DISUSUN OLEH:
NIM: 2110115110010
MATKUL
DIAMPU OLEH:
2022
A. DEFINISI
Evapotranspirasi atau dalam ilmiah adalah ET adalah jumlah air total yang
dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh
adanya pengaruh factor-faktor iklim dan fisiologi vegetasi
EVAPORASI
EVPORASI adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Ada dua unsur utama
untuk berlangsungnya evaporasi adalah
Gambar 4.0
Evaporasi
RADIASI MATAHARI
Ketersediaan air. Melibatkan tidak saja jumlah air yang ada, tapi juga
persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan bidang
evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi dari
pada bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan yang lebih
kasar besarnya turbulensi meningkat.
TRANSPIRASI
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman
melalui pori – pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya
dibalut lapisan mati yang disebut kulit ari yang kedap uap air.
Radiasi matahari dan energi panas-tampak yang sampai di permukaan
daun akan menaikkan suhu permukaan daun sedikit lebih tinggi daripada
suhu udara di sekelilingnya. Sedang perubahan tekanan uap air antara
permukaan daun dan udara di atasnya meningkat tajam oleh adanya
penurunan tekanan uap air udara dengan kenaikan suhu udara. Kenaikan ini
akan memperbesar penguapan lapisan air yang mengelilingi sel-sel palisade
(Gambar 4.1), menyebarkan uap air tersebut ke pori-pori dan akhirnya
menguap ke udara oleh hembusan angin di atas permukaan daun. Hilangnya
air ini akan menyebabkan keadaan kurang air (water deficit) dalam sel-sel
tanaman, dan akan mengarah pada keadaan dimana kegiatan molekul air
pada tekanan atmosfer lebih kecil daripada kegiatan molekul air pada suhu 3
°C. Keadaan ini, melalui proses fisiologi yang kompleks akan menyebabkan
gerakan air tanah melewati dinding-dinding sel akar ke bagian tanaman yang
lebih atas.
, Peranan dan fungsi pori-pori daun pada proses transpirasi adalah
bersifat fisiologis. Proses menutup dan membukanya pori-pori ditentukan oleh
kedudukan daun dan cabang, ketersediaan air, dan masa tanaman
merontokkan daun, terutama pada musim kering. Hal ini dilakukan tanaman
untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Bagi mereka yang
berminat untuk mempelajari lebih jauh hubungan air dan proses fisiologis
tanaman lihat, antara lain, Kramer (1983): Water Relations of Plants.
Gambar 4.1
Transpirasi
EO = I – 0 - ∆S
Keterangan:
I adalah masukkan air kewaduk ditambah curah hujan langsung jatuh
pada permukaan waduk;
0 adalah air keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah dan
∆S = perubahan kapasitas tampang waduk
2. TRANSPIRASI
Beberapa Teknik pengukuran transpirasi telah dilakukan pada beberapa
jenis tanaman dalam plot percobaan. Teknik tersebut, antara lain:
a. Plot Pengukuran dengan menggunakan alat lysimeter.
b. Pengukuran berkurangnya kelembaban tanah dalam plot percobaan
c. Pemangkasan cabang – cabang tanaman dan minimbangnya untuk
mengukur besarnya laju kehilangan air.
d. Analisis neraca air.
Pengukuran transpirasi jika dalam atau berada didaerah aliran sungai atau
disebut dengan DAS menggunakan persamaan
T = Pg – R – It - ∆S
Keterangan :
T = transpirasi
Pg = curah hujan
R = air larian
It = total intersepsi
D. EVAPOTRANSPIRASI
1. Definisi
Evapotranspirasi
Gambar 4.3
E. POTENSI EVAPOTRANSPIRASI
- Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial merupakan sebuah evapotranspirasi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air guna pertumbuhan tanaman
tanpa sedikit pun kekurangan air. Evapotranspirasi potensial terjadi
ketika air tanah tidak terbatas dan tanaman berada dalam tahap
pertumbuhan aktif dengan penutp tanah penuh. Tingkat
evapotranspirasi potensial ini untuk jenis tanaman tertentu biasanya
bergantung pada kondisi Meteorologi.
- Evapotranspirasi Aktual
Evapotranspirasi aktual merupakan sebuah penguapan yang disebut
juga dengan penguapan dengan penggunaan air konsumtif, yang
mana merupakan jumlah air sesungguhnya yang hilang selama
pertumbuhan tanaman dengan penguapan dari permukaan tanah dan
oleh transpirasi oleh tanaman itu sendiri, sesuai dengan persediaan air
atau kelembaban tanah yang ada. Untuk Evapotranspirasi Aktual
Umumnya dipengaruhi oleh factor Fisiologi tanaman dan unsur tanah.
F. PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI
Ada beberapa metode dalam penerapan nilai/besarnya evapotranspirasi,
antara lain:
1. Metode Thornthwaite
Thornwite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkiraka
besarnya evapotranspirsai potensial dari data klimatologi.Evapotranspirasi
potensial (PET) berdasarkan suhu udara rerata bulanan dengan standar 1
bulan 30 hari dan lama penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini
memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas
untuk berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut
berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET.Evapotranspirasi potensial tersebut
berdasarkan suhu udara rata-rata bulanan dengan standar 1 bulan (30
hari) dan lama penyinaran 12 jam sehari. Rumus dasar dari metode ini
adalah:
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Metode Thornthwaite
2. Metode Blaney-Criddle
Apabila diinginkan nilai evapotranspirasi potensial untuk suatu bulan
dengan jumlah hari = D hari dan waktu penyinaran rata-rata = T jam, maka
besarnya evapotranspirasi potensial menjadi:
Gambar 4. 6
Metode Blaney-Criddle
3. Metode modifikasi
Metode ini adalah metode yang bervariasi tergantung dari temperature,
lama penyinaran matahari kelembaban relative, dan kecepatan angin.
