Anda di halaman 1dari 5

makalah evapotranspirasi

1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi
apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara
internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaanpermukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di
bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan
mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada
dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses
fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah
sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeorologi.
Relevansi
Dengan mempelajari proses terjadinya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
evapotranspirasi, mahasiswa dapat melakukan analisis neraca air suatu kawasan
hutan melalui pendekatan dari model-model penghitungan evapotranspirasi
yang ada. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pengelolaan hutan dengan mendasarkan pada hasil neraca airnya.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa dapat melakukan pengukuran dan
analisis evapotranspirasi melalui pendekatan model-model neraca air.
Harapannya mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi suatu
kawasan hutan melalui pendekatan neraca air kawasannya.
Pengertian dan Faktor Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan
dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut
evapotranspirasi.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :
Faktor-faktor meteorologi
Radiasi Matahari
Suhu udara dan permukaan
Kelembaban
Angin
Tekanan Barometer
Faktor-faktor Geografi
Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
Jeluk tubuh air
Ukuran dan bentuk permukaan air
Faktor-faktor lainnya
Kandungan lengas tanah
Karakteristik kapiler tanah
Jeluk muka air tanah
Warna tanah

e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi


f. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)
Model-model Analisis Evapotranspirasi
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian
hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi
dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala.
Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan
menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya
evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor
pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang
maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai
atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan
air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi sangat tergantung
pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat itu
disebut evapotranspirasi aktual.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya
evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi
evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih
dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi
oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor
lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh
faktor- faktor tersebut pada PET.
KEBUTUHAN AIR (WATER REQUIREMENT)
Kebutuhan air di sini adalah suatu gambaran besarnya kebutuhan air
untuk keperluan tumbuhnya tanaman sampai tanaman (padi) itu siap
panen. Kebutuhan air ini harus dipertimbangkan terhadap jenis
tanaman, keadaan medan tanah, sifat-sifat tanah, cara pemberian air,
pengolahan tanah, iklim, waktu tanam (pola tanaman), kandungan air
tanah, efisiensi irigasi, curah hujan efektif, koefisien tanaman bulanan,
pemakaian air konsumtif, perkolasi, kebutuhan air untuk tanaman, dan
kebutuhan air di sawah.
KETERSEDIAAN AIR (WATER AVAILABILITY)
Ketersediaan air adalah berapa besar cadangan air yang tersedia untuk
keperluan irigasi. Ketersediaan air ini biasanya terdapat pada air
permukaan seperti sungai, danau, dan rawa-rawa, serta sumber air di
bawah permukaan tanah. Pada prinsipnya perhitungan ketersediaan air
ini bersumber dari banyaknya curah hujan, atau dengan perkataan lain
hujan yang jatuh pada daerah tangkapan hujan (catchment area/
watershed) sebagian akan hilang menjadi evapotranspirasi, sebagian
lagi menjadi limpasan langsung (direct run off), sebagian yang lain akan

masuk sebagai infiltrasi. Infiltrasi ini akan menjenuhkan tanah atas (top
soil), kemudian menjadi perkolasi ke ground water yang akan keluar
menjadi base flow Di samping data meteorologi, dibutuhkan pula data
cahaya permukaan (exposed surface), dan data kelembaban tanah (soil
moisture). Untuk rumus run off adalah Run off = base flow + direct run
off.
EVAPOTRANSPIRASI.
Evapotranspirasi adalah penguapan total baik dari permukaan air,
daratan, maupun dari tumbuh-tumbuhan. Banyak faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi ini antara lain: suhu udara, kembaban
udara, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, ketinggian
lokasi proyek, dan lain sebagainya. Di dalam perencanaan irigasi,
penilaian jumlah air yang dibutuhkan untuk suatu areal tidak
memisahkan antara evaporasi dan transpirasi. Istilah yang digunakan
adalah ET, dan merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi.
Oleh karena air yang digunakan oleh tanaman untuk proses
metabolisme hanya sedikit atau kurang dari 1%, nilai tersebut diabaikan
(Sudjarwadi, 1990). Evapotranspirasi atau ET merupakan penguapan
total dari permukaan air, permukaan tanah, dan dari tumbuh-tumbuhan.
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air bagi tanaman secara teliti
pada umumnya terbentur pada kesukaran untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang teliti di lapangan. Metode perhitungan untuk
menentukan kebutuhan air bagi tanaman yang berdasarkan rumusrumus pendekatan seringkali dipakai. Rumus-rumus pendekatan
umumnya berupa rumus-rumus empiris yang dikembangkan
berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Rumus-rumus tersebut
antara lain: Blaney Criddle, Hergreaves, Penman, Penman Modifikasi,
Penman Mounteith, Radiasi, Panci Evaporasi, Thornthwaite, Wickman,
IRRI, Lowry Johnson, Christiansen, dan lain-lainnya. Di dalam kajian ini,
penulis mencoba membahas mengenai perbandingan pemakaian rumus
Blaney Criddle, Hargreaves, dan Penman Modifikasi terhadap luas
daerah irigasi yang dapat diairi dari ketiga metode tersebut.
PRESIPITASI
Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas
dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah
setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika
atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh
dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut
(terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan
atau penambahan uap air. Presipitasi yang mencapai permukaan bumi
dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan

beku, hujan rintik, salju, sleet, and hujan es. Virga adalah presipitasi
yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi menguap sebelum mencapai
permukaannya. Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam
siklus air, dan merupakan sumber utama air tawar di planet
ini.Diperkirakan sekitar 505,000 km air jatuh sebagai presipitasi setiap
tahunnya, 398,000 km diantaranya jatuh di larutan. Bila didasarkan
pada luasan permukaan bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar
1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1.1 m.
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah, permukaan air, serta tanaman menguap keudara. Faktor-faktor
yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban,
kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain yang berhubungan
satu dengan yang lainnya.
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air (liqui/solid) dipermukaan
menjadi molekul uap air (gas) diatmosfir melalui kekuatan panas.Evaporasi
dapat terjadi pada sungai, danau, laut, reservoir (permukaan air bebas), serta
permukaan tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi
yakni Radiasi matahari, Angin , kelembaban, suhu (temperatur).
Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, dan
masing-masing tanaman berbeda kebutuhannya. Hanya sebagian kecil air yang
tinggal didalam tubuh tumbuh-tumbuhan, sebagian dari padanya setelah diserap
oleh akar-akar dan dahan-dahan akan ditranspirasikan lewat bagian tubuh
tumbuh-tumbuhan yang berdaun.
Dalam kondisi lapangan tidaklah mungkin untuk membedakan antara evaporasi
dan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Kedua proses
tersebut (evaporasi dan transpirasi) saling berkaitan sehingga dinamakan
evapotranspirasi. Evaporasi yang terjadi, apabila tersedia cukup air untuk
memenuhi pertumbuhan optimum disebut dengan evaporasi potensial (potensial
evapotranspiration). PET ini sangat penting dalam kebutuhan air untuk irigasi.
Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh evapotranspirasi tergantung pada :
a. Adanya persediaan air yang cukup (hujan dan lain-lain)
b. Faktor-faktor iklim, seperti suhu, kelembaban dan lain-lain
c. Jenis dan kultivasi tumbuhan-tumbuhan tersebut
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk
mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan
dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling
banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur
dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembaban udara,
suhu udara dan besarnya angin pada tempat pengukuran.

Gambar 1. Alat pengukur evapotranspirasi dengan panci kelas A


Ada dua macam peralatan pengukur tinggi muka air dalam panci. Pertama alat
ukur micrometer pancing dan yang kedua alat ukur ujung paku yang dipasang
tetap (fixed point). Kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak
pada tinggi air dalam panci. Oleh sebab itu muka air selamanya harus
dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm di bawah bibir panci. Makin
rendah muka air dalam panci, makin rendah pula terjadinya penguapan.
Kejernihan air dalam panci perlu diperhatikan. Air yang keruh, evaporasi yang
terukur akan rendah pula. Usahakan air jangan sampai berlumut. Tinggi air
diukur dengan satuan mm.
Alat ukur mikrometer mampu mengukur dalam mm dengan ketelitian seperti
seratus mm. Ketelitian pengukuran itu diperlukan karena tinggi yang diukur
tidak sama besar meliputi 5 sampai 8 mm.
Pada musim penghujan nilainya kecil sedangkan pada musim kemarau besar.
Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam ketika pagi hari. Pengamat yang
setiap hari mengukur evaporasi harus mempunyai keterampilan dan kejelian
melihat batas air yang diukur.
Alat perlengkapannya adalah tabung peredam, termometer maksimumminimum permukaan air yang tertampung, termometer maksimum-minimum di
permukaan panci dan anemometer cup counter setinggi 30 cm di atas tanah.
Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang
terbuka atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase).
Pasanglah alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain
dan berada di tengah-tengah lapang rumput dari stasiun klimatologi.
http://evasriutami.blogspot.com/2012/01/makalah-evapotranspirasi.html

Anda mungkin juga menyukai