Anda di halaman 1dari 4

PENGUAPAN/EVAPORASI

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air)
dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Evaporasi dapat pula diartikan sebagai proses difusi uap
air ke atmosfer dari permukaan air yang terbuka bebas.

a. Faktor yang mempengaruhi penguapan (evaporasi)


1. Radiasi Matahari

Radiasi matahari merupakan sumber utama panas. Hal tersebut mempengaruhi


jumlah evapotranspirasi di atas permukaan bumi yang tergantung pada garis lintang dan
musim.
2. Temperatur
Suhu atau temperatur merupakan suatu ukuran panas atau dinginnya suatu benda.
Temperatur adalah salah satu besaran pokok fisika. Temperatur adalah besaran fisika
yang menyatakan derajat panas suatu zat.
3. Kelembaban

Kelembaban udara adalah kandungan uap air yang ada di dalam udara. Jumlah
air yang ada dalam udara ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari seluruh atmosfer.
4. Kecepatan Angin
Angin merupakan udara yang bergerak. Pergerakan angin disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satunya karena bumi berputar atau berotasi. Udara juga bergerak
karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.
INFILTRASI

Infiltrasi adalah aliran air yang masuk ke tanah melalui permukaan tanah itu sendiri, yang kemudian
mengalir ke pinggir dan menjadi aliran perantara menuju mata air, danau, dan sungai atau secara vertikal
dikenal dengan penyaringan menuju air tanah. Laju dari aliran air ini dinyatakan di dalam satuan
milimeter per jam (mm/jam).

Faktor yang mempengaruhi infiltrasi


1. Karakter Tanah
Laju masuknya air hujan ke dalam tanah sangat dipengaruhi oleh susunan dan ukuran pori-pori
suatu jenis tanah.
2. Presipitasi
Presipitasi ini termasuk jumlah dan karakteristik hujan yang jatuh ke bumi, baik dalam bentuk
hujan ataupun salju.
3. Kadar Kejenuhan Tanah
Tanah yang sudah jenuh tentu akan memiliki kemampuan penyerapan air yang semakin berkurang.
4. Jumlah Vegetasi yang Menutupi Lahan
Hal ini ditandai dengan banyaknya tumbuhan yang mampu menghambat aliran air di permukaan.
5. Kemiringan Lereng
Ditandai dengan peristiwa ketika air mengalir di daerah yang curam, maka air permukaan juga akan lebih
cepat dialirkan.
1. Evapotranspirasi
Peristiwa ini ditandai ketika air yang diserap oleh akar untuk kebutuhan pendukung pertumbuhan
tanaman. Melalui terjadinya proses evapotranspirasi air kemudian akan dikembalikan ke atmosfer dalam
formasi uap.
2. Kondisi Permukaan Tanah
Peristiwa ini terjadi pada peran hewan, tetasan hujan ataupun mesin yang digunakan di permukaan tanah.
3. PENGUKURAN INFILTRASI
Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran permukaan, dan menduga
faktor-faktor lain dari siklus air. Mengingat cara tersebut memerlukan biaya yang relatif mahal, maka
penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan menggunakan suatu alat yang
dinamai infiltrometer. Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untuk menetapkan laju
infiltrasi, yaitu:
(1) ring infiltrometer (single atau double/concentric-ring infiltrometer);
(2) wells, auger hole permeameter;
(3) pressure infiltrometer;
(4) closed-top permeameter;
(5) crust test;
(6) tension and disc infiltrometer;
(7) driper; dan
(8) rainfall (Clothier, 2001; Reynold et al., 2002)
Contoh soal pengukuran infiltrasi:
4. KAPASITAS INFILTRASI
Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah. Kapasitas
infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya, kandungan air dan
permeabilitas lapisan bawah permukaan air dan iklim mikro tanah.
5. INDEKS INFILTRASI
Indeks infiltrasi adalah laju rata-rata kehilangan air karena infiltrasi, sedemikian sehingga volume
aliran permukaan merupakan volume air hujan dikurangin infiltrasi.
HIDROMETRI
Hidrometri adalah cabang ilmu ( kegiatan ) pengukuran air, pengumpulan dan dasar bagi analisis
hidrologi ( Harto,1993 ). Dalam pengertian sehari-hari, kegiatan hidrometri pada sungai diartikan sebagai
kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai, baik yang menyangkut tentang ketinggian muka air
maupun debit sungai serta serdimentasi atau unsur aliran lain.
a. Teori Pengukuran Debit

