Anda di halaman 1dari 28

NILAI Tanggal Pengumpulan

(..................................) ( 24 April 2021 )

LAPORAN PRAKTIKUM

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA : ANALISIS EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

Oleh :

Nama : Putri Anugraheni

NIM : 3211420157

Nama Dosen : 1. Fahrudin Hanafi, S.Si., M.Sc

: 2. Dr. Edy Trihatmoko, S.Si., M.Sc

Nama Asisten : 1. Leli Oktaviani

2. Fatimah Az-zahra

LABORATORIUM GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
A. JUDUL
ANALISIS EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian evaporasi dan evapotranspirasi.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi.
4. Mahasiswa dapat menganalisis evaporasi dan evapotranspirasi menggunakan metode Penman dan
Thornwaite.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan evaporasi dan evapotranspirasi
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
1. Termometer bola basah-bola kering 1. Cover
2. Termometer maksimum-minimum 2. Baterai laptop
3. Kalkulator 3. Baterai hp
4. Laptop 4. Kertas folio
5. HP
D. DASAR TEORI
1. Definisi Evaporasi
Definisi evaporasi menurut para ahli :
- Widjaja.2010 : evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang
terdiri atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat pelarut (solute) yang non volatile.
- Praptiningsih,1999 : evaporasi adalah pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Didalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk
meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan,
menurunkan aktivitas air.
- Lakitan,1994 : evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa
menguapnya air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan dari vegetasi
lainnya. Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan
air atau dari bahan padat yang mengandung air.
Secara umum definisi evaporasi disebut juga dengan penguapan ini merupakan sebuah proses
perubahan es menjadi gas (uap air). Susunan dari kimia air (H2O) yakni dengan cara alami di
atmosfer yang kemudian terbagi menjadi 3 tingkatan diantaranya gas, cair dan juga padat. Air
tersebut dapat atau bisa mengalami sebuah perubahan dari bentuk yang satu itu menjadi bentuk
yang lain dengan mengikut sertakan suatu panas. Molekul-molekul dari air tersebut bisa atau
dapat memenuhi seluruh ruang yang sama. Umumnya pada molekul tersebut tidak memiliki
suatu energi yang cukup untuk dapat atau bisa lepas dari cairan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi
a. Radiasi Matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair menjadi
gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas
laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi
matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas
permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim. Radiasi matahari di suatu
lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan
deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan,
sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada
di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara
radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan
dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang
mungkin terjadi.
b. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi.
Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain itu
semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin
banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah
beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim
dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
c. Kelembaban Udara
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan
air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut
menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan
udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air. Udara lembab merupakan
campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin
banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil,
yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah
jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan
terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif. Di Indonesia yang
merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara
tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim
penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih
tinggi daripada di daerah pedalaman.
d. Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi lebih
lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti.
Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus
diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena
itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak
angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam. Untuk
di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan
berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin
berasal dari tenggara yang kering.
3. Definisi Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah proses menguapnya air dari permukaan tanah, air (sungai, danau, laut,
dan lain - lain), dan transpirasi air tanah oleh tumbuhan yang terjadi karena adanya faktor – faktor
iklim dan fisiologi vegetasi.
Evapotranspirasi pada dasarnya adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan menuju
ke atmosfer melalui dua proses yaitu evaporasi dan transpirasi.Evaporasi adalah proses dimana air
diubah menjadi uap air dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan lahan melalui
proses penguapan ke atmosfer. Proses ini terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau,
sungai, lahan pertanian, maupun dari vegetasi yang basah. Evaporasi terjadi karena air yang ada di
permukaan dipanaskan oleh radiasi matahari sehingga berubah wujud menjadi uap. Sedangkan
transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari tanaman, sebagai akibat dari adanya proses
fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan juga uap air. Jika dijelaskan secara teknis, transpirasi
adalah pergerakan air dari dalam tanah menuju pembuluh jaringan yang ada di tanaman. Air yang
sudah masuk ke dalam jaringan vaskular, atau jaringan lain di dalam sistem perpindahan air di
tanaman, maka air tersebut akan keluar dari tanaman melalui jaringan stomata atau kutikula.
Pengeluaran air melalui stomata ini karena proses fotosintesis yang diwadahi oleh cairan klorofil
