Anda di halaman 1dari 18

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Energi angin adalah energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena
tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau gas-gas lain yang berperan dalam
pemanasan global, sulphur dioksida dan nitrogen oksida (jenis gas yang
menyebabkan hujan asam). Energi ini pun tidak menghasilkan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan ataupun manusia. Meski demikian, harap diingat bahwa
sekecil apapun semua bentuk produksi energi selalu memiliki akibat bagi
lingkungan.
Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi kajian. Data
angin diperlukan sebagai data masukan dalam peramalan gelombang sehingga
diperoleh tinggi gelombang rencana. Data angin yang diperlukan adalah data angin
setiap jam berikut informasi mengenai arahnya.
Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tekanan
udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah.
Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua
aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses
industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik,
untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun empat diperlukan bensin,
serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan manusia yang memerlukan energi.
Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari energi fosil yang
berbentuk minyak bumi dan gas bumi.
WRPLOT View adalah suatu program yang memiliki kemampuan untuk
mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai data
meteorologi. WRPLOT View memberikan gambaran kejadian angin pada kecepatan
tertentu dari berbagai arah, persentase kecepatan angin, kecepatan angin minimum
dan maksimum. Mawar angin menampilkan distribusi kecepatan angin dalam
satuan (knots) dan (m/s). Distribusi tersebut di tandai dengan pengaturan warna
yang berbeda di setiap kecepatan angin pada lokasi dan jangka waktu tertentu.
Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi pasang sehingga angin
fohn memiliki sifat menurun, kering, dan panas.

1
2

1.2. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui kecepatan dan arah angin dengan menggunakan alat
pengukur kecepatan angin yaitu wind detector serta melakukan analisis sebaran
angin Sungai Dua Laut menggunakan software WRPLOT View versi 8.00 dan
Google Earth Pro.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada
bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi
penelitian.
1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi
Patokan ruang lingkup lokasi pada praktikum ini adalah pamasangan wind
detector pada tebing di Desa Sungai Dua Laut Kecamatan Sungai Loban Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi pada praktikum kali ini adalah dengan cara
menganalisis data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan software
WRPLOT View versi 8.00 dan Google Earth Pro.

2
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Klimatologi


Klimatologi berasal dari bahasa Yunani yaitu klima dan logos. Klima berarti
kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu.
Jadi, definisi klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat
iklim, mengapa iklim di berbagai tempat bumi berbeda dan bagaimana kaitan antara
iklim dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari
data-data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-
orang sering menawarkan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono,
2004).
Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan
permukaan bumi di bawahnya. Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik
cuaca untuk jangka waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada
sembarang waktu tertentu (Hermawan, 2010).

2.2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim


Adapun unsur-unsur cuaca dan iklim adalah sebagai berikut:
1. Radiasi Surya/Radiasi Matahari
Radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang
pertanian. Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tanaman hijau yang
melalui proses fotosintes diubah menjadi tenaga kimia. Kedua, radiasi memegang
peranan penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan
kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005).
Radiasi matahari yang tiba di permukaan bumi per satuan luas dan waktu
dikenal sebagai insolasi (berasal dari insolation = incoming solar radiation), atau
kadang-kadang disebut sebagai radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari
dan radiasi yang tidak langsung (dari langit) yang disebabkan oleh hamburan dari
partikel atmosfer (Tjasyono, 2004).
2. Tekanan Udara
Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu
yang berbeda, besarnya juga berbeda. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan

3
4

udaranya semakin menurun, sedangkan tekanan udara pada daerah yang mempunyai
rata‐rata ketinggian sama maka tekanan udara dipengaruhi oleh suhu udara. Daerah
yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang bersuhu udara
rendah tekanannya tinggi (Soewarno, 2000).
3. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Suhu juga disebut
temperatur yang diukur dengan alat termometer. Beberapa faktor yang
mempengaruhi suhu udara diantaranya: tinggi tempat, daratan/lautan, radiasi
matahari, indeks datang matahari dan angin. Pengukuran biasa dinyatakan dalam
skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di
permukaan bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin
dingin (Soewarno, 2000).
4. Kelembapan udara
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam
kelembapan kita mengenal beberapa istilah yaitu:
a. Kelembapan mutlak : Massa uap air yang berada dalam satu satuan udara
yang dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembapan spesifik : Perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan
massa udara yang dinyatakan dalam gram/kg
c. Kelembapan relatif : Merupakan perbandingan jumlah uap air di udara
dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur
tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih, 2001).
Keadaan kelembapan diatas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya,
kelembapan tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah ada pada lintang 40 o
daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujanya kecil (Kartasapoetra, 2004).
5. Curah Hujan
Selain suhu, faktor yang penting dari iklim adalah curah hujan yang disebut
pula presipitasi. Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya. Cakupannya meliputi
endapan air, salju, salju keras, butiran es sampai batues, akan tetapi juga endapan
kabut dan embun (Darldjoeni, 2000).
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut raingauge.
Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di