Debit ( Discharge ) atau besarnya aliran sungai ( Stream Flow ) adalah volume aliran yang mengalir
melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
HIDROLOGI (LIMPASAN)
Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan karena penuhnya kapasitas
infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas
infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan
tanah. Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber, yaitu aliran permukaan, aliran antara dan
aliran air tanah.
A. Tipe Sungai
Sungai adalah massa air tawar yang mengalir secara almiah mengikuti alur suatu lembah
yang akhirnya bermuara di danau atau laut. Sungai-sungai di permukaan bumi ini sangat banyak
sekali dan apat dikategorikan berdasarkan kriteria tertentu.
➢ Menurut sumber airnya, sungai dibagi menjadi berikut:

1. Sungai yang bersumber dari mata air.


Sungai ini biasanya ada di daerah yang memiliki curah hujan sepanjang tahun dan daerah
alirannya tertutup vegetasi yang cukup lebat atau rapat. Sebagian besar sungai di Indonesia
merupakan sungai yang berasal dari mata air contohnya Sungai Mahakam, Kapuas, Memberamo,
Ciliwung dan Bengawan Solo.

2. Sungai yang bersumber dari air hujan.


Sungai ini terdapat di daerah dengan curah hujan musiman dan bervegetasi jarang sampai
tidak sama sekali. Jika tidak ada hujan maka aliran sungai mengering contohnya sungai yang ada
di daerah Nusa Tenggara.
3. Sungai yang berasal dari gletser
Sungai ini banyak terdapat di daerah lintang tinggi atau daerah dataran tinggi. Di
Indonesia sungai gletser ada di Papua yaitu Memberamo dan Digul sebagai akibat dari
mencairnya es di Puncak Jaya Wijaya.

4. Sungai yang berasal dari berbagai macam sumber air


Sungai tipe ini lebih banyak tersebar di permukaan bumi. Airnya bersumber dari mata air
atau pencairan es, kemudian ditambah dari air hujan yang turun sepanjang tahun atau
musiman.

➢ Menurut letak alirannya, sungai dibedakan menjadi 3 macam yaitu:


1. Sungai yang seluruhnya mengalir di permukaan.
2. Sungai yang seluruhnya mengalir di bawah permukaan tanah seperti di daerah kapur.
3. Sungai yang sebagian alirannya di permukaan dan sebagian lagi di bawah permukaan tanah.

➢ Menurut kestabilan kondisi airnya, sungai dibedakan menjadi sungai perenial, intermitten
dan ephemeral.

1. Sungai perenial adalah sungai yang kondisi airnya stabil alias permanen. Sungai ini selalu
punya air yang cukup walaupun sedang kemarau. Sungai ini banyak terdapat di Papua,
Kalimantan dan Sumatera.
2. Sungai intermitten atau episodik adalah sungai yang airnya hanya ada pada musim
penghujan dan saat kemarau menghilang. Di gurun pasir dikenal sebagai wadi.
3. Sungai ephemeral adalah sungai yang sama dengan intermitten hanya berair pada saat musim
hujan namun ketikamusim huan debit airnya tidak sebesar yang diperkirakan contohnya di
Nusa Tenggara.
➢ Menurut proses geologinya sundai dibedakan menjadi berikut:
1. Sungai Influent, yaitu sungai yang memasok air tanah.
2. Sungai effluent, merupakan sungai yang alirannya berasal dari air ranah.
3. Sungai intermittent, merupakan sungai yang terputus dan hanya ada saat musim hujan tiba
(musiman).