pada daun. Air tersebut kemudian akan menguap ketika terkena panas matahari dan naik menuju
atmosfir. Proses evapotranspirasi merupakan proses yang penting dalam siklus air dan proses daur
biogeokimia lainnya. Air ini bisa mempengaruhi banyak aspek, diantaranya adalah mempengaruhi
debit pada sungai, kapasitas air pada waduk, kapasitas pompa irigasi, dan penggunaan konsumsi air
pada tanaman.Proses evapotranspirasi ini juga mempengaruhi kelembapan udara yang ada di lapisan
atmosfer. Ketika udara sudah lembap dan mencapai kapasitasnya, maka air yang ada akan
turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan.
- Menurut Usman (2004), evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang
menggambarkan prosesfisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi dari
permukaan tanah dan transpirasi melalui tumbuhan.
- Menurut Labedzki (2011), evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi acuan
(ET0), potensial dan actual.
- Menurut Brutseart W (1982), evapotranspirasi potensial (ETp) merupakan jumlah
maksimum dari evapotranspirasi permukaan luas yang ditumbuhi tanaman seragam dengan
jumlah air tanah yang tidak terbatas dan kondisi meteorologi actual. Jadi Evapotranspirasi
adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang
diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi
vegetasi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Evapotranspirasi
a) Karakteristik Tanaman
Tanaman ternyata memiliki peran yang penting dalam proses evapotranspirasi.
Walaupun ia hanya menyumbang 10 persen dari jumlah total air di atmosfir, karakteristik
vegetasi akan mempengaruhi laju transpirasi di suatu wilayah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi transpirasi pada tanaman adalah lebar daun dari tanaman tersebut. Semakin lebar
daun, maka semakin tinggi laju air yang diuapkan melalui daun-daunnya. Contoh dari tanaman
yang memiliki daun lebar dan mengeluarkan uap air banyak adalah pohon-pohon di hutan hujan.
Bandingkan dengan pohon konifer pada lintang utara ataupun pohon kaktus di gurun yang
memiliki daun sangat kecil atau bahkan menjarum. Selain itu, untuk tanaman yang akarnya
menancap lebih dalam ke tanah, maka air yang di transpirasikan lebih banyak karena lebih
banyak air yang diserap. Sedangkan untuk tanaman semak, yang akarnya hanya berada di
permukaan tanah, atau tidak menancap di tanah terlalu dalam, ia hanya mentranspirasikan
sedikit air. Apalagi jika tanaman tersebut bukan merupakan tanaman berkayu. Tinggi dari
tanaman semak juga tidak setinggi tanamannya kayu, dan hal tersebut mempengaruhi proses
transpirasi.
b) Ketersediaan Air di Tanah
Aspek kedua yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah banyaknya air yang tersedia
di dalam tanah.Jika tanah tersebut merupakan reservoir utama air, maka tingkat evaporasinya
tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada daerah dengan tangkapan air yang besar, kelembapan
tanah yang dimiliki juga lebih tinggi. Ketika hujan turun, tanah ini akan menyerap kelembapan
dan air dari hujan, sehingga bisa mengganti kelebihan air yang di evaporasikan sebelumnya.
Daerah reservoir utama biasanya terletak pada daerah yang posisi tanahnya tinggi, karena ia
juga harus mengalirkan air ke drainase sungai bagian hilir. Ketika musim kemarau, ketersediaan
air tanah yang menipis juga mempengaruhi proses ini. Sebab di musim kemarau, proses
evapotranspirasi terjadi dan menyebabkan air di tanah menjadi menipis. Akan tetapi hal tersebut
tidak akan berlangsung lama, sebab setelah musim berganti, maka jumlah air yang berkurang
akan terisi kembali.
c) Radiasi Matahari
Aspek klimatologi juga berperan dalam proses ini, diantaranya adalah radiasi matahari.
Sebagai sumber cahaya yang akan memanaskan tanah, air dan juga tanaman, matahari akan
menguapkan air dan menghasilkan proses evaporasi pada daerah genangan air dan transpirasi
pada tanaman. Air yang dipanaskan tersebut akan berubah bentuk menjadi uap air dan naik ke
atmosfer. Hal inilah yang disebut sebagai evaporasi pada permukaan bumi. Proses yang mirip
tetapi tidak sama terjadi pada tanaman yang sistemnya lebih kompleks. Ketika terkena radiasi
matahari, akan terjadi proses fotosintesis pada daun-daun tanaman. Proses ini menyebabkan
stomata pada tanaman akan terbuka. Ketika stomata terbuka, air akan menguap dan tanaman
akan kehilangan air dari proses tersebut.
d) Angin dan Kelembapan Udara
Angin merupakan penunjang dalam proses evapotranspirasi ini, sebab ia akan menjadi
medium mekanis yang mengangkat air dari permukaan bumi. Bertiupnya angin ini juga
mengangkat air dari permukaan daun serta tanaman, kemudian mendistribusikannya ke udara.
Kelembapan udara juga memberikan pengaruh terhadap proses evapotranspirasi. Semakin
rendah kelembapan udara, maka uap air yang mungkin mengalami evapotranspirasi menjadi
semakin tinggi.
Menurut Ward (1967), faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain adalah
faktor meteorologi, faktor geografis, dan faktor-faktor lainnya.
 Faktor meteorologi yang mempengaruhi evaporasi antara lain adalah
- Radiasi matahari
- Suhu udara dan permukaan
- Kelembaban
- Angin
- Tekanan barometer
 Faktor geografis yang mempengaruhi evaporasi antara lain adalah
- Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lainnya)
- Ukuran permukaan air
- Bentuk permukaan air.
Sedangkan, faktor-faktor lain yang mempengaruhi evaporasi antara lain adalah
- Kandungan lengas tanah
- Karakteristik kapiler tanah
- Jeluk muka air tanah
- Warna tanah
- Aspek tutupan lahan dan vegetasi
- Ketersediaan air (hujan, irigasi, dan lain-lainnya)
Faktor-faktor diatas ini akan mempengaruhi dinamika evaporasi dan evapotranspirasi secara
umum.
5. Analisis Metode Penman
Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik yang
direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain baik digunakan
dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992). Metode ini merupakan metode yang
diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik dan permukaan
tajuk. Metode Penman mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga
evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami dengan menambahkan faktor tahanan permukaan (rs)
dan tahanan aerodinamik (ra). Persamaan ini terdapat parameter penentu pertukaran energi dan
berhubungan dengan fluks bidang tanaman (Allen et al. 1998).

Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan memiliki data yang
lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan mimimum untuk tanaman acuan.
Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat
diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain, selain itu metode ini sudah
dikalibrasi dengan beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama
dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban,
kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediakan data
tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003).
Rumus: E=0,35(ea-ed)(1+v/100)mm/hari
ed = ea X RH
Keterangan = E = Evaporasi
ea = Tekanan Uap Jenuh Maximal
ed = Tekanan Uap Jenuh Absolut
v = Kecepatan angin
RH = Kelembaban Relatif
Tabel Tekanan Uap Jenuh
0°C P(mmhg)
-60 0,008
-40 0,096
-20 0,783
-10 1,964
-1 4,22
0(air+es+uap) 4,58
10 9,21
20 17,55
30 31,86
40 55,4
50 92,6
60 149,6
80 355,4
100 760,0(1atm)
110 1.074
125 1.740
200 11.650
250 29.770
300 64.300
350 123.710
6. Analisis Metode Thornwaite
Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan besarnya
evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut berdasarkan
suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama penyinaran matahari 12 jam sehari.
Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya
proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain
yang mengendalikan proses ET.

Keterangan = Ep = Evaporasi
ETP = Evapotranspirasi
T = rata rata temperature bulan yang dicari i = indeks masing masing bulan
I = jumlah indeks selama setahun a = variable
F= faktor korelasi kedudukan matahari terhadap letak lintang
Tabel Faktor Koreksi (F) untuk kedudukan matahari/faktor lintang

LU Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

1 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

2 1.04 0.94 1.04 1.01 1.05 1.02 1.05 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

3 1.03 0.94 1.04 1.01 1.05 1.02 1.05 1.05 1.01 1.04 1.00 1.03

4 1.03 0.93 1.04 1.00 1.06 1.03 1.06 1.05 1.01 1.03 1.00 1.03

5 1.02 0.93 1.04 1.00 1.06 1.03 1.06 1.05 1.01 1.03 0.99 1.02

6 1.02 0.93 1.04 1.00 1.06 1.03 1.06 1.05 1.01 1.03 0.99 1.02

7 1.02 0.93 1.04 1.00 1.07 1.04 1.07 1.06 1.01 1.03 0.99 1.01

8 1.01 0.92 1.05 1.00 1.07 1.05 1.07 1.06 1.02 1.03 0.99 1.01

9 1.01 0.92 1.05 0.99 1.08 1.05 1.08 1.07 1.02 1.02 0.98 1.00

10 1.00 0.91 1.05 0.99 1.08 1.06 1.08 1.07 1.02 1.02 0.98 0.99

11 1.00 0.91 1.05 0.99 1.08 1.06 1.08 1.07 1.02 1.02 0.98 0.99

12 0.99 0.91 1.05 0.99 1.09 1.07 1.09 1.07 1.02 1.02 0.97 0.99

13 0.99 0.91 1.05 0.99 1.10 1.07 1.10 1.08 1.02 1.02 0.97 0.98

14 0.98 0.91 1.05 0.98 1.10 1.08 1.11 1.08 1.02 1.01 0.96 0.98

15 0.97 0.91 1.05 0.98 1.11 1.08 1.12 1.08 1.02 1.01 0.95 0.97

16 0.97 0.91 1.05 0.98 1.11 1.08 1.12 1.08 1.02 1.01 0.95 0.97

17 0.97 0.91 1.05 0.98 1.12 1.09 1.13 1.09 1.02 1.01 0.95 0.96

18 0.96 0.91 1.05 0.98 1.12 1.10 1.13 1.10 1.02 1.00 0.94 0.96

19 0.96 0.90 1.05 0.97 1.13 1.10 1.14 1.10 1.02 1.00 0.94 0.95

20 0.95 0.90 1.05 0.97 1.13 1.11 1.14 1.11 1.02 1.00 0.93 0.94

21 0.95 0.90 1.05 0.97 1.13 1.11 1.14 1.11 1.02 1.00 0.93 0.94

22 0.95 0.90 1.05 0.97 1.14 1.12 1.15 1.11 1.02 1.00 0.93 0.93

23 0.94 0.90 1.05 0.97 1.14 1.13 1.16 1.12 1.02 1.00 0.92 0.93
24 0.94 0.89 1.05 0.96 1.15 1.13 1.16 1.12 1.02 0.99 0.92 0.92

