak
ditemukan di daerah pegunungan kapur.

5)       Danau Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai


terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya
danau laut tawar di Aceh dan Tondano.

6)       Danau Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk
irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di
Marelan, Proyek Asahan dll.

 C. Rawa

                Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.

                Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :

1)       Rawa yang airnya selalu tergenang

Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya
selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat
keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.

2)       Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.

Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut
pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air
tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa
memiliki tanah yang tidak terlalu asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.

Anda mungkin juga menyukai