Rumus metode ini adalah:
Gambar 4.7
Metode modifikasi
Keterangan:
W= Faktor bobot
Rn = Radiasi netto
Gambar 4. 8
Pan Method
2. Lysimeter
Teknik pengukuran dengan menggunakan alat Lysimeter Nampak
merupakan cara yang ideal karena setiap unsur pada persamaan 3.15
telah terwakili dan dapat dihitung. Alat ini memberikan hasil yang teliti
karena menggunakan perangkat penelitian dengan batas yang jelas dan
sistem kebocoran air tanah tidak menjadi persoalan. Namun demikian,
banyak ahli hidrologi beranggapan bahwa hasil yang diperoleh tidak
memadai untuk diekstrapolasi ke lapangan. Teknik Lysimeter lebih cocok
untuk diterapkan pada tanaman pertanian di tempat-tempat percobaan
atau laboratorium. Pada teknik ini profil tanah, perkembangan akar
tanaman, dan kondisi kelembaban tanah harus diusahakan sama antara
keadaan di dalam dan di luar alat Lysimeter. Apabila kelembaban tanah
terus dijaga dalam keadaan basah, maka evapotranspirasi yang diperoleh
adalah dalam laju potensial (PET). Akan tetapi apabila dikehendaki
evapotranspirasi aktual (AET), maka keadaan kelembaban tanah di dalam
alat harus dibiarkan berfluktuasi seperti yang terjadi pada tanah di
sekelilingnya. Gambar 3.6 adalah dua tipe Lysimeter yang sering
digunakan, yaitu tipe drainase (drainage type) dan tipe timbang (spring-
balance weighing type).
Gambar 4. 9
Tipe lysimeter: a. drainaase b. timbang
Gambar 4.4.2
Model citra
Gambar 4.4.4
Map asia dalam evapotranspirasi
REFERENSI
jr, W. V., & Lewis, G. L. (n.d.). Introduction to Hydrology Fourth Edition.
Annisa Salsabila, I. L. (2020). Pengantar Hidologi. Bandar Lampung: AURA CV.
Anugrah Utama Rahaja.
Hydrology, S. L. (2002). Physical Hydrology. USA: Waveland press.
pratama, W. c. (2021, oktober 21). mengenal lebih dalam siklus hidrologi. Retrieved
from katalogika:
https://www.katalogika.com/edukasi/pr-1441512903/mengenal-lebih-
dalam-siklus-hidrologi
Radhunath, H. (2006). Hydrolgy. New Delhi: New Age International.
Ray K. Linsley, J. (1958). Hydrology For Engineers. Toronto: McGraw-Hill Book
Company.
Soroosh Sorooshian, K.-l. H. (2009). HYDROLOGICAL MODELLING AND THE
WATER CYCLE: Coupling the Atmospheric and Hydrological Models.
USA: Corrected Printing.
sosrodarsono, i. s., & takeda, k. (2003). Hidrologi untuk pengairan. jakarta: Pt. Abadi.
syarifuddin, A. (2017). Hidrologi terapan. Jakarta.
SUTIKNO, Dibyosaputro, S., & Haryono, E. (2020). geomorfologi dasar. In Sutikno,
S. Dibyosaputro, & E. Haryono, geomorfologi dsar bagian 1.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muzylo, A., Llorens, P., Valente, F., Keizer, J. J., Domingo, F., & Gash, J. H. C.
(2009). A review of rainfall interception modelling. Journal of
hydrology, 370(1-4), 191-206.
Chairani, S., & Jayanti, D. S. (2013). Intersepsi Curah Hujan Pada Tegakan Pohon
Pinus (Casuarina cunninghamia). Rona Teknik Pertanian, 6(1), 405-
412.
Ikhsan, M. I. M., Refiyanni, M., & Safriana, I. (2018). Studi Intersepsi Berbagai Kelas
Umur Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Sipil dan Teknologi Konstruksi, 1(1).
Munandar, R., & Jayanti, D. S. (2016). Pemodelan intersepsi untuk pendugaan aliran
permukaan. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno, 1(1), 62-69
Abtew, W., & Melesse, A. (2013). Evaporation and Evapotranspiration. New York:
Springer Science+Business Media Dordrecht .
Labedzki, L. (2011). Evapotranspiration. India: InTech.
Pereira, L. S., Perrier, A., Allen, R. G., & Alves, I. (1999). Evapotranspiration:
concepts and future trends. Journal of irrigation and drainage
engineering, 125(2), 45-51.
Manik, T. K., Rosadi, R. B., & Karyanto, A. (2012). Evaluasi metode Penman-
Monteith dalam menduga laju evapotranspirasi standar (ET0) di dataran
rendah Propinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(2).
Runtunuwu, E., Syahbudin, H., & Prmudia, A. (2008). Validasi model pendugaan
evapotranspirasi: Upaya melengkapi sistem database iklim nasional. Jurnal Tanah
dan Iklim, 27, 1-10.