25 0.93 0.89 1.05 0.96 1.15 1.14 1.17 1.12 1.02 0.99 0.91 0.91

26 0.92 0.88 1.05 0.96 1.15 1.15 1.17 1.12 1.02 0.99 0.91 0.91

27 0.92 0.88 1.05 0.96 1.16 1.15 1.18 1.13 1.02 0.99 0.90 0.90

28 0.91 0.88 1.06 0.96 1.16 1.16 1.18 1.13 1.02 0.98 0.90 0.90

29 0.91 0.87 1.06 0.95 1.17 1.16 1.19 1.13 1.03 0.98 0.90 0.89

30 0.90 0.87 1.06 0.95 1.18 1.17 1.20 1.14 1.03 0.98 0.89 0.88

31 0.90 0.87 1.06 0.95 1.18 1.18 1.20 1.14 1.03 0.98 0.89 0.88

32 0.89 0.86 1.06 0.95 1.19 1.19 1.21 1.15 1.03 0.98 0.88 0.87

33 0.88 0.86 1.06 0.95 1.19 1.20 1.22 1.15 1.03 0.97 0.88 0.86

34 0.88 0.85 1.06 0.94 1.20 1.20 1.22 1.16 1.03 0.97 0.87 0.86

35 0.87 0.85 1.06 0.94 1.21 1.21 1.23 1.16 1.03 0.97 0.86 0.85

36 0.87 0.85 1.06 0.94 1.21 1.22 1.24 1.16 1.03 0.97 0.86 0.84

37 0.86 0.84 1.06 0.94 1.22 1.23 1.25 1.17 1.03 0.97 0.85 0.83

38 0.85 0.84 1.07 0.94 1.23 1.24 1.25 1.17 1.04 0.96 0.84 0.83

39 0.85 0.84 1.07 0.93 1.23 1.24 1.26 1.18 1.04 0.96 0.84 0.82

40 0.84 0.83 1.07 0.93 1.24 1.25 1.27 1.18 1.04 0.96 0.83 0.81

41 0.83 0.83 1.07 0.93 1.25 1.26 1.27 1.19 1.04 0.96 0.82 0.80

42 0.82 0.83 1.07 0.92 1.26 1.27 1.28 1.19 1.04 0.95 0.82 0.79

43 0.81 0.82 1.07 0.92 1.26 1.28 1.29 1.20 1.04 0.95 0.81 0.77

44 0.81 0.82 1.07 0.92 1.27 1.29 1.30 1.20 1.04 0.95 0.80 0.76

45 0.80 0.81 1.07 0.92 1.28 1.29 1.31 1.21 1.04 0.94 0.79 0.75

46 0.79 0.81 1.07 0.91 1.29 1.31 1.32 1.22 1.04 0.94 0.79 0.74

47 0.77 0.80 1.08 0.91 1.30 1.32 1.33 1.22 1.04 0.93 0.78 0.73

48 0.76 0.80 1.08 0.90 1.31 1.33 1.34 1.23 1.05 0.93 0.77 0.72

49 0.75 0.79 1.08 0.90 1.32 1.34 1.35 1.24 1.05 0.93 0.76 0.71

50 0.74 0.79 1.08 0.89 1.33 1.36 1.37 1.25 1.06 0.92 0.76 0.70
Tabel Faktor Koreksi (F) Untuk Kedudukan Matahari/ Faktor Lintang Selatan

LS Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

1 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04

2 1.05 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.02 1.05

3 1.05 0.95 1.04 1.01 1.03 1.00 1.03 1.04 1.01 1.05 1.02 1.05

4 1.06 0.95 1.04 1.00 1.03 1.00 1.03 1.03 1.00 1.05 1.03 1.06

5 1.06 0.95 1.04 1.00 1.02 0.99 1.02 1.03 1.00 1.05 1.03 1.06

6 1.06 0.95 1.04 1.00 1.02 0.99 1.02 1.03 1.00 1.05 1.03 1.06

7 1.07 0.96 1.04 1.00 1.02 0.98 1.02 1.03 1.00 1.05 1.04 1.07

8 1.07 0.96 1.05 1.00 1.02 0.98 1.01 1.02 1.00 1.06 1.04 1.08

9 1.08 0.97 1.05 0.99 1.01 0.97 1.01 1.02 1.00 1.06 1.05 1.09

10 1.08 0.97 1.05 0.99 1.01 0.96 1.00 1.01 1.00 1.06 1.05 1.10

11 1.08 0.97 1.05 0.99 1.01 0.96 1.00 1.01 1.00 1.06 1.05 1.10

12 1.09 0.97 1.05 0.99 1.00 0.96 0.99 1.01 1.00 1.06 1.06 1.11

13 1.10 0.98 1.05 0.99 1.00 0.95 0.99 1.01 1.00 1.07 1.06 1.11

14 1.11 0.98 1.05 0.98 0.99 0.95 0.98 1.00 1.00 1.07 1.07 1.12

15 1.12 0.98 1.05 0.98 0.98 0.94 0.97 1.00 1.00 1.07 1.07 1.12

16 1.12 0.98 1.05 0.98 0.98 0.94 0.97 1.00 1.00 1.07 1.07 1.12

17 1.13 0.99 1.05 0.98 0.98 0.93 0.97 1.00 1.00 1.07 1.08 1.13

18 1.13 0.99 1.05 0.98 0.97 0.93 0.96 1.00 1.00 1.08 1.08 1.14

19 1.14 1.00 1.05 0.97 0.97 0.92 0.96 0.99 1.00 1.08 1.09 1.14

20 1.14 1.00 1.05 0.97 0.96 0.91 0.95 0.99 1.00 1.08 1.09 1.15

21 1.14 1.00 1.05 0.97 0.96 0.91 0.95 0.99 1.00 1.08 1.09 1.15

22 1.15 1.00 1.05 0.97 0.96 0.90 0.95 0.99 1.00 1.09 1.10 1.16

23 1.16 1.01 1.05 0.97 0.95 0.90 0.94 0.99 1.00 1.09 1.10 1.17

24 1.16 1.01 1.05 0.96 0.95 0.89 0.94 0.98 1.00 1.10 1.11 1.17

25 1.17 1.01 1.05 0.96 0.94 0.88 0.93 0.98 1.00 1.10 1.11 1.18

26 1.17 1.01 1.05 0.96 0.94 0.88 0.93 0.98 1.00 1.10 1.11 1.18

27 1.18 1.02 1.05 0.96 0.94 0.87 0.92 0.98 1.00 1.11 1.12 1.19

28 1.19 1.02 1.06 0.96 0.93 0.87 0.92 0.97 1.00 1.11 1.13 1.20

29 1.19 1.03 1.06 0.95 0.93 0.86 0.91 0.97 1.00 1.12 1.13 1.20
30 1.20 1.03 1.06 0.95 0.92 0.85 0.90 0.96 1.00 1.12 1.14 1.21

31 1.20 1.03 1.06 0.95 0.92 0.85 0.90 0.96 1.00 1.12 1.14 1.21

32 1.21 1.03 1.06 0.95 0.91 0.84 0.89 0.96 1.00 1.12 1.15 1.22

33 1.22 1.04 1.06 0.95 0.91 0.84 0.89 0.95 1.00 1.13 1.16 1.23

34 1.22 1.04 1.06 0.94 0.90 0.83 0.88 0.95 1.00 1.13 1.16 1.24

35 1.23 1.04 1.06 0.94 0.89 0.82 0.87 0.94 1.00 1.13 1.17 1.25

36 1.23 1.04 1.06 0.94 0.89 0.82 0.87 0.94 1.00 1.13 1.17 1.25

37 1.24 1.05 1.06 0.94 0.88 0.81 0.86 0.94 1.00 1.14 1.18 1.26

38 1.25 1.05 1.07 0.94 0.88 0.80 0.86 0.93 1.00 1.14 1.19 1.27

39 1.26 1.06 1.07 0.93 0.87 0.79 0.85 0.93 1.00 1.15 1.19 1.28

40 1.27 1.06 1.07 0.93 0.86 0.78 0.84 0.92 1.00 1.15 1.20 1.29

41 1.28 1.07 1.07 0.93 0.86 0.77 0.83 0.92 1.00 1.16 1.21 1.30

42 1.28 1.07 1.07 0.92 0.85 0.76 0.82 0.92 1.00 1.16 1.22 1.31

43 1.29 1.08 1.07 0.92 0.84 0.75 0.82 0.92 1.00 1.17 1.23 1.32

44 1.30 1.08 1.07 0.92 0.83 0.74 0.81 0.91 0.99 1.17 1.23 1.33

45 1.31 1.09 1.07 0.92 0.83 0.73 0.80 0.91 0.99 1.17 1.24 1.34

46 1.32 1.10 1.07 0.91 0.82 0,72 0.79 0.90 0.99 1.17 1.25 1.35

47 1.33 1.11 1.08 0.91 0.81 0.71 0.78 0.90 0.99 1.18 1.26 1.36

48 1.34 1.11 1.08 0.90 0.80 0.70 0.76 0.89 0.99 1.18 1.27 1.37

49 1.36 1.12 1.08 0.90 0.79 0.69 0.75 0.89 0.99 1.19 1.28 1.39

50 1.37 1.12 1.08 0.89 0.77 0.67 0.74 0.88 0.99 1.19 1.29 1.41
E. LANGKAH KERJA

1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

praktikum.

2. Mahasiswa mencermati video penjelasan dari link Google Drive dan soft file dari asisten praktikum

mengenai materi analisis evaporasi dan evapotranspirasi.

3. Mahasiswa mencatat format penyusunan laporan praktikum.

4. Mahasiswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang telah disampaikan asisten praktikum.

5. Mahasiswa mencermati pembagian data untuk perhitungan evaporasi dan evapotranspirasi, baik

untuk metode Penman maupun metode Thornwaite.

6. Mahasiswa menghitung besar evaporasi dari tabel data yang telah disediakan dengan menggunakan

metode Penman dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mahasiswa mencatat suhu maksimum dan suhu minimum suatu bulan dan tahun (sesuai dengan

data yang telah dibagi oleh asisten praktikum).

b. Mahasiswa menghitung besar ea terlebih dahulu dengan cara menuliskan angka interpolasi puluhan

terdekat dari suhu maksimum (pembulatan ke atas). Lalu selanjutnya angka interpolasi ini
dikurangi dengan suhu maksimum bulan tersebut. Lalu mahasiswa menuliskan angka interpolasi
puluhan terdekat dari suhu maksimum (pembulatan ke bawah).

c. Mahasiswa membuat model persamaan (yang nantinya akan dikali silang).

d. Untuk persamaan yang di sebelah kanan, mahasiswa mencocokkan angka interpolasi (pembulatan

ke atas) pada tabel tekanan uap jenuh. Lalu angka ini dikurangi variabel x. Selanjutnya, dibagi

dengan variabel x yang dikurangi dengan angka p (berdasarkan hasil pencocokkan angka interpolasi

dengan pembulatan ke bawah).

e. Mahasiswa menghitung hasil pengurangan dari angka interpolasi (pembulatan ke atas) dengan suhu

maksimum. Lalu mahasiswa menghitung suhu maksimum yang dikurangi dengan angka interpolasi

(pembulatan ke bawah). Selanjutnya, hasil pengurangan yang pertama tadi dibagi dengan hasil

pengurangan kedua.

f. Mahasiswa mengalikan silang persamaan-persamaan yang telah diperoleh.

g. Mahasiswa menghitung besar nilai x (ea) dengan mengikuti langkah-langkah pengerjaan perkalian

silang secara urut.

h. Mahasiswa menghitung RH dengan menggunakan suhu minimum yang dikurangi dengan angka

interpolasi (pembulatan ke bawah).

i. Apabila hasil pengurangan bernilai bulat maka bisa langsung ditentukan besar RH nya dengan

melihat tabel kelembaban. Mencari besar kelembabannya berdasarkan suhu minimum dan angka

interpolasi (pembulatan ke bawah).

j. Apabila hasil pengurangannya bernilai desimal atau koma, maka mahasiswa menghitung besar RH

sesuai dengan langkah-langkah perhitungan ea yang menggunakan interpolasi dan perkalian silang.

Bedanya, suhu yang digunakan untuk perhitungan RH ini adalah suhu minimum.
k. Mahasiswa menghitung besar ed dengan cara mengalikan besar ea dan RH yang tadi telah

diperoleh, lalu dibagi 100.

l. Mahasiswa menghitung besar kecepatan angin (V) berdasarkan tabel data kecepatan angin sesuai

pembagian yang telah ditentukan oleh asisten praktikum dengan menggunakan rumus yang

tersedia.

m. Mahasiswa menghitung nilai evaporasi dengan menggunakan rumus analisis evaporasi

metode Penman.

n. Mahasiswa melakukan perhitungan untuk bulan yang lain sesuai dengan langkah-langkah dari a

sampai m.

