I. Latar Belakang
Permukaan bumi kita tidak rata, tidak halus mulus, ada yang menonjol
dan ada yang cekung. Permukaan yang menonjol dapat berupa gunung, bukit,
atau dataran tinggi. Permukaan yang cekung dapat berupa jurang, sungai atau
laut. Dilihat dari penyebabnya karena ada aktifitas tenaga endogen dan tenaga
eksogen. Tenaga Endogen dapat berupa tektonisme, vulkanisme dan seisme.
Tenaga Eksogen berupa pelapukan,erosi dan sedimentasi.Perbedaan
satu tempat dengan tempat yang lainnya berkaitan dengan relief
bumi membawa akibat perbedaan cuaca, suhu, iklim, curah hujan, jenis
tanah dan lain-lain. Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh
rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara
tekanan tinggi ke tekanan rendah di sekitarnya.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau
perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan
dengan besarnya energi panas matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar
akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang
cenderung lebih rendah.
Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang
menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit
menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah
tersebut. Angin memiliki kecepatan dan arah, permukaan relief bumi
mempengaruhi ruang gerak angin dari daerah yang bertekanan tinggi kedaerah
yang bertekanan rendah, sehingga permukaan relief bumi menjadi tumpuan
pergerakan angin. Terjadinya angin darat dan angin laut merupakan peristiwa
pergerakan angin yang dipengaruhi oleh bentuk relief muka bumi. Hujan
terbentuk karena adanya angin. Jika tidak ada angin maka
tidak akan terbentuk pula hujan. Para ilmuan mengatakan bahwa awan adalah
sebuah eksisten elektrik. Eksisten-eksisten elektrik, jika terbentuk dari
satu jenis saja maka satu sama lainnya akan saling menolak dan jika terbentuk
dari dua jenis maka keduanya akan saling menarik antara satu sama lainnya.
Ciri-ciri dari angin itu adalah berkumpulnya antara dua wujud eksisten-
eksisten, yang menghasilkan ketertarikan satu sama lain dan terjadilah
penyatuan elektrik antara keduanya. Dan hasil dari penggabungan tersebut
adalah hujan. Jadi, satu-satunya faktor yang berdampak pada penyatuan dua
wujud elektrik sehingga memberikan dan menciptakan
hasil yang disebut dengan hujan,adalah angin.
I. Latar Belakang
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang menguap berasal
dari permukaan bumi baik dari tanah tumbuhan dan air. Air yang menguap
secara langsung disebut evaporasi dan penguapanmelalui vegetasi atau tanah
disebut juga dengan dengan intersepsi. Evapotranspirasi dapat dihitung guna
mengetahui besarnnya air yang menguap secara langsung maupun yang
menguap melalui tumbuhan dan tanah pada wilayah tertentu untuk
kepentingan pertanian maupun domestic. Salah satu cara mengetahui besar
kecilnya evapotranspirasi di suatu wilayah yaitu dengan metode penman.
Penman menghitung besarnya evapotranspirasi untuk mengestimasi
besarnya evaporasi dari data cuaca suatu wilayah untuk menjaga kontinuitas
besarntya evaporasi. Metode penman dalam menghitung besarnya
evapotranspirasi memperhatikan kecepatan angin, tekanan udara jenuh rdan
tekanan udara aktual. Untuk mengetahui perhitungan evapotranspirasi metode
penman maka dilakukan praktikum acara 6 besarnya evapotranspirasi dengan
menggunakan metode penman
Metode Penman
∆
( )𝐻𝑜+𝐿𝐸𝑥
𝑌
LE= ∆ (ILRI : 1974)
𝐼+( )
𝑌
Keterangan :
Keterangan :
I = merupakan nilai ∆ sebagai fungsi temperature
II = merupakan nilai (a + bn/N) a dan b = konstanta
N = lamanya sinar matahari
N = panjang hari 9 jam
III = nilai Htop dan Hsh
IV = nilai dari 118.10-19 (273 + Tz)4 , yang merupakan
fungsi suhu
V = nilai dari 0,47 0,077 √𝑒2 merupakan fungsi tekanan uap
aktual pada ketinggian 2 m
VI = nilai dari 0,2 + 0,8 n/N
VII = nilai dari 0,485x0,35 (0,5+0,54u)
VIII = nilai dari tekanan uap (esat)
ACARA III
EVAPOTRANSPIRASI METODE JENSEN-HAISE
I. Latar Belakang
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang menguap berasal
dari permukaan bumi baik dari tanah tumbuhan dan air. Air yang menguap
secara langsung disebut evaporasi dan penguapanmelalui vegetasi atau tanah
disebut juga dengan dengan intersepsi. Evapotranspirasi dapat dihitung guna
mengetahui besarnnya air yang menguap secara langsung maupun yang
menguap melalui tumbuhan dan tanah pada wilayah tertentu untuk
kepentingan pertanian maupun domestic. Salah satu cara mengetahui besar
kecilnya evapotranspirasi di suatu wilayah yaitu dengan metode thornthwaite.
Jansen Haise telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan
besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi
potensial (PET) tersebut berdasarkan gelombang pendek radiasi dan
temperatur udara. Untuk mengetahui perhitungan evapotranspirasi metode
Janse Haise dilakukan praktikum acara 8 besarnya evapotranspirasi dengan
menggunakan metode Janse Haise
II. Tujuan
Memberikan pemahaman tentang evapotranspirasi, serta memberikan
kemampuan kepada mahasiswa dalam melakukan perhitungan dengan
berbagai metode perhitungan evapotranspirasi yang ada, khusunya metode
perhitungan evapotranspirasi Jensen dan Haise.
III. Alat dan Bahan
1. Data Klimatologi (Kecamatan Jumantono, Stasiun PUSLITBANG FP
UNS, Karanganyar)
2. Alat tulis
3. Kalkulator
4. Tabel perhitungan hidrometeorologi
ET = T + It + Es + Eo
Dimana :
Ep = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Hsh = gelombang pendek radiasi (datang/berikutnya) (cal cm-2
hari-1)
T = temperatur udara (°C)
ACARA IV
EVAPOTRANSPIRASI METODE THORNTHWAITE
I. Latar Belakang
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang menguap berasal
dari permukaan bumi baik dari tanah tumbuhan dan air. Air yang menguap
secara langsung disebut evaporasi dan penguapanmelalui vegetasi atau tanah
disebut juga dengan dengan intersepsi. Evapotranspirasi dapat dihitung guna
mengetahui besarnnya air yang menguap secara langsung maupun yang
menguap melalui tumbuhan dan tanah pada wilayah tertentu untuk
kepentingan pertanian maupun domestic. Salah satu cara mengetahui besar
kecilnya evapotranspirasi di suatu wilayah yaitu dengan metode thornthwaite.
Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk
memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi.
Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut berdasarkan suhu udara rerata
bulanan dengan standart 1 bulan 30 hari, dan lama penyinaran matahari 12
jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan
energi panas untuk berlangsungya proses ET dengan asumsi suhu udara
tersebut berkolerasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET. Metode thornthwaite lebih menekankan pada
indeksutamanya tempratur.Untuk mengetahui perhitungan evapotranspirasi
metode thornthwaitemaka dilakukan praktikum acara 7 besarnya
evapotranspirasi dengan menggunakan metode thornthwaite
II. Tujuan
Memberikan pemahaman tentang evapotranspirasi, serta memberikan
kemampuan kepada mahasiswa dalam melakukan perhitungan dengan
berbagai metode perhitungan evapotranspirasi yang ada, khusunya metode
perhitungan evapotranspirasi Thornthwaite.
III. Alat dan Bahan
1. Data Klimatologi (Kecamatan Jumantono, Stasiun PUSLITBANG FP
UNS, Karanganyar)
2. Alat tulis
3. Kalkulator
4. Tabel perhitungan hidrometeorologi
ET = T + It + Es + Eo
Keterangan :
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (°C)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempat
Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a = 675 x 10-9 (I3) – 771 x 10-7 (I2) + 1792 x 10-5 (I) + 0,49239
Keterangan :
S = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari
ACARA V
EVAPOTRANSPIRASI METODE TURC
I. Latar Belakang
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang menguap berasal
dari permukaan bumi baik dari tanah tumbuhan dan air. Air yang menguap
secara langsung disebut evaporasi dan penguapanmelalui vegetasi atau tanah
disebut juga dengan dengan intersepsi. Evapotranspirasi dapat dihitung guna
mengetahui besarnnya air yang menguap secara langsung maupun yang
menguap melalui tumbuhan dan tanah pada wilayah tertentu untuk
kepentingan pertanian maupun domestic. Salah satu cara mengetahui besar
kecilnya evapotranspirasi di suatu wilayah yaitu dengan metode thornthwaite.
Turc telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan
besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi
potensial (PET) tersebut berdasarkan kelembaban efektif dan temperatur
udara. Untuk mengetahui perhitungan evapotranspirasi metode Turc
dilakukan praktikum acara 9 besarnya evapotranspirasi dengan menggunakan
metode Turc.
II. Tujuan
Memberikan pemahaman tentang evapotranspirasi, serta memberikan
kemampuan kepada mahasiswa dalam melakukan perhitungan dengan
berbagai metode perhitungan evapotranspirasi yang ada, khusunya metode
perhitungan evapotranspirasi TURC.
III. Alat dan Bahan
1. Data Klimatologi (Kecamatan Jumantono, Stasiun PUSLITBANG FP
UNS, Karanganyar)
2. Alat tulis
3. Kalkulator
4. Tabel perhitungan hidrometeorologi
ET = T + It + Es + Eo
𝑃
E- 𝑃
√0,9+
𝐸0
Eo = 325 + 21 T + 0,9 T2
Keterangan :
E = evapotranspirasi (mm/th)
Eo = evaporasi (mm/th)
𝑃+80
Ep = 𝑃+45 2
(mm/10days)
√1+ { }
𝐿𝑡𝑐
Dimana :
Ep = potential evapotranspiration (mm/10 days)
P = precipitation (mm/10 days)
LTC = evaporative demand of the atmosphere, calculated according
(𝑇+2)√𝐻𝑠ℎ
to : LTC = 16
I. Latar Belakang
Data curah hujan sangat penting untuk perencanaan teknik khususnya
untuk bangunan air misalnya irigasi, bendungan, drainase perkotaan,
pelabuhan, dermaga, dan lain-lain. Karena itu data curah hujan di suatu daerah
dicatat terus menerus untuk menghitung perencanaan yang akan dilakukan.
Pencatatan data curah hujan yang dilakukan pada suatu DAS dilakukan di
beberapa titik stasiun pencatat curah hujan untuk mengetahui sebaran hujan
yang turun pada suatu DAS apakah merata atau tidak. Diperlukan data curah
hujan bertahun-tahun untuk mendapatkan perhitungan perencanaan yang
akurat, semakin banyak data curah hujan yang ada maka semakin akurat
perhitungan yang akan dilakukan.
Namun terkadang di beberapa titik stasiun pencatat curah hujan
terdapat data yang hilang. Hilangnya data tersebut dapat disebabkan oleh
kelalaian dari petugas pencatat curah hujan atau rusaknya alat pencatat curah
hujan karena kurangnya perawatan. Untuk memperbaiki atau memperkirakan
data curah hujan yang tidak lengkap atau hilang, maka dapat dilakukan
perhitungan. Praktikum acara 1 ini akan memberikan pengetahuan kepada
praktikan agar dapat menghitung atau melengkapi data curah hujan yang
hilang.
𝟏 𝑵𝒙 𝑵𝒙 𝑵𝒙
Px = 𝟑 [(𝑵𝑩 X PB) + (𝑵𝑪 X PC) + (𝑵𝑫 X PD)]
I. Latar Belakang
Data curah hujan yang digunakan dalam analisis hidrologi adalah data
curah hujan yang tidak mengandung kesalahan dan harus dicek terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk analisis lebih lanjut. Agar tidak mengandung
kesalahan dan kekosongan data maka perlu adanya pengecekkan kualitas data.
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dapat disebabkan karena faktor
manusia, alat dan faktor lokasi. Apabila terjadi kesalahan maka data yang
dihasilkan merupakan data yang tidak konsisten. Maka dari itu di acara yang
kedua ini kita akan dituntut untuk dapat melakukan pengecekan data curah
hujan agar data tersebut menjadi akurat dan dapat digunakan sebagimana
mestinya.
Data hujan minimal 10 tahun; data pos “Y” : sumbu Y dan data pos
“X” sumbu X.
Ketentuan perubahan pola :
1. Pola yang terjadi berupa garis lurus dan tidak terjadi patahan arah
garis itu, DATA POS “Y” KONSISTEN
2. Pola yang terjadi berupa garis lurus dan terjadi patahan arah garis
itu, DATA POS “Y” TIDAK KONSISTEN, perlu dikoreksi.
ACARA VIII
I. Latar Belakang
Distribusi curah hujan adalah berbeda – beda sesuai dengan jangka
waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam
setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan
harian (jumlah curah hujan 24 jam), curah hujan perjam. Harga – harga yang
diperoleh ini dapat digunakan untuk penentuan prospek dikemudian hari dan
akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
Distribusi curah hujan (rainfall) di suatu daerah diasumsikan memiliki
besar yang sama dengan daerah sekitarnya karena stasiun curah hujan hanya
dipasang ditiap kecamatan dan tidak semua kecamatan memiliki stasiun
penangkar hujan jadi untuk unit desa atau kelurahan pengasumsian hujan
rerata wilayah ini diberlakukan walaupun kenyataannya besar curah hujannya
tidak sama. Untuk menghitung rerata curah hujan tersebut kita akan pelajari di
acara ketiga ini.
Dengan P1, P2, Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar
hujan 1, 2,…..n dan n adalah banyaknya pos penakar hujan.
Atau bisa juga dalam bentuk perhitungan seperti ini:
2. Metode Poligon Thiessen
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar.
Menurut Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung
dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah
(luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas
masing-masing daerah ai). Untuk menghitung Curah Hujan rata-rata
cara poligon menggunakan persamaan :
I. Latar Belakang
Hujan maksimum yang terjadi di Pulau Jawa biasanya disebabkan
karena adanya gangguan atmosfer, seperti adanya ITCZ (inter tropical
convergence zone) ataupun karena pengaruh siklon tropis disekitarnya yang
berinteraksi dengan faktor lokal seperti adanya pegunungan, sehingga memicu
tumbuhnya awan–awan hujan dari jenis nimbus startus, cumulus dan cumulus
nimbus dengan jumlah sel awan lebih dari satu dan kejadian hujan biasanya
dapat terjadi 3 hingga 5 hari berturut turut. Sirkulasi angin muson memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap pola hujan di Indonesia. Di Pulau Jawa
angin muson barat akan memberikan banyak hujan disebagian besar wilayah.
Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari.
Faktor topografi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap variasi
hujan secara spasial, dengan adanya gunung yang berhadapan dengan sumber
uap air seperti lautan juga akan meningkatkan curah hujan di wilayah
pegunungan tersebut terutama pada bagian depan yang menghadap arah
angin, karena pada wilayah tersebut uap air akan terangkat naik karena adanya
gunung dan membentuk awan. Angin laut dan angin darat juga memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam variasi hujan secara spasial, khususnya di
wilayah kepulauan dan semenanjung pada lintang rendah, terpumpunnya
angin laut akan memperbesar kecenderungan terjadinya gejolak cumulus dan
guyuran hujan pada siang hari di wilayah daratan (Neiburger,
Edinger&Bonner 1995) . Penanganan masalah banjir tidak terlepas dari
tersedianya infrastruktur pengendali banjir seperti bendungan, bendung,
jaringan irigasi, saluran drainase dan lain-lain. Dalam mendesain bangunan air
pengendali banjir tersebut dibutuhkan informasi curah hujan maksimum
dengan periode ulang tertentu. Besarnya curah hujan maksimum untuk setiap
rancangan bangunan air tergantung pada usia guna dan kapasitas tampung,
sebagai contoh untuk bangunan waduk yang besar dibutuhkan informasi hujan
maksimum dengan periode ulang yang besar dengan periode ulang 50,100
tahunan, sedangkan untuk saluran irigasi membutuhkan informasi curah hujan
maksimum dengan periode ulang yang pendek dengan periode ulang antara 2,
5, 10 tahunan.
Untuk dapat menghitung hujan maksimum dan hujan periode ulang
guna meminimalisir terjadinya banjir maka akan kita pelajari di acara keempat
praktikum hidrometeorologi ini.
Jika laju suatu suatu data hidrologi (x) mencapai sesuatu harga tertentu
xi atau kurang dari (xi). Di perkirakan terjadi kurang sekali dalam T tahun,
maka T tahun ini di anggap sebagai periode ulang dari (xi). (xi) ini disebut
data dengan kemungkinan T tahun. (Jika data itu berupa data curah hujan
harian, maka disebut curah hujan harian kemungkinan T tahun).
Kemungkinan suatu curah hujan harian melampaui 200 mm dinyatakan
dengan rumus (3.27):
W(xi)= f(x) dx
Jadi, umpamanya jumlah hari hujan rata – rata dalam satu tahun
adalah i, maka dalam satu tahun dapat diperkirakan bahwa kemungkinan
curah hujan harian itu melampaui 200 mm adalah nW(x) dan dalam T tahun
adalah nW(x)T. Panjang tahun T dengan kemungkinan sama dengan 1 disebut
perioda ulang (return period).
Tr =1/p…………………………………………..(6.19)
Katakanlah bahwa curah hujan satu hari dengan intensitas 300 mm
(banjir besar) akan terjadi 100 kali dalam kurun waktu 1000 tahun.
Kementakan untuk terjadinya banjir besar sekali dalam waktu 1000 tahun
adalah 0,1 (100/1000). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perioda
ulang banjir di tempat tersebut adalah 10 tahun (1/0,1). Tetapi, pada periode
waktu tahun 10 tahun tersebut ada kemunkinan terjadi beberapa kali banjir
besar atau tidak sama sekali. Menjadi jelas bahwa data debit/ curah hujan 10
tahun tidak memadai untuk memprakirakan terjadinya banjir 10 tahunan.
3. Hujan Maksimum
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Pearson Type III
Distribusi Gumbel
Metode Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
X T X K TS
Keterangan :
XT : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
X : Nilai rata-rata hitung variat
S : Deviasi standar nilai variat
YT Y K TS
Keterangan :
YT : Perkiraan nilai ang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
Y : Nilai rata-rata hitung variat
S : Deviasi standar nilai variat
KT : Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan
untuk analisis peluang. Nilai faktor frekuensi dapat dilihat pada tabel
Reduksi Gauss
logX i
Y i 1
n
Hitung harga simpangan baku :
n
(logX i Y)
S i 1
n 1
n
n (logX i Y)3
G i 1
(n 1)(n 2)s 3
X X sK
K = faktor probabilitas, untuk harga-harga ekstrim dapat
dinyatakan dalam persamaan :
YTr Yn
K
Sn
Dimana :
Yn = reduced mean yang tergantung pada jumlah sampel atau data n
Sn = reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel
YTr = reduced variate yang dihitung dengan persamaan :
Tr = PUH untuk curah hujan tahunan
Tr 1
YTr ln ln rata-rata (2,33 tahun)
Tr