➢ Menurut arah alirannya terhadap struktur batuan, tipe sungai dibedakan menjadi:
1. Sungai konsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya mengikuti kemiringan batuan.
2. Sungai subsekuen, yaitu sungai yang arah alirannya sejajar dengan lapisan batuan.
3. Sungai obsekuen, yaitu sungai yanga rah alirannya berlawanan dengan kemiringan lapisan
batuan.
4. Sungai resekuen, yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan sungai konsekuen dan arah
alirannya masuk ke sungai subsekuen.
5. Sungai insekuen, yaitu sungai yang arah alirannya miring terhadap sungai konsekuen.
Hubungan Hujan-Limpasan
Hujan yang jatuh di suatu DAS akan berubah menjadi aliran di sungai. Dengan demikian terdapat suatu
hubungan antara hujan dan debit aliran, yang tergantung pada karakteristik DAS. Stasiun pengukuran
hujan bisa cukup banyak di suatu DAS, dan pengukuran juga dapat dilakukan dalam waktu yang panjang.
Sementara itu pengukuran debit biasanya lebih sedikit daripada pengukuran hujan, baik dalam hal jumlah
stasiun maupun waktu pengukuran. Dengan demikian jumlah data hujan biasanya jauh lebih banyak
daripada data debit. Untuk itu perlu dicari bentuk persamaan debit aliran sebagai fungsi curah hujan,
berdasarkan kedua jenis data yang tercatat dalam waktu bersamaan.
Bentuk umum dari hubungan antara hujan dan limpasan adalah:
Q = b (P – Pa)
Keterangan:
Q = kedalaman limpasan
Pa = kedalaman hujan di bawah nilai tersebut tidak terjadi limpasan
b = kemiringan garis.
B. Konsentrasi Aliran

Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh di
dalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu konsentrasi bergantung pada karakteristik
daerah tangkapan, tata guna lahan, jarak lintasan air dari titik terjauh sampai stasiun yang ditinjau.
Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi tiga tipe tanggapan DAS. Tipe pertama terjadi
apabila durasi hujan efektif tr sama dengan waktu konsentrasi tc (tr = tc).
Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama dari waktu konsentrasi (tr > tc).
Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek daripada waktu konsentrasi (tr < tc). Pada
keadaan ini debit aliran di titik kontrol tidak mencapai nilai maksimum. Setelah hujan berhenti, aliran
berkurang sampai akhirnya menjadi nol. Tipe tanggapan DAS seperti ini disebut aliran subkonsentrasi.
Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan adalah hidrograf aliran langsung yang dihasilkan oleh satu satuan hujan lebih (rainfall
excess) yang tersebar merata di seluruh DAS dengan intensitas yang tetap selama satu satuan waktu
tertentu. Dalam hidrograf satuan menggunakan beberapa asumsi yang menjadi dasar teori hidrograf
satuan yaitu :
a) hidrograf satuan dihasilkan dari satu satuan hujan lebih dengan intensitas yang tetap dalam satu satuan
waktu tertentu;
b) hidrograf satuan dihasilkan dari hujan lebih yang terdistribusi secara merata di seluruh DAS;
c) waktu dasar hidrograf aliran langsung dihasilkan dari hujan lebih dengan durasi yang konstan;
d) ordinat hidrograf aliran langsung sebanding dengan hujan lebih yang
menimbulkannya; dan
e) karakteristik fisik DAS tidak berubah (Chow et al, 1988).

C. Hidrograf Satuan Sintetis


Menurut definisi hidrograf satuan sintetis adalah hidrograf limpasan langsung (tanpa
aliran dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar satu
satuan (1 mm, 1 cm, atau 1 inchi) yang terjadi secara merata di seluruh DAS dengan intensitas
tetap dalam suatu satuan waktu (misal 1 jam) tertentu (Subramanya, 1984; Ramírez, 2000,
Triatmojo,2008). Beberapa asumsi dalam penggunaan hidrograf satuan adalah sebagai berikut:

1. Hujan efektif mempunyai intensitas konstan selama durasi hujan efektif. Untuk
memenuhi anggapan ini maka hujan deras untuk analisis adalah hujan dengan durasi
singkat.
2. Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS. Dengan anggapan ini maka
hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat luas, karena sulit untuk
mendapatkan hujan merata di seluruh DAS.

Anda mungkin juga menyukai