7. Mahasiswa menghitung besar evapotranspirasi sesuai bulan yang telah ditentukan berdasarkan tabel

data suhu udara dengan menggunakan metode Thornwaite. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Mahasiswa menghitung rata-rata suhu harian bulan Januari tahun 1988, mulai dari tanggal 1-31

Januari dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.

b. Mahasiswa menghitung jumlah rata-rata suhu harian dengan menjumlahkan seluruh nilai suhu

rata-rata harian tanggal 1 hingga 31 Januari.

c. Mahasiswa menghitung rata-rata suhu bulan Januari tahun 1988 .

d. Mahasiswa menghitung nilai indeks panas bulanan (i) berdasarkan data tabel temperatur udara

selama satu tahun (dihitung nilai i setiap bulannya dengan rumus yang tersedia).

e. Mahasiswa menghitung nilai indeks panas tahunan (I) dengan cara menjumlahkan hasil

perhitungan i setiap bulannya.

f. Mahasiswa menghitung besar a sesuai rumus mencari nilai a dengan memasukkan angka-angka

hasil perhitungan yang telah diperoleh.

g. Mahasiswa menghitung nilai ETP (evapotranspirasi) tidak dikoreksi dengan menggunakan rumus

ETP tidak dikoreksi.

h. Mahasiswa menghitung besar evapotranspirasi terkoreksi dengan cara mengalikan nilai ETP tidak

dikoreksi yang telah diperoleh dengan faktor koreksi. Faktor koreksi ini dapat dilihat dari tabel

dengan mencocokkan besar lintang daerah tersebut dan bulan yang telah ditentukan.

8. Mahasiswa mencari referensi dari buku, jurnal, dan website untuk penyusunan laporan praktikum.

9. Mahasiswa menyusun laporan praktikum secara sistematis.

10. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum sesuai dengan batas waktu

yang telah ditentukan.


F. PEMBAHASAN
1. Perolehan data
a. Data untuk perhitungan metode Penman

DATA TEMPERATUR UDARA (°C) BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA


BALAI WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG TAHUN 1988
KOORDINAT 6° 59' LS -11° 23' LS

BULAN MAX (Bola Kering) MIN (Bola Basah)


Januari 30,7 24,5
Februari 31 24,1
Maret 31,6 24,7
April 33 24,9
Mei 33,1 24,5
Juni 33 23,6
Juli 33 22,6
Agustus 33,4 23,4
September 33,7 23,4
Oktober 32,1 24
November 31 24,1
Desember 29,8 23,4

TABEL DATA KECEPATAN ANGIN (C)


BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG TAHUN 1988
BULAN KECEPATAN ANGIN (C) KECEPATAN ANGIN
(mile/hari)
Januari 3C 83,339
Desember 4C 111,119
Jumlah 7C 194, 458
Rata rata 3,5 C 97,229
b. Data untuk perhitungan metode Thornwaite

BALAI WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG
BULAN JANUARI TAHUN 1988
KOORDINAT 6° 59' LS -11° 23''
Tanggal 07.00 13.00 18.00 Suhu Harian
1 25,7 31,5 27,9 27.7
2 25,5 31 28,7 27.675
3 25,7 30,7 27,6 27.425
4 26 30,5 28,9 27.85
5 26 29,7 27,7 27.35
6 24,8 31,3 27,3 27.05
7 25,8 30,4 26,5 27.125
8 26,8 30 27,5 27.775
9 26,1 30,9 28,2 27.825
10 26,2 32 27,2 27.9
11 24,7 31 29,3 27.425
12 26 30,8 26,5 27.325
13 25,9 29 29,4 27.55
14 26 29,4 28,2 27.4
15 27 30,6 28,5 28.275
16 26 29 27,5 27.125
17 25 30,1 28,8 27.225
18 25,5 30,6 28,5 27.525
19 25,5 30,8 28,7 27.625
20 25,6 30,5 26,7 27.1
21 25,3 26,4 28,1 26.275
22 24,7 29 29,4 26.95
23 25,3 31,5 28,7 27.7
24 25,5 30 26,8 26.95
25 24,5 29,8 28,8 26.9
26 25 31,5 28,5 27.5
27 25,7 29,8 24,5 26.425
28 24,8 30,6 27,7 26.975
29 25,2 31,2 25,1 26.675
30 25,1 28,7 26,6 26.375
31 24,2 28,6 24,7 25.425

Jumlah 791.1 936.9 858.5 844.4


Rata rata 25.51 30.22 27.69 27.238
DATA TEMPERATUR UDARA (°C) SELAMA 1 TAHUN
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG
TAHUN 1988
KOORDINAT 6° 59' LS -11° 23''

BULAN TEMPERATUR UDARA Index Panas Bulanan


BULANAN TAHUN 1988 (°C) (i)
Januari 27,3 13.065
Februari 27,1 12.920
Maret 27,5 13.210
April 28,4 13.870
Mei 28,4 13.870
Juni 27,6 13.282
Juli 27,1 12.920
Agustus 27,8 13.428
September 28,1 13.648
Oktober 28 13.575
November 27,4 13.137
Desember 26,3 12.347