4
5

wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk
medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan
jarak perjalanan angin diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air
dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi
(Handoko, 2003).
6. Angin
Angin adalah udara yang bergerak secara horizontal dari suatu wilayah yang
bertekanan tinggi menuju wilayah yang bertekanan rendah. Angin muncul sebagai
hasil dari pemanasan dipermukaan bumi, sehingga terjadi perbedaan tekanan udara.
Adanya pemanasan di permukaan bumi mengakibatkan terjadi pemuaian massa
udara dan kerapatan udara relatif lebih rendah sehingga tekanan udara menjadi
rendah (Silawibawa, 2007).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang
lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan
tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar
dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Sriharto, 2000).
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan
angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah knots (Skala Beaufort).
Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 360o dan arah mata angin.
Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-
baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam
anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil
yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort.
Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat
menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan
menunjukkan ke arah mana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong
angin dan diletakkan di tempat terbuka (Wisnubroto, 2006).

5
6

7. Evaporasi
Dalam proses evaporasi, bahan mengalami beberapa perubahan baik yang
diinginkan maupun yang tak diinginkan. Perubahan yang terjadi pada umumnya
merupakan perubahan sifat fisik larutan itu sendiri seperti terjadinya peningkatan
viskositas yang merupakan dampak dari penurunan Awan peningkatan kadar
padatan, terbentuknya kerak didasar alat, perubahan warna karena browning dan
peningkatan konsentrasi, penurunan kualitas sensoris, serta terbentuknya beberapa
komponen volatil (Praptiningsing, 2010).
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur
untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah
hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling
banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan
panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara
dan besarnya angin pada tempat pengukuran (Hanum, 2009).
8. Awan
Awan terbentuk sebagai hasil pendinginan (kondensasi atau sublimasi) dari
massa udara basah yang sedang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi karena
menurunnya suhu udara tersebut secara adiabatis atau mengalami pencampuran
dengan udara dingin yang sedang bergerak ke arah horizontal (adveksi). Butir-butir
debu atau kristal es yang melayang-layang di lapisan troposfer dapat berfungsi
sebagai inti-inti kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses
pendinginan. Awan dapat terjadi dari massa udara yang sedang naik kearah vertikal
karena berbagai sebab, yaitu: pengaruh radiasi matahari (secara konveksi) dan
melalui bidang peluncuran (pengangkatan orografis atau frontal) (Tjasyono, 2004).
2.3. Dinamika Unsur Cuaca dan Iklim
Dinamika unsur cuaca dan iklim dipengaruhi oleh:
1. Pergerakan Bumi
Bumi ini tidak diam, melainkan megalami pergerakan sesuai dengan poros
dan orbitnya. Bumi kita mengalami tiga pergerakan yang berlangsung secara
kontinyu yaitu:
a. Rotasi bumi
Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya. Waktu yang dibutuhkan
bumi untuk berotasi sebanyak satu kali adalah 23 jam 56 menit 4 detik, yang

6
7

kemudian dibulatkan menjadi 24 jam. Adapun akibat dari rotasi bumi yaitu, adanya
pergantian siang dan malam, adanya perbedaan waktu berbagai tempat di permukaan
bumi, gerak semu harian bintang dan perbedaan percepatan gravitasi di permukaan
bumi.
b. Revolusi bumi
Revolusi bumi adalah gerakan bumi mengelilingi matahari. Waktu yang
dibutuhkan untuk sekali berevolusi yaitu 365,25 hari (1 tahun). 23,5° miring terhadap
sumbu vertical bidang ekliptika dan 66,5° terhadap bidang ekliptika (Wilyani, 2013).

