Anda di halaman 1dari 7

SIKLUS HIDROLOGI

Deskripsi Singkat
Siklus hidrologi merupakan peristiwa hidrologis yang menggambarkan proses
dinamika atau perjalanan air dari satu tempat ke tempat lain pada demensi waktu dan
ruang yang tidak terbatas. Pada peristiwa siklus hidrologi dinamika air dapat berubah ujud
dari cair menjadi gas atu padat, dan sebaliknya. Disamping itu disini melalui kekuatan-
kekuatan secara alami air dapat teragihkan ke berbagai tempat. Mahasiswa akan belajar
tentang bagaimana proses terjadinya siklus hidrologi dan proses-proses hidrologi apa
yang terlibat dalam siklus tersebut.

Relevansi
Dengan mempelajari siklus hidrologi, mahasiswa dapat menelusuri tentang agihan
air di permukaan bumi, dalam kaitannya dengan dan keterkaitan factor biogeofisik wilayah
(DAS). Demikian juga ketersedian air di sutu tempat serta karakter atau perilaku air di
suatu tempat dapat dianalisis. Dengan demikian mahasiswa dapat menemukembangkan
permasalahn air di suatu kawasan tertentu melaui upaya identifikasi keruangan.

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan memahami proses
terjadinya siklus hidrologi, proses-proses hidrologi yang terlibat dalam siklus hidrologi,
serta mampu mendeteksi permasalahan air di suatu kawasan DAS dalam hubungannya
dengan agihan atau persebaran air.

A. Pengertian
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis
atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
dalam tiga cara yang berbeda:
• Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya
akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
• Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi
kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan
tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
• Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-
komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah
air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa penggerak daur hidrologi adalah matahari
dan air akan bergerak tanpa awalan dan tanpa akhiran. Masing-masing komponen dalam
daur hidrologi tersebut akan saling berkaitan.

Gambar 1. Siklus Hidrologi


ATMOSFER

Presipitasi
Evapotran
spirasi Overlandflow
PERMUKAAN Evaporasi
LAHAN

Transpirasi Infiltrasi

ZONE TAK Interflow JARINGAN Total


Runoff LAUT
JENUH ALUR
SUNGAI
Perkolasi
Kapiler

Baseflow
ZONE JENUH

Gambar 2. Bagan Siklus hidrologi

Gambar.3 Siklus Hidrologi tertutup


Gambar 4. Siklus Hidrologi Terbuka

Kata kunci:
1. Evaporasi (Penguapan)
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki
cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan
mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik
air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari
lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang
basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang
hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.
2. Transpirasi (penguapan dari tanaman)
Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang
dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap
air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan.

3. Kondensasi (pengembunan)
Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya pada
partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi dapat berubah menjadi
cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)).
Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan.

3. Presipitasi
Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) yang berasal dari
kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh
arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju
pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi
jenuh air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail),
tergantung pada suhu udara sekitarnya.

4. Perkolasi / Infiltrasi
Beberapa presipitasi dan salju cair bergerak ke lapisan bawah tanah, mengalir secara
infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan sehingga
mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah.

5. Intersepsi
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun
maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya
segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama
intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk dan
bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar 30% dari
hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun bagian atas saja,
intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi hujan
yang menjadi run off.
6. Throughfall, Crown drip, Steamflow
Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan
melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada
batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran
air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow dipengaruhi oleh struktur batang
dan kekasaran kulit batang pohon.

7. Infiltrasi dan Perkolasi


Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi,
sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga
gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi
tersuspensi dalam air juga waktu.

8. Kelengasan Tanah
Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah.
Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui
permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam
keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat kelengasan tanah
rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah.

9. Simpanan Permukaan (Surface Storage)


Simpanan permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada
perakaran pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan
permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan
permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi.
10. Runoff
Adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan
air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari
permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan
sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.
B. Peran hutan dalam pengendalian siklus hidrologi
Sangat banyak harapan yang ditopangkan kepada hutan di dalam rangka
pengendalian daur air suatu kawasan. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan
peran hutan dengan vegetasinya banyak yang bisa diharapkan, walaupun peran tersebut
sangat dibatasi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Sifat pertumbuhannya yang dinamik yang tergantung kepada waktu dan musim.
2. Nilai perannya juga ditentukan oleh struktur hutannya, luasnya, komposisi jenisnya,
keadaan pertumbuhannya serta letaknya.
3. Nilai perannya untuk suatu keadaan ekosistem hutan tertentu juga dibatasi oleh iklim,
keadaan geologi, geomorfologi dan watak tanahnya.

Secara lebih rinci peran hutan dapat diterangkan sebagai berikut (Pusposutardjo,
1984) :
1. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :
a. Evapotranspirasi
b. Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.
2. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.
3. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :
a. Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan
b. Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan.
4. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk
memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan dinamika bahan organik
ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Peranan kawasan hutan sebagai pengendali daur air dapat dilihat dari dua sudut
pandangan yaitu menyediakan air dengan konsep panen air (water harvesting) dan
dengan konsep menjamin penghasilan air (water yield). Jumlah air yang dapat dipanen
tergantung pada jumlah aliran permukaan (run off) yang dapat digunakan, sedang jumlah
air yang dapat dihasilkan bergantung pada debit air tanah. Kedua tujuan tersebut
memerlukan perlakuan yang berbeda.
Untuk meningkatkan panenan air, infiltrasi dan perkolasi harus dikendalikan,
sedang untuk meningkatkan penghasilan air, infiltrasi dan perkolasi justru yang harus
ditingkatkan. Konsep penghasil air menjadi azas pengembangan sumber air di kawasan
beriklim basah, karena konsep panen air akan membawa resiko besar, berupa
peningkatan erosi dan juga akan banyak memboroskan lahan untuk menampungnya.

Anda mungkin juga menyukai