JUMLAH 331 I = 159.272


2. Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Perhitungan dengan metode penman
b. Perhitungan dengan Metode Thornwaite
3. Penyajian Hasil Analisis Data
Pada praktikum kali ini adalah membahas tentang analisis evaporasi dan evapotranspirasi.
Evaporasi adalah berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan air ke udara. Evaporasi merupakan
faktor yang penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat
mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan
komsumtif untuk tanaman dan lain-lain. Secara umum evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang
berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh
faktor- faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Pada praktikum kali ini ini menggunaka dua metode perhitungan
dalam menghitung evaporasi dan evapotranspirasi, yaitu menggunakan Metode Penman dan Metode
Thornwaite.
Metode Penman merupakan metode perhitungan evaporasi yang dalam prosesnya menggunakan data
suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan elevasi lokasi studi dalam
perhitungan. Metode ini merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan
tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Berdasarkan keterlibatan data-data yang digunakan tersebut, hasil
perhitungan dari Metode Penman ini akurat namun sulit untuk diterapkan pada wilayah yang tidak memiliki
data iklim yang lengkap.
Metode penman ini memiliki kelebihan sebagai berikut yaitu metode perhitungan tersebut merupakan
yang diunggulkan oleh FAO sebagai standar karena memiliki akurasi yang paling tinggi dari metode lainnya.
Stasiun yang memiliki data iklim lengkap sebaiknya memilih metode ini sedangkan stasiun yang tidak lengkap
dapat memilih metode lain karena semua metode harus memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,95. Metode
Penman merupakan metode perhitungan yang mudah diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan
para meter lain. Selain itu, Metode Penman sudah otomatis terkalibrasi di beberapa software dan beberapa jenis
lysimeter. Metode Penman ini direkomendasikan oleh FAO, sehingga model ini tetap dianjurkan digunakan
untuk menduga kebutuhan air tanaman pada tempat-tempat yang tidak memiliki data laju evaporasi, tetapi
perlu terus dilakukan penelitian tentang pendekatan yang tepat untuk menduga laju evaporasi sehingga
perencanaan irigasi dan pengaturan jadwal tanam akan lebih tepat. Rumus Metode Penman merupakan alat
yang bermanfaat untuk mendiagnosis faktor-faktor fisika dan biologi yang mengontrol evaporasi. Metode
Penman mengalami modifikasi dan perkembangan sehingga Metode Penman dapat digunakan untuk menduga
evapotransipirasi pada permukaan tanah yang ditanami vegetasi.
Selain kelebihan Metode Penman ini juga memiliki kekurangan berikut kekurangan dari metode
penman adalah metode ini apabila dibandingkan dengan metode yang lain, Metode Penman dianggap metode
yang paling banyak membutuhkan input data. Kurangnya kecermatan dalam pengamatan penurunan muka air
pada panci evaporasi (atau terdapatnya kesalahan akibat hal-hal lain), kurang terpeliharanya lingkungan sekitar
stasiun atau karena beragamnya unsur-unsur iklim, pengamatan intensitas radiasi dan lama penyinaran juga
harus dievaluasi, karena Metode Penman sangat berkaitan erat dengan masukan data radiasi matahari juga
mempengaruhi laju evaporasi. Selain itu, kendala utama penggunaannya di Indonesia adalah Metode Penman
dirumuskan berdasarkan parameter iklim daerah sub tropis yang sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia.
Metode ini pun belum sepenuhnya dapat diaplikasikan di Indonesa, karena hanya sedikit stasiun pengamatan
cuaca di Indonesia yang mengamati perubahan iklim secara lengkap dan berkelanjutan. Adapun rumus yang
digunakan dalam menghitung evaporasi dengan Metode Penman yaitu E = 0,35 (ea-ed) (1+v/100) mm/hari,
dengan ea adalah kelembaban absolut, RH adalah kelembaban relative, ed adalah tekanan uap jenuh maksimum
dan v adalah kecepatan angina.
Metode perhitungan evaporasi dan evapotranspirasi yang kedua adalah Metode Thornwaite. Metode
Thornwaite merupakan metode yang didasarkan pada konsep neraca air. Metode ini memerlukan curah hujan
sebagai input dan nantinya evapotranspirasi dan debit sebagai output. Metode ini berdasarkan prinsip neraca
air dan menekankan faktor evapotranspirasi sebagai faktor iklim selain hujan serta memasukan variabel lengas
tanah Pada perhitungan metode ini hanya menggunakan data suhu rata-rata bulanan saja.
Kelebihan dari Metode Thornwaite adalah Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan dan
menghitung evapotranspirasi potensial. Berdasarkan persamaan tersebut, perhitungan evapotranspirasi
potensial mempertimbangkan suhu udara sebagai indeks panas dan koreksi letak lintang posisi daerah
penelitian. Evaporasi potensial merupakan pelepasan atau perpindahan sejumlah air dalam suatu waktu. Data
yang menjadi dasar perhitungan meliputi temperature, indeks panas satu tahun, evapotranspirasi potensial yang
diperoleh dari table faktor koreksi didasarkan dari letak lintang lokasi penelitian dan menghasilkan
evapotranspirasi potensial terkoreksi. Kelebihan dari Metode Thornwaite selanjutnya yaitu jika suatu daerah
tidak memiliki data iklim yang lengkap sepertti data hujan, radiasi matahari, suhu, kecepatan angin,
kelembaban udara, tekanan udara dan lama penyinaran matahari, maka Metode Thornwaite tetap bias
digunakan. Berbeda halnya dengan Metode lain yang tidak dapat dihitung jika tidak memiliki data iklim yang
lengkap. Selain itu, Metode Thornwaite dapat digunakan pada tiap lokasi yang memiliki rekaman data
temperatur. Hal inilah yang menjadikan metode ini digunakan secara universal.
Adapun kekurangan dari Metode Thornwaite adalah metode ini hanya menggunakan data suhu udara
untuk melakukan perhitungan dan tidak membandingkan dengan data-data iklim lainnya. Hal inilah yang