2.4. Kelembapan Udara dan Curah Hujan


Kelembapan adalah banyaknya uap air yang ada di udara. Keadaan
kelembaban di permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembaban yang
tinggi ada di khatulistiwa sedangkan yang terendah ada pada lintang 40o. Besarnya
kelembapan suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan.
Pengaruh kelembaban terhadap tanaman tampak pada perubahan stomata yang
menjadi terbuka atau tertutup. Daerah yang mempunyai kelembaban tinggi
menyebabkan stomata akan tertutup sehingga CO2 yang menjadi bahan pokok
fotosintesis tidak dapat masuk ke dalam daun. Akibatnya adalah mengurangi
terjadinya penguapan. Sebaliknya, pada daerah atau tempat dengan kelembapan
rendah, maka penguapan yang terjadi lebih banyak (Atmaja, 2009).
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut raingauge.
Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk
medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan
jarak perjalanan angin diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air
dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi
(Handoko, 2003).
2.5. Angin
Angin adalah udara yang bergerak secara horizontal dari suatu wilayah yang
bertekanan tinggi menuju wilayah yang bertekanan rendah. Angin muncul sebagai
hasil dari pemanasan dipermukaan bumi, sehingga terjadi perbedaan tekanan udara.

7
8

Adanya pemanasan di permukaan bumi mengakibatkan terjadi pemuaian massa


udara dan kerapatan udara relatif lebih rendah sehingga tekanan udara menjadi
rendah (Silawibawa, 2007).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi
panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah
yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang
lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan
tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar
dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Sriharto, 2000).

8
9

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi


Praktik lapang Klimatologi Laut ini dilaksanakan selama 4 hari pada tanggal
08 November - 11 November 2017 di Desa Sungai Dua Laut Kecamatan Sungai
Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Wind Detector
2. Laptop
3. Software WRPLOT View Versi 8.00
4. Google Earth Pro
3.2.2. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini adalah, sebagai berikut :
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Bagan Alir Pengolahan Data

PEMASANGAN HASIL DARI


WIND DETECTOR WIND DETECTOR

INPUT DATA KE INPUT DATA KE


WRPLOT MS EXCEL

EXPORT DATA HASIL


KE GOOGLE GAMBARAN
EARTH DATA ANGIN

Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Data Angin

9
10

3.3.2. Metode Penentuan Plot


Penentuan plot ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan karena data yang
akan dianalisis adalah data rekaman angin, maka titik penentuan plot yang dipilih
tempat yang dapat mewakili semua arah angin, tidak ada penghalang angin untuk
mengenai wind detector seperti pohon, bangunan dan lain sebagainya.
3.3.3. Pengukuran dan Pengambilan Data Angin
Pengukuran pada praktikum kali ini melalui sebuah alat yaitu wind detector
dan hand anemometer. Pencatatan data angin dilakukan setiap 60 menit, selama 4
hari.

3.4. Metode Analisis


Metode yang digunakan selama praktikum lapang adalah metode pengamatan
langsung (observasi). Untuk melihat dan mendeskripsikan sebaran angin data
dianalisis menggunakan software WRPLOT View Versi 8.00.

10
11

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Desa Sungai Dua Laut


4.1.1. Kondisi Geografi
Desa Sungai Laut adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Sungai
Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang berjarak 90 km
dari Kabupaten Tanah Bumbu, yang berada pada 3o42’21” LS dan 115o44’25” BT.
4.1.2. Kondisi Cuaca/Curah Hujan
Kondisi cuaca pada saat praktik lapang kurang baik, kondisi cuaca pada pagi
hari terkadang hujan dan lautnya teduh sedangkan pada sore dan malam hari cuaca
terkadang hujan. Kondisi cuaca pada hari kedua termasuk cuaca paling buruk yaitu
pada hari kedua saat sore hari, angin bertiup kencang disertai hujan deras
dikarenakan angin barat mulai bertiup kearah pantai sehingga menyebabkan
kenaikan tinggi gelombang yang signifikan.
4.1.3. Kondisi Iklim
Dalam setahun Desa Sungai Dua Laut terdapat dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Pada saat praktik lapang kondisi iklim berada pada
musim hujan dan memasuki musim angin barat. Musim angin barat yaitu musim
angin yang bertiup dari barat ke timur dan itu menyebabkan kenaikan gelombang
yang signifikan.

4.2. Hasil Pengukuran Angin di Lapangan


Berikut merupakan data hasil pengamatan data angin di desa Sungai Dua Laut
selama 4 hari.
Tabel 1. Data Pengukuran Angin di Desa Sungai Dua Laut, koordinat (3o42’21” LS
dan 115o44’25” BT).
No Tahun Bulan Tanggal Jam Arah (o) Kecepatan (m/s)
1 2017 11 8 19 170 8
2 2017 11 8 20 170 8
3 2017 11 8 21 190 5
4 2017 11 8 22 170 6
5 2017 11 8 23 190 3
6 2017 11 9 24 340 4
7 2017 11 9 1 350 4
8 2017 11 9 2 340 3

11
12

Tabel 1. Data Pengukuran Angin di Desa Sungai Dua Laut, koordinat (3o42’21” LS
dan 115o44’25” BT) (lanjutan)
No Tahun Bulan Tanggal Jam Arah (o) Kecepatan (m/s)
9 2017 11 9 3 330 3
10 2017 11 9 4 310 4
11 2017 11 9 5 210 2
12 2017 11 9 6 210 1
13 2017 11 9 7 330 2
14 2017 11 9 8 210 1
15 2017 11 9 9 210 2
16 2017 11 9 10 230 6
17 2017 11 9 11 220 5
18 2017 11 9 12 240 2
19 2017 11 9 13 210 1
20 2017 11 9 14 40 3
21 2017 11 9 15 10 1
22 2017 11 9 16 20 4
23 2017 11 9 17 350 3
24 2017 11 9 18 340 3
25 2017 11 9 19 350 4
26 2017 11 9 20 340 4
27 2017 11 9 21 350 5
28 2017 11 9 22 330 5
29 2017 11 9 23 350 3
30 2017 11 10 24 350 5
31 2017 11 10 1 330 3
32 2017 11 10 2 350 3
33 2017 11 10 3 350 4
34 2017 11 10 4 350 1
35 2017 11 10 5 230 3
36 2017 11 10 6 270 5
37 2017 11 10 7 300 4
38 2017 11 10 8 340 2
39 2017 11 10 9 240 7
40 2017 11 10 10 210 1
41 2017 11 10 11 230 2
42 2017 11 10 12 240 5
43 2017 11 10 13 240 5
44 2017 11 10 14 260 6
45 2017 11 10 15 240 6
46 2017 11 10 16 280 2
47 2017 11 10 17 240 5
48 2017 11 10 18 160 12

12
13

Tabel 1. Data Pengukuran Angin di Desa Sungai Dua Laut, koordinat (3o42’21” LS
dan 115o44’25” BT) (lanjutan)
No Tahun Bulan Tanggal Jam Arah (o) Kecepatan (m/s)
49 2017 11 10 19 190 5
50 2017 11 10 20 210 4
51 2017 11 10 21 270 5
52 2017 11 10 22 200 4
53 2017 11 10 23 340 3
54 2017 11 10 24 340 3
55 2017 11 10 1 340 3
56 2017 11 10 2 350 4
57 2017 11 10 3 220 3
58 2017 11 10 4 200 4
59 2017 11 10 5 210 4
60 2017 11 10 6 220 5
Rata-rata kecepatan angin 3,88
(Sumber : Data Primer 2017)
Berdasarkan data primer 2017 yang diperoleh dari pengukuran arah dan
kecepatan angin, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin tertinggi diperoleh
pada tanggal 10 November 2017 pukul 18:00 dini hari dengan arah 160o yaitu 12
m/s. Sedangkan kecepatan terendah diperoleh pada tanggal 09 November 2017 pukul
06:00 dengan arah angin 210o, pukul 08:00 dengan arah angin 210o, pukul 13:00
dengan arah angin 210o, dan 15:00 dengan arah angin 10o dan tanggal 10 November
2017 pukul 04:00 dengan arah angin 350o dan 10:00 dengan arah angin 210o dengan
kecepatan anginnya yaitu 1 m/s.
Dari data angin yang telah diperoleh di lapangan, maka dapat diketahui
sebaran plot angin di Desa Sungai Dua Laut yang sebelumnya diolah dengan
menggunakan software WRPLOT View Versi 8.00 dan Google Earth Pro.

Gambar 2. Sebaran Plot Angin Desa Sungai Dua Laut

13
14

Berdasarkan gambar diatas merupakan hasil wind rose yang di kombinasikan


pada aplikasi Google Earth Pro untuk melihat distribusi angin yang lebih detail pada
suatu wilayah. Dengan menggunakan Google Earth Pro yang dapat langsung
menunjukkan wilayah dan sebaran angin di Desa Sungai Dua Laut, dengan
kecepatan anginnya yang berkisaran 3,6 – 5,7 m/s ditandai dengan warna hijau dan
kuning.
4.3. Frequency Count

Gambar 3. Frequency Count


Berdasarkan gambar 3 menampilkan hasil output data jumlah frekuensi angin
yang terdeteksi wind detector. Nilai maksimum dan minimum dari fungsi, baik
dalam kisaran tertentu atau diseluruh domain dari fungsi (dalam ekstrim global atau
absolut). Dari frequency count terdapat 6 kelas dimana pada kelas 0,50 – 2,10 m/s
memiliki subtotal tertinggi yaitu 40.
4.4. Frequency Distribution

Gambar 4. Frequency Distribution


Berdasarkan gambar 4 menampilkan output data jumlah frekuensi distribusi
(frequency distribution) angin yang terdeteksi oleh wind detector. Nilai maksimum
dan minimum dari fungsi, baik dalam kisaran tertentu atau diseluruh domain dari
fungsi (dalam ekstrim global atau absolut). Dari frequency distribution terdapat 6
kelas dimana pada kelas 0,50 – 2,10 m/s memiliki subtotal tertinggi yaitu 1%.

14
15

4.5. Wind Rose

Gambar 5. Wind Rose


Berdasarkan gambar 5 hasil dari wind rose dapat dibaca dengan cepat,
menunjukkan persentasi kejadian angin dengan kecepatan tertentu dari berbagai arah
dalam periode waktu pencatatan. Dalam gambar tersebut, terdapat garis-garis radial
yaitu arah angin dan tiap lingkaran menunjukkan persentasi kejadian angin dalam
periode waktu pengukuran. Dari analisa angin dengan wind detector dapat
disimpulkan bahwa pravailing wind terjadi pada arah angin yang dominan ke barat
daya dan utara dengan persentasi 25%.

Gambar 6. Grafik Fluktuasi Sebaran Angin Desa Sungai Dua Laut

15
16

Berdasarkan gambar 6 grafik diatas dapat diketahui bahwa pada rentan


kecepatan angin 0,97 – 4,08 m/s mengalami hembusan angin yang paling tinggi yaitu
sebesar 66,7%, diikuti oleh rentan kecepatan angin 4,08 – 7,00 m/s dengan nilai
26,7%, kemudian pada rentan kecepatan angin 7,00 – 11,08 m/s dengan nilai 5,0%,
sedangkan pada rentan 11,08 – 17,11 m/s mendapatkan hembusan angin yang paling
sedikit selama pengambilan data angin di Desa Sungai Dua Laut yakni hanya
memberikan kontribusi sebesar 1,7%.

16
17

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Wind detector merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin pada suatu titik atau wilayah. WRPLOT View adalah aplikasi
pengolah data angin yang mana output nya berupa wind rose (mawar angin). Wind
rose menggambarkan frekuensi kejadian dari angin untuk setiap sektor angin spesifik
dan kelas-kelas kecepatan angin untuk setiap tempat pada periode tertentu. Google
Earth Pro adalah aplikasi peta digital yang mana penggunaannya membutuhkan
koneksi internet salah satunya untuk meng-export data sebaran angin (wind rose)
pada WRPLOT View versi 8.00. Total kelas angin terbanyak dimiliki oleh kelas 0,50
– 2,10 m/s yakni dengan total 60 dari masing-masing kelas kecepatan angin yaitu
0,97 – 4,08 m/s. Total kelas angin terendah dimiliki oleh kelas 11,08 – 17,11 m/s
yakni dengan total 0 dari semua kelas kecepatan angin.

5.2. Saran
Diharapkan untuk selanjutnya pengamat dapat melakukan pengamatan dengan
lebih cermat dan teliti serta mampu mengambil data lebih banyak agar mampu
menghasilkan ragam angka pada wind rose.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, L. S. 2009. Stasistik untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta.


Darldjoeni. 2000. Geografi Kota dan Desa. Bandung, Alumni.
Kartasapoetra Gunarsih. 2000. Klimatologi : Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta
Handoko. 2003. Klimatologi Dasar. Bogor: FMIPA-IPB.
Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hermawan, Eddy. 2010. Pengelompokkan pola curah hujan yang terjadi di beberapa
kawasan pulau sumatera berbasis hasil analisis teknik spektral. Sumatera
Utara.
Kartasapoetra. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman
Edisi Revisi. Jakarta
Praptiningsih, Yhulia. 2010. Evaporasi dan Pengeringan. Handout. Jember:
FTPUNEJ.
Silawibawa dan Suwardji. 2007. Pengaruh cara pengolahan tanah terhadap kualitas
tanah, populasi gulma dan hasil jagung (Zea mays L.) pada sistem
agroforestry lahan kering. Prosiding Konferensi Nasional. 14. HIGI. Bogor.
p. 188-195.
Soewarno. 2000. “Hidrologi Operasional Jilid Kesatu”. Penerbit PT. Aditya Bakti,
Bandung.
Sriharto. 2000. Hidrologi, Teori-Masalah-Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri Offset
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Wilyani, Wildan. 2013. Laporan Praktikum Meteorologi dan Klimatologi di Gunung
Puntang. Universitas Pendidikan Indonesia.
Wisnubroto, Soekardi. 2006. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,
Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai