A. INFILTRASI
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui pori-pori
tanah secara vertikal. Jumlah infiltrasi atau akumulasi infiltrasi adalah jumlah air
atau tebal air yang masuk ke dalam tanah. Curah hujan yang mencapai
permukaan tanah akan bergerak sebagai limpasam permukaan atau infiltrasi.
Hal ini tergantung dari besar kecilnya intensitas curah hujan terhadap kapasitas
infiltrasi. Air yang menginfiltrasi kedalam tanah meningkatkan kelembaban
tanah atau, terud ke air tanah.
Laju infiltrasi berdasarkan Model Horton dihitung dengan rumus:
= + (0 + )
0
=
Keterangan:
f = laju infiltrasi(cm/jam)
f0 = laju infiltrasi awal (cm/jam)
fc = laju infiltrasi akhir (cm/jam)
e = bilangan dasar logaritma Naperian
Fc = selisih total volume infiltrasi dengan volume infiltrasi konstan
t = waktu yang dihitung dari mulainya hujan (jam)
Secara praktis pengukuran infiltrasi dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu.
Cara pengukuran yang dapat dilakukan adalah dengan pengukuran lapangan
menggunakan alat infiltrometer. Infiltrometer adalah suatu tabung yang
digunakan untuk mengukur laju infiltrasi tanah. Alat infiltrometer yang biasanya
digunakan adalah jenis infiltrometer ganda (double ring infiltrometer) yaitu satu
silinder yang lebih kecil dan silinder lain yang lebih besar. Selain infiltrometer
ganda, ada juga infiltrometer satu cincin (single ring infiltrometer). Prinsip
kerjanya pun hampir sama, namum ketika pembenaman infiltrometer satu
cincin ke dalam tanah, tanah disekeliling tabung luar infiltrometer digali
sehingga membentuk bendungan kecil dan diberi air.
B. RUN OFF
Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah hujan yang
mengalir di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan.
Sebagian dari air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu
mengalir menuju kedaerah yang lebih rendah. Ada pula air yang telah masuk
kedalam tanah kemudian keluar lagi karena tanah telah jenuh terhadap air dan
mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Berikut ini adalah faktor-faktor penentu air larian yang sering terjadi
pada saat musim hujan:
1. Intensitas Hujan
Hujan dengan intensitas tinggi akan mampu mengisi kapasitas infiltrasi
lebih besar dibandingkan hujan dengan intensitas rendah.
2. Luas DAS
Semakin besar luas DAS maka semakin besar CH yang diterima tetapi
beda waktu antara puncak hidrograf dan puncak curah hujan menjadi lebih
lama.
3. Kemiringan lereng DAS
Semakin besar kemiringan lereng, semakin cepat laju air larian dan
mempercepat respon DAS terhadap CH. Berikut ini tabel Kemiringan Lereng.
4. Kerapatan daerah aliran (drainase)
Merupakan jumlah dari semua saluran air/sungai (km) dibagi luas DAS
(km). Dengan kerapatan daerah aliran tinggi, debit puncak akan tercapai
dalam waktu lebih cepat karena semakin tinggi kerapatan daerah aliran akan
semakin besar besar kecepatan air larian untuk CH yang sama.
PERHITUNGAN RUN OFF
C. EVAPOTRANSPIRASI