membuat ETP di Metode Thornwaite cenderung lebih besar. Selain itu Kekurangan yang paling utama metode
Thornthwaite Mather ini adalah terlalu mengabaikan faktor variasi kelembaban relatif, faktor kecepatan angin
dan faktor lamanya penyinaran matahari.
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan perhitungan pada Metode Thornwaite, diantaranya
mahasiswa menghitung suhu rata-rata bulanan pada tanggal 1 sampai dengan 31 Januari tahun 1988,
berdasarkan data yang sudah disediakan dengan menggunakan rumus 2 (t 07.00) + t
13.00 + t 18.00 / 4. Perhitungan Metode Thornwaite selanjutnya yaitu menghitung suhu indeks panas
bulanan dari bulan Januari hingga bulan Desember berdasarkan table temeperature udara yang disediakan,
dengan menggunakan rumus I = (t/5)1,514. Setelah melakukan perhitungan suhu indeks panas bulanan, maka
selanjutnya menjumlahkan seluruh suhu indeks panas bulanan tersebut yang pada hasil akhirnya merupakan
suhu indeks panas tahunan. Kemudian menghitung a, adapun rumusnya yaitu a = 0,000000675 I3 – 0,0000771
I2 + 0,01792 I + 0,49239. Setelah nilai a didapat maka melakukan perhitungan mencari ETP terkoreksi dan
ETP tidak terkoreksi berdasarkan data yang ada dan pembagian bulan yang didapat. Adapun rumus ETP tidak
terkoreksi terbagi menjadi dua yaitu ETP (t > 26,5⁰ C) = - 0,0433 t2 + 3,2244 t – 41,545 dan ETP (t < 26,5⁰ C)
= 1,6 x (10 t / 5)a. sedangkan untuk ETP terkoreksi Metode Thornwaite rumusnya yaitu ETP terkoreksi = ETP
x F.
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yang berjudul “Analisis evaporasi dan Evapotranspirasi”
adalah.
Evaporasi merupakan berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan air ke udara. Evaporasi
merupakan faktor yang penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat
mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan
komsumtif untuk tanaman dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain seperti suhu
udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan elevasi lokasi studi dalam
perhitungan. Secara umum evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah,
air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologi
vegetasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah Karakteristik Tanaman, Radiasi
Matahari, Ketersediaan Air di Tanah, Angin dan Kelembapan Udara. Pada praktikum Meteorologi dan
Klimatologi yang kedua ini menggunakan dua metode perhitungan yaitu Metode Penman dan Metode
Thornwaite.
Metode Penman merupakan metode perhitungan evaporasi yang dalam prosesnya menggunakan data
suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan elevasi lokasi studi dalam
perhitungan. Berdasarkan keterlibatan data-data yang digunakan tersebut, hasil perhitungan dari Metode
Penman ini akurat namun sulit untuk diterapkan pada wilayah yang tidak memiliki data iklim yang lengkap.
Kelebihan dari metode penman ini yaitu metode perhitungan tersebut merupakan yang diunggulkan oleh FAO
sebagai standar karena memiliki akurasi yang paling tinggi dari metode lainnya. Adapun beberapa kekurangan
dari Metode Penman adalah metode ini apabila dibandingkan dengan metode yang lain, Metode Penman
dianggap metode yang paling banyak membutuhkan input data. Kurangnya kecermatan dalam pengamatan
penurunan muka air pada panci evaporasi (atau terdapatnya kesalahan akibat hal-hal lain), kurang
terpeliharanya lingkungan sekitar stasiun atau karena beragamnya unsur-unsur iklim, pengamatan intensitas
radiasi dan lama penyinaran juga harus dievaluasi, karena Metode Penman sangat berkaitan erat dengan
masukan data radiasi matahari juga mempengaruhi laju evaporasi. Rumus yang digunakan dalam menghitung
evaporasi dengan Metode Penman yaitu E = 0,35 (ea-ed) (1+v/100) mm/hari
Metode Thornwaite merupakan metode yang didasarkan pada konsep neraca air. Metode ini
memerlukan curah hujan sebagai input dan nantinya evapotranspirasi dan debit sebagai output. Metode ini
berdasarkan prinsip neraca air dan menekankan faktor evapotranspirasi sebagai faktor iklim selain hujan serta
memasukan variabel lengas tanah Pada perhitungan metode ini hanya menggunakan data suhu rata-rata
bulanan saja. Kelebihan dari Metode Thornwaite selanjutnya yaitu jika suatu daerah tidak memiliki data iklim
yang lengkap sepertti data hujan, radiasi matahari, suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, tekanan udara
dan lama penyinaran matahari, maka Metode Thornwaite tetap bias digunakan. Berbeda halnya dengan Metode
lain yang tidak dapat dihitung jika tidak memiliki data iklim yang lengkap. Adapun kekurangan dari Metode
Thornwaite adalah metode ini hanya menggunakan data suhu udara untuk melakukan perhitungan dan tidak
membandingkan dengan data-data iklim lainnya. Pada perhitungan untup mencari ETP terbagi menjadi dua
yaitu mencari ETP terkoreksi dan ETP tidak terkoreksi berdasarkan data yang ada dan pembagian bulan yang
didapat. Adapun rumus ETP tidak terkoreksi terbagi menjadi dua yaitu ETP (t > 26,5⁰ C) = - 0,0433 t2 + 3,2244
t – 41,545 dan ETP (t < 26,5⁰ C) = 1,6 x (10 t / 5)a. sedangkan untuk ETP terkoreksi Metode Thornwaite
rumusnya yaitu ETP terkoreksi = ETP x F.
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Eddy. 2010. “PENGELOMPOKAN POLA CURAH HUJAN YANG TERJADI DI


BEBERAPA KAWASAN P. SUMATERA BERBASIS HASIL ANALISIS TEKNIK
SPEKTRAL”. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol. 11, No. 2, Hal: 75-85.
Hakim, Iqbal. 2020. “Evapotranspirasi: Pengertian, Faktor, dan Cara Menghitung”.
https://insanpelajar.com/evapotranspirasi-pengertian-faktor-dan-cara-menghitung/
(Diakses pada 22 April 2021, pukul 14.44 WIB).
Rafi’i, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.

Rada. 2020. “Evaporasi”.

https://dosenpintar.com/evaporasi/ (Diakses pada 23 April 2021, pukul 13. 56 WIB).

Utomo, Dwiyono Hari. 2016. Meteorologi Klimatologi. Yogyakarta : MAGNUM PUSTAKA

MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai